1 PB
1 PB
1 PB
http://journal.trunojoyo.ac.id/pangabdhi
ISSN: 2477-6289
*E-mail : [email protected]
DOI: https://doi.org/10.21107/pangabdhi.v9i1.17431
Article Submitted : November 16th, 2022; Accepted : March 28th, 2023
Abstrak
Perkembangan jaman yang semakin maju terutama dalam aspek ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi
mempengaruhi budaya generasi muda Indonesia. Anak-anak muda Indonesia lebih mengenal permainan mobile
legend, free fire, dan PUBG mobile dibandingkan permainan tradisional seperti petak umpet, pecle, congklak, bakiak,
dan egrang yang merupakan budaya asli Indonesia. Maka dari itu, kami mengadakan program dengan menggunakan
media pojok bermain. Tujuannya yaitu agar anak-anak dapat memahami pentingnya melestarikan budaya daerah.
Pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Diniyah Al-Furqan Desa Kalimanggis Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya dengan sasaran anak-anak usia 5-12 tahun. Metode yang digunakan dalam
program ini adalah ceramah, percakapan, wawancara, praktik, dan bimbingan belajar. Bertujuan untuk
mendeskripsikan fakta yang ada. Sumber data kegiatan program ini adalah hasil observasi lapangan terhadap peserta
kegiatan. Hasilnya yaitu peserta didik aktif bermain serta mampu memainkan permainan tradisional berupa egrang
batok, bakiak, petak umpet, dan lainnya. Dengan hasil program ini, peserta kegiatan menghabiskan waktu libur
sekolah mereka dengan hal positif yaitu belajar dan bermain permainan tradisional, anak-anak mengenal kembali
budaya Sunda dan kemampuan sosial mereka mengalami peningkatan dilihat dari keberanian mereka dalam
berbicara di depan umum.
Kata Kunci : permainan tradisional, media, budaya daerah, pengabdian masyarakat
Abstract
The program deals with the preservation of traditional games. The development of an increasingly advanced era,
especially in the aspects of science, technology, and communication, affects the culture of indonesia's younger generation.
Young Indonesians are more familiar with mobile legend, free fire, and PUBG mobile games than traditional games such
as hide and seek, pecle, congklak, egrang, and egrang which are the original culture of Indonesia. Therefore, we held a
program using the medium of playing corner. The goal is so that children can understand the importance of preserving
regional culture. The implementation of this program is in Diniyah Al-Furqan Kalimanggis Village, Manonjaya District,
Tasikmalaya Regency with the target of children aged 5-12 years. The methods used in this program are lectures,
conversations, interviews, practices, and tutoring. Aim to describe the facts. The source of data on the activities of this
program is the result of field observations of activity participants. The result is that learners actively play and are able
to play traditional games in the form of batok, egrang, hide and seek, and others. With the results of this program,
participants of this activity spent their school holidays with positive things, namely learning and playing traditional
games, children reacquainted with Sundanese culture and their social abilities increased judging by their courage in
public speaking.
Key Words: traditional games, media, local culture, community services
PENDAHULUAN
Modernisasi tidak hanya berdampak positif, tetapi juga berdampak negatif terhadap keseimbangan
sosial (Motandang, 2019). Menurut Marshall McLuhhan, dengan ditemukannya revolusi teknologi
informasi, dunia menjadi “global village” (Amini et al., 2020). Salah satu dampak negatifnya adalah
kenakalan remaja. Jadi, secara tidak langsung modernisasi ini menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi karakter pemuda dan kualitas pendidikan di Indonesia (Listiana, 2021). Mudahnya
tersedianya informasi dari luar seringkali menyebabkan memudarnya bahkan hilangnya budaya yang
sudah lama ada di kalangan masyarakat. Budaya yang seharusnya dilestarikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya suatu bangsa seakan terabaikan. Padahal banyak pembelajaran dalam kebudayaan
yang dapat mentransfer pengetahuan, sikap dan keterampilan. Salah satu cara hidup yang mulai runtuh
adalah permainan tradisional anak-anak. Permainan tradisional memiliki manfaat yang luar biasa bagi
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Trunojoyo Madura
58 Jurnal Pangabdhi
kemajuan kehidupan anak-anak seperti dapat menumbuhkan konsep diri, daya cipta, kesehatan fisik
dan psikis, dan sudut pandang sosial. Menurut Suryawan (2018), fungsi permainan tradisional antara
lain sebagai berikut : (1) Memberikan informasi melalui pengalaman pendidikan; (2) mempromosikan
pengembangan pemikiran, kreativitas, bahasa, intelektual dan moral; (3) Membangun suasana yang
harmonis dan (4) mengembangkan kemampuan belajar anak.
Namun jika melihat situasi di Indonesia cukup memprihatinkan. Menurut BPS (2020), penggunaan
teknologi di Indonesia berkembang pesat. Perkembangan beberapa indikator yang menggambarkan
penggunaan TIK di Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan indikator TIK yang paling cepat
terlihat pada penggunaan di kalangan rumah tangga, yaitu sebesar 78,18 persen. Peningkatan
penggunaan internet di rumah juga diikuti dengan peningkatan penduduk yang menggunakan ponsel
hingga 62,84 persen pada tahun 2020.
Generasi muda mulai ditaklukkan oleh kemajuan teknologi dan modernisasi terjadi, yakni terdapat
budaya dari luar seolah menggerus budaya Indonesia. Krisis itu disebabkan oleh budaya asli Indonesia
yang dicemari budaya asing. Anak-anak lebih mengenal permainan gadget seperti petak umpet,
kongklak, kaki pasak, bakiak dan lain-lain. Menurut (Latifatul et al., 2021), permainan dengan
menggunakan sarana elektronik mempengaruhi perkembangan anak, sehingga beralih bermain
permainan elektronik dan meninggalkan permainan tradisional karena sangat menarik perhatian
anak. Namun, tanpa disadari, menyebabkan berbagai penyakit seperti sakit mata, berat badan, dampak
radiasi dari ponsel, dan ketergantungan pada game berbasis web merupakan dampak negatif anak-anak
sering bermain ponsel. Selain itu, pecandu game mungkin menderita masalah kesehatan mental. WHO
telah mendefinisikan kecanduan game atau gaming disorder sebagai gangguan kesehatan mental. Pakar
WHO memasukkan kecanduan game ke dalam International Statistical Classification of Diseases
(ICD) ke-11. Dokumen ICD menggambarkannya sebagai pola perilaku kecanduan yang terus menerus
atau berulang yang begitu parah sehingga "memprioritaskan (game) dengan mengorbankan kepentingan
vital lainnya".
Menurut sebuah studi oleh HSI & SHU (2008), 60% responden bermain game online setiap hari
dan 33% responden mengatakan menghabiskan lebih dari tiga jam per sesi. Selain itu, RSJ Jabar
melaporkan 209 anak dirawat karena kecanduan internet dan game sejak 2016 (Tuasikal, 2019). Banyak
sekali permainan yang membuat anak kehilangan kendali, menjadi sangat tertarik pada sesuatu yang
tidak sempat dilakukannya dan memiliki mood yang buruk, selain melalaikan pekerjaan rumah dan
menurunkan motivasi belajar (Irmawati, 2016). Selain terlalu banyak bermain games, kondisi
pembelajaran di masa pandemi Covid-19 seringkali berubah membuat motivasi belajar anak-anak
menurun. Pemahaman orang tua terhadap penggunaan teknologi juga menjadi kendala dalam
pembelajaran (Salsabila, 2021). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Desa Kalimanggis
Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, masih terdapat permasalahan yang ada dikalangan
anak-anak. Permasalahan yang dihadapi diantaranya efektivitas pembelajaran kurang disebabkan
sistem pembelajaran yang berubah-ubah pada masa pandemi Covid-19, anak-anak cenderung malas
belajar dan banyak bermain games, anak-anak mengalami kesulitan dalam berinteraksi di
lingkungannya serta masih kurangnya rasa percaya diri untuk meningkatkan pengetahuan dalam diri
anak-anak. Permasalahan lain yang muncul yaitu anak-anak mulai lupa terhadap permainan tradisional.
