Zakat Vis To Vis Pajak Sebagai Lembaga Keuangan Publik: Kholid Hidayatullah
Zakat Vis To Vis Pajak Sebagai Lembaga Keuangan Publik: Kholid Hidayatullah
Zakat Vis To Vis Pajak Sebagai Lembaga Keuangan Publik: Kholid Hidayatullah
Kholid Hidayatullah
STIS Muhammadiyah Pringsewu Lampung
[email protected]
Siti Zulaikha
IAIN Metro
[email protected]
Abstract
Pendahuluan
2
Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Juz 1,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1972), hlm.501.
3
Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual dari Norma ke Pemaknaan Sosial,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),hlm. 259
4
Abdul Hamid Mahmud, Ekonomi Zakat, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2006), hlm. 3-4
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.
III, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005), hlm. 812
6
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
1995), hlm. 19
7
Abdul Qadim Zallum, al-Amwal fi Daulah al-Khilafah, terj. Ahmad S,
dkk, Sistem Keuangan di Negara Khilafah, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah,
2002), hlm. 138
ِ ٍ ِ ِ
ِ الر ْأ
ُي ْس َم ُع، س َّ َثائ ُر، َجا َء َر ُج ٌل إِ ىَل َر ُسول اللهَِّ –ﷺ – م ْن َأ ْه ِل ن َْجد
ال ِم
َ اإل ْسِ َفإِ َذا ُه َو َي ْس َأ ُل َع ِن، ول َحتَّى َدنَا ُ َوالَ ُي ْف َق ُه َما َي ُق، َد ِو ُّى َص ْوتِ ِه
َف َق َال. » ات ىِف ا ْل َي ْو ِم َوال َّل ْي َل ِة
ٍ خس ص َلو
َ َ ُ ْ َول اللهَِّ – – ﷺ – « م ُ َف َق َال َر ُس
–للهَّ – ﷺ ِ ول ا ُ َق َال َر ُس. » إِالَّ َأ ْن َت َط َّو َع، ََه ْل َع ىَ َّل َغ رْ ُي َها َق َال « ال
َق َال. » إِالَّ َأ ْن َت َط َّو َع، َ َق َال َه ْل َع ىَ َّل َغ رْ ُي ُه َق َال « ال. » ان َ «و ِص َيا ُم َر َم َض َ
َّ إِال، َ َق َال َه ْل َع ىَ َّل َغ رْ ُي َها َق َال « ال. الزكَا َة َّ – ول اللهَِّ – ﷺ ُ َو َذك ََر َل ُه َر ُس
8
Gazi Inayah, Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak, (Yogyakarta: PT.
Tiara Wacana Yogya, 2003), hlm. 24.
َول َواللهَِّ الَ َأ ِزيدُ َع ىَل َه َذا َوال َّ َق َال َف َأ ْد َب َر. » َأ ْن َت َط َّو َع
ُ الر ُج ُل َو ُه َو َي ُق
» ول اللهَِّ – ﷺ – « َأ ْف َل َح إِ ْن َصدَ َق ُ َق َال َر ُس. ص ُ َأ ْن ُق
Seorang lelaki yang beruban kepalanya dari Ahli Najd datang kepada
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami dapat mendengar
gema suaranya tapi tidak memahami apa yang ia katakan, sampai
ia berada dekat dengan beliau.Ternyata ia bertanya tentang Islam,
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab, “Islam
itu mengerjakan shalat lima waktu sehari semalam.” Laki-laki
tersebut bertanya lagi, “Apakah ada kewajiban lain selain itu untukku?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, kecuali
engkau ingin menambah dengan yang sunnah.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan lagi, “Islam juga mengerjakan puasa
di bulan Ramadhan.” Laki-laki tersebut bertanya lagi, “Apakah ada
kewajiban lain selain itu untukku?”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Tidak, kecuali engkau ingin menambah dengan
yang sunnah.” Thalhah melanjutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebutkan lagi tentang masalah zakat. Laki-laki tersebut bertanya
lagi, “Apakah ada kewajiban lain selain itu untukku?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, kecuali engkau ingin menambah
dengan yang sunnah.” Lalu lelaki tersebut berbalik pergi lalu berkata,
“Demi Allah, aku tidak akan menambahkan dan juga mengurangi sedikit
pun darinya.”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata,
“Beruntunglah orang tersebut jika ia jujur.” (HR. Bukhari dari Thalhah);9
َأ َّن َأ ْع َرابِ ًّيا َأتَى النَّبِ َّى – ﷺ – َف َق َال ُد َّلنِى َع ىَل َع َم ٍل إِ َذا َع ِم ْل ُت ُه َد َخ ْل ُت
ِ ِ ِ ْ َق َال « َتعبدُ اللهََّ الَ ت ر. النَّ َة
، ال َة ا مَْل ْكتُو َب َة
َ الص َّ يم ُ َوتُق، ُش ُك بِه َش ْي ًئا ُْ َ ْج
َق َال َوا َّل ِذى َن ْف ِسى بِ َي ِد ِه. » ان َ َوت َُصو ُم َر َم َض، وض َة َ الزكَا َة ا مَْل ْف ُر
َّ َوت َُؤ ِّدى
س ُه َأ ْن َينْ ُظ َر إِ ىَل ِ
َّ َ َف َل اَّم َو ىَّل َق َال النَّبِ ُّى – ﷺ– « َم ْن ر. الَ َأزيدُ َع ىَل َه َذا
» الن َِّة َف ْل َينْ ُظ ْر إِ ىَل َه َذا ِ
َ َْر ُج ٍل م ْن َأ ْه ِل ج
Bukhari, Shahih Bukhori, cet IV, Kitab Iman, hadits no 46, bab az-Zakh
9
Pendapat kedua, mengatakan bahwa, “ada hak lain atas harta selain
zakat”, hak lain ini termasuk di dalamnya adalah pajak. Dalil-
dalil yang dikemukakan adalah:
1. QS. al-Baqarah [2] ayat 177
10
Ibid., Kitab Zakat, hadits no 1397, bab Wajibu az-Zakah, hlm. 256,
11
Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, kitab az-Zakah, hadits no 1788,
(Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiyahm, 2003), hlm. 286
ﮞﮟ ﮠ ﮡﮢﮣﮤﮥﮦ ﮧ
ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬ ﮭﮮ ﮯ ﮰ
ﮱ ﯓ ﯔ ﯕ ﯖ ﯗ ﯘﯙ ﯚ ﯛﯜ ﯝ ﯞ ﯟ
ﯠﯡ
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila
Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.
14
Imam Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, kitab az-Zakah, bab 27, hadits no
659-660, (Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiyah, 2003), hlm 188.
15
Ibnu Taimiyah, Majmu’at al-Fatawa, Cet. III, Bab Iman, Al-Kabir, Jilid
7, (Dar al-Wafa, 2005), hlm. 316
16
Fakhruddin, Membumikan Zakat dari Ta’abbudi Menuju Ta’aqquli,
(Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syari’ah, Vol. 1, No. 2, Desember 2010), hlm. 3
17
Akhyar Rusli, Pajak = Zakat; Kajian Hermeneutik terhadap Ayat-Ayat
Zakat dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Renada, 2005), hlm. 75
18
Walaupun penyamaan ini masih membutuhkan penyempurnaan dan
penelaahan lebih lanjut, akan tetapi secara logika hal tersebut tidak mustahil
2. Studi Historis
25
Jizyah ialah pungutan pajak yang dibebankan kepada orang non Islam
sebagai imbalan akan jaminan bagi perlindungan hidup, milik, tata upacara
keagamaan dan kemerdekaan berpendapat, dan hak-hak dasar lain serta bebas
dari kewajiban militer.
26
Kharaj ialah pajak bumi yang dipungut dari orang non Muslim yang
mengerjakan tanah-tanah yang sudah ditaklukan oleh tentara Islam.
27
‘Abd al-Wahab Khallaf, as-Siyasah asy-Syar’iyyah, hlm. 102-103
28
Al-Qadhi Abu Yusuf, Kitab al-Kharaj, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1979),
hlm. 135
29
‘Abd al-Wahab Khallaf, as-Siyasah asy-Syar’iyyah, hlm. 144-148
30
Ali Muhammad Ash Shalabi, Umar bin Abdul aziz Khalifah pembaharu
dari Bani Umayyah, (Jakarta : Pustaka Pelajar, 2014). hlm. 444
31
‘Abd al-Wahab Khallaf, as-Siyasah asy-Syar’iyyah, hlm. 149
32
Nuruddun M. Ali, Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 23
33
Fazlul Rahman, Islam Modern Tantangan Pembaruan Islam, Terj. Rusdi
Karim & Hamid Basyaib, Cet. I, (Yogyakarta: Salahuddin Press, 1987), hlm. 4.
secara Istimewa.34
Berkaitan dengan tema yang diungkapkan oleh Fazlul
Rahman bahwa zakat sebagai pajak, disana terlihat adanya usaha
beliau untuk meramu metode baru, namun sebenarnya metode
pembaharuan hukum Islam yang disampaikan Fazlul Rahman
merupakan kelanjutan dari sebuah proses kesinambungan
pemikiran klasik. Metode yang digunakan olehnya dalam
penetapan zakat sebagai pajak yaitu dengan menarwarkan
metode tafsir dengan perangkat double movement, yang secara
praktis memiliki dua tahapan. Pertama, memahami ungkapan-
ungkapan al-Qur’an untuk digeneralisasikan kepada prinsip-
prinsip moral sosial dengan cara mengaitkan ungkapan-
ungkapan spesifik al-Qur’an beserta latar belakang sosio-historis
dan dengan mempertimbangkan ‘illat al-hukmi yang dinyatakan
dalam ungkapan-ungkapan tersebut. Kemudian tahapan kedua
adalah merumuskan prinsip-prinsip umum tersebut ke dalam
konteks sosio-historis sekarang ini.35
Langkah awal yang dilakukan Fazlul Rahman adalah
dengan menafsirkan QS. at- Taubah ayat 60 yaitu mengenai
kategori-kategori distribusi zakat, ia menganggap bahwa
dalam ayat tersebut zakat memiliki cakupan yang luas termasuk
kesejahteraan sosial yang terdiri dari membantu orang-orang
yang terjerat hutang, gaji pegawai administrative (pengumpulan
pajak), pengeluaran diplomasi (untuk menarik hati orang-
orang terhadap Islam), pertahanan, pendidikan, kesehatan dan
komunikasi. Kategori- kategori tersebut sedemikian luasnya
hingga mencakup seluruh aktifitas negara sebagaimana yang
diungkapkan oleh Fazlul Rahman.36 Hal tersebut merupakan
kontekstualisasi penafsiran dari makna yang terkandung dalam
ayat tersebut yang berarti menunjukan bahwa zakat sebenarnya
dapat mengakomodasi setiap bidang kehidupan. Dengan demikian
34
Masdar F. Mas’udi, Pajak itu Zakat; Uang Allah untuk Kemashlahatan
Rakyat, (Bandung, PT. Mizan Pustaka, 2010), hlm. 121.
35
Fazlul Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual
Tradition, (Chicago: The University of Chicago, 1982), hlm. 5
36
Fazlul Rahman, Tema Pokok al-Qur’an, Terj. Anas Muhyiddin, (Bandung:
Penerbit Pustaka, 1995), hlm.60-61
37
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas (Studi atas
Pemikiran Hukum Fazlur Rahman),(Bandung: Mizan, 1989), hlm. 218
38
Masdar F. Mas’udi, Menggagas Ulang Zakat sebagai Etika Pajak dan
Belanja Negara untuk Rakyat, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2005), hlm. 70
43
Imam Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzzab, Juz V (Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, 2033), hlm. 541-542
44
Yusuf Qaradhawi, Fiqh al-Zakah, Juz II, (Beirut: Muassasah ar-Risalah,
ال ْمدُ للِهَِّ َر ِّب َ ال ُّي ال إِ َل َه إِال ُه َو َفا ْد ُعو ُه خُم ْ ِل ِص
َ ْني َل ُه الدِّ ي َن ح َ ُْه َو ح
نيَ ِا ْل َعا مَل
“Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”
47
Wahbah al-Zuhaili, at-Tafsir al-Munir, Juz VI, (Damaskus: Dar al-Fikr,
2003), hlm. 33
48
Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema
Insani Pressm 2004), hlm. 17
pajak, maka tetap saja zakat dan pajak tidak dapat disatukan,
seperti halnya apa yang diutarakan oleh Imam Nawawi dalam
permasalahan kharaj. Akan tetapi penulis memiliki pemikiran
sendiri terhadap kondisi tersebut dengan melihat aspek haul
dan nishab dari objek zakat tersebut, walaupun pemikiran masih
bersifat subjektif, yaitu dapat kita urai permasalahan tersebut ke
dalam dua kategori:
Kategori pertama, adalah jika persinggungan tersebut
terjadi pada objek pajak yang memliki haul dinamis, yaitu objek
zakat yang waktu pengeluaran zakatnya kondisional, semisal
pertanian, profesi, transaksi, dan bea cukai, maka posisi zakat
tersebut mengurangi beban pajak yang ditanggungnya. Hal ini
dicontohkan layaknya pajak dan zakat profesi yang ditetapkan
oleh pemerintah dalam UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat; UU No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU
No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan; UU No. 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 Tahun 1983; dan
UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Kategori kedua, adalah jika persinggungan tersebut terjadi
pada objek pajak yang memiliki haul statis, yaitu objek zakat yang
waktu pengeluarannya setelah satu tahun, seperti zakat hewan
ternak, barang berharga, emas perak, dan perdagangan, maka
posisi zakat dan pajak bisa saling mengurangi. Dalam pengertian
jika waktu batas haul tersebut lebih dahulu daripada batas waktu
jatuh tempo, maka zakat dapat mengurangi beban biaya pajak
yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak. Sedangkan jika batas
waktu jatuh tempo pembayaran pajak itu lebih dahulu, maka
pengeluaran pajak tersebut dapat mengurangi pengeluaran beban
zakat, hal ini dikarenakan setelah mengeluarkan pajak tersebut
nishab dari harta yang dimiliki tentunya akan berkurang. Bisa
jadi yang tadinya berjumlah dua nishab namun telah dibayarkan
pajak terlebih dahulu maka sisanya hanya mencukupi satu nishab
saja, atau bahkan bisa jadi yang tadinya sudah mencapai satu
nishab akan tetapi harus membayar pajak terlebih dahulu maka
keutuhan satu nishab itu pun hilang.
Simpulan
Daftar Pustaka
Piramedia. 2004)
Nawawi, Imam. al-Majmu’ Syarh al-Muhadzzab. Juz V (Dar al-Kutub
al-Ilmiyah. 2003) Qaradhawi, Yusuf. Fiqh al-Zakah. Juz II.
(Beirut: Muassasah ar-Risalah. 1991)
Rahman, Fazlul. Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual
Tradition. (Chicago: The University of Chicago. 1982)
. Islam Modern Tantangan Pembaruan Islam. Terj.
Rusdi Karim & Hamid Basyaib. Cet. I. (Yogyakarta:
Salahuddin Press. 1987)
. Tema Pokok al-Qur’an. Terj. Anas Muhyiddin. (Bandung:
Penerbit Pustaka. 1995)
Rofiq, Ahmad. Fiqih Kontekstual dari Norma ke Pemaknaan Sosial.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004)
Rusli, Akhyar. Pajak = Zakat; Kajian Hermeneutik terhadap Ayat-Ayat
Zakat dalam Al-Qur’an. (Jakarta: Renada. 2005)
Sabiq, Sayyid. Fiqh as-Sunah. (Dar al-Hadits. 2004)
Shiddiqi, Amir Hasan. Studies in Islamic History. Terj. M.J. Irawan.
(Bandung: PT. al-Ma’arif. 1985)
Taimiyah, Ibnu. Majmu’at al-Fatawa. Cet. III. (Dar al-Wafa. 2005)
Tirmidzi, Imam. Sunan Tirmidzi. (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah. 2003)
Zallum, Abdul Qadim. al-Amwal fi Daulah al-Khilafah. terj. Ahmad
S. dkk. Sistem Keuangan di Negara Khilafah. (Bogor: Pustaka
Thariqul Izzah. 2002).