Laporan Teknologi Pakan
Laporan Teknologi Pakan
Laporan Teknologi Pakan
Oleh : Kelas B
Kelompok: 3
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan
Karunia-Nya kami telah menyelesaikan Laporan Praktikum yang berjudul
Pengolahan Fisik Bahan Pakan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Teknologi pakan
Dalam penulisan laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
dalam teknis penulisan, mengingat kemampuan yang dimiliki oleh kelompok kami.
Tetapi diharapkan Laporan ini dapat memberikan informasi yang dapat berguna.
Kami menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan
ini.
Penyusun
ii
I
PENDAHULUAN
Kualitas nutrisi dalam bahan pakan terus menurun seiring waktu yang
diakibatkan karena banyak faktor, sehingga perlu adanya pengolahan bahan pakan agar
Proses pengolahan secara fisik adalah pengolahan bahan pakan dari bentuk
fisiknya dengan menggunakan mesin atau alat bantu yang mengubah bentuk asli dari
bahan pakan tersebut menjadi bahan pakan yang mudah digunakan. Pengolahan yang
dapat dilakukan salah satunya adalah penggilingan dan juga penyaringan. Hasil
pengolahan secara fisik tersebut akan mengubah bentuk dan ukuran partikel sehingga
yang akan disajikan, keuntungan dan palatabilitas ternak, dan sangat berhubungan
Pengeringan ini sangat penting karena dapat mengurangi kandungan air dan resiko
pengolahan bahan pakan ini merupakan hal yang penting dalam penyediaan pakan
ternak, maka dilakukan praktikum mengenai Pengolahan Bahan Pakan secara Fisik
menjadi partikel yang kecil atau halus. Selama proses penggilingan harus tetap terjaga
agar bahan baku tidak ada yang terbuang dan bahan baku menjadi kecil serta seragam
sehingga bahan baku pakan yang tercampur homogen. Tujuan utama penghalusan
bahan baku pakan adalah untuk memperoleh ukuran relatif kecil dan seragam sehingga
lebih homogen ketika dicampur untuk menjadi konsentrat (Afrianto dan Liviawaty,
2005)
memukul yang nantinya akan menjadi tepung dan dijadikan konsentrat, dengan tujuan
untuk merubah bentuk atau ukuran suatu bahan. Mesin Hammer Mill ini dilengkapi
alat penyaring ukuran 3-6 mm. Mesin Hammer Mill ini bermacam-macam jenis dan
ukurannya. Manfaat dari penggilingan dengan menggunakan mesin Hammer Mill ini
dapat mengekstraksi zat yang diinginkan, menganalisa komposisi zat yang terkandung,
kerja enzim, meningkatkan daya cerna zat makanan hewan omnivora, pada ruminansia,
1) Tipe atau macam butiran, apabila butiran tersebut kecil sehingga mesin
Hammer Mill akan mudah dan cepat.
2) Kadar air, kadar air lebih banyak dan butiran akan lebih cepat halus.
4) Kecepatan hasil keluar dari mesin, butiran lebih besar, cepat keluar.
3.3.3 Pengamatan bentuk pecahan butir dan sifat kimia pecahan butir (Pati),
dengan larutan Iodine.
a. Alat
(1) Cawan Petridish, berfungsi sebagai media uji.
(2) Kertas etiket (label), berfungsi untuk melabeli cawan petridish.
(3) Pipet tetes, berfungsi untuk mengambil cairan sepert larutan iodine.
(4) Timbangan, berfungsi untuk menimbang bahan pakan.
b. Bahan
(1) Jagung yang tidak lolos saringan no. 18 dengan kadar air ≥ 15% sebanyak 1
gram.
(2) Larutan Iodine.
c. Prosedur Kerja
(1) Menyiapkan bahan pakan yang akan diuji, yakni jagung yang tidak lolos
saringan no. 18 dengan kadar air ≥ 15% sebanyak 1 gram.
(2) Menyiapkan media uji pati menggunakan larutan iodine sebanyak 3 ml pada
cawan petridish.
(3) Menempatkan bahan perlakuan ke dalam cawan petridish, mengaduk secara
merata sampai homogen, dan biarkan selama 5 menit.
(4) Melakukan evaluasi perubahan sifat kimia (warna) dari campuran butir jagung
akibat reduksi ikatan kimia pati pada larutan uji iodine.
(5) Melakukan pengamatn 1 x 24 jam untuk selanjutnya melihat perbedaan bentuk
butir bahan dari berbagai hasil pengolahan fisik.
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum bahan pakan yang telah diuji kualitasnya dengan
cara melihat kadar airnya. Hasil kualitas bahan pakan dapat dilihat pada tabel 1.
diantaranya yaitu uji fisik (kadar air, suhu, organoleptik, dsb.), uji kimia dan uji
biologik. Pada praktikum pengujian kualitas bahan pakan yang dilakukan adalah uji
Kadar air merupakan banyaknya air yang dikandung oleh bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air biji berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air
tepung, laju pengumpanan dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar
air tepung jagung. Berdasarkan pada praktikum ini terdapat perbedaan hasil kadar air
dari kedua bahan yaitu pada bahan 1 memiliki kadar air berkisar 12,3-12,8. Sedangkan
pada bahan 2 kadar air berkirsar pada 10,6-10,9. Kadar air jagung menurut SNI
maksimal 10%. Secara umum untuk semua perlakuan pada praktikum ini kadar air
Perubahan kadar air ini diduga karena jagung menjadi ukuran/bagian yang lebih
kecil sehingga memudahkan penyerapan dan penguapan kadar air dari jagung. Hal ini
sesuai dengan pendapat Earle (1982) yang menyatakan bahwa semakin kecil bagian-
bagian dari suatu bahan akan menjadikan permukaan bahan kontak dengan lingkungan
semakin luas sehingga mempermudah proses penyerapan dan penguapan kadar air.
Secara umum kadar air tepung jagung cenderung menurun dengan meningkatnya laju
pengumpanan. Hal ini diduga semakin besar laju pengumpanan jagung yang berada
terjadinya gesekan antar bahan dan ruang penggiling juga besar, sehingga
menyebabkan terjadinya kenaikan suhu yang akan memberi pengaruh pada penguapan
kadar air bahan. Taib dkk. (1987) menyatakan bahwa besarnya gesekan bahan yang
Pada praktikum kali ini dilakukan pengolahan secara fisik terhadap 8 kg jagung
mendapatkan ukuran bahan pakan yang lebih kecil. Sementara menurut Koch (1996)
Keuntungan lain dari penggilingan ini adalah bahan baku akan menjadi mudah
yaitu dengan menggunakan Hammer Mill dan Roller Mill, walaupun sebenarnya masih
terdapat metode lainnya, antara lain Burr Mill (Disk Mill). Penggilingan jagung pada
hasil penggilingan. Terdapat 3 ukuran screen pada pelaksanaan praktikum, yaitu screen
2 dengan ukuran 2 mm, dan screen 3 dengan ukuran 3 mm dan screen 5 dengan ukuran
5 mm. Pada proses penggilingan, diamati dan dihitung waktu penggilingan untuk 8 kg
biji jagung hingga menjadi serbuk halus (mesh), serta dihitung produktivitas mesin
tersebut.
sampel butiran jagung pada alat, sebaiknya dilakukan dengan sedikit demi sedikit
hingga bahan habis. Sampel yang terlalu banyak dan terlalu cepat dimasukkan ke mesin
ketika mesin belum selesai menggiling sampel sebelumnya, akan menghambat kerja
mesin sehingga waktu giling semakin lama. Untuk karung penampung, diikat dan
disambungkan dengan kuat ke bagian output mesin, agar tidak ada hasil gilingan yang
terbuang. Sementara itu menurut Sudigdo (2003) Jenis bahan merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan kerja alat selain ketrampilan operator,
kecepatan putaran mesin (rpm), ukuran alat dan diameter lubang saringan.
detik, waktu ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan screen 2. Waktu
giling menggunakan screen 2 yaitu 3,48 menit. Perbedaan waktu yang cukup jauh
dikarenakan ukuran lubang screen 2 yang lebih kecil , sehingga ukuran partikel bahan
yang dihasilkan lebih halus, otomatis waktu yang terpakai untuk menggiling akan
bertambah.
Perhitungan produktivitas mesin dilakukan untuk mengetahui kemampuan
mesin menghasilkan output per jam-nya. Untuk produktivitas mesin, didapatkan hasil
277,97 kg/jam, hasil ini terlalu besar dengan produktivitas mesin yang menggunakan
screen 2 yang hanya 120,07 kg/jam. Produktivitas mesin tersebut adalah 2x lipat lebih
dari hasil yang didapat dengan penggunaan screen 5. Seperti waktu penggilingan, hal
ini juga dipengaruhi oleh ukuran screen. Apabila ukuran screen besar (screen 5), maka
waktu giling akan semakin cepat, sehingga output yang dihasilkan dalam 1 jam mesin
berjalan juga akan menjadi banyak.
Praktikum kali ini membahas mengenai pengolahan fisik pada jagung yang
bertujuan untuk menpermudah ternak dalam mengkonsumsi bahan pakan yakni jagung.
Selama praktikum minggu ke-1 dan ke-2, kelompok kami mendapatkan sampel jagung
yang mengandung kadar air berturut-turut 17% dan 10,7%. Jagung digiling
menggunakan alat hammer mill dengan ukuran screen 5. Proses selanjutnya, setelah
digiling jagung akan disaring menggunakan alat saringan dengan ukuran yang berbeda
beda yakni no. 14, no. 18, dan no. 30.
Penyaringan ini dimaksudkan untuk memisahkan partikel jagung yang berbeda
yang nantinya akan diberikan kepada ternak sesuai dengan kebutuhannya. Partikel
dengan ukuran yang berbeda akan terpisah melalui proses penyaringan ini, partikel
yang lebih besar akan tertinggal, sedangkan partikel yang lebih halus akan lolos
saringan. Hal tersebut sesuai dengan mendapat dari R. Muchtadi (2013) yang
menyatakan, bahan-bahan yang lolos melewati lubang ayakan mempunyai ukuran yang
seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan untuk dilakukan penggilingan ulang.
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa ukuran screen dapat
mempengaruhi banyaknya bahan yang lolos saringan. Semakin besar ukuran screen
maka akan semakin banyak partikel yang tidak lolos saring pada saat penyeringan
pertama dalam hal ini pengayakan dengan saringan no. 14. Begitupun sebaliknya,
semakin kecil ukuran screen akan semakin banyak partikel yang lolos saringan.
Berdasarkan hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa perbedaan ukuran screen
akan mempengaruhi hasil akhir dari proses penyaringan, yakni semakin kecil ukuran
screen akan menghasilkan lebih banyak partikel bertekstur halus. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari R. Muchtadi (2013) yang menyatakan, pengayakan yaitu
pemisahan bahan berdasarkan ukuran mesin kawat ayakan, bahan yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari diameter mesin akan lolos dan bahan yang mempunyai ukuran
lebih besar akan tertahan pada permukaan kawat ayakan.
Berdasarkan hasil praktikum bahan pakan yang telah diuji kualitasnya dengan
cara uji larutan iodin. Hasil uji larutan iodin bahan pakan dapat dilihat pada tabel 1.
Berdasarkan uji larutan iodin, jagung termasuk sumber energi, pada hari
pertama bahan pakan dengan kadar air ≥15% warna biru pekat (keunguan) setelah 5
menit di diamkan warna berubah menjadi kecoklatan. Sedangkan pada hari kedua
pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan
dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat
membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya,
Densitas adalah gambaran volume ruang yang ditempati bahan sejumlah berat
tertentu (Susanti dan Nurhidayat, 2008). Pengukuran densitas pada praktikum ini
dengan cara memasukan jagung hasil gilingan ke dalam silinder dan dijatuhkan dari
ketinggian 15 cm. Tinggi jagung yang hilang atau keluar dari silinder tersebut diukur
tersebut sebesar 836,02 kg/m3. Ukuran partikel jagung hasil gilingan bila kecil maka
semakin sedikit ruang kosong yang masih tersisa pada silindris, namun jika partikel
jagung besar akan semakin banyak ruang kosong silindris. Hal ini berarti bahwa
semakin halus atau semakin kecil ukuran bahan pakan, akan semakin efisien dalam
dapat diperhitungkan secara tepat berapa banyak jumlah bahan dan mengetahui apakah
padatan utuh atau serbuk karena perubahan densitas setelah pengolahan fisik akan
mempengaruhi konsentrasi pakan. Hal ini sesuai pernyataan Pomeranz (1971) bahwa
perubahan perunit densitas merupakan perubahan yang besar dalam konsentrasi bahan.
Herdeson dan Perry (1976), menambahkan bahwa kadar kehalusan bahan menunjukan
Hasil pengamatan bila dibandingkan dengan kelompok lain, densitas jagung pada
ukuran partikel saringan 18 yang lebih halus. Penggilingan dan penyaringan yang
pakan yang kompak akan tahan terhadap proses penekanan sehinggga ikatan antara
partikel penyusun pakan menjadi kuat ruang antara partikel bahan pakan tidak terisi
rongga udara.
Penutup (2)
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran