Laporan Teknologi Pakan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TEKNOLOGI PAKAN

“BAHAN PAKAN SERAT ASAL SAWIT”

Oleh : Kelas B
Kelompok: 3

MUHAMMAD FARHAN 200110170025


NUGRAHA
ANGGA NIAGARA 200110170060
ROJANA 200110170107
RANTI NOVIANTI 200110170167
FIKRI RAMADHANI KOESWANDI 200110170272

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan
Karunia-Nya kami telah menyelesaikan Laporan Praktikum yang berjudul
Pengolahan Fisik Bahan Pakan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Teknologi pakan
Dalam penulisan laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
dalam teknis penulisan, mengingat kemampuan yang dimiliki oleh kelompok kami.
Tetapi diharapkan Laporan ini dapat memberikan informasi yang dapat berguna.
Kami menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan
ini.

Sumedang, September 2019

Penyusun

ii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kualitas nutrisi dalam bahan pakan terus menurun seiring waktu yang

diakibatkan karena banyak faktor, sehingga perlu adanya pengolahan bahan pakan agar

menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kandungan nutrisi pada


bahan pakan tersebut. Pengolahan pakan dapat dilakukan dengan cara mekanik, teknis,

kimia, biologis bahkan campuran dari berbagai pengolahan.

Proses pengolahan secara fisik adalah pengolahan bahan pakan dari bentuk

fisiknya dengan menggunakan mesin atau alat bantu yang mengubah bentuk asli dari

bahan pakan tersebut menjadi bahan pakan yang mudah digunakan. Pengolahan yang

dapat dilakukan salah satunya adalah penggilingan dan juga penyaringan. Hasil

pengolahan secara fisik tersebut akan mengubah bentuk dan ukuran partikel sehingga

sangat berhubungan dengan densitas. Densitas akan mempengaruhi banyaknya pakan

yang akan disajikan, keuntungan dan palatabilitas ternak, dan sangat berhubungan

dengan penyimpanan bahan pakan.


Pengolahan secara fisik salah satunya, yaitu dilakukan pengeringan.

Pengeringan ini sangat penting karena dapat mengurangi kandungan air dan resiko

kerusakan bahan sehingga dapat dipertahankan kualitasnya. Pengetahuan mengenai

pengolahan bahan pakan ini merupakan hal yang penting dalam penyediaan pakan

ternak, maka dilakukan praktikum mengenai Pengolahan Bahan Pakan secara Fisik

yang meliputi penggilingan, penyaringan, menghitung densitas dan pengeringan.


1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pengujian kualitas bahan pakan.

2. Bagaimana pengolahan bahan pakan secara fisik dengan metode penggilingan

dan produktivitas mesin hammer mill.

3. Bagaimana pengolahan bahan pakan secara fisik dengan metode penyaringan.

4. Bagaimana evaluasi pengolahan bahan pakan hasil penggilingan.

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui kualitas bahan pakan.

2. Mengetahui pengolahan bahan pakan secara fisik dengan metode penggilingan

dan produktivitas mesin hammer mill menggunakan screen

3. Mengetahui pengolahan bahan pakan secara fisik dengan metode penyaringan.

4. Mengetahui evaluasi pengolahan bahan pakan secara fisik.

1.4 Waktu dan Tempat

1.4.1 Penggilingan Jagung


1. Hari, Tanggal : Senin, 16 September 2019

Waktu : 12.30 – 14.30 WIB

Tempat : Gedung mini Feedmill Fapet UNPAD

2. Hari, Tanggal : Senin, 23 September 2019

Waktu : 12.30 – 14.30 WIB

Tempat : Gedung mini Feedmill Fapet UNPAD


1.4.2 Evaluasi Pengolahan Fisik Bahan Pakan

Hari, Tanggal : Senin, 30 September 2019

Waktu : 12.30 – 14.30 WIB

Tempat : Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non


Ruminansia, dan Industri Makanan Ternak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan fisik (5)

2.2 Pengujian Kualitas Bahan Pakan

2.2.1 Uji Fisik


Pembuatan ransum yang disusun dari bahan baku berkualitas baik telah diuji
(uji fisik, kimia, dan biologis) dapat menghasilkan produk yang baik (Divakaran,
2003). Kualitas pakan dapat ditentukan dengan melakukan pengujian berdasarkan
serangkaian evaluasi secara fisik, kimiawi, biologis dan organoleptik sehingga dapat
menentukan pakan yang berkualitas cukup baik atau tidak (Afrianto dan Liviawaty,
2005).

2.3 Penggilingan Bahan Pakan

Penggilingan merupakan menghancurkan bahan baku yang semula besar

menjadi partikel yang kecil atau halus. Selama proses penggilingan harus tetap terjaga

agar bahan baku tidak ada yang terbuang dan bahan baku menjadi kecil serta seragam

sehingga bahan baku pakan yang tercampur homogen. Tujuan utama penghalusan

bahan baku pakan adalah untuk memperoleh ukuran relatif kecil dan seragam sehingga
lebih homogen ketika dicampur untuk menjadi konsentrat (Afrianto dan Liviawaty,

2005)

Mesin Hammer Mill merupakan mesin penggiling pakan dengan kekuatan

memukul yang nantinya akan menjadi tepung dan dijadikan konsentrat, dengan tujuan

untuk merubah bentuk atau ukuran suatu bahan. Mesin Hammer Mill ini dilengkapi

alat penyaring ukuran 3-6 mm. Mesin Hammer Mill ini bermacam-macam jenis dan
ukurannya. Manfaat dari penggilingan dengan menggunakan mesin Hammer Mill ini
dapat mengekstraksi zat yang diinginkan, menganalisa komposisi zat yang terkandung,

memperluas permukaan sehingga mempercepat pengeringan, meningkatkan aktifitas

kerja enzim, meningkatkan daya cerna zat makanan hewan omnivora, pada ruminansia,

jika terlalu halus merugikan memudahkan pencampuran secara homogen, seperti

dalam membuat ransum.

Faktor yang mempengaruhi proses penggilingan yaitu:

1) Tipe atau macam butiran, apabila butiran tersebut kecil sehingga mesin
Hammer Mill akan mudah dan cepat.

2) Kadar air, kadar air lebih banyak dan butiran akan lebih cepat halus.

3) Ukuran saringan, lebih halus bahan keluar lebih lambat.

4) Kecepatan hasil keluar dari mesin, butiran lebih besar, cepat keluar.

2.4 Grading partikel bahan pakan


Ukuran partikel pakan dapat didefinisikan sebagai diameter rata-rata masing-
masing butiran atau untuk menyatakan tingkat kehalusan penggilingan bahan pakan
yang disebut dalam ukuran kasar, medium, dan halus (Davis dkk, 1951). Namun, istilah
kasar, medium, dan halus ini dianggap rumit untuk membandingkan antar data. Untuk
mengatasi keterbatasan ini American Society of Agricultural Engineers (ASAE)
mengembangkan metode untuk menggambarkan ukuran artikel secara lebih spesifik.
Rataan ukuran partikel digambarkan dengan menggunakan istilah Geometric Mean
Diameter (GMD) dengan satuan millimeter (mm) atau micron (μm) sedangkan
variasinya dinyatakan dengan Geometric Standard Deviation (GSD) dimana semakin
besar nilai GSD maka semakin rendah keseragamannya. GMD dan GSD
mendeskripsikan dengan akurat hanya jika distribusi ukuran partikel dinyatakan
sebagai data log, terdistribusi secara parametrik yaitu sebagai Log normal (Lucas,
2004).
Ukuran partikel jagung yang lebih kecil memiliki luas permukaan yang lebih
besar untuk rasio volume, meningkatkan paparan enzim pencernaan dan mungkin
mengurangi energi yang dibutuhkan formastikasi. Untuk ayam broiler, partikel jagung
yang ukurannya menurun dari 1.289 menjadi 987 μm dan dari 1.173 menjadi 710 μm
dapat meningkatkan kinerja ayam broiler (Lott dkk, 1992). Keseragaman ukuran
partikel juga sangat penting diperhatikan karena ukuran dan bentuk partikel pakan
sangat menentukan performans ayam (Axe, 1995). Ayam membedakan ukuran partikel
dengan menggunakan mekanoreseptor yang terletak pada paruh ayam (Gentle, 1979).
Ayam lebih menyukai ukuran partikel yang lebih besar, hal ini teramati pada semua
umur ayam (Portella dkk, 1988) dan kesukaan partikel yang lebih besar lagi seiring
dengan semakin besar ayam (Nir dkk, 1994), karena semakin besarnya ukuran paruh
ayam (Amerah dkk, 2007). Ukuran artikel jagung ampuran dalam konsentrat sapi perah
tidak memperngaruhi produksi dan kualitas susu, baik jagung dengan partikel kasar,
dan halus (Leondro, 2009).

2.5 evaluasi pengolahan bahan pakan (4)


BAB III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Penggilingan Bahan Pakan
3.1.1 Alat
(1) Hammer mill, berfungsi untuk menggiling biji jagung.
(2) Karung, berfungsi sebagai wadah bahan pakan.
(3) Screen ukuran 2, 3, dan 5 pada hammer mill, kelompok 3 mendapatkan screen
ukuran 5.
(4) Stopwatch, berfungsi untuk menghitung waktu yang di butuhkan mesin dalam
proses penggilingan.
(5) Timbangan, berfungsi untuk menimbang bahan pakan.
3.1.2 Bahan
(1) Biji jagung sebanyak kurang lebih 8 kg
3.1.3 Prosedur Kerja
(1) Menyiapkan sampel bahan pakan jagung dengan cara menimbang biji jagung
sebanyak 8 kg.
(2) Menyiapkan screen ukuran 5 dan pasang pada hammer mill.
(3) Menyalakan mesin hammer mill hingga stabil
(4) Menuangkan jagung secara bertahap ke dalam mesin ukuran 5 lalu menyalakan
stopwatch untuk mencatat waktu penggilingan. Stopwatch dinyalakan ketika
jagung mulai tergiling.
(5) Apabila jagung telah habis matikan stopwatch dan catat waktu yang dihabiskan.
(6) Menimbang jagung yang telah halus, dan catat.
(7) Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh jagung halus (kg/jam)
dengan menggunakan rumus produktivitas mesin.

3.2 Penyaringan Bahan Pakan


3.2.1 Alat
(1) Alas plastik atau terpal, berfungsi sebagai alas saat menghampar jagung hasil
pemnggilingan dalam tahap pengambilan sampel.
(2) Nampan, berfungsi sebagai wadah penampung hasil saringan.
(3) Saringan no. 14 (1,41 mm), no. 18 (1 mm), dan no. 30 (0,59 mm), berfungsi
untuk menyaring butiran jagung hasil dari penggilingan.
(4) Timbangan, berfungsi untuk menimbang bahan pakan.
3.2.2 Bahan
(1) Jagung yang sudah digiling sebanyak 1 kg.
3.2.3 Prosedur Kerja
(1) Mengambil jagung yang telah dihaluskan sebanyak 1 kg. Cara pengambilan
sampel jagung dari hasil penggilingan harus mewakili keseluruhan bahan
pakan.
(2) Menyaring jagung pada ukuran saringan nomor 14.
(3) Menimbang jagung yang tidak lolos saringan nomor 14.
(4) Menyaring jagung yang lolos pada saringan nomor 14 dengan saringan nomor
18.
(5) Menimbang jagung yang tidak lolos saringan nomor 18.
(6) Menyaring kembali jagung yang lolos saringan nomor 18 dengan saringan
nomor 30.
(7) Menimbang jagung yang tidak lolos saringan nomor 30.
(8) Menimbang jagung yang lolos saringan nomor 30.
(9) Menghitung persentase jagung yang lolos dan tidak lolos saringan.

3.3 Evaluasi Pengolahan Fisik pada Bahan Pakan


3.3.1 Pengukuran Massa Jenis
a. Alat
(1) Batang Pengaduk, berfungsi untuk mengaduk bahan pakan.
(2) Corong Plastik, berfungsi untuk mempermudah masuknya bahan pakan ke
dalam gelas ukur.
(3) Gelas Ukur 100 ml, berfungsi sebagai wadah jagung.
(4) Timbangan, berfungsi untuk menimbang bahan pakan.
b. Bahan
(1) Aquadest 50 ml.
(2) Jagung yang tidak lolos saringan no. 18 dengan kadar air ≥ 15% sebanyak 15
gram.
c. Prosedur Kerja
(1) Menyiapkan bahan pakan yang akan diuji, yakni jagung yang tidak lolos
saringan no. 18 dengan kadar air ≥ 15% sebanyak 15 gram.
(2) Menyiapkan media uji massa jenis pada gelas ukur 100 ml yang sudah diisi
terlebih dahulu dengan aquadest 50 ml.
(3) Memasukkan bahan pakan ke dalam media uji massa uji, aduk secara merata
sampai homogen, dan biarkan selama 5 menit.
(4) Melakukan evaluasi ketinggian permukaan dari campuran butir jagung dengan
aquadst.
(5) Mencatat perubahan volume suspensi.

3.3.2 Pengukuran Densitas Ruang


a. Alat
(1) Penggaris, berfungsi untuk mengukur ketinggian permukaan dari bahan pakan.
(2) Timbangan, berfungsi untuk menimbang bahan pakan.
(3) Wadah Besi ukuran 1 liter (Literan), berfungsi sebagai media uji.
b. Bahan
(1) Jagung yang tidak lolos saringan no. 18 dengan kadar air ≥ 15% sebanyak 15
gram.
c. Prosedur Kerja
(1) Menyiapkan bahan pakan yang akan diuji, yakni jagung yang tidak lolos
saringan no. 18 dengan kadar air ≥ 15%.
(2) Menyiapkan media uji densitas (media berisi udara, 1 liter) pada wadah besi 1
liter.
(3) Menempatkan bahan perlakuan ke dalam media uji densitas ruang, mengaduk
secara merata sampai homogen. Memanpatkan dengan tekanan udara.
(4) Mengukur perubahan volume permukaan (tinggi permukaan).
(5) Melakukan evaluasi ketinggian permukaan dari campuran butir jagung akibat
tekanan (perubahan volume suspensi).

3.3.3 Pengamatan bentuk pecahan butir dan sifat kimia pecahan butir (Pati),
dengan larutan Iodine.
a. Alat
(1) Cawan Petridish, berfungsi sebagai media uji.
(2) Kertas etiket (label), berfungsi untuk melabeli cawan petridish.
(3) Pipet tetes, berfungsi untuk mengambil cairan sepert larutan iodine.
(4) Timbangan, berfungsi untuk menimbang bahan pakan.
b. Bahan
(1) Jagung yang tidak lolos saringan no. 18 dengan kadar air ≥ 15% sebanyak 1
gram.
(2) Larutan Iodine.
c. Prosedur Kerja
(1) Menyiapkan bahan pakan yang akan diuji, yakni jagung yang tidak lolos
saringan no. 18 dengan kadar air ≥ 15% sebanyak 1 gram.
(2) Menyiapkan media uji pati menggunakan larutan iodine sebanyak 3 ml pada
cawan petridish.
(3) Menempatkan bahan perlakuan ke dalam cawan petridish, mengaduk secara
merata sampai homogen, dan biarkan selama 5 menit.
(4) Melakukan evaluasi perubahan sifat kimia (warna) dari campuran butir jagung
akibat reduksi ikatan kimia pati pada larutan uji iodine.
(5) Melakukan pengamatn 1 x 24 jam untuk selanjutnya melihat perbedaan bentuk
butir bahan dari berbagai hasil pengolahan fisik.
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Kualitas Bahan Pakan

Berdasarkan hasil praktikum bahan pakan yang telah diuji kualitasnya dengan

cara melihat kadar airnya. Hasil kualitas bahan pakan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel. 1 Hasil Uji Kualitas Bahan


No Screen Kada Air Bahan 1 Kadar Air Bahan 2
Awal Akhir Awal Akhir
1. 2 17 12,3 12 10,8
2. 3 17 12,7 11 10,6
3. 5 17 12,8 10,7 10,9

Pengujian kualitas bahan pakan dapat ditentukan dengan berbagai uji

diantaranya yaitu uji fisik (kadar air, suhu, organoleptik, dsb.), uji kimia dan uji

biologik. Pada praktikum pengujian kualitas bahan pakan yang dilakukan adalah uji

fisik dengan menitik beratkan pada kadar air.

Kadar air merupakan banyaknya air yang dikandung oleh bahan yang

dinyatakan dalam persen. Kadar air biji berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air

tepung, laju pengumpanan dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar

air tepung jagung. Berdasarkan pada praktikum ini terdapat perbedaan hasil kadar air

dari kedua bahan yaitu pada bahan 1 memiliki kadar air berkisar 12,3-12,8. Sedangkan

pada bahan 2 kadar air berkirsar pada 10,6-10,9. Kadar air jagung menurut SNI
maksimal 10%. Secara umum untuk semua perlakuan pada praktikum ini kadar air

tepung jagung memenuhi SNI.

Perubahan kadar air ini diduga karena jagung menjadi ukuran/bagian yang lebih

kecil sehingga memudahkan penyerapan dan penguapan kadar air dari jagung. Hal ini

sesuai dengan pendapat Earle (1982) yang menyatakan bahwa semakin kecil bagian-

bagian dari suatu bahan akan menjadikan permukaan bahan kontak dengan lingkungan

semakin luas sehingga mempermudah proses penyerapan dan penguapan kadar air.
Secara umum kadar air tepung jagung cenderung menurun dengan meningkatnya laju

pengumpanan. Hal ini diduga semakin besar laju pengumpanan jagung yang berada

didalam ruang penggiling juga semakin banyak sehingga memberikan peluang

terjadinya gesekan antar bahan dan ruang penggiling juga besar, sehingga

menyebabkan terjadinya kenaikan suhu yang akan memberi pengaruh pada penguapan

kadar air bahan. Taib dkk. (1987) menyatakan bahwa besarnya gesekan bahan yang

terjadi selama proses penggilingan akan menghasilkan panas sehingga mengakibatkan

terjadinya penguapan air dari bahan.

4.2 Penggilingan Bahan Pakan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengolahan secara fisik terhadap 8 kg jagung

berbentuk butiran, dengan metode penggilingan. Penggilingan dilakukan untuk

mendapatkan ukuran bahan pakan yang lebih kecil. Sementara menurut Koch (1996)

Keuntungan lain dari penggilingan ini adalah bahan baku akan menjadi mudah

ditangani dan mempermudah proses pencampuran bahan pakan.

Menurut Waldroup (1997), terdapat 2 metode pemecahan bahan baku utama,

yaitu dengan menggunakan Hammer Mill dan Roller Mill, walaupun sebenarnya masih
terdapat metode lainnya, antara lain Burr Mill (Disk Mill). Penggilingan jagung pada

kegiatan praktikum, dilakukan menggunakan disc mill dengan menggunakan screen 5.

Penggunaan screen akan menentukan besarnya ukuran partikel bahan pakan

hasil penggilingan. Terdapat 3 ukuran screen pada pelaksanaan praktikum, yaitu screen

2 dengan ukuran 2 mm, dan screen 3 dengan ukuran 3 mm dan screen 5 dengan ukuran

5 mm. Pada proses penggilingan, diamati dan dihitung waktu penggilingan untuk 8 kg

biji jagung hingga menjadi serbuk halus (mesh), serta dihitung produktivitas mesin
tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada proses penggilingan, yaitu pemasukkan

sampel, pembukaan katup, dan karung penampung hasil penggilingan. Pemasukkan

sampel butiran jagung pada alat, sebaiknya dilakukan dengan sedikit demi sedikit

hingga bahan habis. Sampel yang terlalu banyak dan terlalu cepat dimasukkan ke mesin

ketika mesin belum selesai menggiling sampel sebelumnya, akan menghambat kerja

mesin sehingga waktu giling semakin lama. Untuk karung penampung, diikat dan

disambungkan dengan kuat ke bagian output mesin, agar tidak ada hasil gilingan yang

terbuang. Sementara itu menurut Sudigdo (2003) Jenis bahan merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan kerja alat selain ketrampilan operator,
kecepatan putaran mesin (rpm), ukuran alat dan diameter lubang saringan.

Penggilingan menggunakan screen 5, memiliki waktu penggilingan 1 menit 44

detik, waktu ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan screen 2. Waktu

giling menggunakan screen 2 yaitu 3,48 menit. Perbedaan waktu yang cukup jauh

dikarenakan ukuran lubang screen 2 yang lebih kecil , sehingga ukuran partikel bahan

yang dihasilkan lebih halus, otomatis waktu yang terpakai untuk menggiling akan

bertambah.
Perhitungan produktivitas mesin dilakukan untuk mengetahui kemampuan

mesin menghasilkan output per jam-nya. Untuk produktivitas mesin, didapatkan hasil

277,97 kg/jam, hasil ini terlalu besar dengan produktivitas mesin yang menggunakan

screen 2 yang hanya 120,07 kg/jam. Produktivitas mesin tersebut adalah 2x lipat lebih

dari hasil yang didapat dengan penggunaan screen 5. Seperti waktu penggilingan, hal

ini juga dipengaruhi oleh ukuran screen. Apabila ukuran screen besar (screen 5), maka

waktu giling akan semakin cepat, sehingga output yang dihasilkan dalam 1 jam mesin
berjalan juga akan menjadi banyak.

4.3 Penyaringan Bahan Pakan

4.3.1 Hasil Pengamatan

Tidak Tidak Tidak


Lolos
Kadar Berat lolos lolos lolos
No saringan no.
Air awal saringan saringan saringan
screen 30
no. 14 no. 18 no. 30
% gr gr % gr % gr % gr %
2* 17 1.000 11 1,09 193 19,3 341 34,1 Tidak dicatat
2* 12 1.000 12 1,2 145 14,5 335 33,5 491 49,1
3** 17 1.000 353 35,3 193 19,3 173 17,3 Tidak dicatat
3** 11 1.000 293 29,3 235 23,5 203 20,3 252 25,2
5 17 1.000 605 60,5 137 13,7 99 9,9 146 14,6
5 10,7 1.000 406 40,6 174 17,4 170 17 240 24
*data diambil dari data kelompok 10
**data diambil dari data kelompok 6

Praktikum kali ini membahas mengenai pengolahan fisik pada jagung yang
bertujuan untuk menpermudah ternak dalam mengkonsumsi bahan pakan yakni jagung.
Selama praktikum minggu ke-1 dan ke-2, kelompok kami mendapatkan sampel jagung
yang mengandung kadar air berturut-turut 17% dan 10,7%. Jagung digiling
menggunakan alat hammer mill dengan ukuran screen 5. Proses selanjutnya, setelah
digiling jagung akan disaring menggunakan alat saringan dengan ukuran yang berbeda
beda yakni no. 14, no. 18, dan no. 30.
Penyaringan ini dimaksudkan untuk memisahkan partikel jagung yang berbeda
yang nantinya akan diberikan kepada ternak sesuai dengan kebutuhannya. Partikel
dengan ukuran yang berbeda akan terpisah melalui proses penyaringan ini, partikel
yang lebih besar akan tertinggal, sedangkan partikel yang lebih halus akan lolos
saringan. Hal tersebut sesuai dengan mendapat dari R. Muchtadi (2013) yang
menyatakan, bahan-bahan yang lolos melewati lubang ayakan mempunyai ukuran yang
seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan untuk dilakukan penggilingan ulang.
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa ukuran screen dapat
mempengaruhi banyaknya bahan yang lolos saringan. Semakin besar ukuran screen
maka akan semakin banyak partikel yang tidak lolos saring pada saat penyeringan
pertama dalam hal ini pengayakan dengan saringan no. 14. Begitupun sebaliknya,
semakin kecil ukuran screen akan semakin banyak partikel yang lolos saringan.
Berdasarkan hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa perbedaan ukuran screen
akan mempengaruhi hasil akhir dari proses penyaringan, yakni semakin kecil ukuran
screen akan menghasilkan lebih banyak partikel bertekstur halus. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari R. Muchtadi (2013) yang menyatakan, pengayakan yaitu
pemisahan bahan berdasarkan ukuran mesin kawat ayakan, bahan yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari diameter mesin akan lolos dan bahan yang mempunyai ukuran
lebih besar akan tertahan pada permukaan kawat ayakan.

4.4 evaluasi pengolahan fisik bahan pakan (4)

Berdasarkan hasil praktikum bahan pakan yang telah diuji kualitasnya dengan

cara uji larutan iodin. Hasil uji larutan iodin bahan pakan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pecahan Butir (Pati).


Nomor Saring Warna Hari 1 Warna Hari 2
18 Biru pekat ungu dan memudar Putih kekuningan

Berdasarkan uji larutan iodin, jagung termasuk sumber energi, pada hari

pertama bahan pakan dengan kadar air ≥15% warna biru pekat (keunguan) setelah 5

menit di diamkan warna berubah menjadi kecoklatan. Sedangkan pada hari kedua

warna berubah menjadi putih kekuningan. Menurut Fessenden (1986) di Salam

pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan

dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat

membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya,

sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut.

Densitas adalah gambaran volume ruang yang ditempati bahan sejumlah berat

tertentu (Susanti dan Nurhidayat, 2008). Pengukuran densitas pada praktikum ini

dengan cara memasukan jagung hasil gilingan ke dalam silinder dan dijatuhkan dari

ketinggian 15 cm. Tinggi jagung yang hilang atau keluar dari silinder tersebut diukur

untuk dihitung densitasnya.

Hasil perhitungan menunjukan banyaknya partikel jagung yang mengisi silinder

tersebut sebesar 836,02 kg/m3. Ukuran partikel jagung hasil gilingan bila kecil maka
semakin sedikit ruang kosong yang masih tersisa pada silindris, namun jika partikel

jagung besar akan semakin banyak ruang kosong silindris. Hal ini berarti bahwa

semakin halus atau semakin kecil ukuran bahan pakan, akan semakin efisien dalam

penyimpanannya. Keuntungan mengetahui densitas bahan pakan jagung ini, yaitu

dapat diperhitungkan secara tepat berapa banyak jumlah bahan dan mengetahui apakah

padatan utuh atau serbuk karena perubahan densitas setelah pengolahan fisik akan
mempengaruhi konsentrasi pakan. Hal ini sesuai pernyataan Pomeranz (1971) bahwa
perubahan perunit densitas merupakan perubahan yang besar dalam konsentrasi bahan.

Herdeson dan Perry (1976), menambahkan bahwa kadar kehalusan bahan menunjukan

adanya keseragaman hasil penggilingan.

Hasil pengamatan bila dibandingkan dengan kelompok lain, densitas jagung pada

saringan 18 lebih besar dibandingkan saringan 14. Perbedaan tersebut dipengaruhi

ukuran partikel saringan 18 yang lebih halus. Penggilingan dan penyaringan yang

dilakukan menjadi faktor yang mempengaruhi besarnya densitas. Menurut Murdinah


(1989) densitas digunakan untuk mengetahui kekompakan dan tekstur pakan. Tekstur

pakan yang kompak akan tahan terhadap proses penekanan sehinggga ikatan antara

partikel penyusun pakan menjadi kuat ruang antara partikel bahan pakan tidak terisi

rongga udara.

Penutup (2)

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Daftar Pustaka (5)

Anda mungkin juga menyukai