Makalah M. Konteks
Makalah M. Konteks
Makalah M. Konteks
Tingkat : II (Dua)
T.A : 2022/2023
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Misi Allah melalui gereja sebagai agen tunggal-Nya didalam dunia mengungkapkan
finalitas kekristenan. Allah tidak mengutus yang bukan gereja, atau yang bukan orang
Kristen, melainkan mengutus gereja seutuhnya untuk menjangkau dunia seutuhnya, oleh
pemberitaan injil yang seutuhnya, dengan cara yang seutuhnya pula.
Verkuyl menegaskan bahwa Missio Dei tidak bisa dipisahkan dengan Missio
Ecclesiae, bahwa Allah Bapa mengutus Allah Anak, dan Allah Bapa bersama-sama dengan
Anak mengutus Roh Kudus serta ketiga-Nya mengutus gereja. Jemaat Tuhan, para rasul ke
dalam dunia ini Allah meletakkan mandate kepada gereja, sebagai utusan-Nya.1
Misi Allah melalui gereja sebagai agen tunggal-Nya didalam dunia mengungkapkan finalitas
kekristenan. Allah tidak mengutus yang bukan gereja, atau yang bukan orang Kristen, melainkan
mengutus gereja seutuhnya untuk menjangkau dunia seutuhnya, oleh pemberitaan injil yang
seutuhnya, dengan cara yang seutuhnya pula.
Misi tidak lagi dilihat sebagai kegiatan Gereja di luar negri atau di budaya yang lain. Baris
depanmisi bukanlah terutama berhubungan dengan sesuatu yang geografis, melainkan dengan
kepercayan, keyakinan dan komitmen. Maka konferensi Mexico City dari komisi Misi Dunia dan
Penginjilan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (World Council of Churches) (1963)
menggambarkannya sebagai berikut : “Baris depan misitersebar di seluruh dunia. Ia merupakan
garis yang memisahkan kepercayaan dari ketidakpercayaan, tapal batas yang tidak kelihatan
yang melintasi semua perbatasan lain dan menghadapkan Gereja universal dengan tangan
misionernya yang utama.2
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuantitatif. Mengapa
penulis mengatakan hal demikin, sebab di dalam penelitian ini dilakukan dengan kebebasan
ikatan konteks dan waktu.
Surat Paulus yang kedua kepada Timotius adalah salah satu kitab dalam Alkitab
Kristen bagian Perjanjian Baru yang Sebagian besar berisi nasihat-nasihat pribadi kepada
Timotius sebagai teman sekerja dan pembantu yang masih muda. i Inti nasihatnya ialah
supaya Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita
tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran tentang
Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan. Surat ini
dimaksudkan agar Timotius semangat mengabarkan firman Tuhan dan menjadi penerus
Paulus. Timotius khusus diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-
perdebatan yang bodoh dan tak bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak
menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran orang yang mendengarnya.
Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari kehidupan Paulus-
yaitu kepercayannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya, ketabahannya dan penderitaan
yang dialaminya dalam penganiayaan. Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai
akhir masa kehidupannya dan melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Kontekstualisasi
Kontekstualisasi telah didefinisikan oleh para sarjana sebagai berikut; Kato
mengartikannya sebagai “pembuatan konsep atau ideal-ideal relevan dalam situasi
tertentu berarti.5 Nichollas mengartikan sebagai “terjemahan dari isi kerajaan Allah yang
tidak berubah ke dalam bentuk verbal yang berarti bagi orang-orang di dalam kebudayaan
mereka yang terpisah dan di dalam situasi eksistensial khusus mereka.6
C. Pengertian Marturia
Marturia ( dari bahasa Yunani :martyria) adalah salah satu isitila yang dipakai gereja
dalam nmelakukan aktivitas imanya, sebagai tugas panggilan gereja, yaitu dalam hal
kesakisan iman. Kesaksian iman yang dimaksud adalah pemberitaan Injil sebagai berita
keselamatan bagi manusia. Marturia biasanya disandingkan dengan tugas gereja yang
lain,, yaitu koinonia yang berarti pesekutuan dan diakonia atau pelayanan.
Kata “marturia” sendiri sangat dekat dengan kata “martir” ( dalam bahasa Arab: “syahid”,
yaitu orang-orang mati karena memberitakan injil pada zaman sesudah Yesus Kristus.
Memang banyak orag Kristen perdana yang harus mengalami penganiayaan karena
kepercayaannyam dan pengorbanan ini terus berlanjut sampai sekarang. Karena istilah
“marturia” dan “martir” itu banyak kali dirancukan, dan diasosiasikan dengan para
“”syuhada”, yaitu orang-orang Kristen yang disiksa sampai mati karena imanya, atau
para misionaris yang dibunuh dalam menjalankan tugasnya, menyampaikab berita injil ke
tempat- tempat yang belum pernah mendengar berita itu.
Istilah “marturia” ini sekarang lebih sekarang lebih sering digantikan dengan kata
“Evangelisme” yang berarti pengabaran Injil Kristen atau praktik pemyampaian
informasi mengenai doktin suatu kepercyaan Kristen kepada orang lain. Istilah
“evangelism” ini tidak terkait dengan tradisi Kristen manapun, dan tidak sama dengan
istilah Evangelikalisme, suatu kata yang dipakai untuk menyebut kelompok atau gereja
“Protestan Evangelikal” atau “Injili”.7
4
Ibid., 193-196.
5
H. Byang Kato,The Gospel, Cultural Context, and Religious Syncritism (Minneapolis: World Wide Publications,
1975.
6
Bruce. J Nicholls, Theological Education and Evangelization, 647.
7
https://id.wikipedia.org/wiki/Marturia#:~:text=Marturia%20(dari%20bahasa%20Yunani%3A%20martyria,sebagai
%20berita%20keselamatan%20bagi%20manusia.
D. Strategi misi Nevius Plan
Rencana Nevius Prinsip-prinsip misionaris yang dirumuskan oleh Nevius kemudian dikenal
sebagai "Rencana Nevius", dan merupakan pengembangan dari gagasan Henry Venn dan Rufus
Anderson yang ada. Ung Kyu Pak. Milenialisme dalam Gereja Protestan Korea (Peter Lang,
2005) hal. 96.
Ketika Presbiterian Amerika memulai pekerjaan mereka di Korea, para misionaris baru
mengundang Nevius untuk menasihati mereka. Merangkul metodenya, misi Korea menikmati
kesuksesan besar, meskipun tidak mendapatkan popularitas serupa di China. Rencana Nevius
menguraikan hal-hal berikut: Umat Kristiani harus terus tinggal di lingkungan mereka dan
mengejar pekerjaan mereka, berswasembada dan bersaksi kepada rekan kerja dan tetangga
mereka.
Misi seharusnya hanya mengembangkan program dan lembaga yang diinginkan dan
dapat didukung oleh gereja nasional.
Gereja-gereja nasional harus memanggil dan mendukung pendeta mereka sendiri.
Gereja harus dibangun dengan gaya asli dengan uang dan bahan yang diberikan oleh
anggota gereja. Instruksi alkitabiah dan doktrinal yang intensif harus diberikan kepada
para pemimpin gereja setiap tahun.8
Tafsiran
2 Timotius 4:1-5
Paulus memberi gambaran tentang para pendengar yang dungu. Ia memperingatkan Timotius
bahwa akan datang waktunya orang akan menolak ajaran sehat dan mengumpulkan guru-guru
8
Terry, John Mark (2000), "Indigenous Churches", dalam Moreau, A. Scott (ed.), Evangelical Dictionary of World
Missions, Grand Rapids, MI: Baker Books, hal. 485
menurut kehendaknya untuk memuaskan telinganya dengan hal-hal yang mudah dan
menyenangkan, yang ingin mereka dengar.
Masyarakat pada zaman Timotius dikelilingi oleh guru-guru palsu yang pergi kesana ke mari
menyebarkan pengetahuan palsu. Cara yang mereka gunakan dengan sengaja adalah menemukan
alasan yang membuat orang dapat membernarkan diri untuk melakukan sesuatu yang
dilakukannya. Sampai saat ini, guru apapun yang pengajarannya cenderung membuat seseorang
melalaikan dosa, mereka merupakan ancaman bagi kekristenan dan bagi umat manusia.
Berlawanan dengan itu, tugas-tugas tertentu diletakkan di atas pundak timotius.
GSJA
GSJA adalah gereja yang mempercayai bahwa Roh Kudus memperlengkapi para hamba Tuhan
untuk melayani dengan kuasa supranatural seperti yang ditulis oleh Alkitab9
Analisa penulis
Memberi saran kepada majelis untuk mendukung penginjilan melalui doa dan
disampaikan kepada jemaat
Memotivasi dalam mengajak kaum muda/I untuk mengajak muda/I lainnya untuk
mengikuti persekutuan ibadah malam hari, bahkan bagi kaum yang pernah mengikuti
tetapi tidak lagi.
Berusaha menjumpai jemaat-jemaat secara pribadi untuk menyampaikan bahwa bersaksi
kebaikan Tuhan secara pribadi kepada mereka, tidak hanya di gereja saja tetapi bisa
dimana saja, siapa saja dan kapan saja. Memanfaatkan waktu bersaksi kepada semua
orang, supaya orang-orang semakin datang kepada Tuhan.
Bermasyarakat dengan baik, aktif dalam kegiatan masyarakat sekitar yang sifat nya
membangun, turut membantu apabila ada tetangga sekitar yang pesta ataupun kalau ada
yang berduka akan kepergian salah seorang dari keluarga/sanak saudaranya. Dan sebisa
mungkin membantu dan apabila ada kesempatan bersaksi tentang kasih Tuhan.
9
Danel Sutoyo, “Analisis Historis Terhadap Teologi Gerakan Pentakostalisme,” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristiani 2, no. 2 (April 2018): 167.
BAB III
KESIMPULAN
Gereja GSJA VFC Medan sudah sepatutnya bersaksi akan pengalaman pribadinya bersama
Tuhan dan menceritakan kepada orang lain, dan itu menjadi bentuk representasi. Adapun yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dimulainya efektivitas misi penginjilan dalam
menopang pertumbuhan gereja. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memberikan gambaran
misi penginjilan dan strategi-strateginya dalam menopang pertumbuhan gereja. Orang Kristen
hendaknya hanya memiliki satu ambisi yaitu berguna bagi Gereja yang di dalamnya ia hidup.
Kesempatan yang tak akan dilewatkannya bukanlah kesempatan untuk melayani Allah, Gereja
dan sesamanya.
i