Askep Keperawatan
Askep Keperawatan
Askep Keperawatan
DOSEN PENGAMPU :
Ns.Okta Dwi Lestari, S.Kep
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD NUR MISWARI
162210038
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Penyakit
1. Definisi Acute Coronary Syndrome (ACS)
Acute Coronary Syndrome(ACS) adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan oklusi akut arteri koroner akibat rupturnya plak aterosklerosis
(Williams dan Wilkins, 2011). STEMI (ST Elevasi Miokard Infark)
merupakan indikator terjadinya sumbatan total pembuluh darah arteri koroner
(PERKI, 2018). Menurut Hamm, et. al. (2011) yang dikatakan ACS tipe
STEMI adalah infark miokard dengan riwayat nyeri dada yang terjadi saat istirahat,
nyeri menetap, durasi lebih dari 30 menit dan tidak hilang dengan nitrat, serta
EKG menunjukkan elevasi segmen ST pada sadapan yang berdekatan.
2. Manifestasi klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada bagian tengah, seperti diremas-
remas, ditusuk, panas, tertindih atau tertekan benda berat. Nyeri dapat
menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung
dan epigastrium. Nyeri berlangsung lama dan tak responsif terhadap
nitrogliserin, disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin
dan berdebar. Pada pasien diabetes dan orangtua, tidak ditemukan nyeri sama
sekali. Bila di anamnesis lebih teliti sering sudah didahului keluhan-keluhan
angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium (Kasron, 2016).
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat
normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop.
Adanya krepitasi basal menunjukkan bendungan paru-paru. Nadi cepat, kulit
dingin dan pucat, serta hipotensi sering ditemukan pada kasus yang relatif lebih
berat, terkadang ditemukan pulsasi diskinetik yang berada pada dinding dada
IMA inferior (Kasron, 2016).
3. Etiologi
Nurarif (2015) menyebutkan ACS dapat disebabkan oleh dua faktor, antara
lain :
a. Faktor Penyebab
1) Suplai oksigen ke miokard berkurang disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
faktor darah (hipoksemia, polisitemia, anemia), faktor sirkulasi
2
(hipotensi, stenosis aorta) dan faktor pembuluh darah (spasme, artritis,
aterosklerosis).
3
b. Selaput pembungkus jantung
4
2) Lapisan miokardium Miokardium adalah lapisan dinding jantung kedua di
bawah epikardium. Lapisan ini adalah lapisan paling tebal yang terdiri atas
jaringan otot-otot jantung. Lapisan miokardium inilah yang memungkinkan
terjadinya gerak jantung berdenyut memompa darah ke seluruh tubuh.
3) Lapisan endokardium Lapisan dinding jantung paling dalam yang bertemu
dengan jantung dan darah, terdiri atas jaringan epitel skuamosa.
d. Ruang jantung
1) Atrium jantung
Terbagi berdasarkan letaknya, yaitu atrium kanan dan atrium kiri. Atrium
jantung berfungsi menampung darah yang masuk ke jantung melalui
pembuluh darah vena pulmonalis untuk atrium kiri dan pembuluh darah vena
cava untuk atrium kanan.
2) Ventrikel jantung
e. Katup jantung
5
Katup jantung atau yang disebut sebagai valve mempunyai fungsi sebagai
pintu pembatas antara ruang-ruang yang mempunyai kemampuan membuka dan
menutup. Terdapat dua jenis katup jantung di dalam rongga jantung manusia,
yaitu (Smeltzer dan Bare, 2012):
Katup jantung yang mempunyai dua daun katup (Bi=dua) yang membatasi
ruang atrium kiri dengan ventrikel kiri.
b) Katup trikuspidalis
Katup semilunaris adalah katup jantung yang berbentuk seperti bulan sabit
(Luna = Bulan), katup ini berada diantara ruang ventrikel dengan pembuluh
darah di luar jantung. Fungsi katup S.L adalah untuk mencegah aliran balik
darah yang sudah keluar dari jantung kembali ke ruang ventrikel selama fase
DIASTOLE. Katup semilunaris terbagi atas:
a) Katup aorta
6
f. Pembuluh darah jantung
Jantung mendapatkan pasokan oksigen dan zat nutrisi dari pembuluh darah
yang disebut pembuluh darah koroner. pembuluh darah ini terbagi atas dua
jenis, yaitu (Guyton, 2012):
1) Arteri koronaria
Arteri koroner kanan keluar dari sinus aorta kanan dan berjalan sepanjang
dinding jantung di celah antara atrium kanan dan kiri, kemudian menuju
bagian apeks (bawah) jantung.
Arteri koronaria kiri keluar dari sinus aorta kiri dan kemudian mencabang
menjadi dua: • Arteri desenden anterior / left anterior descending (LAD) •
Arteri sirkumflex / left circumflex artery (LCX)
7
2) Vena koronaria / pembuluh darah balik vena
5. Patofisiologi
Faktor-faktor usia, genetik,diet,merokok,diabetes melitus type II, hipertensi
dan inflamasimenyebabkan disfungsi dan aktivasi endotheliat. Disfungsi yang
terjadi pada endotel mengakibatkan sel-sel tidak dapat lagi memproduksi
molekul-molekul vasoaktif seperti nitric oxide, yang bekerja sebagai anti-
poliferasi, anti-trombotik dan vasodilator. Sementara itu, disfungsi endotel justru
dapat meningkatkan produksi, endotelin-1, angiostensin-II dan vasokontrisiktor
yang berperan dalam perpindahan dan pertumbuhan sel. Faktor pertumbuhan
dan trombosit menyebabkan migrasi otot polos dari tunika media kedalam
tunika intima dan proliferasi matriks. Proses ini mengubah bercak lemak
menjadi atheroma matur.
STEMI disebabkan oleh adanya aterosklerotik pada arteri korener atau
penyebab lainya yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen miokardium. Proses aterosklerotik terjadi akibat
adanya cedera pada sel endotel yang bersentuhan langsung dengan zat-zat dalam
darah. Permukaan sel menjadi kasar, sehingga zat-zat didalam darah menempel
masuk kelapisan dinding arteri. Kemudian, terjadi fisura, rupture atau ulserasi
pada penumpukan plak aterosklerosis dan kondisi lokal atau sistemik dapat
8
memicu tromogenesis sehingga mengakibatkan sumbatan total pada arteri
koroner.
Infark miokard yang disebabkan thrombus arteri koroner dapat mengenai
endocardium sampai epikardium, disebut infark transmural. Tetapi bisa juga
terjadi infark subendokardial, yaitu infak yang terjadi hanya mengenai
darah subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan, infark sudah
terbentukpada subendokardial, dan bila berlanjut tanpa segera ada penanganan
maka rata-rata dalam 4 jam dapat terjadi infark transmural. Kerusakan
terjadi secara menyeluruh dari endocardium sampai epikardium, proses
remodeling miokard yang mengalami injury terus berjalan hingga beberapa
minggu atau bulan karena darah infark yang meluas dan daerah non infark
mengalami pelebaran.
Otot yang mengalami infark akan mengalami beberapa perubahan selama
berlangsungnya proses pemulihan, pertama-tama otot yang mengalami infark
tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran daerah regional
kemudian dalam jangka waktu 24 jam akan timbul edema pada sel-sel dan
muncul respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim jantung akan
terlepas dari sel, mulai hari kedua atauketiga terjadi proses degredasi ringan dan
pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relative
tipis, kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat
laun jaringan penyambung fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan
mengalami penebalan yang progesif. Pada minggu keenam parut sudah
terbentuk dengan jelas.
Setelah terjadi infark miokard, akibatnya antaralain : peningkatan akhir
diastolik ventrikel kiri, peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik
ventrikel, menurunnya daya kontraksi, gerakan dinding abnormal,
perubahan daya kembang dinding ventrikel, penurunan curah sekuncup, dan
penurunan fraksi ejeksi.
9
6. Pathway
10
7. Kemungkinan data focus
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan menurut Muttaqin (2009) :
a.Identitas : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, agama,
pekerjaan.
b.Keluhan utama : biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas dan
pingsan.
c.Riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dengan
melakukan serangkaian pertanyaan tentang nyeri dada klien secara
OPQRSTU sebagai berikut :
1) Onset : sejak kapan nyeri itu muncul.
2) Provoking incident : nyeri setelah beraktivitas, tidak berkurang dengan
istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
3) Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan klien. Sifat
keluhan nyeri seperti tertekan.
4) Region, radiation, relief : lokasi nyeri diatas perikardium atau d idaerah
substernal, menyebar ke seluruh dada, terjadi nyeri serta kelemahan bahu
dan tangan.
5) Severity (scale) of pain : klien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri
yang dirasakan 1-10 skalanya.
6) Time : sifat mula timbulnya (onset), gejala timbul mendadak. Durasi
(lama timbulnya) nyeri dada dirasakan lebih dari 15 menit. Nyeri dada
infark miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, biasanya lebih
parah dan berlangsung lebih lama.
7) Understanding : tindakan apa yang sudah dilkukan untuk
mengurangi nyeri.
d. Riwayat penyakit dahulu yang mendukung kaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita nyeri dada, hipertensi, DM dan hiperlipidemia.
e. Riwayat keluarga : tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga.
Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda
merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada
keturunannya.
11
f. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan : situasi tempat bekerja dan
lingkungannya. Kebiasaan dalam pola hidup, misalnya merokok, minum
alkohol atau obat tertentu.
g. Pemeriksaan fisik klien terdiri atas keadaan umum dan B1-B6.
1) Keadaan umum : klien AMI biasanya didapatkan kesadaran baik atau
composmetisdan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusisaraf pusat.
2) B1 (Breathing) : terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan
keluhan nafas seperti tercekik, biasanya terdapat dispnea kardia yang
dapat timbul pada waktu beristirahat bila keadaannya masih
parah.
3) B2 (Bleeding) : pemeriksaan dilakukanmelalui teknik inspeksi : adanya
parut, palpasi : denyut nadi perifer melemah, perkusi : tidak ada
pergeseran batas jantung, auskultasi : tekanan darah biasanya
menurun akibat penurunan volume sekuncup pada AMI. Bunyi
jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak didapatkan
pada AMI tanpa komplikasi.
4) B3 (Brain) : kesadaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosis
perifer.
5) B4 (Bladder) : perlu dipantau adanya oliguri pada klien AMI karena
merupakan tanda awal dari syok kardiogenik dengan pengukuran
volume keluaran urin yang berhubungan dengan asupan cairan.
6) B5 (Bowel) : kaji pola makan sebelumnya adanya peningkatan
konsumsi garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respon
mual dan muntah.
7) B6 (Bone) : aktivitas, gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur,
gerak statis dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda : takikardi,
dispnea pada saat istirahat atau aktivitas dan kesulitan melakukan tugas
perawatan diri.
a. i. Daya ingat
b. j. Berhitung
12
c. k. Pengenalan benda
d. l. Praksis (integrasi
aktivitas motori itung
B. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang untuk mengkonfirmasi diagnosis STEMI dibagi
menjadi 4, yaitu:
a. Elektrocardiografi (ECG): Adanya elevasi segmen ST pada sadapan
tertentu:Lead II, III, aVF :infark inferior, Lead V1-V3 : infark anteroseptal,
Lead V2-V4 : infark anterior, Lead I, aVL, V5-V6 : infark anterolateral,
Lead I, aVL : infark high lateral, Lead II, III, aVF, V5-V6 : infark
inferolateral luas, Lead I, aVL, V1-V6 : infark inferolateral, Adanya Q valve
patologis pada sadapan tertentu.
b. Serum Kardiac Marker: Beberapa protein tertentu yang disebut biomaker
kardiakyaitu, cTnT,cTnI, dan CKMByang dilepasdari otot jantung yang
mengalami nekrosis setelah STEMI.
c. Cardiac Imaging
1) Echocardiography: Pada pasien STEMI hampir selalu ditemukan kelainan
pergerakan dinding pada dua dimensi echocardiografi.
2) High Resolution MRI : Dapat mendeteksi infark miokard secara akurat.
d. Angiografi: Tes diagnostik invasive dengan memasukkan kateterisasi
jantung yang memungkinkan visualisasi langsung terhadap arteri koroner
besar dan pengukuran langsung terhadap ventrikel kiri.
C. Komplikasi
a. Gangguan Hemodinamik
1) Gagal Jantung
Setelah STEMI seringkali terjadi disfungsi miokardium dalam fase
akut dan subakut. Jika dilakukan revaskularisasi dengan segera
menggunakan teknik trombolisis atau IKP, perbaikan fungsi ventrikel
dapat terselamatkan, tetapi apabila jejas transmural atau obstruksi
mikrovaskular sudah terjadi terutama pada dinding anterior,dapat
13
menyebabkan komplikasi akut yang berakhir gagal jantung kronik
(PERKI, 2018).
2) Gangguan konduksi dan aritmia dalam fase akut
Aritmia dan gangguan konduksi sering ditemukan dalam beberapa
jampertama setelah infark miokard, diantaranya : aritmia
supraventrikular, aritmia ventrikular, sinus bradikardi dan blok jantung
(PERKI, 2018).
b.Komplikasi Kardiak
Faktor risiko terjadinya komplikasi kardiak diantaranya usia lanjut, infark
dinding anterior, iskemia berkepanjangan, gejala Killip II-IV atau
berkurangnya aliran TIMI. Beberapa komplikasi mekanis dapat terjadisecara
akut dalam beberapa hari setelah STEMI, meskipun insidensinya
belakangan berkurang dengan meningkatnya pemberian terapi reperfusi
yangsegera dan efektif. Komplikasi yang mungkin terjadi diantaranya :
infark ventrikel kanan, regurgitasi katup mitral, perikarditis, ruptur
jantung, ruptur septum ventrikel, trombus ventrikel kiri serta aneurisma
ventrikel kiri (PERKI, 2018).
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut PERKI (2018) dalam Aditya (2020) yang dimaksud dengan terapi
awal adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis kerja
kemungkinan ACS atau ACS atas dasar keluhan angina di ruang gawat darurat,
sebelum ada hasil pemeriksaan EKG dan / atau marka jantung. Terapi awal yang
dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin (MONA), yang tidak harus
diberikan semua atau bersamaan. Penanganan dini yang harus segera dilakukan
pada pasien dengan keluhan nyeri dada tipikal dengan kecurigaan ACS adalah:
a. Tirah baring
b. Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri
< 95% atau yang mengalami distress respirasi.
c. Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien ACS dalam 6 jam
pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi O2 arteri.
d. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak diketahui
toleransinya terhadap aspirin. Aspirin tidak bersalut lebih terpilih mengingat
absorpsi sublingual (di bawah lidah) yang lebih cepat.
e. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
14
Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali pada pasien STEMI yang direncanakan
untuk reperfusi menggunakan agen fibrinolitik atau dosis awal clopidogrel 300
mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien yang
direncanakan untuk terapi reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, penghambat
reseptor ADP yang dianjurkan adalah (clopidogrel).
f. Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang
masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat jika nyeri dada tidak hilang
dengan satu kali pemberian, dapat diulang setiap lima menit sampai maksimal
tiga kali. Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang tidak responsive
dengan terapi tiga dosis NTG sublingual dalam keadaan tidak tersedia NTG,
isosorbid dinitrat (ISDN) dapat dipakai sebagai pengganti.
g. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien
yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual.
9. Kemungkinan diagnosa keperawatan
Menurut Nurarif (2015) masalah keperawatan yang lazim muncul pada ACS,
yaitu :
a. Gangguan petukaran gas.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
c. Nyeri akut.
d. Penurunan curah jantung.
e. Intoleransi aktivitas.
f. Ansietas dan defisiensi pengetahuan.
10. Rencana Tindakan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Intervensi
1. Nyeri akut Nyeri terkontrol atau Kaji secara
hilang sama sekali, komperhensif
dibuktikan dengan terhadap nyeri
kriteria hasil : klien termasuk lokasi,
melaporkan nyeri karakteristik,
berkurang, klien durasi, frekuensi,
dapat menggambarkan kualitas, intensitas
faktor penyebab, klien nyeri dan faktor
15
dapat menggunakan presipitasi,
teknik non observasi reaksi
farmakologis, klien ketidaknyaman
menggunakan secara non
analgesik sesuai verbal, tentukan
instruksi. pengaruh nyeri
terhadap kualitas
hidup (nafsu
makan, tidur,
aktifitas, mood,
hubungan sosial),
tentukan faktor
yang dapat
memperburuk
nyeri, lakukan
evaluasi cara
mengontrol nyeri
dengan klien dan
tim kesehatan lain,
berikan informasi
tentang nyeri,
termasuk
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan hilang,
ajarkan cara
penggunaan terapi
non farmakologis
(distraksi,
relaksasi),
kolaborasi dalam
pemberian
analgesik.
16
2. Penurunan Curah Pemenuhan curah monitor tanda-
Jantung jantung dapat teratasi, tanda vital
dibuktikan dengan secara berkala,
kriteria hasil : monitor saturasi
mempertahankan oksigen secara
stabilitas hemodinamik berkala, monitor
(TD, curah jantung aritmia (kelainan
dalam rentang normal, irama dan
haluaran urine adekuat, frekuensi),
penurunan/tidak ada monitor balance
distritmia), cairan, evaluasi
melaporkan kualitas dan
penurunan episode kesamaan nadi
dyspnea, angina, sesuai indikasi,
mendemonstrasikan lakukan
peningkatan toleransi perekaman EKG,
terhadap aktivitas. catat adanya
distritmia, catat
respon terhadap
aktivitas dan
peningkatan
istirahat dengan
tepat, kaji ulang
EKG, kaji
rontgen dada,
data laboratorium
(enzim jantung,
GDA, elektrolit),
dan kolaborasi
pemberian obat.
a. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan denganmelaksanakan rencana keperawatan yang telah
17
disusun sesuaidengan kondisi dan kebutuhkan pasien. Perawat
melaksanakan rencana keperawatanbaik secara mandiri,instruksi dari
medismaupun kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
b. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk
menentukan adanya perubahan maupun perbaikan kondisi pasien. Tahap ini
menentukan apakah hasil yang diharapkan telah terpenuhi (Potter dan Perry,
2009). Evaluasi keperawatan pada pasien STEMI adalah diharapkan
pertukaran gas adekuat, nyeri terkontrol atau hilang sama sekali, perfusi
jaringan perifer adekuat, curah jantung adekuat dan terjadi peningkatan
aktivitas secara bertahap.
https://library.poltekkesjakarta1.ac.id/viewer/?file=../repository/repository//
65_KEPERAWATAN_ROSA%20SALSAPRILIA_P17120017067_083876744664.pdf
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/2466/KIAN%20BAB%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. B YANG MENGALAMI ACUTE
CORONARY SYNDROME(ACS) DENGAN ST ELEVASI MIOKARD INFARK
(STEMI) DI RUANG ICCU RSUD CIBINONG
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS
1) Identitas Klien
a) Nama : Tn.B
b) No.Med.Rec : 11325808
c) Umur : 58
d) Status Perkawinan : Menikah
e) Jenis Kelamin : Laki-Laki
f) Tanggal Pengkajian : 10-05-2023
g) Agama : Islam
h) Alamat Rumah :
i) Dignosa Medis : STEMI
j) Hari Rawat Ke :1
b. Pengkajian Primer
1) Airway : Tidak ada sumbatan
2) Breathing : RR 21x/m, hembusan nafas teraba, pernafasan efektif
3) Circulation : nadi karotis teraba, nadi 87x/m, TD 120/70, CRT < 2s, SpO2
97
4) Disability : Tingkat kesadaran compos mentis, gcs 15
5) Exposure :
c. Pengkajian Sekunder (Riwayat Sakit dan Kesehatan)
Alasan dirawat di HCU/ICU/ICCU :
Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien mengatakan
19
1. Keadaan Umum :
2. Kesadaran :
3. TTV :
TD :
Nadi :
Suhu :
Pernafasan :
4. Berat Badan :
Tinggi Badan :
IMT :
Sistem Pernafasan
1. Pola napas :
2. Tipe Pernafasan :
3. Retraksi dada :
4. Nafas Cuping Hidung :
5. Nyeri Saat Bernafas :
6. Ekspansi Dada :
7. Sesak Nafas :
8. Batuk :
9. Sumbatan Jalan Nafas :
10. Bunyi Nafas :
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Sistem Cardiovaskuler
1. Nyeri Dada : tidak/sudah berkurang drastis
2. Irama Jantung : Sinus Ryhtme
3. CRT : < 2 detik
4. Akral : Teraba hangat
5. Peningkatan JVP : tidak
6. Nyeri Dada : sudah berkurang drastis
7. Bunyi Jantung : lup dup
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Sistem Neurologis
20
1. GCS :
2. Kesadaran :
3. Pupil :
4. Refleks :
Bisep :
Trisep :
Patella :
Archilles :
Babinsky :
Lainnya :
5. Koordinasi gerak :
6. Pelo :
7. Parese dan Plegia :
8. Aphasia :
9. Kejang :
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Sistem Persepsi Sensori :
1. Mata :
Sklera :
Konjungtiva :
Gangguan Penglihatan :
Alat Bantu Penglihatan :
Lain-lain :
2. Hidung
Epistaksis :
Polip :
Gangguan Penciuman :
Lain-lain :
3. Telinga
Gangguan Pendengaran :
Alat Bantu Pendengaran :
Sumbatan :
Lain-lain :-
21
Masalah Keperawatan :
Sistem Perkemihan
1. Urine : Frekuensi :
2. Kateter :
3. Nyeri Tekan :
4. Gangguan Berkemih :
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Sistem Pencernaan
1. Bibir :
2. Tenggorokan :
3. Abdomen :
4. Acites :
5. Peristaltik Usus :
6. Nyeri :
7. Massa :
8. Makan :
9. Minum :
10. BAB :
11. Gangguan Rectum
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Sistem Muskuloskeletal
1. ROM :
2. Keseimbangan :
3. Nyeri Otot/Tulang :
4. Kaku Sendi :
5. Alat Bantu Gerak :
6. Kekuatan Otot
Lain-lain :
22
Masalah Keperawatan :
Sistem Integumen
1. Warna Kulit :
2. Turgor :
3. Edema :
4. Lesi :
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Sistem Reproduksi
Laki-laki / Perempuan (coret salah satu)
1. Kemerahan :
2. Gatal-gatal :
3. Bengkak :
4. Pus :
5. Kelainan Bawaan :
6. Nyeri :
7. Gangguan Payudara :
8. Masalah Haid dan Reproduksi :
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Tidur dan Istirahat
1. Waktu Tidur :
2. Pengantar Tidur :
3. Pola Tidur Siang :
4. Gangguan Tidur :
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Personal Hyegiene
Mandi :2x/hari
Ganti Pakaian : 2x/hari
Sikat Gigi : 2x/hari
Menyisir Rambut : 2x/hari
Keramas : 2 hari/sekali
23
Potong Kuku : 1 hari/sekali
Aktivitas Dasar
ADL’S 0 1 2 3 4
Makan/Minum
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi Dari
Tempat Tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
Psiko-Sosio-Spiritual
Hubungan dengan Orang lain :
Penampilan :
Mood :
Konsep Diri :
Proses Pikir :
Orientasi :
Kegiatan Ibadah :
Terapi/Program Medis
Tgl Nama Obat Dosis Rute
Miniaspi 1x80 mg
CPG 1x75 mg
Atorvastatin 1x20 mg
Nitrokaf 2x2,5 mg
Sucrafat 3x1
Pantropazole 2x1
24
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Trombosit 242000 150000-450000 /µL
Hematokrit 45.8 36-42 %
DARAH RUTIN
Hemaglobin 15.0 12.0-17.3 gr/dL
Leukosit 11850 5000-10000 /µL
Hitung Jenis (DIFF)
Hitung Jenis (DIFF)
Basofil 0-1 %
Eosinofil 1-3 %
Batang 2-6 %
Segmen 50-70 %
Limfosit 20-40 %
Monosit 2-8 %
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu
Glukosa Sewaktu 221 70-200 mg/dL
Ureum
Ureum 48 20-40 mg/dL
Creatinin
Creatinin 2.0 0.5-1.5 mg/dL
SGOT
SGOT < 31 U/L
SGPT
SGPT < 32 U/L
ELEKTROLIT
Natrium
Natrium 130 135-155 mEq/L
Kalium
Kalium 4.3 3.6-5.5 mEq/L
Chlorida
Chlorida 105 95-108 mEq/L
25
Pemeriksaan Penunjang lainnya
No. Nama Pemeriksaan Tanggal Hasil Kesan/Kesimpulan
1. EKG
2. Foto Ro-Thorax
3. Head CT-Scan
26
2. Analisa Data
27
kebingungan
3. Rumusan Masalah
28
4. Rencana Keperawatan
29
e.Saturasi oksigen dalam rentang 1.Kolaborasi pemberian obat antiplatelet :
normal(95 -100%) a.Ascardia 1 x 160 mg (PO) (08.00)
b.Plavix 1 x 75 mg (PO) (08.00)
c.Lovenox 2 x 0,6 ml (SC) (10.00 & 22.00)
2. Defisit Setelah dilakukan tindakan asuhan Edukasi Kesehatan
pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi :1.Identifikasi kesiapan an kemampuan
tentang diharapkan defisit pengetahuan pada menerima informasi
pengendalian klien teratasi dengan kriteria hasil : 2.Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
