Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peradaban bangsa di dunia ini tentunya menyadari bahwa kemajuan suatu

bangsa turut di pengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan adalah kemajuan

sector pendidikan bangsa tersebut adalah pendidikan. Mengingat pendidikan

merupakan sector krusial yang menjadi pangkal kemajuan seluruh aspek kehidupan

manusia mulai dari bidang ekonomi, politik, hukum, budaya maupun bidang industri.

Kemajuan pendidik setiap bangsa menjadi parameter proses pembentukan sumber

daya manusia (SDM) yang unggul dan senantiasa memiliki mental untuk menghadapi

tantangan perubahan zaman yang yang semakin kompetitif. Namun, perlu disadari

bahwa kemajuan sector pendidikan harus ditunjang oleh seluruh komponen

pendidikan diantaranya keberadaan tenaga pendidik yang lazimnya di sebut guru .1

Kesuksesan dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan strategi

pembelajaran. Hal ini untuk menapcapai tujuan pembelajaran matematika dalam

seperti yng tercantum dalam kurikulum 2013 yaitu agar siswa memiliki kemampuan

memahami konsep matematika menjelaskan keterkaitan antara konsep dan

megaplikasikan konsep atau algoritma secara akurat dan tepat dalam pemecahan

masalah.2

Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap orang

di dalam kehidupan. Khususnya pada saat membuat suatu keputusan. Berpikir kritis

perlu dikembangkan pada diri siswa agar mampu dan terbiasa menghadapi berbagai

1
Umar, pengantar profesi keguruan (Jakarta: PT. Raja grafindo persada, 2009),1.
2
Dinda Amanantul Rizky, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Materi Bangun Ruang
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining”, pendidikan guru sekolah
dasar, (November 2020), 11.
permasalah yang ada disekitarnya. Berpikir kritis adalah suatu kegiatan berpikir

tentang gagasan yang berhubungan dengan konsep atau masalah yang dipaparkan.

berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang dalam menemukan informasi dan

pemecahan sebuah masalah dengan cara bertanya kepada dirinya sendiri untuk

menggali informasi tentang masalah yang sedang dihadapi. memberikan definisi

berpikir kritis sebagai berpikir dengan benar untuk memperoleh pengetahuan yang

relevan dan reliabel.

Indikator kemampuan berpikir kritis yaitu: siswa dapat memahami

permasalahan pada soal yang diberikan, siswa memberikan alasan berdasarkan

fakta/bukti yang relevan pada setiap langkah dalam membuat keputusan maupun

kesimpulan, siswa membuat kesimpulan dengan tepat dan siswa memilih reason yang

tepat untuk mendukung kesimpulan yang dibuat., siswa menggunakan penjelasan

yang lebih lanjut tentang apa yang dimaksudkan dalam kesimpulan yang dibuat, jika

terdapat istilah dalam soal, siswa dapat menjelaskan hal tersebut, dan siswa

memberikan contoh kasus yang mirip dengan soal tersebut, siswa meneliti atau

mengecek kembali secara menyeluruh mulai dari awal sampai akhir.3

Pada umumnya matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang kaku, jauh

dari realita kehidupan sehari-sehari. Pandangan tersebut berakibat pada adanya asumsi

bahwa untuk mempelajari matematika, seseorang harus berpikir serius, konkrit,

olehkarena itu sering terungkap bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata

pelajaran yang sulit, sukar di pahami, dan membosankan bahkan bagi sebagian siswa

menganggap matematika merupakan “momok yang menakutkan” sehingga mereka

cenderung menghindari mata pelajaran itu. Berdasarkan hal tersebut, maka

diharapkan guru dapat sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan

untuk memberikan motivasi dan kemudahan dalam memahami materi matematika


3
Ibid.,12.
bagi siswa untuk menghindari bahwa mata pelajaran matematika adalah pelajaran

yang membosankan, sulit untuk dipahami, dan dianggap menakutkan oleh sebagian

siswa. Maka pembelajaran matematika diupayakan berlangsung alamiah dalam

bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru

ke siswa.4

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VI MI Darul Hikmah

Soncolela, yaitu rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan

bangun ruang dalam pembelajaran matematika dapat dilihat saat pembelajaran

perhatian siswa tidak tertuju pada pelajaran yang dibahas oleh guru, kurangnya

kemampuan siswa dalam memahami dan mengespresikan maksud dari materi dan

soal yang diberikan oleh guru, siswa belum mampu dalam membuat kesimpulan pada

materi bangun ruang yang telah diajarkan, siswa belum mampu untuk menilai benar

atau salah dalam pernyataan atau pendapat yang diterima baik diri sendiri maupun

orang lain, sumber informasi yang didapat oleh siswa hanya berdasarkan penjelasan

dari guru, dan pada materi bangun ruang siswa belum mampu mengaitkan dengan

benda konkret yang ada pada kehidupan sehari-hari.5

Berdasarkan hasil observasi rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa pada

materi bangun ruang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pembelajaran yang

berlangsung khususnya pada kelas VI MI Darul Hikmah Soncolela ini masih

tergolong konvensional, guru menggunakan model ceramah dengan media berupa

buku dan papan tulis yang biasa terisi dengan tulisan maupun gambar hampir pada

setiap pembelajaran bahkan dalam proses pembelajaran matematika.

