Hukum Dan Regulasi Komunikasi (Tinjauan UU Pers Dan UU Penyiaran)
Hukum Dan Regulasi Komunikasi (Tinjauan UU Pers Dan UU Penyiaran)
Hukum Dan Regulasi Komunikasi (Tinjauan UU Pers Dan UU Penyiaran)
Disusun oleh :
2022
PENDAHULUAN
Fungsi dan kedudukan media merupakan salah satu kajian penting dalam ilmu
komunikasi (communication studies). Media yang dimaksud di sini adalah
organisasi/perusahaan yang menggunakan communication technology1 maupun
information technology2 untuk menyampaikan pesan-pesan secara rutin kepada
khalayak, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi (media massa) dan internet
(media interaktif). Seiring dengan kemajuan teknologi, kedudukan media semakin
penting. Upaya untuk memahami katakter, perilaku, dan efek media terus
dilakukan oleh ilmuwan dan praktisi komunikasi seiring dengan meningkatnya
peran media di dalam masyarakat. Menurut Denis Mc Quail3, media memiliki
fungsi penting, karena:
Edmund Burke (1729-1797) bahkan menyebut media (pers) sebagai the Fourth
Estate (pilar keempat) yang berfungsi sebagai watchdog4. Pilar pertama sampai
ketiga adalah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, sedangkan pilar keempat
adalah industri media(pers). Suatu pemerintahan modern tidak dapat melaksanakan
pembangunan tanpa keikutsertaan media. Masyarakat dan media memiliki
hubungan interaksi timbal balik yang saling mempengaruhi antara satu dengan
lainnya dalam pembangunan bangsa. Perilaku media tidak dapat dilepaskan dari
kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan sistem media. Pihak-pihak tersebut
adalah: (1) pekerja media (wartawan); (2) pemilik media (pengusaha); (3) audiens
(masyarakat); dan (4) regulator (pemerintah), semua pihak yang terkait disebut
stake holder. Kepentingan besar yang mempengaruhi media pada dasarnya
berujung pada dua kekuatan yaitu: kekuasaan politik (negara) dan kekuasaan
ekonomi (pengusaha). Menurut Mufid5, pergulatan dinamika media yang
melibatkan jurnalis dan publik di satu sisi, dan (market) dan negara di pihak lain,
adalah rekonstruksi relasi-relasi yang menghubungkan agensi dan struktur (variasi
market dan negara, atau keduanya). Penguasa otoritatif mengarahkan media
sebagai apartus ideologi negara untuk kepentingan hegemonisasi politik.
Sedangkan dalam lingkup kekuatan kapitalisme, media massa merupakan alat
produksi bagi kekuatan ekonomi tertentu untuk kepentingan pemilik modal. Kedua
kondisi ini membuat media tidak berdaya.
Media memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan pola pikir, sikap, dan
perilaku khalayak6. Agar perilaku media selaras dengan kepentingan nasional,
maka dibutuhkan regulasi yang menjamin profesionalisme media. Regulasi adalah
peraturan yang harus diikuti oleh media dalam menjalankan peran dan fungsinya di
masyarakat. Regulasi dapat berbentuk peraturan yang ditetapkan pemerintah
(seperti Undang-Undang Pers) atau kode etik yang berupa keputusan organisasi
profesi (seperti Kode Etik Jurnalistik). Tulisan ini mengkaji dua regulasi media di
Indonesia yaitu Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan Undang-
Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran.
RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud Undang- Undang Pers?
b. Apa saja prinsip-prinsip pengelolaan pers di Indonesia menurut undang-
undang ?
c. Apa yang dimaksud Penyiaran?
d. Apa saja Karakteristik lembaga penyiaran ?
PEMBAHASAN
Undang-Undang Pers, Regulasi yang mengatur pers di Indonesia adalah Undang-
Undang Nomor 40 tahun 1999tentang Pers. Dalam undang-undang ini disebutkan
bahwa: “Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari,memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia”.
Secara umum, pers adalah seluruh industri media yang ada, baik cetak maupun
elektronik. Namun secara khusus, pengertian pers adalah media cetak (printed
media). Dengan demikian, Undang-Undang Pers berlaku secara general untuk
seluruh industri media, dan secara khusus untuk media cetak.
KESIMPULAN
Media merupakan sebuah intitusi yang penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Agar media dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik,
maka regulasi media harus dilaksanakan secara profesional oleh industri media.
Regulasi adalah peraturan yang mengikat media dalam menjalankan aktivitasnya di
masyarakat. Regulasi dapat berbentuk peraturan yang ditetapkan pemerintah
(seperti Undang-Undang Pers); atau kode etik yang ditetapkan oleh organisasi
wartawan atau profesi (seperti Kode Etik Jurnalistik). Regulasi yang mengatur
kehidupan pers di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang
Pers.
Selain itu, juga ditetapkan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) untuk wartawan/industri
media yang diatur oleh Dewan Pers. Sedangkan regulasi penyiaran diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Media penyiaran terdiri
atas radio dan televisi. Media penyiaran dapat berbentuk: (a) Lembaga Penyiaran
Publik; (b) Lembaga Penyiaran Swasta; (c) Lembaga Penyiaran Komunitas; dan
(d) Lembaga Penyiaran Berlangganan yang memiliki karakteristik berbeda-beda.
Sebagai penjabaran Undang-Undang Penyiaran, Untuk melaksanakan amanat
Undang-Undang Penyiaran, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menetapkan
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Kedua
regulasi tersebut sangat penting dilaksanakan oleh industri media di tanah air
ditengah besarnya harapan masyarakat terhadap peran media untuk ikut serta
dalam mengatasi masalah-masalah bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Akil, M. A. Ilmu Komunikasi: Konstruksi, Proses, dan Level Komunikasi
Kontemporer.