Tugas 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

1.

1. Dari kutipan kasus di atas, berikan analisis anda keharusan untuk melakukan ijtihad.
2. Berikan analisis anda apakah setiap orang dapat menjadi mujtahid.

JAWAB
1.
Ijtihad secara bahasa memiliki pengertian mencurahkan pikiran dengan bersungguh-sungguh.
Kata Ijtihad sendiri berasal dari kata ijtahada yajtahidu ijtihadan yang memiliki arti mengerahkan
segala kemmpuan yang ada pada diri dalam menanggung beban.
Sedangkan menurut istilah, pengertian ijtihad adalah proses penetapan hukum syariat dengan
mencurahkan seluruh pikiran dan tenaga secara bersungguh-sungguh. Dengan pengertian tersebut,
bisa disimpulkan bahwa ijtihad merupakan penetapan salah satu sumber hukum Islam.
Fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam adalah untuk menetapkan suatu hukum di mana hal
tersebut tidak dibahas dalam Al-quran dan hadits. Jadi, bisa dikatakan, ijtihad merupakan sumber
hukum ketiga setelah Al-Quran dan Hadits.

Keharusan melakukan Ijtihad adalah sesuai dengan ketentuan.


Fungsi ijtihad:
1. Ijtihad al-ruju' (kembali) yaitu mengembalikan ajaran-ajaran Islam dari segala jenis interpretasi
yang kurang jelas berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
2. Fungsi ijtihad al-ihya (kehidupan) yaitu menghidupkan kembali bagian-bagian dari nilai agar
semangat dan mampu menjawab tantangan zaman menurut Islam.
3. Fungsi ijtihad al-inabah (pembenahan) yaitu memenuhi ajaran-ajaran Islam yang sebelumnya
diijtihadi oleh ulama terdahulu yang kemungkinan ada kesalahan menurut kondisi dan konteks
zaman sekarang.

2.
Tidak Sembarang Orang bisa menjadi Mujtahid.
Karena dari segi fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, ijtihad memiliki kedudukan dan legalitas
dalam Islam. Walaupun dengan demikian, ijtihad tidak dapat di lakukan oleh sembarang orang artinya
hanya orang-orang tertentu saja, yang memenuhi syarat khusus yang boleh berijtihad. Beberapa
Syarat tersebut di antaranya adalah:
 Mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam
 Mempunyai pemahaman yang baik, baik itu bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fiqh, dan tarikh
(sejarah)
 Mengetahui cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas,
 Mempunyai akhlaqul qarimah.
Pada intinya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam sangat penting untuk kehidupan umat Islam
di kehidupan yang semakin berkembang. Sebagai sumber hukuk ketiga setelah Alquran dan Hadits
tentunya seorang mujathid yang akan berijtihad tidak bisa sembarangan orang. Karena fungsi ijtihad
sebagai sumber hukum Islam akan mempengaruhi semua orang Islam di dunia.

2. Soal

1. Kemukakan pendapat anda apakah yang dilakukan oleh Nurdin sudah sesuai dengan tujuan
zakat.
2. Apakah zakat menjadi kewajiban dari setiap muslim dalam hukum nasional

JAWAB
1.
Zakat merupakan salah satu kewajiban keuangan dalam agama Islam yang memiliki makna dan
fungsi yang sangat penting bagi umat Muslim. Selain sebagai bentuk ibadah, zakat juga
mempunyai tujuan dan manfaat dalam kehidupan sosial umat Islam.
Tujuan utama dari zakat dalam Islam adalah untuk membantu kaum fakir miskin dan dhuafa yang
membutuhkan.

Dari segi agama Pak Nurdin sudah menunaikan kewajibannya sebagai muslim dengan membayar
Zakat. Akan tetapi yang perlu diperbaiki adalah sifat yang dimiliki Pak Nurdin karena niatnya
untuk Pamer / Riya.
Riya merupakan perbuatan tercela dalam ajaran Islam. Dikatakan sebelumnya, Allah Swt. melarang
hamba-Nya bersikap riya. Tak hanya itu, Allah Swt. juga meminta hamba-Nya untuk menjauhi segala
perbuatan yang merujuk pada riya.

Meski sudah membayar Zakat Pak Nurdin tetap Wajib mebayar Pajak karena Kewajiban kepada
Negara.

2.
Dalam agama Islam, zakat merupakan salah satu dari Lima rukun yang memiliki peran sentral dalam
membantu meringankan beban masyarakat yang kurang beruntung dan mengembangkan solidaritas di
antara anggota masyarakat. Zakat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang telah mencapai nisab
atau batas tertentu dalam kepemilikan harta. Zakat sendiri memiliki berbagai macam jenis, yaitu:
Zakat Mal (Harta)
Zakat Fitrah
Zakat Penghasilan (Usaha)
Zakat Emas dan Perak
Zakat Pertanian dan Peternakan

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim ketika
mencapai nisab dan haulnya. Adapun dasar hukum kewajiban berzakat dapat dilihat dalam Al-Qur’an
dan hadits dilengkapi dengan keterangannya berdasarkan ijmak ulama:1. Kewajiban Berzakat Dalam
Al-Qur’anTerdapat beberapa ayat yang menunjukkan kewajiban zakat.
Di antaranya adalah: Surah Al-Baqarah ayat 43.

Zakat Dalam Islam 7


Artinya: dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ruku’lah
beserta orang-orang yang
ruku’ (QS. Al-Baqarah:43
Yang artinya: dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’
(QS. Al-Baqarah:43)

Sumber Referensi:
https://baznas.go.id/

3. Soal

1. Kemukakan analisis anda terkait kewajiban bayar pajak dan zakat secara kolektif oleh pak
nurdin dari kasus di atas?
2. Selain dari sisi yuridis, silahkan kaji dari segi sosiologis dan historis terkait pengelolaan zakat
oleh negara

JAWAB

1.
Pajak dalam istilah bahasa Arab dikenal dengan “Adh-Dhariibah” yang berarti: “Pungutan yang ditarik
dari rakyat oleh para penarik pajak.” Manakala menurut ahli bahasa, pajak adalah: Suatu pembayaran
yang dilakukan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dalam
hal menyelenggaraan jasa-jasa untuk kepentingan umum.

Meskipun sama-sama menyisihkan harta demi kesejahteraan publik, keduanya juga memiliki suatu
perbedaan, salah satunya zakat dibayar berdasarkan ketentuan dan syariat islam sementara pajak
merujuk pada UU perpajakan yang berlaku.

Perbedaan zakat dan pajak


Dari pengertian dan juga dalil-dalil mengenai zakat dan pajak, maka dapat ditemukan beberapa
perbedaan antara zakat dan pajak, berikut adalah perbedaanya:
 Zakat merupakan ibadah yang didahului dengan niat, sementara pajak tidak memakai niat.
 Besaran zakat ditentukan oleh ketentuan Al-Qur’an dan hadis, sementara pajak berdasarkan hukum
negara.
 Zakat dikeluarkan oleh seorang muslim, semenatar pajak tidak memandang agama dan
keyakinannya.
 Zakat berlaku bagi setiap muslim yang telah mencapai nishab tanpa memandang di negara mana ia
tinggal, sementara pajak hanya berlaku dalam batas garis teritorial suatu negara saja.
 Zakat merupakan bentuk ketaatan umat islam kepada Allah sementara pajak adalah ketaatan warga
negara kepada pemimpin.

Apa yang dilakukan Pak Nurdin bayar pajak dan zakat secara kolektif hanya sah kewajiban Agama
Islam tetapi belum sah dalam Peraturan Negara.

2.
Zakat merupakan salah satu ibadah mahdah, di sisi lain juga merupakan ibadah sosial, yang harus di
tunaikan ketika memenuhi rukun dan syaratnya, jenis harta yang dizakati terus berkembang dari masa
kemasa. Dalam fikih klasik, objek zakat terbatas hanya lima jenis saja yakni zakat emas dan perak,
perniagaan, pertanian, peternakan dan rikaz, sedangkan di era sekarang jenis zakat semakin luas, seperti
zakat profesi, perusahaan, surat-surat berharga, peradangan mata uang, hasil dari sarang walet dll. Oleh
karena itu, buku ini menjelaskan tentang objek zakat dari masa klasik sampai kontemporer, dan
menjelaskan bagaimana pandangan ulama terhadapa jenis harta diluar dari lima jenis tersebut.
Diharapkan tulisan ini menjadi bahan bacaan dan referensi civitas akademika dan bermanfaat bagi orang
banyak.

Secara sosiologis, zakat adalah


refleksi dari rasa kemanusiaan,
keadilan, keimanan, dan
ketakwaan yang mendalam yang
harus muncul
dalam sikap orang kaya. Zakat
adalah ibadah maliyyah
ijtima’iyyah
yang memiliki posisi penting,
strategis, dan menentukan, baik
dari
sisi ajaran maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraan
1
umat. Jadi,
di samping merupakan ibadah
mahḍah, zakat juga berdimensi
sosial.
Secara sosiologis, zakat adalah refleksi dari rasa kemanusiaan, keadilan, keimanan, dan ketakwaan yang
mendalam yang harus muncul dalam sikap orang kaya. Zakat adalah ibadah maliyyah ijtima’iyyah yang
memiliki posisi penting, strategis, dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan
kesejahteraan umat. Jadi, di samping merupakan ibadah mahḍah, zakat juga berdimensi sosial.

Di samping itu, ada pertanyaan yang mendasar berkenaan dengan kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga BAZ dan LAZ, karena di tengah masyarakat ada dua sikap dalam pembayaran zakat, yaitu di
satu sisi masyarakat memahami bahwa membayar zakat harus melalui BAZ dan LAZ atau lembaga yang
ditunjuk oleh BAZ dan LAZ, tetapi pada sisi lain banyak masyarakat yang belum membayarkan
zakatnya melalui Lembaga ini, karena ada keraguan dalam pendistribusiannya.
Cukup banyak pembahasan tentang UU No. 38 tahun 1999, ada catatan yang mungkin masih relevan
diperhatikan. Pertama lahirnya UU No. 38 tahun 1999, semangat untuk memperbaiki lembaga-lembaga
pengelola zakat. UU No. 38 tahun 1999 pun mengesahkan lahirnya LAZ baru. Kedua pengaturan
kelembagaan zakat tampak bias. Pada BAZ, bahasannya tuntas dari BAZNAS hingga kecamatan.
Namun
pada LAZ, pengaturan total diserahkan pada lembaga masingmasing. Bagi LAZ mungkin bukanlah
persoalan, karena sejak lahir telah biasa mengurus dirinya sendiri. Namun demikian UU no 38 tahun
1999 seolah menganaktirikan LAZ. Masalah ketiga, pembahasan BAZ yang lebih tuntas ternyata masih
menyisakan masalah. Kendati BAZNAS dibentuk melalui SK Presiden, pengurusnya toh usulan satu
paket. Kaitan ini bukan tanpa masalah. Pertama pengurus BAZNAS yang diusulkan, ternyata sejumlah
personal yang sebagian besar sibuk. Karena paradigma ZIS masih di seputar sosial, yang direkrut satu
paket itu pun menempatkan BAZNAS jadi prioritas kesekian. Tak perlu dikelola secara full, profesional
dan sungguh-sungguh. Masalah kedua, dana operasional BAZNAS masih dititipkan di Depag. Kendala
ini makin mengikat BAZNAS jadi tak berkutik. Konsekuensinya jadi soal ketiga, yakni independensi
BAZNAS jelas terpangkas. Dengan pengurus yang tidak fulltime, dana yang tergantung pada kebaikan
hati Depag serta independensi yang terpangkas, merupakan persoalan tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai