Jurnal Penelitian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
Riset Penelitian, Juli 2022

Sri Agustin

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN WASTING PADA BALITA


USIA 7- 59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAJALENGKA
KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2022

xv + 82 Halaman + 9 Tabel + 2 Diagram + 6 Lampiran.

ABSTRAK

Masa balita dianggap sebagai masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling
pesat, gizi harus diberikan secara optimal untuk menjamin kelangsungan hidup
dan tumbuh kembang balita, pemberian gizi tidak diberikan secara optimal akan
menimbukan masalah gizi masyarakat salah satunya wasting. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui analisis faktor kejadian wasting pada balita usia 7-59
bulan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka
Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan
menggunakan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh balita (usia 7- 59 bulan) yang tercatat di UPTD Puskesmas Majalengka
tahun 2022 sebanyak 132 balita, sampel kasus kontrol yaitu 132 : 132. Analisis
data meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan bivariat
menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan setengahnya
responden (50,0%) balita mengalami kejadian wasting tidak normal. Kurang dari
setengahnya (45,1%) responden berpendapatan rendah, sebagian kecil (9,8%)
balita tidak diberi ASI Eksklusif dan sebagian kecil (20,8%) balita ada riwayat
infeksi. Ada hubungan Pendapatan, pemberian ASI eksklusif dan riwayat infeksi
dengan kejadian wasting pada balita usia 7-59 bulan di UPTD Puskesmas
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2022. Saran bagi petugas kesehatan
agar memberikan edukasi edukasi kepada ibu tentang pemenuhan gizi pada anak
yang balita dan memberikan penyuluhan pada ibu balita mengenai pemenuhan
gizi anak balita dan secara rutin mengadakan kegiatan posyandu dan penanganan
penyakit infeksi pada balita agar status gizi kurus dapat tertangani dengan baik

Kata Kunci : Pendapatan, ASI Eksklusif, Riwayat Infeksi, Kejadian Wasting


Kepustakaan : 41 (2013 – 2021)
PENDAHULUAN Data yang diperoleh dari dinas kesehatan
Masa balita dianggap sebagai masa Provinsi Jawa Barat (2020) memperlihatkan
pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat prevalensi gizi balita kurus (Wasting) pada balita 0-
dibandingkan dengan kelompok umur lainnya 5 tahun sebesar 9,7% di tahun 2019 dan pada tahun
sehingga disebut windows of opportunity. Intervensi 2020 sebesar 4,9% (Dinkes Jawa Barat, 2020).
kesehatan dan gizi harus diberikan secara optimal Prevalensi gizi balita kurus di Kabupaten
pada periode ini untuk menjamin kelangsungan Majalengka mengalami penurunan dari tahun 2019
hidup dan tumbuh kembang anak (Hasyim, 2017). yaitu sebesar 4% dan pada tahun 2020 sebesar
Indonesia termasuk dalam 17 negara yang memiliki 2,4%. Hal ini membuktikan bawa semakin
tiga masalah gizi pada anak balita: stunting, berkurangnya balita dengan gizi kurus (Wasting) di
wasting, dan kelebihan berat badan. Apabila Kabupaten Majalengka (Profil Dinkes Majalengka,
pemberian gizi tidak diberikan secara optimal akan 2020).
menimbukan masalah gizi masyarakat salah satunya Kejadian wasting pada balita tahun 2020
wasting (gizi kurus) pada balita. Wasting (gizi dengan pesentase tertinggi adalah di wilayah kerja
kurus) sebagai bentuk kegagalan untuk mencapai Puskesmas Majalengka sebanyak 132 atau sebesar
pertumbuhan yang optimal diukur berdasarkan 7,1% dari 1872 balita usia 0-59 bulan. Urutan
BB/TB. Wasting memiliki dampak besar yang dapat kedua terbanyak adalah Puskesmas Majalengka
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian anak. sebanyak 173 atau sebesar 5,8% dari 2977 balita
Apabila keadaan kurang gizi pada masa balita terus usia 0-59 bulan. Urutan ketiga terbanyak adalah di
berlanjut, maka dapat menurunkan kecerdasan, Puskesmas Talaga sebanyak 158 orang atau sebesar
produktifitas, kreatifitas, dan sangat berpengaruh 5,5% dari 2885 balita usia 0-59 bulan (Profil
pada kualitas SDM (Darmawati, 2019). Dinkes Majalengka, 2020).
World Health Organization (WHO) Wasting dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
menjelaskan bahwa angka masalah kesehatan faktor langsung dan tidak langsung. Faktor
masyarakat diklasifikasikan serius jika memiliki langsung yang mempengaruhi status gizi anak atau
persentase 10,0% - 14,0%, dan diklasifikasikan terjadinya wasting ialah adanya penyakit infeksi
kritis jika melebihi ≥15%. Menurut WHO pada dan asupan makanan sedangkan faktor penyebab
tahun 2018 jumlah penderita gizi balita kurus tidak langsung antara lain penghasilan keluarga,
(Wasting) di dunia mencapai 104 juta, dan keadaan riwayat pemberian ASI eksklusif, kelengkapan
gizi balita kurus menjadi penyebab sepertiga dari imunisasi dan riwayat BBLR (Lastanto dkk, 2017).
seluruh penyebab kematian balita di seluruh dunia. Studi lain menjelaskan, faktor penyebab dari
Asia Selatan merupakan daerah yang memiliki kejadian balita kurus (wasting) diantarnya,
prevalensi gizi balita kurus (Wasting) terbesar Pemberian ASI yang tidak optimal, status ekonomi
didunia, yaitu sebesar 46 %, disusul sub- Sahara miskin dan pendidikan ibu, diare dan morbiditas
Afrika 28 %, Amerika Latin/Caribbean 7 %, dan saluran pernapasan, saluran sanitasi dan tempat
yang paling rendah terdapat di Eropa Tengah, tinggal di pedesaan terkaitdengan meningkatnya
Timur, dan Commonwealth of Independent States kemungkinan balita kurus (wasting) di antara anak-
(CEE/CIS) sebesar 5 % (UNICEF,2013). Keadaan anak kurang dari 5 tahun. (Derso, 2017).
gizi balita kurus (Wasting) pada balita juga dapat Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
dijumpai di Negara berkembang, termasuk di Rahayu dkk, menunjukkan bahwa terdapat
Indonesia (Triveni, 2020). hubungan yang signifikan antara status ekonomi
Data Riset Kesehatan Dasar di Indonesia keluarga dengan kejadian wasting. Penelitian ini
tahun 2018 menunjukkan bahwa 10,2% balita di menunjukkan bahwa rumah tangga dengan status
Indonesia mengalami wasting. Sebanyak 6,7% ekonomi rendah akan beresiko lebih besar untuk
balita dengan kategori kurus dan 3,5% kategori anak mengalami wasting. Menurut Septikasari
sangat kurus. Jumlah ini juga menurun sebanyak (2018) keluarga dengan pendapatan dibawah UMR
1,9% dibandingkan pada tahun 2013 yaitu sebesar berisiko tidak memberikan nutrisi yang adekuat
12,1%. Data tersebut menunjukkan meskipun data dibandingkan dengan keluarga dengan pendapatan
wasting di Indonesia mengalami penurunan, namun diatas UMR. Rendahnya daya beli menyebabkan
jumlah tersebut berada diatas standar batas yang pemenuhan kebutuhan dasar pangan yang
ditetapkan oleh WHO yaitu 5% untuk wasting. memenuhi syarat asupan gizi yang cukup tidak
Indonesia sendiri pun telah menetapkan target dapat terpenuhi yang pada akhirnya berdampak
angka kejadian wasting untuk bayi dan balita pada pada status gizi keluarga khususnya anak sebagai
tahun 2024 yaitu 7% (Kemenkes RI, 2020). kelompok rentan. Keluarga dengan status ekonomi
yang rendah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi 6) Diketahuinya hubungan pemberian ASI
karena tidak memiliki uang yang cukup untuk Ekeklusif dengan kejadian wasting pada balita
membeli bahan makanan yang bergizi (Hasyim, usia 7-59 bulan
2017). 7) Diketahuinya hubungan riwayat penyakit
Beberapa hari pertama setelah persalinan, infeksi dengan kejadian wasting pada balita usia
ASI memproduksi cairan emas, cairan pelindung 7-59 bulan
yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi
yang disebut kolostrum. Kolostrum lebih banyak METODOLOGI PENELITIAN
mengandung protein dan zat anti infeksi 10-17 kali Penelitian ini menggunakan desain
lebih banyak dibanding ASI matang (mature). penelitian analitik dengan menggunakan
Cairan emas yang encer dan berwarna kuning atau pendekatan cross sectional. Populasi kasus dalam
jernih yang lebih menyerupai darah daripada susu, penelitian ini adalah seluruh balita (usia 7- 59 bulan)
sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel yang tercatat di UPTD Puskesmas Majalengka
darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. tahun 2022 sebanyak 132 orang dan populasi
Hal ini menunjukkan balita yang tidak ASI kontrol adalah balita (usia 7- 59 bulan) yang tercatat
Eksklusif antibodinya berkurang sehingga rentan di UPTD Puskesmas Majalengka tahun 2022
mengalami penyakit infeksi yang mengakibatkan sebanyak 384 orang. Sampel penelitian sebanyak
penurunan nafsu makan dan berdampak pada status 132 caranya yaitu sampel diambil menggunakan
gizi kurus balita (Supariasa, 2016). teknik sistematik random sampling. Pengolahan
Infeksi dapat menghambat reaksi imunologis data dalam penelitian menggunakan langkah-
yang normal dengan menghabiskan sumber energi langkah sebagai berikut editing, coding,
di tubuh. Jika hal ini terjadi secara terus menerus memasukan data (data entry) atau processing dan
pertumbuhan dan perkembangan anak bisa pembersihan data (cleaning). Analisa data akan
terhambat serta kondisi fisik juga akan mengalami dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
pengurusan (wasting). Infeksi akan lebih SPSS Versi 23.0 Langkah-langkah analisis data,
mengakibatkan dampak yang berbahaya bila yaitu : analisa univariat dan analisa bivariat
menyerang seseorang yang kurang gizi. Infeksi
menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan HASIL PENELITIAN
tubuh, baik untuk bibit penyakit itu sendiri maupun Tabel 4.1 Gambaran Kasus dan Kontrol
penghancuran untuk memperoleh protein yang Berdasarkan Pendapatan
diperlukan untuk mempertahankan tubuh (Prawesti,
2018). Kejadian Wasting
Berdasarkan data di atas dan pengamatan Pendapatan Tidak Normal Normal
sampai saat ini, maka penulis ingin membuktikan n % n %
tentang “Analisis Faktor Kejadian Wasting Pada Rendah 75 56,8 44 33,3
Balita Usia 7-59 Bulan di Wilayah Kerja UPTD Tinggi 57 43,2 88 66,7
Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Total 132 100 132 100
Tahun 2022”. Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk mengetahui analisis faktor kejadian wasting Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa
pada balita usia 7-59 bulan di Wilayah Kerja UPTD responden yang pendapatannya rendah dan
Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka mengalami kejadian wasting sebesar 56,8%,
Tahun 2022. Tujuan khusus penelitian ini adalah : sedangkan responden yang pendapatannya tinggi
1) Diketahuinya gambaran kejadian wasting pada dan mengalami kejadian wasting sebesar 43,2%.
balita usia 7-59 bulan Hasil tersebut menunjukan bahwa proporsi balita
2) Diketahuinya gambaran pendapatan keluarga. yang mengalami kejadian wasting lebih tinggi pada
3) Diketahuinya gambaran pemberian ASI responden yang pendapatannya rendah
Ekeklusif dibandingkan dengan pendapatan tinggi.
4) Diketahuinya gambaran riwayat penyakit Berdasarkan hal tersebut memungkinkan variabel
infeksi pendapatan berhubungan dengan kejadian wasting.
5) Diketahuinya hubungan pendapatan keluarga
dengan kejadian wasting pada balita usia 7-59
bulan
Tabel 4.2 Gambaran Kasus dan Kontrol sedangkan responden yang pendapatannya tinggi
Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif dan mengalami kejadian wasting sebesar 43,2%.
Hasil tersebut menunjukan bahwa proporsi balita
Kejadian Wasting yang mengalami kejadian wasting lebih tinggi pada
Pemberian ASI responden yang pendapatannya rendah
Tidak Normal Normal
Eksklusif dibandingkan dengan pendapatan tinggi.
n % n %
Tidak 16 12,1 10 7,6 Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil
Ya 116 87,9 122 92,4 yang bermakna yang terlihat dari uji chi squrae
Total 132 100 132 100 dengan p value = 0,000 (< 0,05) yang berarti
hipotesis nol ditolak atau ada hubungan pendapatan
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa dengan kejadian wasting. Dari nilai odds ratio (OR)
responden yang pendapatannya rendah dan sebesar 2,6 (95% CI 1,5-4,3) menunjukan bahwa
mengalami kejadian wasting sebesar 56,8%, ibu balita dengan pendapatan rendah mempunyai
sedangkan responden yang pendapatannya tinggi peluang 2,6 kali lebih besar akan mengalami
dan mengalami kejadian wasting sebesar 43,2%. kejadian wasting dibandingkan ibu balita dengan
Hasil tersebut menunjukan bahwa proporsi balita pendapatan tinggi.
yang mengalami kejadian wasting lebih tinggi pada
responden yang pendapatannya rendah Tabel 4.6 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
dibandingkan dengan pendapatan tinggi. dengan Kejadian Wasting
Kejadian Wasting
Pemberian Tidak Total p
Tabel 4.4 Gambaran Kasus dan Kontrol ASI Eksklusif Normal
Normal
value
OR
Berdasarkan Riwayat Infeksi n % n % N %
Tidak 16 12,1 10 7,6 26 100 3,0
Kejadian Wasting Ya 116 87,9 122 92,4 238 100 0,302 1,5-5,7
Riwayat
Tidak Normal Normal
infeksi Total 132 100 132 100 264 100
n % n %
Ya 39 29,5 16 12,1
Tidak 93 70,5 116 87,9 Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa
Total 132 100 132 100 balita yang tidak diberi ASI Eksklusif dan
mengalami kejadian wasting sebesar 12,1%,
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa sedangkan balita yang diberi ASI Eksklusif dan
balita yang ada riwayat infeksi dan mengalami mengalami kejadian wasting sebesar 87,9%. Hasil
kejadian wasting sebesar 29,5%, sedangkan balita tersebut menunjukan bahwa proporsi balita yang
yang ada riwayat infeksi dan tidak mengalami mengalami kejadian wasting lebih tinggi pada yang
kejadian wasting sebesar 12,1%. Hasil tersebut diberi ASI Eksklusif dibandingkan dengan yang
menunjukan bahwa proporsi balita yang mengalami tidak diberi ASI Eksklusif.
riwayat infeksi lebih tinggi pada balita wasting Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil
dibandingkan dengan yang tidak wasting. yang tidak bermakna yang terlihat dari uji chi
squrae dengan p value = 0,302 (> 0,05) yang berarti
Tabel 4.5 Hubungan Pendapatan dengan hipotesis nol ditolak atau tidak ada hubungan antara
Kejadian Wasting pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Wasting.
Dari nilai odds ratio (OR) sebesar 3,0 (95% CI 1,5-
Kejadian Wasting 5,7) menunjukan bahwa ibu balita yang tidak
Tidak Total p memberikan ASI Ekslusif mempunyai peluang 3,0
Pendapatan Normal OR kali lebih besar akan mengalami kejadian wasting
Normal value
n % n % N % dibandingkan ibu balita yang memberikan ASI
Rendah 75 56,8 44 33,3 119 100 2,6 Ekslusif.
Tinggi 57 43,2 88 66,7 145 100 0,000 1,5-4,3
Total 132 100 132 100 264 100

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa


responden yang pendapatannya rendah dan
mengalami kejadian wasting sebesar 56,8%,
Tabel 4.7 Hubungan Riwayat infeksi dengan penyakit infeksi (0.027) dengan kejadian
Kejadian Wasting wasting di Kota Bukittinggi
Kejadian wasting pada balita tahun 2020
Kejadian Wasting dengan pesentase tertinggi adalah di wilayah
Riwayat Tidak Total p kerja Puskesmas Majalengka sebanyak 132 atau
Normal OR
infeksi Normal value sebesar 7,1% dari 1872 balita usia 0-59 bulan.
n % n % N % Urutan kedua terbanyak adalah Puskesmas
Ya 39 29,5 16 12,1 55 100 1,6
Majalengka sebanyak 173 atau sebesar 5,8%
Tidak 93 70,5 116 87,9 209 100 0,001 0,7-3,8
dari 2977 balita usia 0-59 bulan. Urutan ketiga
Total 132 100 132 100 264 100
terbanyak adalah di Puskesmas Talaga sebanyak
158 orang atau sebesar 5,5% dari 2885 balita
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa usia 0-59 bulan (Profil Dinkes Majalengka,
balita yang ada riwayat infeksi dan mengalami 2020).
kejadian wasting sebesar 29,5%, sedangkan balita Menurut Call dan Levinson, bahwa status
yang ada riwayat infeksi dan tidak mengalami gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi
kejadian wasting sebesar 12,1%. Hasil tersebut makanan dan tingkat kesehatan, kedua faktor ini
menunjukan bahwa proporsi balita yang mengalami adalah penyebab langsung, sedangkan penyebab
riwayat infeksi lebih tinggi pada balita wasting tidak langsung yaitu kandungan zat gizi dalam
dibandingkan dengan yang tidak wasting. bahan makanan, kebiasaan makan, ada tidaknya
Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil program pembelian makanan diluar keluarga,
yang bermakna yang terlihat dari uji chi squrae pemeliharaan kesehatan, daya beli keluarga,
dengan p value = 0,001 (< 0,05) yang berarti serta lingkungan fisik dan sosial (Supariasa,
hipotesis nol ditolak atau ada hubungan antara 2018).
riwayat infeksi dengan kejadian wasting. Dari nilai Wasting dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
odds ratio (OR) sebesar 1,6 (95% CI 0,7-3,8) faktor langsung dan tidak langsung. Faktor
menunjukan bahwa ibubalita dengan riwayat infeksi langsung yang mempengaruhi status gizi anak
mempunyai peluang 1,6 kali lebih besar akan atau terjadinya wasting ialah adanya penyakit
mengalami kejadian wasting dibandingkan balita infeksi dan asupan makanan sedangkan faktor
yang tidak memiliki riwayat infeksi penyebab tidak langsung antara lain penghasilan
keluarga, riwayat pemberian ASI eksklusif,
PEMBAHASAN kelengkapan imunisasi dan riwayat BBLR
1. Gambaran Kejadian Wasting Pada Balita (Lastanto dkk, 2017). Studi lain menjelaskan,
Usia 7-59 Bulan faktor penyebab dari kejadian balita kurus
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (wasting) diantarnya, Pemberian ASI yang tidak
setengahynya responden (50,0%) balita optimal, status ekonomi miskin dan pendidikan
mengalami kejadian wasting tidak normal di ibu, diare dan morbiditas saluran pernapasan,
UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten saluran sanitasi dan tempat tinggal di pedesaan
Majalengka tahun 2022. Hal ini dapat terkaitdengan meningkatnya kemungkinan
disebabkan karena Kurang terjangkau atau balita kurus (wasting) di antara anak-anak
sulitnya akses ke pelayanan kesehatan, sehingga kurang dari 5 tahun. (Derso, 2017).
orangtua enggan memeriksakan kondisi Upaya petugas kesehatan adalah
kesehatan anaknya. Pemberian asupan makanan memberikan edukasi kepada ibu balita tentang
harian yang tidak memenuhi kebutuhan gizi makan untuk anak yang mengalami wasting
anak akibat pendaatan yang rendah. Adanya biasa seperti berikan berbagai makanan dengan
riwayat infkesi pada balita dan tidak kandungan energi yang tinggi guna mendukung
diberikannya ASI Eksklusif pada balita. kenaikan berat badan dan Berikan nutrisi
Penelitian Triveni, (2019) diperoleh hasil lainnya seperti protein, vitamin, serta mineral,
uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan guna mempercepat pembentukan jaringan baru.
yang signifikan antara pendidikan ibu (0.000), Ibu balita agar selalu melakukan konsultasi
usia ibu (0.020), penyakit infeksi (0.025) dalam mengatasi kejadian wasting pada
dengan kejadian wasting di Kabupaten Pasaman anaknya, serta meningkatkan pengetahuan
dan ada hubungan yang signifikan anatara tentang wasting.
pendidikan ibu (0.026), usia ibu (0.038),
2. Gambaran Pendapatan status ekonomi yang rendah tidak dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa memenuhi kebutuhan gizi karena tidak memiliki
kurang dari setengahnya (45,1%) responden uang yang cukup untuk membeli bahan
berpendapatan rendah di wilayah kerja UPTD makanan yang bergizi. Rumah yang dijadikan
Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka sebagai tempat tinggal dibiarkan seadanya tanpa
tahun 2022. Rendahnya pendapatan orang tua, dirubah kedalam standar rumah sehat menurut
hal ini dikarenakan minimnya lapangan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
pekerjaan, faktor usia yang sudah tidak Indonesia Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999
produktif bekerja dan tingkat pendidikan yang tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
rendah berdampak pada sosial ekonomi (tabel 2.3). Hal ini dilakukan karena
keluarga. Dampak rendahnya pendapatan orang keterbatasan dana yang diperoleh keluarga.
tua yaitu pemenuhan kebutuhan gizi keluarga Selain itu dalam sektor kesehatan, apabila salah
terutama anak balita. satu keluarga ada yang sakit maka hanya
Sejalan dengan penelitian Hasyim (2017) mampu dirawat sendiri dengan peralatan dan
diperoleh hasil penelitian bahwa status ekonomi kemampuan seadanya tanpa dibawa ke
keluarganya baik, (3,2,8%) diantaranya ada pelayanan kesehatan (Hasyim, 2017).
kejadian wasting. Sedangkan responden yang Upaya petugas kesehatan terkait rendahnya
Status Ekonomi Keluarganya kurang mengalami pendapatan agar memberikan arahan terkait
kejadian wasting (42,9%). Hasil uji statistik konsumsi makanan yang murah tapi bergizi
diperoleh nilai p value=0,002 sehingga yang terjangkau sesuai dengan pendpaatanya.
p<α=0,05.Secara statistik diperoleh nilai OR= Ibu balita agar meningkatkan pengetahuan
22,500 yang berarti bahwa responden yang dengan berkonsultasi pada petugas kesehatan
penghasilannya kurang baik mempunyai risiko dan mencari bahan makanan yang memiliki
22,5 kali untuk terjadinya wasting dibandingkan nutrisi tinggi khususnya untuk peningkatan
pada responden yang Status Ekonomi status gizi anak.
Keluarganya baik. 3. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Rahayu (2018) bahwa status Kejadian Wasting
ekonomi keluarga akan mempengaruhi kejadian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
wasting, karena status ekonomi rendah akan sebagian kecil (9,8%) balita tidak diberi ASI
beresiko lebih besar untuk anak mengalami Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas
wasting. Menurut Septikasari (2018) keluarga Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2022.
dengan pendapatan dibawah UMR berisiko Rendahnya cakupan ASI eksklusif dapat
tidak memberikan nutrisi yang adekuat disebabkan karena kondisi bayi yang mengalami
dibandingkan dengan keluarga dengan gangguan kesehatan, persalinan dengan
pendapatan diatas UMR. Rendahnya daya beli tindakan, rendahnya kesadaran ibu terhadap ASI
menyebabkan pemenuhan kebutuhan dasar ekslusif dan lain-lain. Dampak tidak
pangan yang memenuhi syarat asupan gizi yang diberikannya ASI Eksklusif adalah kebutuhan
cukup tidak dapat terpenuhi yang pada akhirnya gizi bayi tidak terpenuhi dengan baik selama 6
berdampak pada status gizi keluarga khususnya bulan pertama, karena komposisi gizi pada ASI
anak sebagai kelompok rentan. Keluarga dengan eksklusif merupakan sumber nutrisi paling ideal
status ekonomi yang rendah tidak dapat dan makanan terbaik untuk bayi sejak dini.
memenuhi kebutuhan gizi karena tidak memiliki Hasil ini sesuai dengan penelitian
uang yang cukup untuk membeli bahan Chaerul Saleh (2021) diperoleh hasil bahwa
makanan yang bergizi (Hasyim, 2017). sebagian besar tidak memberikan ASI Eksklusif
Menurut Septikasari (2018) keluarga sebanyak 64,0%, balita berisiko terhadap
dengan pendapatan dibawah UMR, 3,2 kali wasting dengan nilai OR=1,42 (pemberian ASI
lebih berisiko tidak memberikan nutrisi yang Eksklusif). Komposisi berubah sesuai usia bayi
adekuat dibandingkan dengan keluarga dengan karena kebutuhan gizi bayi yang meningkat.
pendapatan diatas UMR. Rendahnya daya beli Karena itu, kandungan ASI berubah untuk
menyebabkan pemenuhan kebutuhan dasar memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
pangan yang memenuhi syarat asupan gizi yang Beberapa hari pertama setelah
cukup tidak dapat terpenuhi yang pada akhirnya persalinan, ASI memproduksi cairan emas,
berdampak pada status gizi keluarga khususnya cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan
anak sebagai kelompok rentan. Keluarga dengan berprotein tinggi yang disebut kolostrum.
Kolostrum lebih banyak mengandung protein menyebabkan kehilangan bahan makanan
dan zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak karena muntah/diare, dan gangguan penyerapan
dibanding ASI matang (mature). Cairan emas dalam saluran pencernaan, sehingga dapat
yang encer dan berwarna kuning atau jernih menyebabkan asupan nutrisi untuk tubuh
yang lebih menyerupai darah daripada susu, berkurang. Infeksi akan lebih mengakibatkan
sebab mengandung sel hidup yang menyerupai dampak yang berbahaya bila menyerang
sel darah putih yang dapat membunuh kuman seseorang yang kurang gizi.
penyakit. Hal ini menunjukkan balita yang tidak Sejalan dengan penelitian Sari (2020)
ASI Eksklusif antibodinya berkurang sehingga diperoleh hasil uji multivariat regresi logistik
rentan mengalami penyakit infeksi yang ganda menunjukkan adanya hubungan riwayat
mengakibatkan penurunan nafsu makan dan penyakit infeksi dengan kejadian wasting
berdampak pada status gizi kurus balita (p=0.031) dan asupan protein dengan kejadian
(Supariasa, 2016). wasting (p=0.024). Faktor paling dominan yang
ASI merupakan satu-satunya sumber mempengaruhi kejadian wasting (gizi kurus)
asupan makanan yang terbaik bagi bayi karena pada balita usia 6-59 bulan di wilayah kerja
memiliki unsur-unsur memenuhi semua Puskesmas Kelurahan Penjaringan I adalah
kebutuhan nutrien selama periode 6 bulan. ASI riwayat penyakit infeksi dengan OR = 11.897
harus diberikan sampai usia 24 bulan karena dan 95% CI = 1.246 – 113.570. Saran:
mengandung nutrisi esensial untuk mambantu Pembinaan posyandu dalam memberikan
perkembangan dan pertumbuhan bayi agar lebih konseling tentang peningkatan asupan nutrisi
optimal. Pemberian ASI dikelompokkan tiga terutama asupan protein dan penanganan
waktu yaitu pemberian ASI ketika anak baru penyakit infeksi pada balita agar status gizi
lahir (kolostrum), pemberian ASI sampai usia 6 kurus dapat tertangani dengan baik.
bulan tanpa tambahan makanan/minuman lain Penyakit infeksi adalah penyakit yang
(eksklusif), pemberian ASI sampai dengan usia diderita anak, bersifat akut yang terjadi setiap
24 bulan disertai makanan pendamping ASI bulan atau kronik yang terjadi baik dalam satu
(Septikasari, 2018). ASI yang keluar pada hari minggu atau lebih secara terus menerus.
pertama dan kedua setelah melahirkan biasa Penyakit infeksi dapat menurunkan nafsu makan
disebut dengan kolostrum. Kolostrum berwarna anak, menyebabkan kehilangan bahan makanan
kuning atau jernih karena mengandung sel karena muntah/diare, dan gangguan penyerapan
hidup menyerupai sel darah putih yang dapat dalam saluran pencernaan, sehingga dapat
membunuh kuman penyakit. Selain itu menyebabkan asupan nutrisi untuk tubuh
kolostrum mengandung air, tinggi protein, berkurang. Selain itu infeksi dapat menghambat
lemak, laktose, mineral, vitamin, rendah reaksi imunologis yang normal dengan
karbohidrat, immunoglobulin dan antibodi yang menghabiskan sumber energi di tubuh. Jika hal
melindungi bayi dari infeksi (Rochmawati, ini terjadi secara terus menerus pertumbuhan
2016). dan perkembangan anak bisa terhambat serta
Upaya petugas kesehatan dalam kondisi fisik juga akan mengalami pengurusan
meingkatkan cakupan pemberian ASI Ekslusif (wasting) (Prawesti, 2018).
adalah melakukan edukasi melalui pendidikan Infeksi dapat menghambat reaksi
kesehatan, penyebaran lefleat atau informasi imunologis yang normal dengan menghabiskan
melalui media sosial, mengadakan program sumber energi di tubuh. Jika hal ini terjadi
kelas ibu hamil yang rutin dilakukan disetiap secara terus menerus pertumbuhan dan
Puskesmas. perkembangan anak bisa terhambat serta kondisi
4. Gambaran Riwayat Infeksi fisik juga akan mengalami pengurusan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (wasting). Infeksi akan lebih mengakibatkan
sebagian kecil (20,8%) balita ada riwayat dampak yang berbahaya bila menyerang
infeksi di wilayah kerja UPTD Puskesmas seseorang yang kurang gizi. Infeksi
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2022. menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan
Pada balita yang memilki riwayat infeksi tubuh, baik untuk bibit penyakit itu sendiri
dikarenakan personal higyene ibu yang kurang maupun penghancuran untuk memperoleh
baik, faktor lingkungan rumah yang tidak steril protein yang diperlukan untuk mempertahankan
dan penyajian sanitasi makanan. Penyakit tubuh (Prawesti, 2018).
infeksi berdampak pada nafsu makan anak,
Penyakit infeksi yang sering terjadi dan pada responden yang Status Ekonomi
memiliki hubungan terhadap terjadinya wasting Keluarganya baik.
adalah diare dan ISPA (Infeksi Saluran Menurut Septikasari (2018) keluarga
Pernapasan Atas). Diare yang terjadi pada anak dengan pendapatan dibawah UMR berisiko
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tidak memberikan nutrisi yang adekuat
tubuh kehilangan cairan dalam jumlah banyak. dibandingkan dengan keluarga dengan
Diare dapat menimbulkan kerusakan pada pendapatan diatas UMR. Rendahnya daya beli
mukosa usus sehingga protein, cairan dan zat menyebabkan pemenuhan kebutuhan dasar
lainnya tidak dapat terserap dengan baik. pangan yang memenuhi syarat asupan gizi yang
Apabila nutrisi tidak bisa terserap dengan baik, cukup tidak dapat terpenuhi yang pada akhirnya
anak akan mengalami kekurangan gizi sehingga berdampak pada status gizi keluarga khususnya
tubuh anak perlahan-lahan akan kurus anak sebagai kelompok rentan. Keluarga dengan
(Tambunan, 2019). status ekonomi yang rendah tidak dapat
Upaya petugas kesehatan adalah memenuhi kebutuhan gizi karena tidak memiliki
memprioritaskan program perbaikan gizi pada uang yang cukup untuk membeli bahan
anak yang memiliki riwayat infeksi dan makanan yang bergizi.
memberikan penyuluhan pada ibu balita Upaya petugas kesehatan terkait rendahnya
mengenai pemenuhan gizi anak balita. Ibu balita pendapatan agar memberikan arahan terkait
hendaknya secara rutin mengikuti kegiatan konsumsi makanan yang murah tapi bergizi
Posyandu dan berkonsultasi dengan petugas yang terjangkau sesuai dengan pendpaatanya.
kesehatan dalam upaya pemenuhan gizi anak Ibu balita agar meningkatkan pengetahuan
balita. dengan berkonsultasi pada petugas kesehatan
5. Hubungan Pendapatan Dengan Kejadian dan mencari bahan makanan yang memiliki
Wasting. nutrisi tinggi khususnya untuk peningkatan
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada status gizi anak.
hubungan pendapatan dengan Kejadian Wasting 6. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan
pada balita usia 7-59 bulan di UPTD Puskesmas Kejadian Wasting
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2022. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
Dari nilai odds ratio (OR) sebesar 2,6 (95% CI hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
1,5-4,3) menunjukan bahwa ibu balita dengan Kejadian Wasting pada balita usia 7-59 bulan di
pendapatan rendah mempunyai peluang 2,6 kali UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten
lebih besar akan mengalami kejadian wasting Majalengka tahun 2022. Dari nilai odds ratio
dibandingkan ibu balita dengan pendapatan (OR) sebesar 3,0 (95% CI 1,5-5,7) menunjukan
tinggi di UPTD Puskesmas Majalengka bahwa ibu balita yang tidak memberikan ASI
Kabupaten Majalengka tahun 2022. Ekslusif mempunyai peluang 3,0 kali lebih
Hal ini dikarenakan pada orang tua yang besar akan mengalami kejadian wasting
memiliki pendapatan baik, dapat memenuhi dibandingkan ibu balita yang memberikan ASI
kebutuhan gizi anaknya dengan baik, sehingga Ekslusif di UPTD Puskesmas Majalengka
balita tidak mengalami kekurangan gizi. Kabupaten Majalengka tahun 2022
Dampak rendahnya pendapatan orang tua yaitu Hal ini dapat dimengerti karena pada
pemenuhan kebutuhan gizi keluarga terutama balita yang mendapatkan ASI Eksklusif
anak balita. kebutuhan gizinya terpenuhi, karena ASI
Penelitian Hasyim (2017) diperoleh hasil merupakan satu-satunya sumber asupan
penelitian bahwa status ekonomi keluarganya makanan yang terbaik bagi bayi karena
baik, (3,2,8%) diantaranya ada kejadian memiliki unsur-unsur memenuhi semua
wasting. Sedangkan responden yang Status kebutuhan nutrien selama periode 6 bulan.
Ekonomi Keluarganya kurang mengalami Dampak tidak diberikannya ASI Eksklusif
kejadian wasting (42,9%). Hasil uji statistik adalah kebutuhan gizi bayi tidak terpenuhi
diperoleh nilai p value=0,002 sehingga p < α = dengan baik selama 6 bulan pertama, karena
0,05. Secara statistik diperoleh nilai OR= komposisi gizi pada ASI eksklusif merupakan
22,500 yang berarti bahwa responden yang sumber nutrisi paling ideal dan makanan terbaik
penghasilannya kurang baik mempunyai risiko untuk bayi sejak dini.
22,5 kali untuk terjadinya wasting dibandingkan Hasil ini sesuai dengan penelitian
Chaerul Saleh (2021) diperoleh hasil bahwa
sebagian besar tidak memberikan ASI Eksklusif sosial, mengadakan program kelas ibu hamil
sebanyak 64,0%, balita berisiko terhadap yang rutin dilakukan disetiap Puskesmas
wasting dengan nilai OR=1,42 (pemberian ASI 7. Hubungan Riwayat infeksi Dengan Kejadian
Eksklusif). Komposisi berubah sesuai usia bayi Wasting
karena kebutuhan gizi bayi yang meningkat. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
Karena itu, kandungan ASI berubah untuk hubungan riwayat infeksi dengan Kejadian
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi Wasting pada balita usia 7-59 bulan di UPTD
ASI memproduksi cairan emas, cairan Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka
pelindung yang kaya zat anti infeksi dan tahun 2022. Dari nilai odds ratio (OR) sebesar
berprotein tinggi yang disebut kolostrum. 1,6 (95% CI 0,7-3,8) menunjukan bahwa
Kolostrum lebih banyak mengandung protein ibubalita dengan riwayat infeksi mempunyai
dan zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak peluang 1,6 kali lebih besar akan mengalami
dibanding ASI matang (mature). Cairan emas kejadian wasting dibandingkan balita yang tidak
yang encer dan berwarna kuning atau jernih memiliki riwayat infeksi di UPTD Puskesmas
yang lebih menyerupai darah daripada susu, Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2022
sebab mengandung sel hidup yang menyerupai Hal ini dapat dimengerti karena pada
sel darah putih yang dapat membunuh kuman balita yang memilki riwayat infeksi
penyakit. Hal ini menunjukkan balita yang tidak menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan
ASI Eksklusif antibodinya berkurang sehingga tubuh, baik untuk bibit penyakit itu sendiri
rentan mengalami penyakit infeksi yang maupun penghancuran untuk memperoleh
mengakibatkan penurunan nafsu makan dan protein yang diperlukan untuk mempertahankan
berdampak pada status gizi kurus balita tubuh, sehingga berdampak pada nafsu makan
(Supariasa, 2016). anak, menyebabkan kehilangan bahan makanan
ASI merupakan satu-satunya sumber karena muntah/diare, dan gangguan penyerapan
asupan makanan yang terbaik bagi bayi karena dalam saluran pencernaan, sehingga dapat
memiliki unsur-unsur memenuhi semua menyebabkan asupan nutrisi untuk tubuh
kebutuhan nutrien selama periode 6 bulan. ASI berkurang. Infeksi akan lebih mengakibatkan
harus diberikan sampai usia 24 bulan karena dampak yang berbahaya bila menyerang
mengandung nutrisi esensial untuk mambantu seseorang yang kurang gizi.
perkembangan dan pertumbuhan bayi agar lebih Sejalan dengan penelitian Sari (2020)
optimal. Pemberian ASI dikelompokkan tiga diperoleh hasil uji multivariat regresi logistik
waktu yaitu pemberian ASI ketika anak baru ganda menunjukkan adanya hubungan riwayat
lahir (kolostrum), pemberian ASI sampai usia 6 penyakit infeksi dengan kejadian wasting
bulan tanpa tambahan makanan/minuman lain (p=0.031) dan asupan protein dengan kejadian
(eksklusif), pemberian ASI sampai dengan usia wasting (p=0.024). Faktor paling dominan yang
24 bulan disertai makanan pendamping ASI mempengaruhi kejadian wasting (gizi kurus)
(Septikasari, 2018). ASI yang keluar pada hari pada balita usia 6-59 bulan di wilayah kerja
pertama dan kedua setelah melahirkan biasa Puskesmas Kelurahan Penjaringan I adalah
disebut dengan kolostrum. Kolostrum berwarna riwayat penyakit infeksi dengan OR = 11.897
kuning atau jernih karena mengandung sel dan 95% CI = 1.246 – 113.570.
hidup menyerupai sel darah putih yang dapat Infeksi dapat menghambat reaksi
membunuh kuman penyakit. Selain itu imunologis yang normal dengan menghabiskan
kolostrum mengandung air, tinggi protein, sumber energi di tubuh. Jika hal ini terjadi
lemak, laktose, mineral, vitamin, rendah secara terus menerus pertumbuhan dan
karbohidrat, immunoglobulin dan antibodi yang perkembangan anak bisa terhambat serta kondisi
melindungi bayi dari infeksi (Rochmawati, fisik juga akan mengalami pengurusan
2016). (wasting). Infeksi akan lebih mengakibatkan
Upaya petugas kesehatan agar terus dampak yang berbahaya bila menyerang
melakukan sosialisasi tentang pentingnya seseorang yang kurang gizi. Infeksi
pemberian ASI Ekslusif dalam memenuhi gizi menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan
anak selama 6 bulan pertama. Hal ini dapat tubuh, baik untuk bibit penyakit itu sendiri
dilakukan melalui pendidikan kesehatan, maupun penghancuran untuk memperoleh
penyebaran lefleat atau informasi melalui media protein yang diperlukan untuk mempertahankan
tubuh (Prawesti, 2018).
Penyakit infeksi yang sering terjadi dan Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka
memiliki hubungan terhadap terjadinya wasting tahun 2022
adalah diare dan ISPA (Infeksi Saluran 6. Tidak ada hubungan antara pemberian ASI
Pernapasan Atas). Diare yang terjadi pada anak Eksklusif dengan Kejadian Wasting pada balita
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan usia 7-59 bulan di UPTD Puskesmas
tubuh kehilangan cairan dalam jumlah banyak. Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2022
Diare dapat menimbulkan kerusakan pada 7. Ada hubungan antara riwayat infeksi dengan
mukosa usus sehingga protein, cairan dan zat Kejadian Wasting pada balita usia 7-59 bulan di
lainnya tidak dapat terserap dengan baik. UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten
Apabila nutrisi tidak bisa terserap dengan baik, Majalengka tahun 2022
anak akan mengalami kekurangan gizi sehingga
tubuh anak perlahan-lahan akan kurus SARAN
(Tambunan, 2019). Memberikan edukasi kepada ibu tentang
ISPA merupakan gangguan kesehatan pemenuhan gizi pada anak yang balita dan
yang sering menyerang balita yang disebabkan memberikan penyuluhan pada ibu balita
oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang mengenai pemenuhan gizi anak balita dan
sering dikenal yaitu bakteri, jamur, virus. secara rutin mengadakan kegiatan Posyandu dan
Mikroorganisme ini tinggal dijaringan sel tubuh penanganan penyakit infeksi pada balita agar
dan memakan zat gizi dari untuk bertahan status gizi kurus dapat tertangani dengan baik.
hidup. apabila tidak segera mendapat Ibu balita agar berkonsultasi dengan petugas
pengobatan zat gizi yang tersedia di dalam kesehatan untuk mengatasi masalah kejadian
tubuh akan habis dan bisa menyebabkan anak wasting agar dapat penanganan sesuai dengan
kekurangan gizi serta kondisi fisik yang menjadi prosedur. Meningkatkan pengetahuan melalui
kurus (Pandi, 2012). berbagai media dalam upaya pencegahan
Upaya petugas kesehatan adalah kejadian wasting.
memprioritaskan program perbaikan gizi pada
anak yang memiliki riwayat infeksi dan DAFTAR PUSTAKA
memberikan penyuluhan pada ibu balita
mengenai pemenuhan gizi anak balita. Ibu balita Adriani, Wirjatmadi. 2016. Peranan Gizi Dalam
hendaknya secara rutin mengikuti kegiatan Siklus Kehidupan. Cetakan ke 3. Jakarta :
Posyandu dan berkonsultasi dengan petugas Prenadamedia
kesehatan dalam upaya pemenuhan gizi anak Arlius, Feri. 2017. Hubungan Ketahanan Pangan
balita dan penanganan penyakit infeksi pada Keluarga Dengan Status Gizi Balita (Studi
balita agar status gizi kurus dapat tertangani Di Desa Palasari Dan Puskesmas
dengan baik. Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang).
Jurnal Ketahanan Nasional. Volume 23
KESIMPULAN No. 3, Desember 2017
1. Setengahnya responden (50,0%) balita Chaerul Saleh. 2021. Faktor risiko kejadian wasting
mengalami kejadian wasting tidak normal di pada baduta umur 7-24 bulan di Wilayah
UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Kerja UPTD Puskesmas Wolo Kabupaten
Majalengka tahun 2022 Kolaka. Jurnal Kebidanan. Volume 11 No.
2. Kurang dari setengahnya (45,1%) responden 13
berpendapatan rendah di wilayah kerja UPTD Direktorat Kesehatan Keluarga, 2020. Pedoman
Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, Dan Bayi Baru
tahun 2022 Lahir Selama Social Distancing. Jakarta:
3. Sebagian kecil (9,8%) balita tidak diberi ASI Kemenkes RI
Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Dzul Istiqomah Hasyim. 2017. Hubungan status
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2022 ekonomi dengan kejadian balita kurus
4. Sebagian kecil (20,8%) balita ada riwayat (Wasting) di PAUD Surya Ceria
infeksi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pringsewu
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2022 Erika, Yulia Sari. 2020. Analisis kejadian wasting
5. Ada hubungan Pendapatan dengan Kejadian pada balita usia 6-59 bulan. Jurnal
Wasting pada balita usia 7-59 bulan di UPTD Cendikia. Volume 7 No. 18, April 2020
Hastuti dkk, 2017. Asuhan Ibu dalam Masa Rini & Kumala, 2017. Panduan Asuhan Nifas dan
Kehamilan. Jakarta: Erlangga Evidence Based Pratice. Yogyakarta :
Hidayat. 2018. Pengantar Buku Keperawatan Anak Deepublish
(2nd ed.; Dr.Dripa Sjabana, ed.). Jakarta: Rahmiati, 2018. Asuhan. Kebidanan Nifas dan
Dr.Dripa Sjabana. Menyusui. Jakarta: Erlangga
Hegar, Badriul. 2018. Bedah ASI Kajian dari Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif,
Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Kualitatif, dan R&D. Bandung:.Alfabeta
Ikatan Dokter Anak Indonesia Balai Sulistyaningsih. 2015. Metodologi Penelitian
Pustaka FKUI Kebidanan, Kuantitatif & Kualitatif. Edisi
Haryono dan Setianingsih. 2014. Manfaat Asi Pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu
Eksklusif Untuk Buah Hati Anda. Safrizal dkk, 2020. Pedoman Umum Menghadapi
Yogyakarta: Gosyen Publising Pandemi COVID-19. Jakarta: Kementrian
Imam, Fitriani, & Bustami, 2018. Perlindungan Dalam Negeri Republik Indonesia.
Hak Anak terhadap Pemberian Air Susu Sandra, dkk 2015. Gizi ibu dan bayi. Jakarta :
Ibu. Yogyakarta: Deepublish Rajawali Press
Jannah, 2017. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Stuart G.W. 2017. Principles and Practice of
Mitra Cendikia Offset Psychiatric Nursing. (10 th Ed). Elsevier:
Judistiani, 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Mosby
Menyusui : Benar denga Perilaku Supariasa, 2016. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk
Menyusui. Jakarta : Nuha Medika Keluarga dan Masyarakat, Direktorat
Kemenkes RI. 2017. Buku Saku Pemantauan Status Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Gizi Dan Indikator Kinerja Gizi Tahun Pendidikan Nasional. Jakarta
2015, Direktorat Gizi Masyarakat Triveni, 2019. Analisis faktor yang menyebabkan
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, kejadian wasting pada balita usia 0-59
Kementerian Kesehatan RI. bulan di Kabupaten Pasaman dan Kota
Kemenkes RI, 2019. Profil Kesehatan Indonesia Bukittinggi tahun 2019. Jurnal Cendikia.
Tahun 2018. Kemenkes RI: Badan Volume 7 No. 18, April 2020
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kemenkes RI. 2021. Jaga Diri dan Keluarga Anda
dari Virus Corona – Covid-19. [Online]
Tersedia pada : www. kemkes.go.id
Kamariyah. 2014. Buku Ajar kehamilan. Salemba.
Medika. Jakarta Selatan.
Kartijo, 2017. Buku saku patofisiologi corwin.
Jakarta: Aditya Media
Maryunani, 2012. Asuhann Ibu Nifas & Asuhan ibu
menyusui. Bogor: In Media
Marliandiani. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas dan. Menyusui. Pertama.
Tri U, editor. Jakarta: salemba medika
Marliandiani Yefi & Ningrum Nyna, 2015. Buku
ajar asuhan kebidanan pada masa nifas
dan menyusui. Jakarta: Salemba Medika
Marmi, 2012. Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas
“ Peurperium Care”.
Yogyakarta: pustaka pelajar.
Nur Khasanah, 2016. ASI Atau Susu Formula,
Jakarta : Flash Book
Purwoastuti dan Walyani, 2017. Panduan Materi
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

Anda mungkin juga menyukai