Berdasarkan permasalahan di atas, sebagai salah satu upaya untuk memberdayakan anak dalam
proses pembelajaran, maka dilaksanakan program Pojok Bermain dengan bekerja sama dengan
komunitas yaitu Komunitas Peduli Anak Sunda (Kompasunda) yang dilaksanakan di Dusun
Kalimanggis Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu
pembelajaran seperti membaca, menulis, dan berhitung serta bermain permainan tradisional seperti
egrang, bakiak, congklak, petak umpet dan permainan tradisional lainnya.
Adapun tujuan dilaksanakannya program pengabdian masyarakat ini adalah: (1) untuk
meningkatkan motivasi belajar anak. (2) mengembangkan pengetahuan dasar anak. (3) mengenalkan
kembali budaya Nusantara melalui permainan tradisional kepada anak-anak. (4) meningkatkan kembali
eksistensi permainan tradisional dikalangan anak-anak dan masyarakat.
METODE
Program Pojok Bermain dilaksanakan selama satu bulan dalam enam pertemuan (2 pertemuan
dalam satu minggu) yaitu pada tanggal 09 – 24 April 2022. Program ini dilaksanakan bertempat di
Diniyah Al-Furqon Desa Kalimanggis Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, sasaran
kegiatannya anak-anak usia 5-12 tahun dan terbuka bagi setiap anak yang ingin belajar. Bekerja sama
dengan Komunitas Peduli Anak Sunda (Kompasunda) yang bergerak dibidang pemberdayaan
(kesehatan, pendidikan, lingkungan, wirausaha, dan sosial). Metode yang digunakan, metode tanya
jawab dan diskusi interaktif dengan materi: 1) membaca, 2) menghitung, 3) menulis, 4) permainan
tradisional (oray-orayan, pecle, gobag, congklak, memasukkan paku ke dalam botol, bakiak, egrang
batok, dan egrang bambu). Kegiatan ini menggunakan konsep pembelajaran interaktif (indoor dan
outdoor). Secara umum, langkah-langkah dalam kegiatan Pojok Bermain ini untuk mencapai hasil yang
diinginkan antara lain 1). Observasi dan kordinasi, 2). Penyusunan program pemberdayaan, 3).
Pembelajaran, 4). Pendampingan, dan 5). Evaluasi.
Persiapan Program
Pada tahap ini hal yang harus diperhatikan, seperti merumuskan waktu pelaksanaan, lokasi
pelaksanaan, metode yang digunakan dalam pelaksanaan program. Tahap persiapan ini penyelenggara
mempersiapkan program, menganalisa bagaimana kekurangan dan kekuatan dari program yang dibuat,
implementasi ke masyarakatnya bagaimana dan tindak lanjut dari apa yang penyelenggara rancangan
akan bagaimana. Bukan hanya membuat konsep program, berkoordinasi dan komunikasi yang
diperlukan. Selain itu pula, mengidentifikasi kebutuhan dan observasi calon sasaran serta melakukan
pendekatan ke masyarakat dan juga membuat planning schedule kegiatan.
a. Penetapan lokasi dan sasaran program
Program dilaksanakan di Diniyah Al-Furqon Desa Kalimanggis Kecamatan Manonjaya Kabupaten
Tasikmalaya, sasaran kegiatannya anak-anak usia 5-12 tahun dan terbuka bagi setiap anak yang
ingin belajar. Penetapan ini didasarkan dengan identifikasi kebutuhan. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar anak. Dengan adanya program ini dapat memberikan suasana baru
saat belajar melalui permainan tradisional sehingga dapat meningkatan motivasi belajar anak serta
melestarikan permainan tradisional di era modernisasi.
b. Observasi dan Kordinasi
Observasi dilakukan untuk melihat keadaan lingkungan yang akan dijadikan tempat pelaksaaan
program. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menyesuaikan program yang akan
dilaksanakan dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga program dapat mendapatkan
dukungan dan partisipasi yang baik dari masyarakat.
c. Perencanaan kegiatan
Selanjutnya ditetapkan program Pojok Bermain (Belajar sambil Bermain) yang bermitra dengan
Komunitas Peduli Anak Sunda (Kompasunda). Program Pojok Bermain ini akan berfokus terhadap
pemberdayaan anak.
Pelaksanaan Program
Program ini dilaksanakan pada bulan April 2022. Realisasi program Pojok Bermain mengasung
tema belajar sambil bermain dilaksanakan secara tatap muka di Diniyah Al-Furqon Dusun Sukarame di
alam terbuka. Kegiatan ini diisi dengan pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung yang diselangi
permainan tradisional yang ada pada program ini yaitu congklak, egrang, pecle, bakiak, cingciripit,
hahayaman dan gobag. Program ini dibentuk sesuai dengan identifikasi kebutuhan masyarakat. Di masa
pandemi Covid 2019, anak cenderung merasa jenuh sehingga kehilangan motivasi belajar dan lebih
memilih untuk bermain gawai. Dengan adanya permainan tradisional anak-anak dapat bermain
sekaligus belajar mengenal permainan tradisional. Permainan tradisional memiliki manfaat untuk
perkembangan fisik motorik anak. Selain itu dilakukan pendampingan dan konsultasi dengan materi
sebagai berikut : 1) membaca, 2) permainan tradisional (oray-orayan, pecle, gobag), 3) menulis, 4)
permainan tradisional (congklak, memasukkan paku ke dalam botol), 5) berhitung, dan 6) permainan
tradisional (bakiak, egrang batok, dan egrang bambu). Kegiatan ini menggunakan konsep pembelajaran
interaktif (indoor dan outdoor).
Evaluasi
Pelaksanakan evaluasi dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu :
1. Evaluasi struktur
a. Peserta kegiatan mengikuti kegiatan di program Pojok Bermain.
b. Penyelenggaraan program pojok bermain dilakukan di Diniyah Al-Furqon Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
c. Pengorganisasian struktur kegiatan dilakukan untuk mengefektifkan pelaksanaan program.
2. Evaluasi proses
a. Peserta kegiatan antusias dalam proses pembelajaran dan permainan tradisional.
b. Peserta kegiatan tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan Pojok Bermain selesai.
c. Peserta dan pengurus Diniyah terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Evaluasi hasil
a. Peserta kegiatan mengalami peningkatan pengetahuan dasar (Calistung).
b. Peserta kegiatan mengenal kembali permainan tradisional.
adalah dapat berkontribusi pada pengembangan jiwa dan raga setiap insan, baik berupa kecerdasan,
kepekaan, sikap, tanggung jawab dan nilai-nilai spiritual. Sementara itu, hasil dari pelaksanaan program
Pojok Bermain sebagai berikut :
a. Peningkatan motivasi belajar, hal ini dilihat melalui keaktifan dan partisipasi anak. Hal ini sesuai
hasil penelitian Nugraha & Manggalastawa (2021), bahwa ada pengaruh pembelajaran berbasis
permainan tradisional terhadap motivasi belajar siswa.
b. Pengetahuan dan keterampilan anak meningkatkan dilihat dari kemampuan mereka menjawab
pertanyaan dan interaktif dalam diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Smith & Pellegrini,
kebanyakan anak lebih suka bermain, sedangkan bermain sebagai sarana untuk mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan bagi perkembangan anak (Smith & Pellegrini, 2018)
c. Keterampilan sosial dan kemampuan kerja sama anak meningkatkan melalui permainan tradisional
seperti egrang batok, bakiak, petak umpet, dan lainnya. Hal ini sependapat dengan yang menyatakan
bahwa permainan tradisional sebagai sarana pendidikan karakter bagi anak-anak (Aji, 2020).
d. Anak-anak usia dini dan SD mampu membaca dan menghitung dengan lancar, dimana sebelumnya
belum mampu membaca dan menghitung dengan baik. Hal ini dijelaskan dengan penelitian menurut
Febriyanti (2019), mendefinisikan bahwa terdapat unsur matematika dalam suatu budaya yang mana
dikenal sebagai etnomatematika. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kegiatan budaya dengan
komponen olahraga kebugaran jasmani lebih dikenal dengan istilah ethnosport karena didasarkan
pada gaya gerak tradisional.
Evaluasi dilakukan untuk melihat bagaimana program disusun dengan baik dan tujuan program
telah tercapai. Hal ini selaras dengan pendapat Endang Mulyatiningsih (Suryana et al., 2018). Tujuan
evaluasi dilaksanakan yaitu untuk untuk melihat peran program untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Output evaluasi digunakan sebagai bahan bertimbangan pelaksanaan program yang sama di tempat lain.
Membuat keputusan tentang keberlangsungan program, seperti menentukan program harus dilanjutkan,
dikembangkan, dilanjutkan atau di hentikan.
Pojok Bermain memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak
melalui permainan tradisional dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri dan karakter anak
sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Adapun fasilitator dalam program ini yaitu mahasiswa jurusan
pendidikan masyarakat dan berkolaborasi dengan Komunitas Peduli Anak Sunda (Kompasunda).
Evaluasi terhadap keberhasilan program dilihat melalui kemampuan anak dalam membaca,
menulis, serta keterampilan sosial mereka yang dikembangkan melalui permainan tradisional. Dari hasil
pelaksanaan program anak-anak mengalami peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Evaluasi
dilakukan melalui post test yang dilakukan diakhir program. Rata-rata dari mereka mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan dan mendapat nilai tinggi. Selain itu untuk melihat perkembangan
keterampilan sosial anak, dilakukan perlombaan permainan tradisional. Dari kegiatan ini anak mampu
berkomunikasi dengan teman sebaya mereka dan bekerja sama untuk memenangkan perlombaan. Selain
itu anak mampu menerima hasil perlombaan baik menang atau kalah dengan baik. Selanjutnya evaluasi
manajemen program, program dilaksanakan dengan beberapa tahapan dari perencanaan sampai
evaluasi. Hal ini membuktikan manajemen program sudah terlaksana, tetapi masih terdapat beberapa
hal yang kurang seperti pembagian tugas pada masing-masing anggota. Meskipun demikian program
masih dapat dilaksanakan dengan efektif melalui koordinasi yang baik.
Evaluasi program dilihat dari partisipasi masyarakat, dimana dalam hal ini terdapat tokoh
masyarakat di Dusuj Sukarame yang berperan sebagai media untuk menyampaikan tujuan pelaksanaan
program kepada masyarakat setempat. Selain itu partisipasi masyarakat dinila baik dilihat dari
dukungan para orang tua anak-anak yang mengijinkan bahkan mengikuti proses pelaksanaan program.
Adapun faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat baik yaitu program yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan anak-anak sebagai sasaran program serta program tidak menggangu
ketertiban masyarakat. Suksesnya program Pojok Bermain tidak terlepas dari masyarakat setempat, dan
anak-anak yang sangat antusias dalam mengikuti setiap kegiatannya. Adapun tindak lanjut yang
dilakukan yaitu membuat rencana pembelajaran sebagai panduan dalam melakukan program sehingga
program terlaksana dengan efektif.
KESIMPULAN
Program Pojok Bermain dilaksanakan untuk memberikan pelayanan pendidikan melalui pelestarian
permainan tradisional. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu pembelajaran membaca, menulis, dan
menghitung yang dipadukan dengan permainan tradisional (egrang batok, bakiak, petak umpet, dan
permainan tradisional lainnya). Sasaran program adalah anak-anak usia dini, sekolah dasar, dan anak-
anak lainnya yang ingin belajar.
Adapun hasil dari program Pojok Bermain diantaranya; 1) motivasi belajar anak meningkat, 2)
kemampuan dan pengetahuan anak dalam membaca dan menulis semakin berkembang, 3) keterampilan
sosial dan kemampuan bekerja sama anak semakin baik, 4) melalui permainan tradisional anak mampu
berinteraksi dengan baik dan meningkatkan kemampuan baik fisik maupun psikis anak. Program yang
dilaksanakan mendapat reaksi yang luar biasa dari masyarakat dan pelaksana program. Perbaikan yang
bisa dilakukan yaitu kegiatan terus dilaksanakan serta permainan tradisional dapat ditambah kembali,
melihat antusiasme peserta kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, T. (2020). Retrieved, August 14, 2020, form BDK Jakarta Kementrian Agama RI website
https://bdkjakarta.kemenag.go.id.
Amini, Q., Rizkyah, K., Nuralviah, S., & Urfany, N. (2020). Pengaruh Globalisasi Terhadap Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Dakwah, 2(3), 375–385.
Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, (2020). Statistik Telekomunikasi Indonesia 2020. Jakarta Pusat :