Makalah Kompetensi Profesi Guru
Makalah Kompetensi Profesi Guru
Makalah Kompetensi Profesi Guru
DISUSUN OLEH :
1. Alponsius ( 312010081)
2. Deliani Jusica Werensa (312010043)
3. Natalia Donata (312010160)
KELAS A SORE
(IKIP-PGRI) PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kompetensi Profesi Guru di
Perguruan Tinggi ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Muhhamad
Lahir, M.Pd. pada mata kuliah Profesi Kependidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Kompetensi Profesi Guru Di Perguruan Tinggi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhhamad Lahir, M.Pd. Selaku dosen mata
kuliah Profesi Kependidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Pontianak,
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................................7
B. Saran .......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan arti kompetensi guru ?
2. Apa saja kompetensi profesi guru ?
3. Apa yang dimaksud dengan sertifikasi guru?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan arti kompetensi guru
2. Mengetahui apa saja kompetensi profesi guru
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sertifikasi guru
BAB II
PEMBAHASAN
Level kompetensi seseorang terdiri dari dua bagian. Bagian yang dapat dilihat dan
dikembangkan, disebut permukaan (surface) seperti pengetahuan dan keterampilan, dan
bagian yang tidak dapat dilihat dan sulit dikembangkan disebut sebagai sentral atau inti
kepribadian (core personality), seperti sifat-sifat, motif, sikap dan nilai-nilai.
7. Melaksanakan bimbingan.
9. Menjalin kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat dan masyarakat.
10. Melaksanakan penelitian sederhana.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki
empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
Dalam konteks itu, kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang untuk memangku jabatan guru sebagai
profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan
indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut.
1. Kompetensi Pedagogik
a. Menguasai karekteristik dari aspek fisik, moral, sosial kultural, emosional, dan
intelektual. Komeperensi mata pelajarannya adalah (1) memahami karakteristik siswa
yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosioemosional, moral, spiritual, dan latar
belakang sosial budaya, (2) mengidentifikasi potensi siswa dalam mata pelajaran yang
diampu; (3) mengidentifikasi bekal ajar awal siswa dalam mata pelajaran yang diampu;
dan (4) mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran yang diampu.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan siswa. Kompetensi mata
pelajarannya adalah (1) memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efekuf, empatik,
dan santun secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain; dan (2) berkomunikasi secara efekuf,
empatik, dan santun dengan siswa dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan atau
permainan yang mendidik.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Kompetensi mata
pelajarannya adalah (1) memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efekní, empatik,
dan santun secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain; (2) berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan siswa dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan atau
permainan yang mendidik, (3) memahami prinsipp-prinsip penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu; (4) menentukan
aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai
dengan karakterisitk mata pelajaran yang diampu; (5) menentukan prosedur penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar, (6) mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar, (7) mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen; (8) menganalisis hasil
penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan, dan (9) melakukan evaluasi
proses dan hasil belajar.
2.Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang meliputi kompetensi untuk berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun,
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara
efektif dengan siswa, sasama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,
dan orang tua atau wali siswa, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku dan menerapkan prinsip
persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Kompetensi ini dikembangkan menjadi
kompetensi inti dan guru mata pelajaran berikut.
a. Bersikaf inklusif, bertindak objektif, serta tidak deskriptif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
Kompetensi mata pelajarannya adalah (1) bersikap inklusif dan objektif terhadap siswa,
teman sejawat, dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran, dan (2) tidak
bersikap diskriminatif terhadap siswa, orang tua siswa, dan lingkungan sekolah karena
perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang rua, dan masyarakat. Kompetensi mata pelajarannya adalah (1)
berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmah lainnya secara santun,
emapatik, danefektif, (2) berkomunikasi dengan orang tua siswa dan masyarakat secara
santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan siswa, dan (3)
mengikutsertakan orang tua siswa dan masyarakat dalam program pembelajaran dan
mengatasi kesulitan belajar siswa
c.Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya. Kompetensi mata pelajarannya adalah (1) beradaptasi dengan
lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, dan
(2) melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain. Kompetensi mata pelajarannya adalah (1) berkomunikasi dengan
teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran; dan (2) mengomunikasikan hasil- hasil
inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan maupun
bentuk lain.
3. Kompetensi Kepribadian
a.Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia. Kompetensi guru mata pelajarannya adalah (1) menghargai siswa tanpa
membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal, dan gender, dan (2)
bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hokum, dan sosial yang berlaku dalam
masyarakat dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi siswa
dan masyarakat. Kompetensi guru mata pelajarannya adalah (1) berlaku jujur, tegas, dan
manusiawi; (2) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia, dan (3)
berperilaku yang dapat diteladani oleh siswa dan anggota masyarakat di sekitarnya.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
Kompetensi guru mata pelajarannya adalah (1) menampilkan diri sebagai pribadi yang
mantap dan stabil; dan (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan
berwibawa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawabyang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri. Kompetensi guru mata pelajarannya adalah (1) menunjukkan etos kerja
dan tanggung jawab yang tinggi; (2) bangga menjadi guru dan percaya pada din sendiri,
dan (3) bekerja mandiri secara profesional.
e. Menjunjung kode etik profesi guru. Kompetensi guru mata pelajarannya adalah (1)
memahami kode etik profesi guru, (2) menerapkan kode etik profesi guru, dan (3)
berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
4. Kompetensi Profesional
Profesional menunjukkan pada dua hlm. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi,
misalnya sebutan dia seorang "profesional". Kedua, penampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua inilah istilah
profesional sering dipertentangkan dengan istilah nonprofesional atau amatiran. Cooper
(Ed.) (1990) memgartikan a professional is a person who posses some specialized
knowledge and skill, can weigh alternatives and select from among a number of
potentially productive actions one that is particularly appropriate in a given situation".
Seorang yang profesional adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang sepesifik, dapat mempertimbangkan pilihan-pilihan, dan memilih dari antara
sejumlah tindakan produktif yang potensial satu, terutama yang tepat dalam situasi yang
dihadapi.
a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya
mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya
didasarkan pada keilmuan yang dimiliki yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Suatu profesi menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik
sesuai dengan jenis profesinya sehingga antara profesi satu dan yang lainnya dapat
dipisahkan secara tegas.
c. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan pada latar belakang
pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat sehingga semakin tinggi latar
belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat
keahliannya. Dengan demikian, semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang
diterimanya.
d. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial
kemasyarakatan sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap
setiap efek yang ditimbulkan dari pekerjaan profesi itu.
Keempat wilayah kompetensi tersebut dapat ditinjau dari segi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang merupakan kesatuan utuh, tetapi memiliki dua dimensi tidak terpisahkan,
yakni dimensi akademik (kompetensi akademik) dan dimensi profesional (kompetensi
profesional). Kompetensi akademik lebih banyak berkenaan dengan pengetahuan
konseptual, teknis atau prosedural, faktual, dan sikap positif terhadap profesi guru.
Sementara itu, kompetensi profesional berkenaan dengan penerapan pengetahuan dan
tindakan pengembangan diri secara profesional. Sesuai dengan sifatnya, kompetensi
akademik diperoleh lewat pendidikan akademik tingkat universitas, sedangkan kompetensi
profesional lewat pendidikan profesi. Kompetensi profesional guru merupakan
kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/
atau seni dan budaya yang diampunya berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran
bidang studi secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program suatu
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu,
penguasaan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Dalam penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c Standar Nasional Pendidikan dikemukakan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru membimbing
siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.
Kompetensi profesional guru antara lain kompetensi keilmuan, yaitu kemampuan guru
dalam menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu. Selain itu, ada juga kompetensi profesional lain seperti menguasai
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang
diampu, mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu. Kompetensi guru mata pelajarannya adalah (1) memahami materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (2) memahami struktur, konsep, dan metode
keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; (3) memahami hubungan
konsep antarmata pelajaran terkait; dan (4) menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi guru mata pelajarannya adalah (1) memahami standar kompetensi mata
pelajaran yang diampu; (2) memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, dan
(3) memahami tujuan pembelajaran mata pelajaran yang diampu.
C. Sertifikasi Guru.
Menurut Trianto dan Tutik (2004:11) istilah sertifikasi dalam makna kamus berarti surat
keterangan (sertifikasi) dari lembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan
sekaligus pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan tugas.
Bagi guru agar dianggap layak dalam mengemban tugas profesi mendidik maka ia harus
memiliki sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik tersebut diberikan kepada guru dan
dosen yang telah memenuhi persyaratan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah
proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi
seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
Menurut Yamin dan Maisyah (2012:150), secara garis besar program sertifikasi guru
dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Program sertifikasi guru untuk guru yang telah ada
(guru dalam jabatan), (2) Program sertifikasi guru untuk calon guru. Program sertifikasi
guru dalam jabatannya dialamatkan kepada guru negeri dan swasta. Program ini dapat
diikuti oleh para guru yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh
lembaga atau pemerintah, kemudian mereka akan mengikuti proses pelaksanaan
sertifikasi yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang ditunjuk oleh pemerintah.
Program sertifikasi dapat diperoleh melalui:
1. Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan uji sertifikasi (bila
lulus dalam uji kompetensi).
2. Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk peningkatan kompetensi ke profesional guru
sebagai agen pelajaran oleh perguruan tinggi terakreditasi yang ditetapkan oleh
pemerintah (bila lulus dalam ujian sertifikasi).
Mulyasa (2007) mengemukakan pendapat Wibowo, bahwa sertifikasi bertujuan untuk
hal-hal sebagai berikut.
1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak
citra pendidik dan tenaga kependidikan.
3.Membantu dan melindungi lembaga penyelenggaraan pendidikan, dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar
yang kompeten.
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan.
Lebih lanjut Mulyasa (2007) mengemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga
kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut.
1. Pengawasan mutu
a. Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat
kompetensi yang bersifat unik.
b. Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan
tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.
c. Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk
organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya.
d. Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha
belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme.
2. Penjaminan mutu
a. Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi
akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap
organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian pihak berkepentingan,
khususnya para pelanggan/pengguna akan makin menghargai organisasi profesi dan
sebalikya organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para
pelanggan/pengguna.
b. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/pengguna yang
ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
Melengkapi uraian di atas, Jalal (2001: 221-225); dan Tilaar (2003: 382-391),
mengungkapkan bahwa proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan
tugas dan fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem
rekrutmen guru, pembinaan, dan peningkatan karir guru.
1. Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan insentif yang diperoleh. Gaji guru di
Indonesia ini masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Rendahnya
kesejahteraan guru bisa mempengaruhi kinerja guru, semangat pengabdiannya, dan juga
upaya mengembangkan profesionalismenya. Kenaikan gaji dilakukan bersamaan dengan
perbaikan pada aspekaspek kesejahteraan lain yaitu prosedur kenaikan pangkat, jaminan
rasa aman, kondisi kerja, kepastian karir, penghargaan terhadap tugas atau peran
keguruan (Jalal, 2001:221). Kesejahteraan guru sebaiknya selain berasal dari pemerintah
pusat, juga didukung oleh pemerintah daerah serta partisipasi masyarakat dan dunia
usaha.
2. Tunjangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya diberikan dengan
mempertimbangkan : (a) kesulitan tempat bertugas, (b) kemampuan, keterampilan, dan
kreatifitas guru, (c) fungsi, tugas, dan peranan guru di sekolah, (c) prestasi guru dalam
mengajar, menyiapkan bahan ajar, menulis, meneliti, dan membimbing, serta
berhubungan dengan stakeholder. Dalam hal ini, guru perlu diberikan kesempatan
bersaing untuk memperoleh penghargaan berbentuk insentif.
3. Sistem rekrutmen guru dan penempatanya memerlukan kebijakan yang tepat
mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas yang diingininya. Ada kasus,
guru yang ditempatkan di desa tertentu tidak pernah muncul, atau kalau datang bertugas
selalu berhalangan untuk hadir, yang akhirnya minta dipindahkan ketempat yang
diinginkanya. Untuk menghilangkan masalah seperti itu, maka dalam rekrutmen dan
penempatan perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut.
a. asal tempat calon guru;
b. memperketat persyaratan calon guru yang diangkat dengan melihat hasil pendidikan
dan seleksi;
c. menetapkan batas waktu tugas untuk bisa mengajukan mutasi atau pindah;
d. memberikan insentif dan jaminan lagi bagi calon guru yang ditempatkan di daerah
terpencil;
e. memperkuat disiplin di tempat tugas dan menerapkan sanki bagi yang melanggar;
f. memintakan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat untuk menjamin
kesejahteraan, tempat tinggal, keamanan, kesehatan guru, terutama guru yang berasal
dari daerah lain;
g. untuk mengisi kekurangan guru di SD, SLTP, atau SLTA yang jauh dari kota,
sebaiknya memberdayakan lulusan yang ada di tempat dengan legimitasi dari
pemerintah daerah. Mereka yang bukan berasal dari LPTK dapat mengambil akta
mengajar atau program PGSD.
4.Pendidikan dan pembinaan tenaga guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu
pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar.
1) Peningkatan mutu pelayanan akademik pada LPTK yang meliputi sarana prasarana dan
SDMnya. 2) Seleksi calon yang ketat dalam hal intelegensi, latar belakang, sifat dan sikap
pribadi; 3) Pendidikan guru yang dapat menjamin mutu penguasaan ilmu-ilmu pendidikan,
keguruan, psikologi, dan ilmu bidang khusus yang menjadi spesialisasinya, serta
penguasaan praktek mengajar; 4) Calon guru harus pula menguasai ilmu dan keterampilan
meneliti, menulis, membaca, sosial, budaya, dan bahasa, Indonesia yang baik dan benar;
5) Untuk mampu mengikuti perkembangan maka calon guru harus terampil menggunakan
komputer, mengelola perpustakaan, olahraga, dan kesenian; 6) Calon guru minimal satu
tahun mengalami hidup dalam asrama untuk membina pemahaman kerjasama, sikap hidup
bersama, dan terutama mampu menyelami dan menghargai sifat dan watak yang berbeda-
beda.
2) Pelatihan-pelatihan jangka pendek yang baik dan praktis mengenai metode, manajemen
sekolah, dan kepemimpinan, pengembangan bidang ilmu, keterampilan baru yang perlu
dikuasai guru, penelitian dan penulisan.
3) Sebaiknya tiap enam bulan atau satu tahun diadakan evaluasi kerja guru, dan hasil
evaluasi itu ditindak lanjuti dengan mengembangkan pelatihan dalam jabatan, dengan
menerapkan peningkatan mutu berbasis sekolah.
4) Setiap kegiatan peningkatan mutu selayaknya mendapat dukungan dana dari pusat,
daerah, dan stakeholder. Oleh sebab itu, perlu digalakkan program pembinaan dalam
jabatan yang kontinu baik di sekolah, luar sekolah, antar sekolah, antar bidang studi, dan
dalam bidang studi.
5) Khusus pembinaan peningkatan guru SD melalui PGSD yang belajar jarak jauh perlu
ada biaya dari pusat dan daerah.
c. Pembinaan tenaga guru melalui akta mengajar bagi lulusan diploma dan sarjana non
keguruan. Dalam hal ini perlu dilakukan seleksi sebelum mereka mengikuti akta mengajar,
sehingga profesi guru bukan tempat pelarian untuk mencari kerja.
d. Pengembangan karir guru terkait dengan profesionalisme dan daya tarik jabatan guru
memerlukan kebijakkan sebagai berikut.
3) Beban yang tidak terkait dengan fungsi dan tugas guru sebaiknya dihilangkan, karena
akan mengganggu perhatian guru pada tugas pokoknya.
4) Pegangkatan kepala sekolah perlu dilakukan melalui seleksi yang ketat dan adil,
mempertimbangkan latar belakang mental dan prestasi kerja, serta melibatkan orang tua
50 murid dan masyarakat yang tergabung dalam komite sekolah/madrasah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, pasal 2 disebutkan
bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional (Imas Kurniasih, 2012:3). Kompetensi yang dimaksud adalah serangkaian
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku 51 yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan
diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru
bersifat holistik yang mencakup; kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh dari pendidikan profesi
guru.
B.Saran
Diharapkan bagi pembaca khusunya mahasiswa jurusan kependidikan dan calon guru
serta para guru supaya lebih meningkatkan dan mengembangkan profesinya sehingga
menjadi guru yang lebih professional dan berkualitas dalam upaya menambah wawasan
dan memperkaya pengetahuan pesertadidik.
DAFTAR PUSTAKA
Broke & Stone. 1995. Competency based Education and Ttraining. London, New York,
Philadelphia: The Falmer Press.
Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Standard Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosda Karya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Rohman, Arief. 2010. Pendidikan Komparatif. Menuju ke Arah Metode Perbandingan Pendidikan
Antarbangsa. Yogyakarta: Laksbang Grafika.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto dan Titik Triwulan Tutik. 2007. Sertifikasi Guru, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Yamin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Gaung Persada Press.