1555 4752 1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Elementary

Kajian Teori dan Hasil Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar


ISSN 2614-5596
http://journal.ummat.ac.id/index.php/elementary Vol. 3 No. 1 Januari 2020, hal. 21-25

Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berwawasan Lingkungan


untuk Meningkatkan Hasil Belajar materi KPK dan FPB

Nanik Ulfa1, Rofiqoh Firdausi2


1ProgramStudi Pendidikan Guru MI Unira Malang [email protected]
2Program Studi Pendidikan Guru MI Unira Malang [email protected]

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Abstrak: Kegiatan pembelajaran merupakan upaya untuk mengembangkan potensi siswa
melalui serangkaian kegiatan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Diterima: 23-12-2019
Disetujui: 08-01-2020 Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan engembangkan bahan ajar. Pengembangan
bahan ajar bertema wawasan lingkungan untuk mengenalkan kecintaan lingkungan kepada
Kata Kunci: siswa. Pendidikan merupakan cara yang efektif untuk mentransfer nilai-nilai dalam kehidupan
Bahan Ajar, bermasyarakat. Selain itu mempelajari matematika akan lebih mudah dengan memasukkan
Matematika, Wawasan permasalahan yang nyata dalam kehidupan siswa. Model pengembangan penelitian ini
Lingkungan menggunakan model yang dikembangkan oleh Borg an Gall. Validasi dilakukan oleh tiga ahli
yang masing-masing mendapat skor dengan tingkat valid, dan hasil pada ujicoba lapangan
100% siswa tuntas belajar.

Abstract: Learning activities are efforts to develop students' potential through a series of
continuous activities to achieve learning objectives. One thing that can be done is to develop
teaching materials. Development of teaching materials with the theme of environmental insight
to introduce environmental love to students. Education is an effective way to transfer values in
social life. Besides learning mathematics will be easier by incorporating real problems in the lives
of students. The research development model uses a model developed by Borg and Gall.
Validation was carried out by three experts, each of whom scored with a valid level, and the
results in the field trials 100% of students completed their studies.

https://doi.org/10.31764/elementary.v3i1.1555 This is an open access article under the CC–BY-SA license


——————————  ——————————

belajar mengajar, terlebih bagi siswa yang belum


A. LATAR BELAKANG
memiliki pengalaman belajar terkait dengan materi yang
Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang dipelajari.
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, Bahan ajar merupakan sebuah susunan atas bahan-
keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai bahan yang berhasil dikumpulkan dan berasal dari
akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam berbagai sumber belajar yang dibuat secara sistematis
bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur (Prastowo,2011). Ada enam komponen yang terkandung
Daryanto. (2005). dalam penyusunan bahan ajar, yaitu: (1) Petunjuk Belajar;
(2) Kompetensi yang akan dicapai; (3) Informasi
Agar tujuan pembelajaran atau hasil belajar tersebut pendukung; (4) Latihan-latihan; (5) Petunjuk kerja atau
dapat dicapai dengan maksimal, maka perlu adanya lembar kerja; (6) Evaluasi. Dari komponen tersebut
inovasi-inovasi dari para pendidik. Adapun salah satu diatas, maka Lembar Kerja Siswa (LKS) juga termasuk
inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan dalam bahan ajar. Sebagaimana Prastowo menyatakan
mengembangkan bahan ajar. Salah satu komponen bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
dalam pembelajaran yang memegang peranan penting digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
adalah materi ajar (Gazali, 2016). Materi ajar atau bahan pembelajaran (Prastowo, 2013).
ajar diharapkan dapat membantu siswa dalam kegiatan
21
22 | Jurnal Elementary | Vol. 3, No. 1, Januari 2020, hal 21-25