penyakit tidak a.Perilaku sesuai anjuran meningkat menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
menular (PTM) b.Verbalisasi minat dalam belajar Terapeutik :
berhubungan meningkat 1.Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
dengankurang c.Kemampuan menjelaskan tentang pengendalian penyakit tidak menular (PTM)
terpapar informasi pengetahuan tentang pengendalian 2.Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
penyakit tidak menular (PTM) 3.Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat Edukasi :
1.Jelaskan strategi yang dapat digunakan pada
pengendalian penyakit tidak menular (PTM) untuk
mencegah kekambuhan dengan GERMAS (Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat)
2.Ajarkan perilaku hidup sehat dengan CERDIK
30
5. IMPLEMENTASI
Diagnosa Tgl/Waktu Implementasi Respon (Subjektif dan Objektif) Paraf
Keperawatan
Risiko perfusi Nadi teraba kuat, teratur, akral teraba dingin,
perifer tidak Memeriksa sirkulasi nadi perifer, CRT 2 detik, warna kulit normal, T : 36,0°C
efektif pengisian kapiler, warna dan suhu
Tn. B
31
Defisit
pengetahuan Mengidentifikasi tingkat Klien menanyakan bagaimana cara
tentang pengetahuan, kesiapan dan pengendalian penyakitnya agar tidak
pengendalian kemampuan menerima kambuh dan klien belum mengetahui
penyakit tidak informasi Tn. B perilaku hidup sehat yang baik dan benar
menular sebab klien masih merokok
(PTM)
berhubungan
dengankurang
terpapar
informasi
Risiko perfusi Melakukan pemberian obat Obat telah diberikan, tidak ada efek
32
perifer tidak Lovenox 0,6 ml samping dan tanda alergi saat obat
efektif diberikan
Memeriksa sirkulasi nadi perifer, Nadi teraba kuat, teratur, akralteraba hangat,
pengisian kapiler, warna dan suhu CRT 2 detik, warna kulit normal, T : 36,6°C
Tn. B
Defisit Melakukan kontrak waktu Klien mengatakan sepakat untuk dilakukan
pengetahuan kembali pada Tn. W untuk pendidikan kesehatan hari ini jam 10.00
tentang memberikan pendidikan
pengendalian kesehatan mengenai
penyakit tidak pengendalian penyakit tidak
menular menular (PTM) dengan Germas
(PTM)
berhubungan
dengankurang
terpapar
informasi
33
menerapkan yang sudah dipelajari
Klienmenunjukkan perilaku antusias
dandapat mengulang kembali yang sudah
dijelaskan
6. EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tgl/Waktu Evaluasi Paraf
Keperawatan
Risiko perfusi Data Subjektif : Klien mengatakan memahami
perifer tidak gerakan yang diajarkan untuk mengatasi kebas.
efektif Data Objektif: TD : 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit,
teraba kuat, teratur, SaO2: 99%, akral teraba hangat, CRT
2 detik, warna kulit normal, T : 36,0°C, klien mampu
mengulang kembali gerakan rom aktif dan senam kaki
dengan baik.
Assesment :Masalah risiko perfusi perifer tidak efektif
belum menjadi aktual.
Planning :Intervensi dilanjutkan denganmonitor sirkulasi
perifer (nadi perifer, pengisian kapiler, warna dan suhu)
34
Defisit Data Subjektif :Klien menanyakan bagaimana cara
pengetahuan pengendalian penyakitnya agar tidak kambuh dan klien
tentang belum mengetahui perilaku hidup sehat yang baik dan benar
pengendalian sebab klien masih merokok.
penyakit tidak Data Objektif : Klien menunjukkan perilaku antusias
menular (PTM) dengan kesepakatan untuk dilakukan pendidikan kesehatan
berhubungan Assesment :Masalah defisit pengetahuan tentang
dengankurang pengendalian penyakit tidak menular (PTM) belum teratasi .
terpapar Planning :Intervensi dilanjutkan dengan identifikasi
informasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
35
36