Anwar Rasyadi-Feb
Anwar Rasyadi-Feb
Anwar Rasyadi-Feb
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Prasyarat
Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1 )
Disusun Oleh :
ANWAR RASYADI
( 106084003555 )
DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Anwar Rasyadi
106084003555
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 15 juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
ii
Hari ini Jum’at Tanggal 8 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
iii
SURAT PERNYATAAN
NIM : 106084003555
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan
merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
(Anwar Rasyadi)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Anwar Rasyadi
2. Tempat & tgl. Lahir : Jakarta, 01 Agustus 1987
3. Tinggal di : Jakarta
4. Alamat : Jl. R.S Fatmawati No.45 002/005 12410
5. Telepon : 0857-815 888 80 – 021 921 88 379
II. PENDIDIKAN
1. SD : SDI Darul Ma’arif
2. SMP : MTS Darul Ma’arif
3. SMA : SMA Darul Ma’arif
4. S1 : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
v
ABSTRACT
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
viii
7. Seluruh dosen Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Terimakasih atas ilmu
yang Bapak Ibu telah berikan kepada penulis.
8. Niken Natasya, sebagai salah satu motivasi penulis dalam kuliah, yang selalu
setia menemani dan memberikan semangat sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
9. Atdeeehh…!! Pohon, Anda, Ikel, Rezi, Arsy, Cakung, Iwan, Pepeng, Bakar
burn, Babeh, Reza, Randi, Aris yang telah memberikan kedamaian di
kampus.
10. Seluruh kawan-kawan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2006,
terima kasih atas pengalaman dan kenangan yang kalian berikan selama ini.
Anwar Rasyadi
ix
DAFTAR ISI
Abstract ............................................................................................... vi
Abstrak................................................................................................ vii
Daftar Lampiran……………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 10
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 13
A. kemisikinan……………………………………………....... .. 13
1. Pengertian Kemiskinan….………………………………… 13
2. Penyebab kemiskinan…..……………………………….. 16
3. Ukuran Kemiskinan……………………………………… 19
4. Kreteria Kemiskinan…………………………………….. 21
5. Garis Kemiskinan................................................................ 22
6. Ciri-ciri Kemiskinan…………………………………….. 24
7. Teori Kemiskinan……………………………………….. 25
D. Penelitian Terdahulu………………………………………… 36
F. Hipotesis Penelitian…………………………………………. 45
xi
1. Uji Asumsi Klasik……………………………………… . 49
3. Uji Hipotesis…………………………………………… 55
A. Kesimpulan...................................................................... 80
B. Saran ............................................................................... 81
LAMPIRAN ........................................................................................ 83
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Secara Keseluruhan 44
Tahun 1984-2009 60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keterbelakangan. Sampai akhir tahun 1960-an para ahli ekonomi percaya bahwa
pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Esmara 1998). Dalam periode ini teori-teori
dan dipercaya sebagai refrensi bagi para ahli pembangunan. Teori-teori tersebut
Pada akhir masa orientasi GNP, para ahli ekonomi mulai meragukan
GNP mengalami peningkatan secara stabil. Oleh sebab itu mulai awal tahun 1970-
1
an muncul pendapat bahwa apabila pembangunan tidak disertai pemerataan hasil-
hasil yang optimal. Dalam priode tersebut muncul teori-teori baru seperti
pertumbuhan dan distribusi New Keynesian oleh Kaldor (1955) dan Passireti
akan mencapai hasil yang optimal jika peningkatan GNP disertai dengan
hidup dibawah garis kemiskinan (Tambunan, 1996) . (Dian Octaviani, 2003 :220)
ekonomi akan memberikan hasil yang lebih optimal jika peningkatan GNP
oleh Blank & Blinder (1986), Cutler & Katz (1991), Mocan (1995) dan Powers
2
Berbagai studi menggunakan pendekatan yang berbeda-beda untuk
BPS, sebagai alat pengukuran resmi kemiskinan di Indonesia, dan oleh Sayogyo
(1971). BPS menggunakan standar minimum makan dan non makanan sebagai
model kesejahteraan keluarga yang digunakan oleh BKKBN model ini lebih
melihat sisi kesejahteraan keluarga dari pada sisi kemiskinan. Keluarga pra
akhir.
orang pada tahun 1960-an menjadi 22,4 juta di tahun 1996, tetapi karena keadaan
3
Indonesia yang cenderung yang tak stabil terutama sektor ekonomi, maka angka
jumlah orang Indonesia yang harus hidup dibawah garis kemiskinan kembali
meningkat pada tahun 2000 sebesar 37,3 juta orang (Togar Saragih, 2006:54).
TABEL 1.1
PERKEMBANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1995-2000
TAHUN TOTAL
(Dalam Jiwa)
1995 32.600.000
1996 31.400.000
1997 38.700.000
1998 49.500.000
1999 47.970.000
2000 38.700.000
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin sejak tahun
1995 jumlah penduduk miskin sebesar 32,6 juta orang jumlah penduduk miskin
pada tahun 1996 mengalami penurunan 10,1 juta orang menjadi 22,5 juta orang.
Pada kurun tahun 1997 hingga 1998 jumlah tesebut mengalami peningkatan yang
pesat. Pada tahun 1997 jumlah penduduk miskin naik hingga menjadi besar 38,7
juta orang. Ini merupakan persentase peningkatan yang terbesar hal ini disebabkan
karena krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia pada bila agustus 1997. ini
terus mengalami peningkatan hingga menjadi 49,5 juta orang pada tahun 1998.
4
pada tahun 1999 jumlah pnduduk miskin sedikit berkurang hingga menjadi 47,97
juta orang. Pada tahun 2000 jumlah penduduk miskin juga kembali mengalami
penurunan walaupun tidak sebesar pada tahun 1999, yakni 9270 ribu orang
salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan sejahtera. Sejalan
lebih mensejajarkan diri dengan negara-negara yang lebih maju. Namun, sebagian
besar negara berkembang mengalami hambatan terutama dalam hal dana untuk
cukup menjanjikan pada awal tahun 1980-an sampai pertengahan tahun 1990-an.
Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan,
yakni masing-masing 5,9% di tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan
5
menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 sampai dengan enam tahun
yang melanda secara global di seluruh dunia. Ini ditandai dengan tingginya angka
inflasi, nilai kurs rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran
seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan semakin
membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs rupiah yang semakin
melemah.
6
Tabel 1.2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Harga Konstan
Tahun 1997-2000
bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis moneter yang berdampak pada laju
ekonomi seburuk ini lebih banyak dipengaruhi situasi nasional. Mulai tahun 1999
yang semaikin membaik. Hal ini diperkirakan bahwa kterpurukan ekonomi telah
ekonomi tahun 1999 mulai positif meski hanya tercatat 0,79% setelah sebelumnya
pada tahun 1998 mengalami penurunan yang sangat besar. Tanda-tanda awal
terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang
yang paling baik terhadap ciri suatu daaerah itu makmur, bila tidak diikuti
perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga- tenaga kerja baru yang
setiap tahun. Memasuki angkatan kerja, dalam hal ini pertumbuhan ekonomi
7
nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja
karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting artinya bagi
pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh model alam dan teknologi. Oleh
jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dan
angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama.
Tabel 1.3
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
di Indonesia 1998-2001
Tahun TPAK (%)
2001 68,7
2002 67,76
2003 65,72
2004 67,54
Sumber data : sakernas 2010
8
tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis ekonnomi, sehingga terjadi
Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang
(TPAK) dari tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami penurunan 0,94, persen,
ditahun 2003 juga mengalami penurunan sebesar 2,24 persen. Pada tahun 2004
2009 ”
B. Rumusan Masalah
Indonesia. Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah untuk
permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana sifat dan signifikansi dari
9
partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula
inflasi yang meningkat tajam. Tingkat harga terutama harga barang kebutuhan
pokok melonjak drastis sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Selain itu
kemisiskinan.
kemiskinan di Indonesia?
Indonesia?
10
c. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
di Indonesia
Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
bagi mahasiswa atau pun pihak yang melakukan penelitian yang sejenis.
11
Di samping itu guna meningkatkan keterampilan, memperluas wawasan
lapangan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemiskinan
1. Pengertian Kemiskinan
suatu problem yang dihadapi oleh setiap masyarakat diseluruh dunia sepanjang
untuk memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya, juga
pelayanan kesehatan, pendapatan per kapita yang rendah, dan minimnya investasi.
Konsep bawah kemiskinan perlu didalami karena akan berpengaruh bagi program
Mislanya, Scott (1979:5) dalam Eryani Yustika (2005:25) melihat kemiskinan dari
sisi pendapatan rata-rata kepala (Income Per Capita) dan Sen (1981) dalam Erani
(Basic Needs).
13
Menurut Badan Pusat Statistik (1999) dari kutipan jurnal oleh (Eko Udi
memenuhi standar kebutuhan hidup minimum, yang meliputi makanan dan non
kemiskinan atau garis kemiskinan, yang terdiri dari dua komponen yaitu garis
menghasilkan energi sebebsar 2.100 kalori per kapita per hari. Batas kecukupan
non makanan adalah sebesar nilai rupiah yang dikeluarkan penduduk kelas bawah
lainnya.
yang mereka terima selama ini pada kenyataannya sulit untuk menutupi seluruh
kebutuhan hidupnya (Deficit) baik pangan, sandang maupun papan. Padahal tidak
ada seorangpun pertumbuhan ekonomi yang tidak serta merta dapat menekan
angka kemiskinan.
miskin atau hidup dalam kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya terhadap
barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata orang lain dalam
14
tingkat pendapatan atau standar hidupnya secara absolut berada dibawah tingkat
kebutuhan dasar standar atas setiap aspek kehidupan. Menurut (Sen, 1999)
kemiskinan lebih terkait pada ketidak mampuan untuk mencapai standar hidup
tersebut dari pada apakah standart hidup tersebut tercapai atau tidak.
atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengancu kepada
dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud, kemiskinan relatif dapat
berbeda menurut Negara atau priode didalam suatu Negara. Kemiskinan absolut
untuk bertahan hidup tidak dipenuhi. Ini adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah)
non makanan yang juga sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun
kemiskinan absolut sering juga disebut kemiskinan ekstream, tetapi maksud dari
yang akhir ini bisa bervarisi, tergantung pada interprestasi setempat atau kalkulasi.
orang, laki-laki dan perempuan , tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk
15
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak
lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindakan kekerasan dan
hak unuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik, baik perempuan maupun
laki-laki.
Menurut Esmara (1996), Woon (2000), Sahdan (2005) dari kutipan jurnal
Evi susanti tarsi, (2006:189), persoalan pengertin kemiskinan bukanlah hal yang
Sebaliknya kebudayaan miskin sebagai gejala sosial lebih banyak terletak dalam
diri penduduk miskin itu sendiri seperti cara hidup, tingkah laku dan sebagainya.
2. Penyebab Kemiskinan
pembuat kebijakan pembangunan selalu berupaya agar alokasi sumber daya dapat
dinikmati oleh sebagaian besar anggota masyarakat, namun demikian, karena ciri
dan keadaan masyarakat amat beragam dan ditambah pula dengan tingkat
kemajuan ekonomi negara yang bersangkutan yang masih lemah, maka kebijakan
ekonomi ditingkat bawah. Selain itu, kebijakan dalam negri sering kali tidak
16
terlepas dengan keadaan yang ada diluar negri secara tidak langsung
masyarakat yang tidak atau belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak
manfaat dari hasil proses pembangunan. Ketidak ikut sertaan dalam proses
pembangunan ini dapat disebabkan karena secara alamiah tidak atau belum
ini bisa selain timbul oleh hal yang bersifat alamiah dan kultural juga disebabkan
oleh miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada, sehingga para
masalah struktural. dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan struktural yakni
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktural sosial
17
masyarakat tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan
rendah, yang pada upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini
3. Ukuran Kemisikinan
2001: 238-240).
a. Kemiskinan Absolut
untuk dapat hidup secara baik. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan
18
diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat
miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini sering
komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya
dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu
negara, dan berbagai faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian. Untuk dapat
b. Kemiskinan Relatif
kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti “tidak miskin” ada ahli yang
dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan
miskin. Ini terjadi karena kemisikinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan
tingkat hidup masayarakat berubah. Hal ini jelas mengurangi perbaikan dari
19
konsep kemiskinan absolut, konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis, sehingga
c. Kemiskinan Kultural
dan budaya seseorang atau masyarakat yang merasa cukup dan tidak kekurangan.
Kelompok ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan dan
usaha pihak luar untuk membantu. Dengan ukuran absolut mereka dapat
dikatakan miskin, tetapi tidak merasa miskin dan tidak mau disebutkan.
Sedangkan ada empat macam ukuran kemiskian dilihat dari pola waktu
menurun
secara keseluruhan.
bencana alam, konflik, dan kekerasan, atau dampak dari suatu kebijakan
masyarakat
20
4. Kreteria Kemiskinan
pendapatan keluarga yang disertakan dengan nilai harga beras yang berlaku pada
saat itu dan rata anggota tiap rumah (lima orang). Berdasarkan kereteria tersebut,
1. Sangat Miskin
2. Miskin
setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras selama setahun untuk
3. Hampir Cukup.
setara dengan 320 kg beras sampai 480 kg beras dalam setahun untuk
penduduk yang tinggal dipedesaan, dan 720 kg beras pertahun untuk yang
tinggal diperkotan.
21
4. Cukup
setara dengan lebih 480kg beras setiap orang selama setahun dipedesaan,
dan di atas 720 kg beras setiap orang pertahun untuk penduduk yang
tinggal di perkotaan.
5. Garis Kemiskinan.
kemiskinan menjadi suatu titik awal yang penting. Siapakah penduduk miskin,
dimana mereka berada mereka berada dan pada kelompok-kelompok mana saja
22
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Selanjutnya perhitungan garis kemiskinan
dikumpulkan dilapangan, karena nilai produksi rumah tangga atau individu tidak
jumlah pendapatan dalam arti unit uang, atau jumlah konsumsi dalam jumlah unit
uang, ataupun jumlah konsumsi kalori perhari dimana garis kemiskinan memberi
dasar individu.
kemiskinan (Poverty Line) yang digunakan dalam pengukuran ini adalah setara
6. Ciri-ciri Kemiskinan
23
b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan
garapan ataupun modal usaha, dismping itu tidak terpenuhinya syarat untuk
renternir.
c. Tidak memiliki tanah, jika adapun relatif kecil. Mereka umumnya jadi buruh
tani atau pekerja kasar diluar pertanian. Pekerjaan pertanian bersifat musiman
sebagai pekerja bebas, akibatnya dalam situasi penawaran tenaga kerja tingkat
7. Teori Kemiskinan
a) Michael P.Todaro. salah satu cara atau mekanisme yang utama dalam
24
permintaan tenaga kerja yang mengakibatkan masalah pengangguran,
d) Teori para Ekonom Klasik seperti Roberty (1974), Hayami dan Retten (1985)
jasa yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di
berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik
penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain ( Sadono Sukirno,
2004:34).
Menurut Mankiw (2003:6) PDB merupakan nilai dari semua barang dan
jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu Negara baik domestik maupun
25
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan output semua barang dan jasa
yang diproduksi di dalam wilayah Indonsia dalam jangka waktu tertentu yang
dihitung adalah semua barang dan jasa yang digunakan oleh pengguna akhir dan
1. GDP adalah nilai “barang dan jasa final” yang dihasilkan dalam suatu
2. GDP adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu ekonomi
3. GDP adalah jumlah pendapatan dalam suatu ekonomi pada priode tertentu.
Y = C + I + G + NX
Keterangan :
Y = PDB
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Belanja Pemerintah
NX = Ekspor Netto
1. Konsumsi
26
Konsumsi (Consumption) adalah pembelajaan barang dan jasa oleh rumah
seperti kendaraan dan perlengkapan dan barang tiddak tahan lama seperti
makanan dan pakaian. “ jasa” mencangkup barang yang tidak berwujud konkret,
dapat saja berpendapat bahwa hal itu lebih cocok berda di komponen selanjutnya).
2. Investasi
digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. Investasi adalah
jumlah dari pembelian peralatan modal, persediaan, dan bangunan atau struktur.
bukan konsumsi.
3. Belanja Pemerintah
barang dan jasa oleh pemerintah mencangkup upah pekerja pemerintah dan
4. Ekspor Neto
Ekspor neto (Neto Exports) sama dengan pembelian produk dalam negri
oleh orang asing (export) dikurangi pembelian produk luar negri oleh warga
27
Negara (import). Penjualan yang dilakukan sebuah perusahaan dalam negeri
kepada pembeli di Negara lain seperti penjualaan Boeing kepada British Airways
55-56)). Oleh karena itu peneliti menggunakan beberapa teori pertumbuhan yang
• Teori Ricardian
Ricardo (Arsyad, 2010: 80) yaitu, keadaan perekonomian saat itu adalah dimana
(penduduk), tergantung pada tingkat upah nominal. Apabila tingkat upah nominal
lebih besar dibandingkan tingkat upah minimum, maka jumlah tenaga kerja akan
keuntungan yang diperoleh para pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan
28
Diasumsikan pula, bahwa kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu,
produk marginal yang kemudian dikenal dengan istilah Law of deminishing return
atau hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Selama tenaga kerja yang
dipekerjakan pada tanah tersebut dapat menerima upah diatas tingkat upah
alamiah, jumlah tenaga kerja akan terus bertambah. Hal tersebut akan
menurunkan lagi produk marginal tenaga kerjanya dan pada gilirannya akan
Dengan kata lain akan memperlambat terjadinya the law of deminishing return
yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup kearah
• Teori Keynes
agar memperbesar pengeluaran konsumsi dan non konsumsi. Dalam hal ini maka
29
• Teori Harrod-Dommar
karena teori ini menerangkan syarat-syarat apa saja harus dipenuhi agar suatu
2004: 435) :
“(i) barang modal telah mencapai kapasitas penuh, (ii) tabungan adalah
lain-lain yang telah rusak. Namun demikian untuk dapat meningkatkan laju
besarnya stok modal dan output total, misalnya, jika 3 rupiah modal diperlukan
terhadap stok modal akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan
• Teori Schumpeter
30
memunculkan masalah-masalah non ekonomi, terutama sosial politik yang
Solow. Model tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut:
Y = A . F (K,L)
pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi
input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga pertumbuhan total
faktor produktivitas.
sebagai salah satu input. Dasar pemikirannya yaitu output nasional tidak hanya
dipengaruhi K dan L tapi juga dipengaruhi oleh lahan pertanian atau sumberdaya
alam lainnya seperti cadangan minyak. Perluasan model solow lainnya adalah
31
dengan memasukkan sumberdaya manusia sebagai modal (Human Capital).
Y = A . F (K,H,L)
akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Menurut Mankiw et. al. (1992)
kontribusi dari setiap input pada persamaan tersebut terhadap output nasional
pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus lebih baik daripada yang tidak
ekonomi yang lebih tinggi. Apabila investasi tersebut dilaksanakan secara relatif
menurunkan kemiskinan.
32
C. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Angkatan
kerja terdiri atas golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur yang
kerja adalah mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga,
perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja.
Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah berusia
berusia 10 tahun ke atas untuk kategori usia kerja (lihat hasil Sensus Penduduk
1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan
ketentuan internasional, penduduk usia kerja adalah yang telah berusia 15 tahun
atau lebih.
kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai seberapa jauh
sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja ( sepuluh tahun keatas) benar-
benar aktif didalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan
antara angkatan kerja penduduk dalam usia kerja. Semakin besar jumlah
penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja. Untuk
33
menghitung tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja (masih bersekolah dan mengurus
rumah tangga) semakin kecil jumlah angkatan kerja, yang membuat persentase
Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu faktor
semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang
tinggi pula yang mempengaruhi PDB. Begitu pun pada pendapatan per kapita.
34
b. Tingkat umur
tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan mereka
umumnya bersekolah.
c. Tingkat upah
keluarga yang tertarik masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin
tinggi TPAK.
d. Tinggi pendidikan
D. Penelitian Terdahulu
Analisis data secara kuantitatif didekati dengan least square method melalui satu
35
yang optimal, yakni dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperbaiki
dependen dan pendidikan, luas lahan pertanian dan jumlah anggota rumah tangga
kedalam dua atau lebih kelompok berdasarkan kriteria sejumlah variabel bebas.
Dari penelitian ini bahwa terlihat kemiskinan yang terjadi disebabkan oleh kondisi
relatif tinggi untuk daerah kasus dimana pembangunan daerah tersebut juga cukup
dimensi yang melibatkan berbagai aspek, baik bila dilihat dari penduduk miskin
itu sendiri maupun memberikan mereka ruang untuk berusaha dan bertahan hidup
yang lebih baik antara lain meliputi sarana dan prasarana serta berkembang
36
3. Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuni (2008)
ereduction of poor people). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dummy krisis. Dalam penelitian ini metode analisis yang dilakukan berupa
dengan mnyajikan data dalam bentuk table dan grafik, sedangkan analisis
krisis ekonomi yang menerapa kawasan asia timur. Setelah krisis berlalu ternyata
krisis ekonomi dan terjadi sampai saat ini, belum berhasil dikurangi bahkan
Peningkatan share sector pertanian dan share sector industri juga signifikan
mengurangi jumlah kemiskinan. Variabel yang signifikan dan relatif paling besar
37
4. DR Togar Saragih (2006)
Analisis data secara kuantitatif didekati dengan melalui satu persamaan regresi
penelitian ini terlihat bahwa kemiskinan yang dipengaruhi oleh pengangguran dan
pemerintah lebih peduli terhadap usaha kecil dan menengah (UMKM) karena
sebagai independen. Analisis yang digunakan data panel dari 46 negara. Dari hasil
38
6. Richad H Adams,Jr (2002)
rata-rata kurang dari 1% per tahun. Selain itu, analisis ekonometrik menunjukan
pendapatan. Bahwa dengan mengukur $ 1 per orang standart hari, maka banyak
orang yang dalam garis kemsikinan. Dari variabel tersebut menyatakan bahwa
Tabel 2.1
Kajian Sebelumnya
No Nama Penulis Judul Metodologi Variabel
1 Latief Kharie Pertumbuhan Anlisa • Tingkat
ekonomi, inflasi Regresi Kemiskinan
(2007) dan kemiskinan di Berganda • Pertumbuhan
Indonesia :1976- Ekonomi
2005 • Inflasi
39
• Inflasi
• Dummy Crisis
E. Kerangka Pemikiran
domestik bruto (PDB) dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Kemudian
dengan variabel dependen (terikat) yaitu kemiskinan yang diukur dengan alat
40
pemerintah dan pihak yang terkait mengenai penyebab kemiskinan di Indonesia
untuk dapat merumuskan suatu kebijakan yang relevan dalam upaya pengentasan
kemiskinan.
mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah salah satu faktor yang
banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi
pula yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Begitu pun pada pendapatan per
kemisknan.
hebat. Krisis ini juga berimbas pada indikator makro lainnya seperti inflasi yang
Situasi ini semakin memperparah kemiskinan yang pada masa sebelum krisis
41
belum teratasi secara berarti. Selain itu, menggeser titik aman perekonomian dan
iklim usaha kearah yang kurang aman, sehingga banyak perusahaan/ investor baik
mengurangi pekerja bahkan sampai gulung tikar. Hal tersebut berdampak pada
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah kerangka
42
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Produk Domestik
Bruto (PDB)
(X1)
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Tingkat Kemiskinan
(TPAK) (Y)
(X2)
• Uji Normalitas
• Uji Linieritas
• Uji Multokolinieritas
• Uji Heterokedasitas
• Uji Autokorelasi
Uji Hipotesis
• Uji t
• Uji f
• Uji Koefisien Determinasi
(R2)
43
F. Hipotesis Penelitian
tingkat
kemiskinan di Indonesia
di Indonesia
Kerja
44
3. Krisis ekonomi diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan
kemiskinan di Indonesia
kemiskinan di Indonesia
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Data-data yang digunakan adalah data tahunan yaitu pada saat tiga belas
tahun sebelum krisis moneter dan dua belas tahun setelah krisis moneter (1984-
2009).
produk dometik bruto, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy crisis.
Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah tingkat
kemiskinan, produk dometik bruto, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy
crisis selama periode 1984 - 2009 dengan berupa data per tahun di Indonesia.
jawabkan kebenaran ilmiah suatu penelitian, selain itu metode penelitian juga
diperlukan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian yang di
46
1. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
jenis data time series, yaitu merupakan data atau informasi yang diperoleh
(LIPI) Jakarta
a. Field research
b. Library research
c. Internet Research
karena ilmu yang selalu berkembang yaitu internet sehingga data yang
47
1. Uji Asumsi Klasik
memenuhi asumsi klasik dari regresi berganda atau belum, sehingga nilai
metode regresi berganda. untuk memperoleh model yang baik, model harus
a. Uji Normalitas
regresi variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai model regresi yang
baik. Model regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau mendekati
normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Jargue-Bera Test atau J-B
test.
Hipotesis
data normal)
48
b. Uji Linieritas
Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang
dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama
Ramsey RESET test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu
variabel penjelas cocok atau tidak dimasukan dalam suatu model estimasi. Akan
tetapi menurut Kennedy (1996) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini
digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau
tidak linier.
Hipotesis
• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (model linier)
• Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak (model
tidak linier).
c. Uji Multikolinearitas
ditemukan adanya hubungan linier yang sempurna antara semua variabel bebas.
49
Menurut Montgomery dan Hinies dalam blog Dicky Rahardiyantoro
yang dihasilkan oleh analisis regresi berganda menjadi sangat lemah atau tidak
dapat memberikan hasil analisis yang mewakili sifat atau pengaruh dari variable
Matrix).
Hipotesis:
multikolinearitas
• Bila hubungan antara X1 dan X2 < 0.8 → Ho diterima, model tidak bersifat
multikolinieritas
d. Uji Heteroskedastisitas
pengamatan lain. Jika nilai dari variannya tetap maka disebut homoskedastisitas,
50
Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui Uji White.
Hipotesis;
heteroskedatisitas.
e. Uji Autokorelasi
Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terdapat problem
autokorelasi.
51
Tabel 3.1
Uji Durbin-Watson
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
1.10 1.54 2.46 2.90
Hipotesis:
terdapat autokorelasi
terdapat autokorelasi
(Gujarati: 2006)
Hipotesis:
52
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua
atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini untuk
negatif dan untuk memprediksi nilai variabel dependen apabila nilai variabel
Dalam upaya untuk mencapai tujuan dan pengujian hipotesis, maka akan
digunakan metode analisis regresi linear berganda secara umum model yang
Dimana:
βo = konstanta
ε = Error term
53
3. Uji Hipotesis
menggunakan suatu uji terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi linear
berganda tersebut diatas. Uji statistik ini disebut juga uji signifikan.(Gujarati,
1999).
a. Uji t
dependen.
• Jika t statistik > t table, maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada
sedangkan tingkat keyakinannya adalah 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat
kesalahan suatu Variabel > 5% atau 0,05 berarti Variabel tersebut tidak
signifikan.
b. Uji F
sebagai berikut:
54
• F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara
Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan cara Quick
Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen yang berarti menolak Ho dan
c. Koefisiean Determinasi
variasi pengaruh variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh variasi variabel
berikut:
KP = R2
R2 = ∑ ( Yi – Y ) = ESS
∑ ( Yi – Y ) ESS
55
Adjusted R-Squared ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh
variabel tidak bebas. Dan besarnya R-Squared ini berkisar antara 0 < R2 <
1.
bisa memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan standar hidup yang layak
yang dibahas penulis dalam skripsi ini adalah jumlah orang yang berada
adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat
56
c. Dummy crisis (DM)
antara krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997. Variabel
kelompok yang diberi nilai dummy 1 (satu) disebut included group. Jadi
dalam hal ini dummy 0 adalah sebelum krisis dan dummy 1 adalah
sesudah krisis.
57
BAB IV
pendapatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Untuk itu kebijakan
Urbanisasi menjadi salah satu faktor yang telah menyumbang cukup besar
arus urbanisasi cukup tinggi dan tidak sebanding dengan kesigapan pemerintah
kota untuk mengatasi suatu keadaan yang terjadi, hal ini hampir terjadi di
padat di daerah perkotaan yang kumuh atau tinggal di pemukian liar, sebagaian
besar dari mereka memasuki sektor informal, karena relevan dengan jumlah
kapasitas dan kualifikasi sumber daya yang mereka miliki. Dalam memperoleh
akses kerja, mereka harus bersaing dengan penduduk miskin lain atau golongan
menengah kota.
58
Ada indikasi bahwa, sejak lebih dari sepuluh tahun terakhir penduduk miskin di
intervensi khusus telah menurunkan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis
kemiskinan.
KM
60000000
50000000
40000000
30000000
KM
20000000
10000000
0
1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
dari 35.00 juta jiwa (21,60 persen dari total penduduk Indonesia) pada tahun 1984
59
Krisis ekonmi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997
Jumlah penduduk miskin naik menjadi 49,50 juta jiwa atau (24,23 persen dari
Peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 49,50 juta jiwa pada akhir
tahun 1998 bukan sepenuhnya terjadi akibat dampak kerisis ekonomi, tetapi juga
keterbandingan antar daerah dan antar waktu yang disebabkan adanya standar
realistis.
pada tahun 1998-2000 menunjukan kecenderungan menurun. Dari 49.50 juta jiwa
(24,23 persen) pada tahun 1998 menjadi 38,70 juta jiwa (19,14 persen dari jumlah
penduduk indonesia).
menjadi 38,70 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta jiwa pada tahun
2005. secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14
persen pada tahun 2000 menjadi 15,97 persn tahun 2005. namun pada tahun 2006,
60
terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup derastis, yaitu dari 35,10
juta menjadi 39,30 juta pada tahu 2006. peningkatan jumlah penduduk miskin
terjadi karena adanya kenaikan BBM yang menyebabkan naiknya harga berbagai
barang barang sehingga inflasi mencapai 15,95 persen selama tahun 2005-2006.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 37,17 juta
turun 2,13 juta dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan 2006.
meskipun demikian, persentase penduduk miskin pada tahun 2007 masih lebih
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 34,96 juta
jiwa dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2007 yaitu berjumlah
37,17 juta jiwa berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta jiwa. Dan
pada tahun 2009 penurunan jumlah penduduk terus dirasakan menjadi 32,53 juta
barang dan jasa-jasa yang diproduksi dalam negara tersebut dalam satu tahun
berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan oleh perusahaan milik penduduk
61
Variabel yang digunakan adalah nilai barang dan jasa yang dihasikan oleh
Indonesia) dalam tahun tertentu. Nilai barang dan jasa yang diukur adalah
GDP Defelator
defelator dihitung dengan cara membagi GDP nominal dengan GDP rill.
PDB
2.5E+11
2E+11
1.5E+11
1E+11 PDB
5E+10
0
1984198619881990199219941996199820002002200420062008
Sumber : BPS Indonesia.
62
Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 dapat diketahui bahwa PDB pada
tahun 1984-1996 cenderung stabil dan meningkat, namun adanya krisis ekonomi
di Indonesia pada tahun 1997-1998 yang disebabkan oleh beberapa faktor antar
lain stok utang luar negri swasta yang sangat besar yang umumnya berjangka
pertumbuhan pada hampir seluruh sektor ekonomi. Namun iklim yang kondusif
tersebut tidak dapat bertahan lama, karena harga minyak semakin meroket
ditambah dengan krisis subprime mortage di AS dan gejala resesi dunia serta
gejala krisis pangan dunia. Hal ini nampak terjadi pelambatan pertumbuhan
63
memiliki keinginan untuk berusaha merupakan modal utama bagi terciptanya
kerja yang bekerja, semakin tinggi kebutuhannya pula akan konsumsi, sehingga
dan menyebabkan output yang lebih tinggi dan berkurangnya tingkat kmiskinan.
memiliki jumlah penduduk yang padat dan memiliki kota besar, terpenuhinya
kebutuhan akan tenaga kerja masih terganjal oleh hal-hal dimana pertumbuhan
angkatan kerja lebih pesat dari pada pertumbuhan kesempatan kerja, ditambah
lagi dengan imigran dari pedesaan yang ingin mengadu nasib di kota-kota besar,
sehingga masih banyak angkatan kerja yang tidak dapat berpartisipasi dalam
Terkecuali jika mereka berwiraswasta. Tetapi hal itu pun terkadang terbatas oleh
TPAK
80
70
60
50
40
TPAK
30
20
10
0
1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 64
Sumber : BPS Indonesia
angkatan kerja di Indonesia dari tahun 1984 sampai 1993 cenderung setabil , dan
pada tahun 1993 mengalami penurunan. Dan meningkat kembali pada tahun 1996
menjadi 10.3% sampai dengan tahun 2008 kondisi partisipasi angkatan kerja
Menurut pakar ekonomi hal tersebut masih dalam batas wajar, dimana hal tersebut
perkembangan yang terjadi dalam jumlah angkatan kerja (AK) tidak bisa
diakibatkan oleh faktor kelahiran dan kematian, migrasi juga pergeseran usia
karena waktu. Besarnya TPAK menggambarkan dari seluruh penduduk usia kerja
(15-64 tahun) di suatu wilayah yang siap dan bersedia untuk bekerja. Sementara
yang lainnya lebih memilih untuk melakukan aktifitas lain seperti bersekolah,
mengurus rumah tangga, dan lainnya. Tinggi rendahnya angka TPAK yang terjadi
tergantung dari prioritas pilihan penduduk usia kerja akan beraktifitas yang akan
dilakukan, antara lain bekerja, bersekolah, mengurus rumah tangga atau aktifitas
lainnya
standar kelulusan dalam rangka penekanan supply tenaga kerja, dan perusahaan
65
yang meningkatkan standar kualifikasi karyawan, sehingga mempersulit
berdistribusi normal)
• Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak (residual
66
Dari diagram pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pada hasil uji
normalitas nilai probabilitas sebesar 0.321421 lebih besar dari obs* R2 0.05. Hal
• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (model linier)
• Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak (model
tidak linier)
Tabel 4.1
Dari uji linieritas (uji Ramsey RESET Test) pada tabel 4.1, nilai
probabilitasnya adalah 0.5656 lebih besar dari α = 0.05, artinya tidak ada
multikolinearitas
67
• Bila hubungan antara X1 dan X2 < 0.8 → Ho diterima, tidak bersifat
multikolinieritas
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinieritas dengan Regresi Auxiliary
Variabel Koefisien R2
TPAK=f(LPDB,DM) 0.878138
LPDB=f(TPAK,DM 0.753775
DM=f(LPDB,TPAK) 0.877426
Hasil uji dengan regresi auxiliary menunjukkan bahwa R2TPAK = 0,878138, R2LPDB
harus lebih kecil dari koefisien determinasi untuk regresi aslinya (R2 = 0.692937).
Dari hasil tersebut diketahui bahwa R-squared yang dihasilkan dari regresi
auxiliary lebih besar dari regresi model utama. Oleh karena itu dapat disimpulkan
regresi awal, paling sedikit ada dua variabel independen yang berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
68
independen yang berpengaruh signifikan, yaitu variabel PDB dan variabel Dummy
heteroskedatisitas
Tabel 4.3
Hasil Uji White Untuk Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dalam model ini nilai probabilitas
sebesar 0.010539 dengan Obs*R2 yaitu 23.57307 diatas 0.05. Hal ini berarti
autokorelasi.
69
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi menggunakan
Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Dari tabel 4.4 pada tabel uji LM dapat dilihat bahwa nilai probabilitas Chi-
Square 0.255894 atau lebih besar dari α = 0.05. Hal ini berarti dalam model ini
70
dengan menggunakan program eviews, maka didapat persamaan regresi sebagai
berikut :
persamaan :
pada tabel 4.1 diketahui bahwa t hitung untuk masing-masing variabel didapat
tabel yang diperoleh adalah 1,717144. Maka hasill uji-t dapat dijelaskan sebagai
berikut:
71
0.0124, karena probbilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 5% atau 0,05
Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi
landasan teori dalam penelitian ini. Yang mana menurut Kuznet dalam Tulus
meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang
72
untuk menurunkan jumlah penduduk miskin. Karena dengan pertumbuhan
ekonomi yang cepat maka kemiskinan di suatu daerah dapat ditekan jumlahnya.
karena probabilitasnya lebih dari 5% atau 0,05 maka hasilnya tidak signifikan.
terhadap kemiskinan.
kemiskinan tidak berpengaruh dan tidak signifikan. Hasil ini sangat bertolak
belakang dengan teori Michael P.Todaro, menurut teori ini salah satu mekanisme
pengangguran dan tenaga kerja. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa tingginya
mengurangi kemiskinan.
Tenaga kerja yang diwakili oleh tingkat partisipasi angkatan kerja tidak
berpengaruh dan tidak signifikan pada α=0.05 terhadap kemiskinan dengan nilai
73
kemiskinan dapat disebabkan salah satunya adalah belum mampu memenuhi
terus meningkat, bahkan sempat atau masih sering terjadi peledakan penduduk
khususnya di daerah terpencil yang masih jauh dari keinginan untuk menggalakan
program KB, hal tersebut menjadikan meningkatnya usia kerja. Semakin besarnya
jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja (masih bersekolah dan mengurus
rumah tangga) semakin kecil jumlah angkatan kerja, yang membuat persentase
TPAK juga mengecil. Semakin sedikitnya masyarakat yang produktif, maka akan
kemiskinan.
74
disimpulkan krisis ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan.
Pada hasil regresi ini diperoleh bahwa krisis ekonomi (DM) berpengaruh
terhadap kemiskinan. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini, yaitu krisis ekonomi dan kemiskinan mempunyai pengaruh yang
positif. Jadi adanya krisis ekonomi akan meningkatkan jumlah penduduk miskin.
Indonesia yang sudah dibangun sekian lama mengalami guncangan hebat. Krisis
kemudian merosot tajam pada tahun 1998. krisis ini juga berimbas pada indikator
makro lainnya seperti inflasi yang meningkat tajam yang menyebabkan tingkat
yang pada masa sebelum krisis belum teratasi secara berarti. Selain itu, menggeser
titik aman perekonomian dan iklim usaha kearah yang kurang aman, sehingga
menurunkan PDB
75
b. Hasil Uji F-Statistik (Uji Simultan)
signifikan secara bersamaan terhadap variabel dependen. Dapat dilihat pada tabel
Pada tabel regresi di atas F statistik dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah
16.42232 dan F table 3,049125 artinya Fhitung < F table, maka dapat disimpulkan
tingkat kesalahan sebesar 0,05 (0,000008 < 0,05 yang berarti ada pengaruh secara
signifikan antara PDB, TPAK dan Krisis Ekonomi terhadap kemiskinan. Maka
koefesien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.1 menunjukan bahwa koefesien
determinasi (R2) sebesar 0,691302. hal ini berarti bahwa variabel bebas yang
terdiri PDB, TPAK dan Krisis Ekonomi mempunyai pengaruh sebesar 69,13%.
76
Sedngkan sisanya sebesar 30,87% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
77
BAB V
A. Kesimpulan
bersifat negatif dengan jumlah penduduk miskin. Hal ini menunjukan bahwa
Hal ini terjadi karena, tingkat partisipasi angkatan kerja yang meningkat
signifikan dan positif terhadap jumlah penduduk miskin. Hal ini sesuai
78
orang yang kehilangan pekerjaan serta tingginya harga-harga bahan pokok
B. Saran
daerahnya, baik dari segi lahan, sumber daya dan dana anggaran
kemiskinan.
79
3. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini masih terbatas karena
hanya melihat pengaruh variabel PDB, TPAK dan Dummy Crisis terhadap
lebih mendalam dengan data dan metode yang lebih lengkap sehingga
dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada dan hasilnya dapat
80
DAFTAR PUSTAKA
Firdausy, C.M. “Urban poverty in Indonesia: trends, issues and policies”, Asian
Development Review, Vol 12 No 1.1994.
81
Octaviani, Dian, ”Inflasi, Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia: Analisis
indeks FGT” Media Ekonomi. 2003
Richard H. Adams, Jr.” Economic Growth, Inequality and Poverty” World Bank
Policy Research Working Paper 2972, February 2006
Santoso, Singgih. “ Buku Latihan SPSS Statistic Versi 10.6”. P.T Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2002
Sukirno, Sadono. Teori Pengantar Ekonomi Makro. PT. Grafindo persada: Jakarta
2004.
82
Tarsi, Susianti, Evi. “Analisis Kemiskinan Di Sumatera Barat”, Jurnal Ekonomi,
Edisi Agustus 2006. Media Ekonomi: Padang. 2006
83
Lampiran 1 Data Variabel Penelitian
KM TPAK PDB
TAHUN (juta jiwa) (%) (Miliyar Rupiah) DM
1984 35000000 55.8 77.213.80 0
1985 35000000 55.9 78.679.10 0
1986 27200000 57.3 89.013.60 0
1987 30000000 57.4 93.517.80 0
1988 28400000 57.6 98.936.00 0
1989 27200000 57.8 90.366.30 0
1990 27200000 57.3 97.230.90 0
1991 26300000 57.1 104.504.40 0
1992 25900000 57.3 110.725.70 0
1993 23700000 56.6 196.017.40 0
1994 22500000 58 301.289.30 0
1995 32600000 56.6 331.869.40 0
1996 34010000 66.3 359.187.70 0
1997 38700000 66.9 370.020.50 1
1998 49500000 66.91 327.731.70 1
1999 47970000 67.22 379.957.80 1
2000 38700000 67.76 397.666.20 1
2001 37900000 68.6 1.442.984.60 1
2002 38400000 67.76 1.506.124.40 1
2003 37300000 65.72 1.557.171.30 1
2004 36100000 67.54 1.656.827.50 1
2005 35100000 68.02 1.750.825.70 1
2006 39300000 66.16 1.847.292.30 1
2007 37170000 66.99 1.963.973.30 1
2008 34960000 67.18 2.098.133.60 1
2009 32530000 67.23 2.176.975.50 1
84
Hasil Data Setelah Diestimasi
85
Lampiran 2 Hasil Uji Asusmsi Klasik
86
Hasil Uji Linieritas
Test Equation:
Dependent Variable: LKM
Method: Least Squares
Date: 06/16/11 Time: 08:31
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Coefficie
Variable nt Std. Error t-Statistic Prob.
-
TPAK 0.333853 0.741894 -0.450002 0.6573
LPDB 1.836722 4.080199 0.450155 0.6572
-
DM 6.011527 13.35550 -0.450116 0.6572
-
C 166.0052 388.0627 -0.427779 0.6732
FITTED^2 0.541703 1.139456 0.475405 0.6394
87
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficien
Variable t Std. Error t-Statistic Prob.
88
Dependent Variable: LPDB
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 21:16
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Coefficie
Variable nt Std. Error t-Statistic Prob.
89
Dependent Variable: DM
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 21:17
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Coefficie
Variable nt Std. Error t-Statistic Prob.
90
Hasil Uji Heteroskedasitas
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 21:13
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Coefficie
Variable nt Std. Error t-Statistic Prob.
-
C 2.207202 1.592916 -1.385636 0.1811
-
TPAK 0.085996 0.035221 -2.441595 0.0240
TPAK^2 0.000667 0.000284 2.346806 0.0293
LPDB 0.401339 0.109516 3.664661 0.0015
-
LPDB^2 0.008079 0.002218 -3.642171 0.0016
DM 0.003072 0.011911 0.257910 0.7991
91
Hasil Uji Autokorelasi
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 21:12
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Coefficie
Variable nt Std. Error t-Statistic Prob.
-
TPAK 0.007561 0.014873 -0.508389 0.6167
-
LPDB 0.011757 0.044831 -0.262261 0.7958
DM 0.112605 0.150484 0.748289 0.4630
C 0.703391 1.078143 0.652410 0.5216
RESID(-1) 0.230076 0.255442 0.900699 0.3785
-
RESID(-2) 0.335490 0.263664 -1.272413 0.2178
92
Lampiran 3 Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficie
Variable nt Std. Error t-Statistic Prob.
93