Widjayanti (2008) menjelaskan bahwa hahan ajar lingkungan hidup dengan materi pembelajaran.
yang dikemas berupa LKS mempunyai fungsi sebagai Matematika merupakan pelajaran yang sangat erat
berikut: (1) sebagai alternative dalam mengarahkan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga akan
kegiatan pembelajaran; (2) mampu mempercepat proses memudahkan siswa dalam belajar jika bahan ajar yang
pengajaran; (membantu siswa lebih aktif dalam kegiatan disajikan memuat permasalahan yang nyata.
pembelajaran; (4) mampu membangkitkan minat siswa, Sebagaimana Mukhayati menjelaskan bahwa
jika LKS disusun dengan sistematis, mempermudah permasalahan yang diintegrasikan kedalam bahan ajar
siswa, serta menarik; (5) meningkatkan kepercayaan diri dapat membantu siswa untuk memahami kondisi riil
dan rasa ingin tahu; (6) membantu siswa dalam yang ada dalam lingkungan serta menumbuhkan sikap
memecahkan masalah. peduli terhadap lingkungannya (Sriyati, 2015). Didukung
oleh Djulia bahwa mengangkat konten local dalam
Terkait dengan penyusuna bahan ajar, menurut Eggen pembelajaran akan meningkatkan pemahaman siswa
& Kauchak (Jacobsen, 2009) beberapa hal yang harus dalam memahami materi dan meningkatkan kepedulian
dilakukan adalah: (1) menyediakan ragam contoh dan terhadap alam serta memperkaya materi pembelajaran
representasi materi ; (2) mampu meningkatkan interaksi (Djulia, 2005).
yang tinggi pada proses pembelajaran; (3)
menghubungkan materi dengan kehidupan nyata atau B. METODE PENELITIAN
kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan hal tersebut Pengembangan bahan ajar ini menggunakan Metode
diatas maka akan lebih menarik jika pembelajaran dapat Reaseach and development (RnD). Model pengembangan
menyajikan permasalahan yang ada di lingkungan siswa. dalam penelitian ini menggunakan model prosedural
Dalam Mulyani (2013) dikutip dari Depdiknas bahwa yang bersifat deskriptif yang dikembangkan oleh Borg an
belajar dengan memanfaatkan lingkungan hidup Gall (Setyosari,2014). Adapun langkah – langkah
memungkinkan siswa untuk menemukan hubungan yang penelitian dan pengembangan tersebut sebagai berikut :
sangat bermakna antara ide-ide yang abstrak dan (1)Penelitian dan pengumpulan informasi awal;
penerapan praktis dalam konteks dunia nyata. Konsep (2)Perencanaan; (3)Uji coba awal; (4)Revisi produk;
tersebut dipahami melalui proses penemuan, (5)Uji coba lapangan; (6)Revisi produk akhir;
pemberdayaan dan hubungan. (7)Desiminasi dan implementasi.
Analisis yang digunakan adalah (1) analisis
Pembelajaran yang dikaitkan dengan lingkungan selain pembelajaran bertujuan untuk merumuskan tujuan
dapat membantu siswa untuk mempelajari konsep dari pembelajaran yang disesuaikan dengan Kompetensi
mata pelajaran tertentu, sekaligus dapat melaksanakan Dasar; (2) analisis deskriptif menggunakan angket
peraturan pemerintah tentang pelaksanaan program penilaian tertutup dan terbuka untuk memberikan
Adiwiyata. Dimana dalam peraturan tersebut, Program penilaian, kritik dan saran sebagai bahan perbaikan; (3)
Adiwiyata diikuti oleh sekolah, mulai dari Sekolah Dasar analisis hasil tes, bertujuan untuk mengukur dampak dari
(SD)/ sederajat sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/ penerapan produk. Adapun data hasil penelitian berupa
Sederajat. Selain itu, pembelajaran berwawasan hasil tes belajar, hasil validasi RPP, Lembar Tes Akhir
lingkungan juga sebagai media untuk meminmalis Pembelajaran, dan Observasi pembelajaran.
kerusakan lingkungan yang disebaban oleh manusia Berdasarkan dari uji ahli dan praktisi serta uji
(Nasution, 2018). kepraktisan bahan ajar, selanjutnya bahan ajar yang
dikembangkan direvisi untuk uji coba lapangan yang
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sekolah
dijadikan dasar untuk evaluasi dan perbaikan sehingga
merupakan media yang paling strategis dalam
menghasilkan produk yang diharapkan.
mentransfer pengetahuan , budaya, serta nilai-nilai
dalam kehidupan. Dimana pendidikan merupakan salah
satu sarana dalam menyampaikan informasi kepada
siswa terutama informasi terkait dengan penanaman
karakter. Sebagaimana Surat Keputusan Nomor:
Kep.07/MENLH/06/2005 dan Nomor: 05/VI/KB/2005
yang pada tahun 2010, yang secara garis besar berisi
tentang himbauan agar pendidikan lingkungan hidup
(PLH) dilaksanakan mulai dari Sekolah Dasar (SD)
sampai pada tingkat atas (SMA) (Adam, 2015). Dimana
pendidikan tentang lingkungan hidup tersebut dapat
diintegrasikan kedalam kegiatan kurikuler dan ekstra
kurikuler.

Salah satu pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup


di sekolah adalah dengan mengintegrasikan wawasan
Nanik Ulfa, Pengembangan Bahan Ajar… 23

C. HASIL DAN PEMBAHASAN sangat dipengaruhi oleh motivasi siswa dalam belajar
(Emda, 2017).
Hasil pengembangan media pembelajaran yang berupa
buku bergambar ini menggunakan model Borg and Gall Pada bagian selanjutnya Bahan Ajar (LKS) berisi materi
dalam proses pengembangannya. Adapaun tentang pembahasan KPK dan FPB yang didahului
pengembangan yang dilakukan berdasarkan langkah- dengan materi Prasyarat yaitu, perkalian, pembagian dan
langkah yang telah diadaptasi dari langkah-langkah Borgfactor prima. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil temuan
and Gaal dalam proses pengembangannya akan pada penelitian pendahuluan bahwa sebagian besar siswa
dipaparkan sebagai berikut. masih lemah pada perkalian dan pembagian, sehingga
pneliti perlu menambahkan materi tersebut untuk
1. Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data
mempersiapkan siswa pada pembelajaran. Kesiapan
Pada tahap persiapan dan pengumpulan data berupa siswa dalam menerima pelajaran yaitu perkembangan
hasil identifikasi kurikulum berupa standar standar intelektual dan pengalaman belajar yang diperoleh
kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, sebelumnya (Molle, 2016).
serta indikator pembelajaran. Setelah identifikasi
Susunan LKS selanjutnya adalah materi tentang KPK dan
kurikulum dilakukan, dilanjutkan dengan
FPB, materi yang diberikan juga dilengkapi dengan
menganalisa subyek di sekolah SDN 01 Palaan.
contoh sekaligus latihan yang harus dikerjakan oleh siswa.
Hasil dari analisa subyek didapat dari hasil Selain itu juga diberikan evaluasi untuk mengetahui
wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kemampuan siswa dalam memahami materi KPK dan
bahwa pada pelajaran matematika siswa masih FPB.
kesulitan dalam perkalian. Setelah dilakukan tes
Selanjutnya, setelah LKS sudah tersusun dengan lengkap,
awal ditemukan bahwa jumlah siswa yang mencapai
maka dilakukan validasi untuk mengetahui apakah LKS
KKM hanya 25%, sedangkan 75% yang lain belum
yang disusun sudah sesuai dengan Usia, Pembelajaran
mencapai KKM. Hal ini perlu menjadi perhatian
serta lingkungan belajar siswa. Untuk menunjang LKS
dalam melaksanakan pembelajaran, karena setiap
yang telah disusun, maka RPP dan Tes Akhir
konsep dalam matematika saling terkait. Hubungan
Pembelajaran (TAP) yang telah dirancang divalidasi
antar konsep dalam matematika tersebut
sebagai bukti kevalidan dari LKS tersebut.
merupakan hubungan bersama-sama konsep-
konsep kunci yang mendasari ide matematika Lembar penilaian validasi disusun untuk memudahkan
tertentu (Susanti, 2013). validator dalam memberikan penilaian. Selanjutnya
peneliti menyajikan dalam table kualifikasi hasil
Setelah dianalisis dan dicari akar permasalahan,
penilaian untuk mengetahui tingkat kevalidan
selanjutnya peneliti mencoba merumuskan bahan
instrument yang dinilai. Kualifikasi dibagi dalam empat
ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Hasil
kategori, yaitu sangat valid, valid, cukup valid, kurang
analisis dapat dijadikan sebagai gambaran untuk
valid, dan tidak valid. Namun demikian tidak menutup
mendesain buku ajar yang akan dibuat, yaitu
kemungkinan adanya saran dari validator untuk
memasukkan unsur konsep prasyarat untuk
kesempurnaan Bahan ajar yang dikembangkan.
mempelajari KPK dan FPB.
Kualifikasi Tingkat kelayakan disajikan dalam table
2. Tahap Pengembangan Bahan Ajar
berikut:
Sebelum merancang bahan ajar berupa LKS, terlebih
Tabel 1
dahulu peneliti merancang dan menyusun RPP guna Kualifikasi Tingkat Kelayakan Berdasarkan Prosentase
membantu berlangsungnya proses pembelajaran,
Presentase (%) Tingkat kevalidan Keterangan
serta menyusun Tes Akhir Pembelajaran untuk
mengukur pengetahuan siswa serta efektifitas Bahan 84 < skor ≤ 100 Sangat valid Tidak revisi
Ajar dalam menyampaikan pembelajaran.
68 < skor ≤ 84 valid Tidak revisi
Pengembangan buku ajar dilakukan denga beberapa
tahapan yang dimulai dengan mendesain, menyusun
bahan ajar, dan pada tahap akhir terdapat tahap 52< skor ≤ 68 Cukup valid Sebagian revisi
validitas dari para ahli, yaitu: (1) desain; (2) ahli
pembelajaran; dan (3) guru matapelajaran. 36< skor ≤ 52 Kurang valid Revisi

Bahan Ajar matematika berupa LKS ini dikembangkan Tidak Valid Revisi
20< skor ≤ 36
dengan memasukkan unsur pendidikan lingkungan
hidup, dengan mengangkat tema wawasan lingkungan.
Adapun materi yang dibahas adalah Kelipatan
Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Untuk mengetahui tingkat kelayakan dari bahan ajar
Terbesar (FPB). Wawasan lingkungan diberikan dalam yang telah dikembangkan, maka dilakukan validasi
bentuk literasi yang harus dibaca oleh siswa sebelum dengan penilaian pada aspek Desain, Pembelajaran dan
mempelajari lebih jauh tentang KPK dan FPB. Hal ini Guru Mata pelajaran. Adapun hasil dari vaalidasi
bertujuan untuk memberikan motivasi siswa dalam disajikan dalam table berikut:
belajar. Selain itu juga diberikan dalam bentuk soal, agar
siswa dapat mengaplikasikan langsung dalam
permasalahan yang ada dalam kehipan sehari-hari.
Karena keberhasilan suatu proses pembelajaran juga
24 | Jurnal Elementary | Vol. 3, No. 1, Januari 2020, hal 21-25

Table 2
Hasil Validasi Pengembangan Bahan Ajar
Berdasarkan hasil pree-test dan post-test maka dapat
Validasi Rata Tingka Keteranga
disimpulkan bahwa Bahan Ajar (LKS) yang
-rata t n
dikembangkan dapat membantu meningkatkan hasil
belajar siswa untuk matapelajaran matematika materi
validasi KPK dan FPB.
78 Valid Tanpa Revisi
desain
Selain hasil dari Tes Akhir Pembelajaran, peniliti juga
Validasi melakukan observasi untuk melihat keterlaksanaan
Kesesuaian pembelajaran dikelas menggunakan bahan ajar yang
dalam 80 Valid Tanpa Revisi dikembangkan. Observasi dilakukan oleh observer
Pembelajara dengan menggunakan lembar observasi pembelajaran.
n Hasil dari observasi tersebut dapat dilihat pada table
validasi guru berikut.
matapelajara 82 Valid Tanpa Revisi Tabel
n Hasil Analisis Observasi Pembelajaran
Berdasarkan hasil validasi dari aspek Desain, Aspek Skor % Kriteria
Pembelajaran, Guru Mata Pelajaran, dan Aspek
Keterlaksanaan 80 Baik
kemenarikan dan efektifitas Bahan Ajar yang
Pembelajaran
dikembangkan menunjukkan bahwa masing –
masing aspek telah memenuhi kriteria minimal dan Keaktifan Siswa 84 Baik
berada pada kategori Valid.
Percaya Diri 85 Sangat Baik
Sebagai bukti kevalidan bahan ajar, peneliti juga
memvalidasi Kemenarikan dan efektifitas LKS, juga Berdasarkan hasil analisis observasi pembelajaran dapat
instrumen pendukung berupa RPP, TAP, dan lembar dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran telah berjalan
obervasi, ayng dapat dilihat pada tabel berikut. 80% dengan kriteria baik. Dalam proses pembelajaran
diperoleh data tingkat keaktifan siswa mencapai skor
Tabel 84%, sehingga dapat dikatakan bahwa pengembangan
Hasil analisis Efektifitas dan kemenarikan LKS, Bahan Ajar (LKS) dapat meningkatkan Keaktifan siswa.
RPP Lembar Observasi dan TAP Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat
Validato Efektifitas RP Lembar TA mempengaruhi hasil belajar. Sebagaimana (Wibowo,
r dan P Observas P 2016) menyebutkan bahwa partisipasi siswa sangat
kemenarika i mempengaruhi proses perkembangan berpikir, emosi,
n LKS dan social. Dalam hal ini emosi siswa dapat diartikan
sebagai keingintahuan siswa serta semangat siswa dalam
1 83 80 82 82 mengikuti proses pembelajaran.
2 84 80 84 84 Kepercayaan diri dalam observasi pembelajaran
diperoleh skor 85% dengan kategori sangat baik.11
3 90 90 86 86
Kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran sangat
Rata- 86 83 83 84 diperlukan, hal ini untuk memberikan dorongan kepada
rata siswa agar terpacu untuk terus belajar dan berani
menunjukkan kemampuannya. Kepercayaan diri mampu
menciptakan tujuan dalam meraih prestasi belajar
Untuk mengetahui apakah Bahan Ajar yang membangun kekuatan untuk terus belajar tanpa takut
dikembangkan berupa LKS tersebut dapat kegagalan (Achdiyat,2016).
membantu siswa dalam pembelajaran maka
dilakukan uji coba lapangan. Adapun hasil dari uji D. SIMPULAN
coba lapangan yang diambil pada saat pree-test dan
post-test menunjukkan hasil sebagai berikut: Berdasarkan proses pengembangan bahan ajar dan hasil
uji coba terhadap bahan ajar matematika berwawasan
1 2 lingkungan di SDN 01 Palaan, dapat dipaparkan sebagai
Pertemuan
(pree-test ) (post-Test) berikut:
1. Hasil validasi dari pengembangan media dari ketiga
Nilai
75 85 validator menunjukkan hasil yang baik/ valid. Untuk
tertinggi
validasi desain menunjukkan prosentase 77%,
Nilai pembelajaran 80%, dan validasi dari guru
30 65
terendah matapelajaran 81,5%, selanjutnya untuk efektifitas
Rata-rata 56 77 dan kemenarikan menunjukkan prosentase sebesar
83,3 %.
Prosentase 2. Hasil dari uji coba bahan ajar menunjuukkan bahwa
25% 100%
ketuntasan ada perbedaan yang signifikan pada pree-test dan
Nanik Ulfa, Pengembangan Bahan Ajar… 25

post-test. Hasil dari pree-test menunjukkan nilai rata-


rata 56, dan pada post-test nilai rata-rata
menunjukkan nilai77.

Pengembangan bahan ajar matematika berwawsan


lingkungan diharapkan dapat menunjang dan
membantu proses pembelajaran matematika, serta
memasukkan unsur wawasan lingkungan dengan
tujuan menanamkan karakter cinta lingkungan
kepada siswa. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Penggunaan gambar pada bahan ajar ini masih
perlu banyak perbaikan dan perlu gambar yang
menarik didalamnya.
2. Tes akhir penilaian masih pada aspek pengetahuan,
oleh sebab itu perlu diperluas lagi pada aspek
keterampilan.
3. Pengembangan bahan ajar matemtika berwawasan
lingkungan masih pada satu materi saja, oleh sebab
itu perlu dikembangkan lagi pada materi-materi
yang lain.

DAFTAR RUJUKAN
[1] Achdiyat, Maman. 2016. Prestasi Belajar Matematika Ditinjau
dari Kepercayaan Diri dan Keaktifan Siswa di Kelas. Journal
Formatif. ISSN: 2088-351X. Hal. 50-61
[2] Andi Prastowo. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar
Inovatif. Yogyakarta: Diva Press
[3] Andi Prastowo. (2013). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar
Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
[4] Ahmad Fajarisma Budi Adam. 2015. Analisis Implementasi
Kebijakan Kurikulum Berbasis Lingkungan Hidup Pada
Program Adiwiyata Mandiri di SDN Dinoyo 2 Malang. Jurnal
Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan; EISSN: 2337-7615.
Hal 166-173
[5] Amna Emda. 2017. Kedudukan Motivasi Belajar siswa dalam
Pembelajaran. Lantanida Journal.UIN Ar-Raniry. Banda Aceh.
Hal 93-104
[6] Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
[7] Djulia, E. 2005. Peran Budaya Lokal dalam Pembentukan Sains
(Studi Naturalistik Sains Siswa Kelompok Budaya Sunda
Tentang Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan dalam Konteks
Sekolah dan Lingkungan. UPI: Bandung
[8] Elly Susanti. 2013. Proses Koneksi Produktif dalam
penyelesaian masalah matematika. Pendidikan Tinggi Islam:
Surabaya.
[9] Jacobsen, D. A., Eggen, P., & Kauchak, D. (2009). Methods
for teaching: Metode- metode pengajaran meningkatkan
belajar siswa TK-SMA. Upper Saddle River, NJ:Pearson
Education
[10] Juliana Molle. 2016. Kesiapan Intelektual siswa dalam Belajar
Matematika. Lemma Journal. STKIP PGRI Sumatera Barat. Hal
13-19
[11] Mukhyati & Sriyati. 2015. Bahan Ajar Perubahan Lingkungan
Berbasis Realitas Lokal dan Literasi Lingkungan. Seminar
Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS. Hal 152-161
[12] Nasution, Abdul. G.J. 2018. Pendidikan Anak Berwawasan
Lingkungan Hidup Perspektif Islam. ‫ال عرب ية إح ياء‬: ‫ ال س نة‬،‫ال راب عة‬
‫ا‬. UINSU Medan. Hal 33-45
[13] Rahmita Yuliana Gazali. 2016. Pengembangan Bahan Ajar
Matematika untuk Siswa SMP Berdasarkan Teori Belajar
Ausubel. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika. Hal
182-192.
[14] Wibowo, Nugroho. 2016. Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa
Melalui Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar di SMK Negeri
1 Saptosari. ELINVO: Jurnal Electronics, Informatics, and
Vocational Education. Hal 128-139.

Anda mungkin juga menyukai