Ati Syakira Khifni - Laprak TPHP 3
Ati Syakira Khifni - Laprak TPHP 3
Ati Syakira Khifni - Laprak TPHP 3
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Penetapan Modulus Kehalusan (Fineness Modulus) Tepung)
Oleh :
Nama : Ati Syakira Khifni
NPM : 240110200102
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 10 Oktober 2022
Waktu/Shift : 07.30 – 09.30 WIB/B1
Asisten Praktikum : 1. Andri Permana
2. Afifah Tri Novita
3. Farellya Asyifa
4. Khalish Gefalro
5. M. Nashir Effendy
Sebuah ayakan terdiri dari suatu panci dengan dasar kawat kasar dengan
lubang – lubang segi empat. Di Amerika Serikat digunakan dua standar ayakan.
Pada skala standar Tyler, perbandingan lebar lubang pada urutan ayakan adalah.
Skala standar Tyler didasarkan pada ukuran lubang (0,0029”) pada kasa yang
mempunyai 200 lubang pada setiap 1 inci, yaitu 200 mesh. Skala Standar Amerika
yang dianjurkan oleh Biro Standar Nasional umumnya menggunakan
perbandingan, tetapi didasarkan pada lubang 1 mm (18 mesh).
2.4 Tepung
Pati merupakan komponen utama yang membentuk tekstur pada produk
makanan semi-solid. Jenis pati yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda
dalam pengolahan. Sifat thickening (mengentalkan) dan gelling (pembentuk gel)
dari pati merupakan sifat yang penting dan dapat memberikan karakteristik
sensori produk yang lebih baik. Sifat-sifat ini memiliki efek teknologi dan fungsi
yang penting dalam proses, baik di tingkat industri maupun persiapan makanan di
dapur. Tepung dan pati yang umum digunakan berasal dari beras, ketan, terigu
dan singkong.
Berbagai macam tepung atau pati memberikan sifat yang berbeda pada
bahan makanan. Tepung beras membentuk tekstur yang lembut, tetapi tidak
lengket saat dimasak. Pati beras memberikan tampilan opaque atau tidak bening
setelah proses pemasakan. Tepung beras ketan adalah tepung yang terbuat dari
kultivar beras yang mengandung sejumlah besar amilopektin. Pada kue-kue
tradisional Indonesia, tepung ketan digunakan untuk menghasilkan produk-produk
yang kenyal dan agak lengket. Tepung ketan memiliki viskositas yang lebih tinggi
dan memiliki granula pati yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tepung
beras. Pati gandum memiliki viskositas suhu panas yang rendah dan menghasilkan
gel berwarna opaque dan mudah putus. Tepung tapioka merupakan tepung yang
berasal dari umbi yang banyak digunakan di Indonesia. Tepung ini diproduksi dari
umbi tanaman singkong, mengandung 90 persen pati berbasis berat kering
(Imanningsih, 2012).
2.5 Pengayakan
Pengayakan atau Screening merupakan pemisahan berbagai campuran
partikel padatan yang mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan
ayakan. Proses pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah
kontaminan yang ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan
memudahkan kita untuk mendapatkan pasir dengan ukuran yang seragam. Dengan
demikian pengayakan dapat didefinisikan sebagai suatu metoda pemisahan
berbagai campuran partikel padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam
serta terbebas dari kontaminan yang memiliki ukuran yang berbeda dengan
menggunakan alat pengayakan.
Pengayakan dengan berbagai rancangan telah banyak digunakan dan
dikembangkan secara luas pada proses pemisahan butiran – butiran berdasarkan
ukuran. pengayakan yaitu pemisahan bahan berdasarkan ukuran mesin kawat
ayakan, bahan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari diameter mesin akan lolos
dan bahan yang mempunyai ukuran lebih besar akan tertahan pada permukaan
kawat ayakan. Bahan-bahan yang lolos melewati lubang ayakan mempunyai
ukuran yang seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan untuk dilakukan
penggilingan ulang (Sudjaswadi, 2002).
FM =
Dgw=log
−1
( Σ ( W 1 × logd 1 )
massa bahantertinggal kumulatif (mesh100) )
8. Geometric Standar Deviation (Sgw) dihitung dengan cara:
| Σ (W 1 ( log d 1−logDgw ) )
|
1/ 2
−1
Sgw=log
Σ W1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengayakan Tepung Tapioka
Mesh Diameter Bahan Tertinggal Tertingga Faktor Hasil Bahan Lewat
Lubang l
d1 W1 Kumulatif Pengali (g)
Log d1 x 100% gr %
(mm) (gr) (%)
0.002
20 0.841 -0.075 0.001 0.00050 0.00050 5 200.122 99.9995
5
0.002
40 0.420 -0.377 0.001 0.00050 0.0010 4 200.121 99.9990
0
0.001
50 0.297 -0.527 0.001 0.00050 0.0015 3 200.120 99.9985
5
0.070
70 0.210 -0.678 0.07 0.03498 0.0365 2 200.050 99.9635
0
0.119
100 0.149 -0.827 0.24 0.11993 0.1564 1 199.810 99.8436
9
Pan 199.81 99.8436 100 0 0 0 0
Total 200.123 100 0.196
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Tepung Tapioka
1. Pengayakan Tepung
W1
a. BT Mesh 20 = x 100 %
mawal
0,001 gr
= x 100 %=¿0,0005%
200 gr
W1
b. BT Mesh 40 = x 100 %
mawal
0,001 gr
= x 100 %=¿0,0005%
200 gr
W1
c. BT Mesh 60 = x 100 %
mawal
0,001 gr
= x 100 %=¿0,0005%
200 gr
W1
d. BT Mesh 70 = x 100 %
mawal
0,070 gr
= x 100 %=¿0,03498%
200 gr
W1
e. BT Mesh 100 = x 100 %
mawal
0,240 gr
= x 100 %=¿0,11993%
100 gr
2. Fineness Modulus
FM =
0,196
=
100
FM = 0,00196
3. Diameter rata-rata
D = 0,0041(2)FM
D = 0,0041 (2)0,00196
D = 0,00411 inch = 0,1041 mm
Dgw=log
−1
( Σ ( W 1 × logd 1 )
massa bahantertinggal kumulatif (mesh100) )
=log
−1
(−0,24686
0,313 )
= 0,163
| Σ (W 1 ( log d 1−logDgw ) )
|
1/ 2
−1
Sgw=log
Σ W1
= log |
−1 ( 0,151 )
200,12 |=1,002
2. Fineness Modulus
FM =
21,853
= = 0,21853
100
3. Diameter rata-rata
D = 0,0041(2)FM
= 0,0041 (2)0,21853
D = 0,00477 inci = 0,1210 mm
4. Geometric Mean Diameter (Dgw)
Dgw=log
−1
( Σ ( W 1 × logd 1 )
massa bahantertinggal kumulatif (mesh100) )
= log
−1
(−35,56124
43,126 )
= 0,150
| Σ (W 1 ( log d 1−logDgw ) )
|
1/ 2
−1
Sgw=log
Σ W1
¿ log |211,46
−1 0,581
| = 1,006
4.2.3 Perhitungan Tepung Beras
1. Pengayakan Tepung
W1
a. BT Mesh 20 = x 100 %
mawal
0,001
= x 100 %=¿ 0,0005%
200
W1
b. BT Mesh 40 = x 100 %
mawal
0,001
= x 100 %=¿ 0,0005%
200
W1
c. BT Mesh 60 = x 100 %
mawal
0,001
= x 100 %=¿ 0,0005%
200
W1
d. BT Mesh 70 = x 100 %
mawal
0,001
= x 100 %=¿ 0,0005%
200
W1
e. BT Mesh 100 = x 100 %
mawal
0,760
= x 100 %=¿ 0,38%
200
2. Fineness Modulus
FM =
0,397
FM =
100
FM = 0,00397
3. Diameter rata-rata
D = 0,0041(2)FM
= 0,0041 (2)0,00397
D = 0,004111 inci = 0,1043 mm
Dgw=log−1 ( Σ ( W 1 × logd 1 )
massa bahantertinggal kumulatif (mesh100) )
= log
−1
(−0,63004
0,764 )
= 0,150
Sgw=log−1 |202,70
0,078
| = 1,001
FM =
14,223
=
100
FM = 0,1423
3. Diameter rata-rata
D = 0,0041(2)FM
= 0,0041 (2)0,1423
Dgw=log−1 ( Σ ( W 1 × logd 1 )
massa bahantertinggal kumulatif (mesh100) )
= ¿ log
−1
( −9,77394
14,460 )
= 0,211
| Σ (W 1 ( log d 1−logDgw ) )
|
1/ 2
−1
Sgw=log
Σ W1
= ¿ log
−1
|200,53
1,738
| = 1,020
4.3 Grafik
4.3.1 Grafik Tepung Tapioka
4.3.1.1 Hubungan % bahan kumulatif tertinggal dengan log ukuran ayakan
Hubungan % Bahan kumulatif tertinggal dengan
log ukuran ayakan
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2
-0.1
-0.2
Hubungan % Bahan kumulatif
Log ukuran ayakan
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
99.6 99.65 99.7 99.75 99.8 99.85 99.9 99.95 100 100.05
gradien % bahan lewat
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
% Bahan kumulatif tertinggal
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
99.6 99.65 99.7 99.75 99.8 99.85 99.9 99.95 100 100.05
% Bahan lewatl
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
% bahan kumulatif tetrtinggal
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
% gradien bahan lewat
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa dambil di praktikum kali ini adalah:
1. Semakin tinggi nilai modulus kehalusan suatu bahan, maka ukuran bahan
tersebut semakin besar dan bahan tersebut semakin kasar;
2. Semakin besar nilai mesh, maka ukuran diameter akan semakin kecil dan
jumlah dari lubang pada mesh akan semakin banyak.;
3. Nilai FM dari tapioka adalah yang terkecil bila dibandingkan dengan
kedua tepung lainnya.; dan
4. Nilai FM berbanding lurus dengan nilai Sgw dan Dgw.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah diberi waktu
yang sama untuk pengayakan dan jika ada kelompok yang melakukan kesalahan
dan harus diulang kembali sebaiknya dilakukan diakhir agar kelompok lain atau
kelompok berikutnya tidak menunggu teralu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Besouw G. V., Mecky R. E., Manoppo, Steve Ch. N., dan Palenewen. 2019.
PENGARUH MODULUS KEHALUSAN AGREGAT TERHADAP
PENENTUAN KADAR ASPAL PADA CAMPURAN JENIS AC-WC. Jurnal
Sipil Statik. 7(4): 481-490.
Henderson, S.M. and R.L. Perry. 1982. Agricultural Process Engineering.
Inc.Westport: The AVI Publishing Company.
Smith, H.P. 1955. Farm Machinery and Equipment Inc. Fourth Edition, New
York: Mc Graw-Hill Book Co.
Suharto. 1991. Manajemen Perawatan Mesin. Rineka Cipta. Jakarta.
Brennan, J.G., J.R. Butlers, N.D. Cowell, dan A.E.V. Lilly. 1974. Food
Engineering Operations. Essex: Applied Science Publisher.
Henderson, 1961. Introduction to Food Engineering. Academic Press. 1988. Inc.,
San Diego, California.
Kusnanto, Aril. 2017. PERANCANGAN MESIN PENGAYAK PASIR DENGAN
KAPASITAS 4 M3 /JAM. Eprints.umm.ac.id
Sudjaswadi, R. 2002. Hand Out Kimia Fisika. Fakultas Farmasi UGM.
Yogyakarta.
Suhadi, Ujang. 2005. Karakteristik Bahan Hasil Pertanian. Materi Kuliah Teknik
Penanganan Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran.
Witdarko, Yus. 2015. PEMODELAN PADA PROSES PENGERINGAN
MEKANIS TEPUNG KASAVA DENGAN MENGGUNAKAN PNEUMATIC
DRYER: HUBUNGAN FINENESS MODULUS DENGAN VARIABEL
PROSES PENGERINGAN. Jurnal.ugm.ac.id
Widyasanti, A & Nurjanah, S. Penuntun Praktikum MK. Teknik Pasca Panen.
2016.
FTIP. Universitas Padjajaran.
Imanningsih, Nelis. 2012. Profil Gelatinisasi Beberapa Formulasi Tepung-
Tepungan untuk Pendugaan Sifat Pemasakan. Penel Gizi Makan, 35(1): 13-
22
Lachman. 1989. Teori dan Praktek Farmasi. Universitas Indonesia: Jakarta.
Purwantana, B, Nursigit B, dan Puji W. 2008. Kajian Kinerja Mesin Ekstraksi
Tipe Ulir Pada Proses Pembuatan Pati Aren (Arenga pinnata Merr.)
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum