Laporan Praktikum Teknologi Pakan
Laporan Praktikum Teknologi Pakan
Laporan Praktikum Teknologi Pakan
PENGOLAHAN FISIK
Disusun oleh :
Kelompok 6
Kelas F
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
laporan praktikum teknologi pakan dapat terselesaikan. Laporan ini diajukan guna memenuhi
Sebagai calon sarjana peternakan kami wajib dan harus mengetahui tentang pengolahan
fisik pada bahan pakan ternak. Pengolahan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi
bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun
dinding sel. Perlakuan secara fisik dapat digunakan dalam pengawetan, dan atau
menghilangkan anti nutrisi bahan. Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan
melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
Laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya laporan ini. Semoga Laporan ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Alat 12
3.2 Bahan 12
4.2 Pembahasan 17
V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA 21
3
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. 15
2. 16
3. 16
4
I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan sumber nutrisi untuk ternak. Dalam pakan terkandung berbagai zat
seperti karbohidrat, lemak, protein, air, abu dan serat. Kandungan yang terdapat pada pakan
sangat penting untuk pertumbuhn ternak. Setiap tenak memerlukan kandungan nutrisi dalam
pakan yang berbeda-beda seusai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pengolahan fisik
merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur
sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami penurunan kandungan air.
Salah satu jenis pakan yang biasa diberikan kepada ternak yaitu berupa konsentrat
(butiran). Salah satu pengolahan konsentrat adalah secara fisik. Tipe pengolahan fisik ada 2,
yaitu tipe pengolahan alami: menggunakan panas matahari (sun drying), dan tipe pengolahan
buatan dengan oven, tunnel, pengering berputar. Tipe pengolahan alami dengan
menggunakan kekuatan alam yaitu panas matahari dan angin (Sun drying). Keuntungan tipe
pengolahan ini adalah proses pengeringan dengan biaya murah dan memperoleh sinar
ultraviolet yang dapat membantu mengurangi pertumbuhan mikrobia yang merugikan (pada
proses yang sesuai). Tipe pengolahan buatan dengan bantuan mesin pengering (oven,
pengering terowongan (tunnel), pengering berputar dan lainnya). Kelebihan tipe pengolahan
ini adalah hemat tempat, waktu dan tenaga. Keuntungan pengolahan fisik adalah
memperpanjang masa simpan bahan pakan, dan menginaktifkan beberapa zat anti nutrisi.
1. Apa pengertian pengolahan bahan pakan dan pengolahan fisik bahan pakan ?
3. Bagaimana cara pembuatan Urea Molasses Block serta perbedaan kandungan kadar
5
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengolahan bahan pakan dan pengolahan fisik bahan
pakan.
2. Untuk mengetahui proses penyarigan pada bahan pakan hasil pengolahan fisik.
3. Untuk mengetahui cara pembuatan Urea Molasses Block serta Perbedaan kandungan
6
II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan Fisik
Pakan berkualitas baik mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat,
baik, jenis jumlah serta imbangan nutrisi bagi ternak sehingga proses metabolisme yang
terjadi didalam tubuh ternak akan berlangsung secara sempurna (Mochammad, 2004).
Pembuatan pakan yang disusun dari bahan baku berkualitas baik telah diuji (uji fisik, kimia,
dan biologis) dapat menghasilkan produk yang baik (Divakaran, 2003). Kualitas pakan dapat
kimiawi, biologis dan organoleptik sehingga dapat menentukan pakan yang berkualitas cukup
Pengamatan yang dilakukan secara sifat fisik memiiki tujuan untuk mengetahui mutu
bahan pakan yang tersedia. Keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan dan
penyimpanan dalam industri pakan tidak hanya membutuhkan informasi mengenai komposisi
kimia dan nilai nutrisi bahan saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat
menjadi partikel yang kecil atau halus (Koch, 2002). Selama proses penggilingan
harus tetap terjaga agar bahan baku tidak ada yang terbuang dan bahan baku menjadi
kecil serta seragam sehingga bahan baku pakan yang tercampur homogen
(Mochammad, 2004). Tujuan utama penghalusan bahan baku pakan adalah untuk
memperoleh ukuran relatif kecil dan seragam sehingga lebih homogen ketika
Pengurangan ukuran partikel contohnya pada biji jagung atau Zea mays Linn
ini sangat membantu pencernaan unggas, metode yang biasa digunakan untuk
mengurangi ukuran partikel adalah hammer mill dan roller mill (Waldroup,1997)
Ukuran partikel dapat didefinisikan sebagai diameter rata-rata butiran atau untuk
7
menyatakan tingkat kehalusan penggilingan bahan pakan yang disebut dalam ukuran
kasar, medium, dan halus (Davis dkk, 1951). Persyaratan SNI 01-3727-1995, kadar
air tepung jagung tidak lebih 10% dengan kehalusan minimal 99% .
menghasilkan grits, kulit, lembaga dan tip cap. Pemisahan kulit, lembaga, dan tip cap
dilakukan dengan cara pencucian dan perendaman, grits mengendap dan kulit serta
lembaga mengapung. Grits jagung dikering-anginkan selama 2 jam (hingga kadar air
±17%) untuk mempermudah ke tahap penggilingan selanjutnya. Kadar air grits yang
tinggi dapat menyebabkan bahan menempel pada disc mill sehingga menimbulkan
kemacetan pada alat, sedangkan kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan
partikel tepung setelah penggilingan lebih besar (tidak halus) (Faridi dan Faubion
1990).
dipakai untuk skala laboratorium. Menurut Khalil (1999), produk dari proses
pengayakan atau penyaringan ada dua meliputi ukuran lebih besar daripada ukuran
lubang-lubang ayakan (oversize) dan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-
meningkatkan keseragaman dan kualitas fisik bahan pakan, dengan dasar teori untuk
peningkatan nutrisi bahan pakan melalui penurunan kadar serat kasar secara fisik, hal
ini bertujuan akhir untuk optimalisasi penggunaan tepung jagung tersebut dalam
keseragaman bahan dan mendapatkan ukuran partikel bahan. Nomor mesh 4 (4,76
mm) sampai nomor mesh 16 (1 mm) mengindikasikan kriteria bahan dalam kondisi
kasar sedangkan nomor mesh 30 (0,548 mm) sampai nomor mesh 50 (0,28 mm)
digunakan untuk mengindikasikan kriteria bahan dalam kondisi medium dan nomor
8
mesh 100 (0,149 mm) digunakan untuk mengindikasikan kriteria bahan dalam kondisi
dari penggilingan tahap akhir kemudian diayak atau di saring dengan menggunakan
specks (noda) berwarna putih karena ukuran partikel yang lebih besar membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk menyerap air, sehingga bagian yang tidak menyerap air
tersebut membentuk noda berwarna putih (Faridi dan Faubion 1990). Persyaratan SNI
01-3727-1995 untuk lolos ayakan 60 mesh dan minimal 70% lolos ayakan 80 mesh.
2.3 Pengeringan
menghasilkan produk dengan satu atau lebih produk, tergantung tujuan produk yang
diinginkan, misalnya bentuk fisik (bubuk, pipih atau butiran), warna, rasa, dan
mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan
kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Bahan
yang dikeringkan biasanya mempunyai waktu simpan yang lebih lama. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengeringan ada 2 faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan
udara pengering seperti suhu, kelembaban udara dan faktor yang berhubungan dengan
sifat bahan seperti ukuran bahan, kadar air awal (Rukmana, 2005).
Salah satu pengeringan yang dilakukan yaitu membuat pakan tambahan seperti
Urea Molases Blok atau UMB. UMB (Urea Molases Block) adalah pakan suplemen
untuk ternak ruminansia, berbentuk padat yang kaya dengan zat-zat makanan, terbuat
dari bahan utama molase (tetes tebu) sebagai sumber energi, pupuk urea sebagai
sumber nitrogen (protein), bahan lain seperti garam dapur, ultra mineral, kapur
sebagai pelengkap zat-zat makanan, serta bahan pengisi dan penyerap molase seperti
dedak, konsentrat. Manfaat UMB untuk ternak antara lain adalah meningkatkan
9
konsumsi pakan, meningkatkan kecernaan zat-zat makanan, meningkatkan produksi
Bahan komposisi UMB yang digunakan terdiri dari molase sebagai komponen
utama dalam pembuatan UMB. Bahan ini digunakan karena mengandung karbohidrat
sebagai sumber energi dan mineral. Urea sebagai sumber nitrogen yang diperlukan
pada proses fermentasi dalam rumen dan bahan pengisi ditambahkan agar dapat
bentuk padat dan kompak. Bahan ini dapat berupa dedak padi, dedak gandum, bungkil
kelapa, bungkil biji kapuk, bungkil kedelai, ampas tebu, ampas tahu atau bahan lain
yang murah dan mudah didapat, lalu bahan pengeras, penambahan ini dimaksudkan
untuk menghasilkan UMB yang keras, bahan-bahan ini juga mengandung mineral
terutama Calsium (Ca) yang cukup tinggi, bahan pengeras antara lain tepung batu
kapur, semen (Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, 1990). Bentuk UMB yang padat
dan keras, bertujuan agar ternak mau “menjilati” bahan ini sesuai dengan kebutuhan
biologisnya, sehingga ternak akan mengkonsumsi zat-zat makanan yang berasal dari
bahan suplemen ini meskipun secara sedikit demi sedikit namun berlangsung terus
ini memiliki 2 cara yaitu dengan cara dijemur dengan sinar matahari dan dengan cara
di oven. Pengeringan matahari (sun drying) sering disebut juga sebagai pengeringan
pengeringan tradisional, karena menggunakan panas yang berasal dari sinar matahari
sehingga bahan yang akan dikeringkan harus dilindungi dari serangan serangga dan
sebaiknya ditutup pada malam hari. Pengeringan matahari juga sangat tergantung
pada iklim dengan matahari yang panas dan udara atmosfer yang kering (Frazier,
1988).
10
Pengeringan dengan oven yaitu dengan memanaskan, memanggang dan
kombinasi pemanas dengan humidity rendah dan sirkulasi udara yang cukup.
diantaranya dapat dipertahankan dan diatur suhunya selain itu, dapat melindungi
bahan pangan dari serangan serangga dan debu (Hui, 2007). Pengeringan dengan
menggunakan oven tidak disarankan untuk pengeringan bahan pangan karena sulit
untuk mengontrol suhu rendah dan pangan yang dikeringkan lebih rentan hangus
11
III
1.1.1 Penggilingan
2. Hammer mill
3. Screen ukuran 3
5. Timbangan
1.1.2 Penyaringan
3. Timbangan
4. Baki
5. Terpal
6. Plastik
1. Baki
2. Timbangan
3. Cetakan diameter 14 cm
4. Alat press
5. Wadah
6. Terpal (alas)
7. Molases
8. Semen
12
9. Garam
10. Urea
12. Dedak
13. Kapur
1.2.1 Penggilingan
3. Nyalakan mesin hammer mill & biarkan bekerja saat sampai mesin stabil
4. Tuangkan jagung secara bertahap kedalam mesin sambil menyalakan timer untuk
1.2.2 Penyaringan
13
2. Bahan yang berbentuk padat/kering dicampur dari yang jumlahnya sedikit lslu
3. Tambahkan bahan yang cair sedikit demi sedikit dan diaduk hingga tidak ada
gumpalan
5. Timbang adonan UMB dan ambil adonan sisa untuk dihitung kadar airnya
14
IV
4.1 Hasil
4.1.1 Penggilingan
a. Rumus
A
Produksi Mesin = B x 60 menit
b. Perhitungan :
4,67
Produksi Mesin = 1.43 x 60 menit
= 195,94 kg/jam
Tabel 1. Penggilingan
4.1.2 Penyaringan
a. Rumus
∑ jagung (gr ) x 100 %
%= 1000(gr)
15
b. Perhitungan
275
% Screen 14 = 1000 x 100% = 27,5%
238
% Screen 18 = 1000 x 100 % = 23,8%
257
% Screen 30 = 1000 x 100 % = 25,7%
221
% LS = 1000 x 100 % = 22,1%
9
% Kehilangan = 1000 x 100 % = 0,9%
Tabel 2. Penyaringan
Ukuran Kel 1 Kel 3 Kel 5 Kel 2 Kel 4 Kel 6 Kel 7 Kel 8 Kel 9 Kel 10
Mesh (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
18 19,2 3,3 16,6 20,9 31,7 23,8 19,5 15,3 16,5 15,7
30 36,5 3,2 37,3 15,1 21,7 25,7 20,9 13,7 13,5 16,6
LS 39,2 90,2 40,4 17,7 7,6 22,1 20,7 14,3 13,7 15,6
4.1.3 Pengeringan
a. Rumus
A−(C−B)
Kadar Air % = x 100 %
A
b. Perhitungan
6−(30−25)
Kadar Air % = x 100 %
6
= 16,6%
Tabel 3. Pengeringan
B. Akhir
16
3 1,923 1,919 0,004 33,3 26,5 1,873
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penggilingan
hammer mill. Hammer mill sendiri adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggiling atau
menghaluskan bahan pakan. Jika ingin menggiling menggunakan hammer mill, perlu
disediakan screen. Screen disini bertujuan juga untuk membantu fungsi penggilingan
hammer mill. Screen memiliki berbagai macam ukuran, namun pada praktikum, hanya
disediakan ukuran screen 2, 3 dan 5. Perbedaanya hanyalah ukuran mmnya. Jagung yang
sudah dimasukan pada hammer mill yang keadaannya masih mati, kemudai dinyalakan.
Waktu harus dihitung dari awal mesin dinyalakan sampai mesin dimatikan atau pada saat
jagung sudah semua digiling. Sedikit-sedikit jagung digiling sampai habis. Hasil jagung yang
digiling, masuk ke karung yang terdapat dibawah hammer mill. Hammer mill dimatikan
apabila semua jagung telah selesai digiling, kemudian jagung halus yang ada didalam karung
dilakukan, terlihat bahwa nilai produktifitas mesin tertinggi ada pada kelompok 7, 8, 9, 10
yang menggunakan screen 5. Pada kelompok 9 contohnya, didapatkan hasil 1034,48 dengan
17
waktu penggilingan hanya 29 detik. Hasil perhitungan terkecil didapatkan oleh kelompok 1,
3, dan 5 yang menggunakan screen 2. Kelompok 3 mendapat hasil 67,41 dengan lama waktu
Hasil-hasil ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran screen yang digunakan pada
saat penggilingan, semakin besar produktifitas mesin yang didapatkan. Jagung yang digiling
menggunakan screen 5 ialah yang paling besar. Semakin besar ukuran screen maka semakin
sebentar juga waktu penggilingan karena hasil yang didapat, jagung masih berukuran partikel
besar sedangakn pada screen yang berukuran 2 atau screen yang paling kecil, dibutuhkan
waktu yang lebih lama untuk menggiling karena hasil yang didapat lebih halus atau
partikelnya lebih kecil. Pada kelompok 6 didapatkan berat akhir yang paling kecil dan pada
kelompok 7 berat akhir bertambah dari berat awal, ini dikarenakan hasil dari gilingan
kelompok 6 belum terangkat semua atau masih ada yang tersisa di karung hasil penggilingan,
4.2.2 Penyaringan
Pada kegiatan penyaringan digunakan 3 macam mesh (saringan) dengan ukuran yang
berbeda yaitu mesh ukuran 14, 16, dan 30. Semakin besar angka ukuran mesh maka akan
semakin rapat saringan tersebut. Tabel hasil praktikum menunjukkan hasil saringan dari mesh
14 sebanyak 27,5% yang tidak lolos saringan, mesh 16 sebanyak 28,3% yang tidak lolos, dan
mesh nomor 30 sebanyak 25,7% yang tidak lolos saringan. Total jagung yang lolos saringan
sebanyak 22,1% dan kehilangan sebanyak 0,9%. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan antar
setiap kelompok dikarenakan ukuran partikel jagung yang telah digiling berbeda-beda. Pada
kelompok kami, mesh nomor 4 menghasilkan lebih banyak jagung yang tidak lolos. Hal
tersebut menunjukkan bahwa partikel jagung kelompok kami masih kasar atau oversize.
Kehilangan sebanyak 0,9% dikarenakan partikel jagung ada yang menempel pada mesh dan
berceceran saat dilakukan penyaringan. Banyak sedikitnya jagung yang lolos dikarenakan
ukuran partikel jagung kelompok kami masih kurang halus. Lama penyaringan pada setiap
mesh juga dapat mempengaruhi banyak sedikitnya jagung yang lolos saringan.
18
4.2.3 Pengeringan
bahan yaitu urea sebanyak 10% (200 gram), garam 5% (100 gram), semen 5% (100 gram),
mineral mix 5% (100 gram), kapur 10% (200 gram), molasses 20% (400 gram), dan dedak
sebanyak 45% (900 gram). Pencampuran bahan dilakukan mulai dengan bahan yang
jumlahnya sedikit kemudian dedak dan urea, terakhir bahan yang cair (molases). Semen pada
campuran adonan berfungsi sebagai perekat dari semua bahan yang digunakan untuk
pembuatan UMB. Pencampuran bahan cair dilakukan terakhir agar saat melakukan
homogenisasi bahan tidak sulit menyatu. Setelah dilakukan pencetakan pada adonan UMB,
adonan ditimbang kemudian adonan sisa di ambil sebagai sampel untuk diketahui kadar air
dari adonan UMB tersebut. Kemudian dilakukan perhitungan kadar air pada sampel UMB.
Pengeringan terbagi menjadi dua cara yaitu menggunakan oven dan menggunakan matahari.
Pengeringan pada praktikum ini dilakukan dengan cara penjemuran menggunakan tenaga
matahari. UMB di jemur mulai pagi hari sampai sore hari selama 3 hari kemudian diukur
suhu akhirnya. Setelah UMB dalam keadaan kering, ditimbang kembali untuk mengetahui
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk pengolahan Urea Molases Block
(UMB) oleh kelompok kami, didapatkan data berat awal 2,2 kg, berat akhir 2,17 kg, berat
sisa 0,03 kg, kadar air 16,6%, suhu 26,5% dan berat akhir pengeringan 2,085 kg.
V. KESIMPULAN
19
5.1 Kesimpulan
mill dan Roller Mill dan menggunakan screen 2 dengan cara memasukkan jagung
2. Mengetahui proses penyaringan pada bahan pakan hasil pengolahan fisik dengan
4. Mengetahui perbedaan kandungan air sebelum dan sesudah proses pengeringan dan
cara pembuatan UMB. Kandungan air sebelum proses pengeringan yaitu 2,2 gram dan
20
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 148 hlm.
Arief T.Q, Mochammad. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.
Klaten : CSGF.
BSN. 1997. Tepung Jagung (SNI 01-3727-1995). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Davis, R. l., Hill, E. G., Sloan, H. J., dan Briggs, G. M. 1951. Detrimental effect of corn of
coarse particle size in rations of chicks. Poultry Science 30: 325- 328.
Brebes.
Divakaran, S. 2003. Moisture in Feed and Food Product: it is not just water. Feed
Faridi H dan JM Faubion. 1990. Dough Reology and Baked Product Texture. Nostrand
Reinhold, USA.
Frazier, W. C. dan D. C. Westhoff. 1988. Food Microbiology 4thedition. Mc Graw Hill Book
Hughes, K.V. & B.J. Willenberg. 1994. Quality for Keeps : Drying Foods. University of
Hui, Y. H. 2007. Handbook of Food Products Manufacturing. John Wiley and Sond Inc.
21