Tugas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Nama: Tara Mutia Aulia Agasta

NIM: 220101260

Semester/jurusan:(2)/ Keperawatan

Kelas: A

1.konsep berfikir kritis dalam keperawatan

2.komponen keperawatan dan tahapan penyelesaian masalah

3. perbedaan berfikir kritis, clinical reasoning dan clib=nical judgment

4. langkah-langkah keterampilan klinis

Jawaban

1.Konsep berpikir kritis merupakan elemen penting dalam pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas.  Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan yang sangat esensial dalam
memberikan layanan kepada pasien. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan berpikir
kritis termasuk kondisi fisik, motivasi, kecemasan, kebiasaan, perkembangan intelektual, konsistensi,
perasaan, dan pengalaman. Faktor-faktor ini dapat memberikan dukungan positif atau dapat
mengurangi keterampilan berpikir kritis. Perkembangan intelektual perawat dapat meningkatkan
pemikiran kritis yang paling dominan dalam menerapkan asuhan keperawatan. TUJUAN Untuk
menerapkan pola berfikir kritis bagi perawat karena tidak semua Perawat/Mahasiswa Keperawatan
menerapkan pola berfikir kritis dan meningkatkan perilaku berfikir kritis.METODE Metode
pengaplikasian untuk mengingatkan perawat/Mahasiswa keperawatan agar dapat dan bisa
menerapkan konsep berfikir kritis dan perilaku berfikir kritis.HASILBerdasarkan hasil diatas
disimpulkan bahwa Perawat/Mahasiswa Keperwatan dapat menerapkan konsep berfikir kritis diluar
kerja ataupun didalam pekerjaan.

Kata kunci : berfikir kritis, asuhan keperawatan (Aprisunadi. (2011). Hubungan AntaraBerpikir Kritis
PerawatDenganKualitas Asuhan Keperawatan diUnit Perawatan Ortopedi RumahSakit Umum Pusat
FatmawatiJakarta (Thesis).)

2 . Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu
masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan alternatif yang matang untuk
mengambil suatu tindakan yang tepat. Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah
kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan
kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan,
tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada
semua tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin. Penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan
proses pengambilan keputusan
membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan
keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam
memilih alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah. Pemecahan
masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan untuk mencoba
memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa
yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang
efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan
dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya. (Rahayu, C. D. & Mulyani,
S. (2020). Pengambilan keputusan klinis perawat. Jurnal Ilmu Kesehatan, 10(1), 1-11.)

3.BERPIKIR KRITIS (CRITICAL THINKING)

Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses disiplin intelektual aktif dan kemahiran dalam
mengkonsep, menerapkan, mensintesa, dan atau mengevaluasi informasi dari hasil pengumpulan
atau ditimbulkan dari pengamatan, pengalaman,perenungan, penalaran atau komunikasi sebagai
petunjuk yang dapat dipercaya dan dalam bertindak. Berpikir kritis berdasarkan nilai-nilai akal budi
yang sesuai dengan “subject-matter” dan mencakup kejernihan, ketelitian, ketepatan, bukti,
kesempurnaan dan kejujuran. Berpikir kritis sangat penting dalam mengevaluasi informasi yang
diterima, mengurangi resiko bertindak yang mendasari penalaran salah.

Seseorang dapat dikatakan berpikir kritis bila mempunyai dua aspek, yaitu: cognitif skills dan
kemampuan intelektual untuk menggunakan skills tersebut sebagai petunjuk dalam
bertindak.Berpikir kritis tidak menjamin akan tercapainya suatu kebenaran atau kesimpulan yang
benar. Pertama, mungkin tidak punya semua informasi yang sesuai, mungkin informasi yang penting
tidak diketahui. Kedua, kemungkinan karena bias seseorang dalam menemukan dan mengevaluasi
informasi. Setiap orang harus menyadari kemungkinan keliru dalam dirinya sendiri, dengan (1)
menerima bahwa setiap orang mempunyai bias yang tidak disadari, oleh karena itu meminta
pendapat yang refleksif; (2) mengevaluasi kembali sebelum mempercayai sesuatu; (3) menyadari
bahwa setiap orang memiliki beberapa “blind spot”. (Facione PA. Critical thinking: what it is and why
it counts. California. 2004

update.)

(CLINICAL REASONING)

Seorang dokter haruslah membuat keputusan berdasarkan apa yang menjadi

masalah, apa diagnosanya, apakah yang akan dilakukan, apa yang harus diperbuat. Pada kenyataan,
apa yang dilakukan dokter dalam mempertimbangkan keputusan dan proses apa yang digunakan
dalam pengambilan keputusan, adalah dasar penalaran klinis.

Penalaran klinis (clinical reasoning) adalah suatu proses dimana seorang dokter memusatkan pikiran
mereka ke arah diagnosa yang memungkinkan berdasarkan campuran pola pengenalan dan
penalaran deduktif hipotetik. Proses penalaran tergantung kepada pengetahuan medis di suatu
wilayah seperti prevalensi penyakit dan mekanisme patofisologi.

Berpikir menuju penentuan suatu diagnosa menjadi bagian dari proses penalaran klinis. Ada
beberapa proses penentuan diagnosis, yaitu berdasarkan: 14
A. Pola induktif

B. Pola deduktif hipotetik

C. Pola deduktif hipotetik integratif.

(Peile Ed. Clinical reasoning. University of Warwick.

http://www.bmj.bmjjournals.com/cgi/contentfull/328/7445/946/ecoll

Round A. Introduction to clinical reasoning. Student BMJ.

http://www.studentbmj.com/back_issues/0200/education/15.html

Schell BA. Clinical reasoning: the basis of practice. Chapter 11. Page 131-39.

13.Lowe W. Clinical reasoning skills. Vol 4. 2004)

Clinical judgement

penilaian klinis merupakan penerapan informasi berdasarkan pengamatan aktual pada klien yg
dikombinasikan dg data subjekif dan objektif yg mengarah pada kesimpulan akhir/analisis/diagnosis.
(https://id.scribd.com/document/520311241/CRITICAL-THINKING-CLINICAL-JUDGEMENT-DAN-
PROBLEM-SOLVING-SERTA-)

4.Pendidikan keperawatan generasi berikutnya harus membekali dirinya dengan alat yang
diperlukan untuk menghadapi tantangan baru pasca-COVID dan era informasi. Tantangan ini
termasuk pelatihan untuk dunia yang lebih tervirtualisasi. Melalui kegiatan berbasis kelas yang
diuraikan dalam artikel ini, pendidik dapat membantu siswanya membangun pengetahuan,
keterampilan, dan kepercayaan diri yang mereka perlukan untuk berhasil dengan mempraktikkan
dan mengasah keterampilan penilaian klinis. Beberapa metode ini mencerminkan pendekatan
pembelajaran tradisional; namun, semua dapat ― dan harus ― menggabungkan beberapa
komponen pembelajaran virtual dan memerlukan tingkat kemahiran digital yang menjadi ciri
keperawatan generasi berikutnya. (https://www.kaptest.com/blogs/nursing-educators/post/5-ways-
to-boost-clinical-judgment-skills-in-nursing-education?)

Anda mungkin juga menyukai