4
Malinda. “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pada Kelas Matematika Pokok Materi Ruang Dimensi Tiga
Di SMA”, ( Maret 2019), 1.
5
Nuryuliana, Wawancara, Bima 10 Maret 2021.
Oleh karena itu, media nyata belum dimanfaatkan oleh guru secara optimal.

Model pembelajaran ini kurang inovatif dan kurang mampu merangsang berpikir

kritis pada materi bangun ruang. Siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru

dan proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Selain itu, model pembelajaran

ini kurang dapat membangkitkan semangat siswa sehingga menjadikan siswa pasif

dalam belajar dan tidak ada interaksi siswa antar siswa dalam proses belajar.6 Dari

permasalahan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa pada materi

bangun ruang dapat di lihat di table berikut:

Table 1.1 Data hasil belajar siswa MI Darul Hikmah Soncolela Kota Bima Tahun

Ajaran 2020/2021.

No. Predikat Nilai Jumlah Persentase

1. Tinggi 80 – 100 3 20 %

2. Sedang 60 – 75 2 13,3 %

3. Rendah 50 3 20 %

4. Kurang > 50 7 46,7 %

Jumlah 15 100 %

Sumber : Data Sekolah MI Darul Hikmah Soncolela Kota Bima.

Dengan demikian dapat diketahui kmampuan berpikir kritis pada materi

bangun ruang siswa kelas VI masih rendah. Masalah tersebt harus segera diatasi. Jika

tidak maka berakibat kemampuan berpikir kritis siswa pada materi berikutnya juga

bermasalah.

Berpikir kritis merupakan proses mental umtuk menganalisis atau

mengevaluasi invormasi. Invormasi tersebut bisa didapatkan dari hasil pengamatan,

pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Dan merupakan proses pembuatan konsep7
6
Observasi, di MI Darul Hikmah Soncolela, 10 Maret 2021.
7
Iin Iryance, “pengaruh metode pembelajaran dan berpikir kritis terhadap hasil belajar sejarah siswa SMA
kesatuan Bogor”, jurnal pendidikan sejarah, No. 1 Volume 3 ( Bogor januari 2014 ),15
Dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, maka dalam

pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

kebutuhan anak. Model pembelajaran kontekstual adalah pendekatan yang

menghubungkan pembelajaran dengan keadaan alami siswa, sehingga siswa dapat

memahami dengan mudah konteks yang mereka pelajari. Dalam meningkatkan

pemahaman konsep siswa tentang bangun ruang, guru dapat mengkaitkan dengan

situasi nyata siswa dan salah satu alternatifnya adalah menggunakan benda nyata yang

sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai media untuk menjelaskan

materi bangun ruang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis

matematika khususnya bangun ruang pada sekolah MI Darul Hikmah Soncolela perlu

dilakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

menggunakan model atau pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini dapat digunakan

model pembelajaran kontekstual.

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mencapai keberhasilan siswa terutama

dalam pembelajaran matematika sangatlah dipengarhi oleh model pembelajaran yang

digunakan, maka timbullah permasalahan yaitu bagaimanakah peningkatan

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran kontekstual pada materi bangun ruang. Untuk memperoleh jawaban

terhadap masalah tersebut penulis mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pada Materi Bangun Ruang Melalui Model

Pembelajaran Kontekstual Di MI Darul Hikmah Soncolela Kota Bima”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematika pada materi bangun ruang di sekolah MI

Darul Hikmah Soncolela Kota Bima?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi

bangun ruang setelah diterapkan model pembelajaran kontekstual di sekolah MI

Darul Hikmah Soncolela Kota Bima?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini:

a) Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kontekstual yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi bangun

ruang di sekolah MI Darul Hikmah Soncolela Kota Bima.

b) Untuk mengetahui peningkatan kmampuan berpikir kritis matematika pada

materi bangun ruang setelah diterapkan model pembelajaran kontekstual di

sekolah MI Darul Hikmah Soncolela Kota Bima.

2. Manfaat Teoritis

secara umum, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada

pembelajaran matematika utamanya pada peningkatan kemampuan berpikir kritis

pada materi bangun ruang melalui metode pembelajaran kontekstual.

Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

serta wawasan pada pembelajaran matematika dalam meningkatkan berpikir kritis

dalam pelajaran matematika khususnya dalam materi bangun ruang dengan

melalui pembelajaran kontekstual untuk mencapai hasil yang lebih baik, serta

menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.


3. Manfaat Praktis

a) Guru matematika

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru dalam

upaya menyusun pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah matematika melalui metode pembelajaran kontekstual,

juga sebagai tambahan tambahan dan keterampilan mengajar yang lebih

bervariatif dalam pelaksaan pembelajaran.

b) Siswa

Pembelajaran kontekstual yang dikembangkan ini diharapkan dapat:

Meningkatkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan

intelektual membawa siswa untuk belajar dalam suasana yang lebih

menyenangkan.

c) Sekolah

Sebagai sumber informasi dan referensi kajian dalam pengambilan kajian

dan pengambilan keputusan menyangkut proses belajar mengajar yang

diselenggarakan secara institusi sehingga dapat meningkatkan mutu

pendidikan.

d) Peneliti

Dengan penelitian diharapkan peneliti dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai implementasi model-model pembelajaran yang

inovatif, serta mampu memberikan pembelajaran yang berkualitas.

D. Penegasan Istilah Judul


Untuk menghindari kesalahan presepsi terhadap informasi tindakan, data, dan

hasil penelitian, perlu dijelaskan istilah-istilah kunci pada judul penelitian sebagai

berikut:

1. Pembelajaran

Pembelajaran dapat disefinisikan sebagai suatu proses membelajarkan peserta

didik yang telah direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar siswa/peserta

didik mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Pembelajaran juga

merupakan proses pemerolehan maklumat dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan. Dalam pengertian

konteks pendidikan, guru biasanya berusaha mengajar supaya peserta didik dapat

belajar menguasai isi pelajaran demi mencapai suatu objektif yang ditentukan.

Pembelajaran akan membawa perubahan pada seseorang. Pembelajaran adalah

suatu kata yang memiliki arti sama dengan kata mengajar.

2. Kontekstual

kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari.8 Pada penelitian ini kontekstual yang

dimaksud adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru agar proses

belajar mengajar berjalan lancer dan bisa dan mudah di tangkap oleh siswa,

proses belajar yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam

pembelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dalam

konteks kehidupan sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya,

sosialnya, dan budayanya.

3. Kemampuan Berpikir kritis


8
Abdul Kadir, “konsep pembelajaran kontekstual di sekolah”, dinamika ilmu, No. 1 Volume 13 (juni 2013),25.
Berpikir kritis sebagai kemampuan dan disposisi matematis untuk

menyertakan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif

untuk menggeneralisasi, membuktikan atau mengevaluasi situasi-situasi

matematik yang tidak familiar secara reflektif. 9 Pada penelitian ini, kemampuan

berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan menyelesaikan masalah yang

meliputi kemampuan siswa dalam menganalisis pertanyaan, mengfokuskan

pertanyaan, mengindentifikasi asumsi, menentukan solusi dari permasalahan

dalam soal, serta menentukan kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah

diperoleh dan menentukan alternatif-alternatif cara lain dalam menyelasaikan

masalah.

4. Matematika

Matematika ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan

konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke

dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. 10 Dalam penelitian ini

matematika yang dimaksud merupakan pelajaran yang menuntu siswanya untuk

berpikir secara logis, kritis, tekun, kreatif, dan inisiatif, sehingga diharapkan

karakteristik pada siswa yang mempelajari matematika tersebut.

5. Materi Bangun Ruang

Bangun ruang bangun tiga dimensi yang memiliki ruang atau volume atau isi,

dan juga sisi-sisi yang membatasinya, secara garis besar, bangun ruang dapat kita

kategorikan menjadi dua kelompok, yaitu, bangun ruang sisi datar dan bangun

ruang sisi lengkung. Pada penelitian kali ini, peneliti akan membahas beberapa

bagian dari bangun ruang sisi datar.

9
M.Maulana,konsep dasar matematika dan pengembangan kemampuan berpikir kritis –kreatif,(Bandung :
sumedang press 2017), 10.
10
Hasratudin, “membangun karakter melalui pembelajaran matematika”, jurnal pendidikan matematika
paradikma, No. 2, Volume 6 (Februari,2021),132
E. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan berisi pendahuluan yang akan terdapat dalam

BAB I pendahuluan sampai dengan BAB V penutup yakni sebagai berikut:

Bab I, berisi pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah judul, dan

sistematika pembahasan.

Bab II, berisi landsan teori yang membahas sejumlah gagasan konseptual.

Pada bab ini memuat uraian buku-buku yang berisi teori-teori besar (grand theory)

dan teori-teori yang dirujuk dari pustaka penelitian tindakan kelas ini keberadaan teori

baik yang dirujuk dari pustaka atau hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai

penjelasan dan berakhir pada konstruksi teori baru yang dikemukan oleh peneliti.yang

mencangkup tentang proses dan hasil dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematika pada materi bangun ruang melalui pembelajaran kontekstual MI Darul

Hikmah Soncolela Kota Bima.

Bab III, berisi metodologi penelitian yang membahas tentang, jenis penelitian,

waktu, tempat penelitian dan seting penelitian, subek penelitian variabel penelitian,

desain tindakan, tekhnik pengumpulan data, analisis data, dan indikaor kinerja.

Anda mungkin juga menyukai