1789-Article Text-7635-1-10-20220624

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan

Volume 4, Number 11, 2022


P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
Open Access: https://journal.ikopin.ac.id/index.php/fairvalue

Analisis potensi subsektor unggulan di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa


Timur
Ana Chusniatul Hidayah1, Agus Sumanto2
1,2Universitas
Negeri Malang
1
[email protected], [email protected]
Info Artikel ABSTRAK
Sejarah artikel: Seiring dengan berlakunya otonomi daerah yang tercantum pada UU No 32 dan 33 Tahun
Diterima 15 April 2022 2004, setiap daerah diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki dengan
Disetujui 5 Juni 2022 semaksimal mungkin. Arah pembangunan yang selaras dengan potensinya akan
Diterbitkan 25 Juni 2022 memudahkan daerah untuk mencapai pembangunan yang dicita-citakan. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis subsektor unggulan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kediri. Data yang digunakan berupa PDRB Kabupaten Kediri dan Provinsi Jawa
Kata kunci: Timur tahun 2016-2020. Penelitian ini menggunakan analisis LQ dan Shift Share.
Subsektor; Locationt Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 4 subsektor dominan pada sektor pertanian dan 4
qoutient; Shift share; subsektor dominan pada sektor industri. Hasil analisis shift share dengan melihat indikator
Trend; Industri pangsa wilayah terdapat 2 subsektor pertanian dan 4 subsektor industri yang berdaya saing.
Sehingga, hasil kombinasi analisis LQ dan shiftshare terdapat subsektor yang unggul dan
berdaya saing di Kabupaten Kediri yaitu subsektor tanaman perkebunan, peternakan,
tanaman holtikultura pada sektor pertanian, dan subsektor industri makanan&minuman dan
industri kertas&barang dari kertas pada sektor industri pengolahan. Kemudian, hasiI
anaIisis trend sektor pertanian dan industri di Kabupaten Kediri sama-sama memiliki trend
positif.
ABSTRACT
Keywords : Along with the enactment of regional autonomy as stated in Laws No. 32 and 33 of 2004,
Subsector; Location each region is expected to be able to utilize its potential to the fullest. The direction of
quotient; shift share; development that is in line with its potential will make it easier for the region to achieve
Trends; Industry the desired development. The purpose of this study was to analyze the leading sub-sectors
to increase the economic growth of Kediri Regency. The data used is in the form of GRDP
of Kediri Regency and East Java Province in 2016-2020. This research uses LQ and Shift
Share analysis. Based on the research results, there are 4 dominant sub-sectors in the
agricultural sector and 4 dominant sub-sectors in the industrial sector. The results of the
shift share analysis by looking at the regional share indicators, there are 2 agricultural
sub-sectors and 4 competitive industrial sub-sectors. So, the results of the combination of
LQ and shiftshare analysis show that there are superior and competitive sub-sectors in
Kediri Regency, namely the plantation crops sub-sector, livestock, horticultural crops in
the agricultural sector, and the food & beverage industry sub-sector and paper & paper
goods industry in the processing industry sector. Then, the results of the trend analysis of
the agricultural and industrial sectors in Kediri Regency both have a positive trend.

©2022 Penulis. Diterbitkan oleh Program Studi Akuntansi, Institut Koperasi Indonesia.
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY
(https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan salah satu upaya sistematis dan berkesinambungan yang dilakukan
oleh negara untuk mewujudkan sesuatu yang di cita-citakan. Pembangunan dikatakan juga sebagai
perubahan menuju perbaikan karena pembangunan merupakan hal yang sangat sentral bagi
kesejahteraan masyarakat (Raqib & Rofiuddin, 2018). Sadono Sukirno (1985) (dalam Ramadani &
Eliza, 2020) mengungkapkan “Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menngakibatkan
adanya kenaikan pendapatan rakyat dalam jangka panjang”. Sedangkan menurut Arsyad (2010)
pembangunan merupakan proses untuk memperbaiki kelembagaan yang mengarah pada peningkatan
pendapatan riil per kapita. Peningkatan taraf hidup masyarakat, peningkatan pemerataan pendistribusian
pendapatan masyarakat, ketersediaan lapangan kerja terjamin merupakan beberapa tujuan dari adanya
pembangunan ekonomi (Prapti, 2020). Selain itu, melalui pengembangan ikatan regional dengan
pengalihan kegiatan ekonomi mulai dari sektor primer ke sektor sekunder hingga ke sektor tersier juga
merupakan tujuan lain dari pembangunan ekonomi sebagai penggerak perubahan.

4937
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

Pembangunan nasional dan pembangunan daerah memiliki keterkaitan yang erat.


Pembangunan nasional dapat mendorong pembangunan daerah, dan disisi lain pembangunan daerah
dapat memperkuat pembangunan nasional (Adisasmita 2013 dalam Anand, 2017). Keberhasilan
pembangunan ekonomi daerah yang dilakukan dapat diketahui menggunakan salah satu indikator yaitu
pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi dijadikan sebagai tolak ukur perekonomian suatu
daerah serta dapat dijadikan sebagai acuan untuk menilai efek dari adanya kebijakan pemerintah,
khususnya dalam bidang ekonomi. Terjadinya peningkatan permintaan barang&jasa yang diproduksi
oleh masyarakat menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah. Karena, tingkat pertumbuhan ekonomi menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu
dengan bertambahnya pendapatan/nilai tambah yang disebabkan oleh naiknya tingkat produksi yang
dihasilkan. Selain itu, peningkatan barang&jasa tersebut berpotensi untuk memberikan dampak positif
terhadap pendapatan daerah serta penciptaan penciptaan lapangan kerja di daerah (Salakory &
Matulessy, 2020). Pertumbuhan PDRB (Product domestic regional bruto) baik harga konstan maupun
harga berlaku menjadi indikator untuk melihat nilai tambah yang dihasilkan dari produksi barang dan
jasa pada suatau daerah.
Setiap daerah memiliki kewajiban untuk menggali potensi-potensi serta memanfaatkan
semaksimal mungkin Sumber daya alam yang dimiliki sejak berlakunya otonomi daerah (Sharazati,
2021). Hal itu diatur dalam UU No 32 dan 33 tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan antara
Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah. Hal itu berdampak pada adanya kebijakan serta
perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah menjadi tidak sama antara satu dengan lainnya
karena masing-masing daerah memiliki potensi yang berbeda-beda (Siwu, 2019). Sjafrizal (2014)
mengungkapkan bahwa “Setiap daerah memiliki tanggung jawab untuk menentukan sektor ekonomi
yang mendominasi/sektor unggulan”. Karena, sumberdaya alam yang dimiliki menjadi wadah utama
untuk menunjang kegiatan produksi yang dilakukan masyarakat. Strategi yang dilakukan setiap daerah
pun harus diarahkan untuk pengembangan aktivitas ekonomi yang berdaya saing, salah satunya melalui
peningkatan sektor, subsektor maupun komiditas hingga produk unggul yang berdaya saing. Arah
pembangunan ekonomi daerah yang seperti ini akan dapat mempercepat peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Kriteria sektor ekonomi unggul yang berdaya saing yaitu sektor yang laju pertumbuhannya
tinggi, tingkat penyerapan tenaga kerjanya relatif tinggi, dapat memberikan nilai tambah tinggi serta
memiliki keterkaitan antar sektor yang erat baik linkage maupun forward (Hajeri et al., 2015).
Provinsi Jawa Timur memiliki daerah otonom Kabupaten/Kota sebanyak 38 (Badan Pusat
Statistika Provinsi Jawa Timur, 2021). Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten yang turut
serta andil dalam pembangunan nasional melalui optimalisasi pembangunan daerah. Dapat dilihat pada
gambar 1 PDRB Jawa Timur sebesar 1.405.563 pada tahun 2016, meningkat menjadi 1.482.299 tahun
2017, hingga pada tahun 2019 meningkat menjadi 1.649.895, dan pada akhirnya mengalami penurunan
menjadi 1.611.507 pada tahun 2020 karena adanya kebijakan baru mengenai pandemi Covid-19
sehingga berdampak pada kegiatan perekonomian. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi maka
dapat dikatakan bahwa pertumbuhannya semakin baik. Peningkatan PDRB juga terjadi di Kabupaten
Kediri selama 5 tahun terakhir Kabupaten Kediri memiliki pdrb tertinggi nomor dua setelah Kota Kediri
di wilayah Karesidenan Kediri (Badan Pusat Statistika Kabupaten Kediri, 2021). Terlihat pada gambar
1 tahun 2016 pdrb total Kabupaten Kediri berdasarkan harga konstan 2010 yaitu sebesar 25.211, 2017
sebesar 26.446, terus mengalami peningkatan sampai tahun 2019 menjadi 29.193, kemudian sama
halnya dengan pertumbuhan Jawa Timur pada tahun 2020 juga mengalami penurunan menjadi 28.491.

Kediri Jawa Timur


1.482.299 1.563.441 1.649.895 1.611.507
1.405.563
PDRB (MILYAR
RUPIAH)

1.010.000
25.211 26.446 27.786 29.193 28.491
10.000
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 1 PDRB Kab. Kediri dan Prov. Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber : Badan Pusat Statistika (2021)

4938
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

Ada tiga (3) sektor yang mendominasi PDRB Kabupaten Kediri yaitu sk. Pertanian; sk. Industri
Pengolahan; dan sk. Perdagangan Besar dan Eceran. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar
bagi Kabupaten Kediri tapi bukan penyumbang kontribusi terbesar di Jawa Timur seperti Kabupaten
Lamongan ataupun Kabupaten Jember (Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Timur,2021). Kemudian
sektor industri pengolahannya juga masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Kota Mojokerto maupun
Kota Pasuruan yang bertumpu pada sektor industri pengolahan (Meutia Octafian, Anita Wijayanti,
2019). Sektor pertanian & industri adalah sektor yang sama-sama penting dan memiliki keterkaitan
yang erat. Sektor industri memiliki produktivitas tinggi sehingga mampu mencipatakan lapangan
pekerjaan yang luas sehingga dengan keunggulannya dapat memberikan nilai tambah yang tinggi
(Irmawati, 2015). Sedangkan sektor pertanian merupakan penyokong bahan baku sektor industri dan
merupakan sektor yang memiliki keterkaitan kuat antar sektor-sektor lainnya. Dengan memanfaatan
sumber daya alam yang ada pada daerah dengan semaksimal dan tepat sasaran dapat mendorong
pembangunan sektor pertanian dan industri menjadi sustainable (berkelanjutan).
Laju pertumbuhan pdrb Kabupaten Kediri masih sangat jauh dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Berdasarkan tabel 2 selama lima tahun pengamatan baik laju
pertumbuhan Provinsi Jawa Timur atau Kabupaten Kediri bersifat fluktuatif cenderung meningkat. Laju
pertumbuhan provinsi berada di angka rata-rata 5.40 persen keatas sedangkan Kabupaten Kediri masih
berada diangka rata-rata 5.00 persen. Akibat pandemi Covid-19 pertumbuhan ekonomi menjadi negatif
baik Kabupaten Kediri maupun Jawa Timur. Sehingga untuk pemulihan dibutuhkan beberapa trobosan-
trobosan baru serta pembangunan ekonomi Kabupaten Kediri lebih difokuskan lagi pada sektor yang
berkontribusi besar terhadap pdrb sehingga dapat memacu peningkatan pertumbuhan ekonominya
dengan lebih cepat (Raqib & Rofiuddin, 2018). Maka dari itu berdasarkan latar belakang diatas perlu
dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat subsektor unggulan sektor
pertanian dan sektor industri pengolahan yang memilki potensi ekonomi untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kediri.

8
5,57 5,46 5,47 5,07 5,53 5,06
6 4,9 4,9
4
2
0
2016 2017 2018 2019 2020
-2
-4 -2,33 -2,41

Jawa Timur Kediri

Gambar 2 Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Kediri dan Prov. Jawa Timur
Sumber : Badan Pusat Statistika (2021)

METODE PENELITIAN
Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kauntitatif merupakan metode yang digunakan
dalam penelitian ini. Arikunto (2006) mengungkapkan “penelitian deskriptif tidak digunakan untuk
menguji hipotesis suatu variabel, tapi menggambarkan suatu variabel dengan apa adanya”. Data
sekunder digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari instansi terkait seperti BPS (badan pusat
statistika) Kabupaten Kediri dan Provinsi Jawa Timur. Data tersebut berupa PDRB (Product Domestic
Regional Bruto) berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan selama kurun waktu lima (5)
tahun yaitu tahun 2016 sampai 2020.
Analisis Location Qoutient (LQ)
Rahardjo, (2005) mengemukakan bahwa Location Quetiont (LQ) merupakan metode untuk
membandingkan suatu aktivitas pada bagian tertentu di suatu daerah dengan aktivitas pada bagian yang

4939
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

sama didaerah yang lebih besar. LQ digunakan untuk menentukan sektor/subsektor basis di dalam satu
wilayah. Berikut rumus yang digunakan dalam penelitian ini :
LQ = ViR/VR / Vi/V
Keterangan :
ViR = PDRB sector/subsector i Kab. Kediri
VR = PDRB total semua sector/subsector Kab. Kediri
Vi = PDRB sector/subsector i di Prov.Jawa Timur
V = PDRB total semua sector/subsector Prov. Jawa Timur
Kriteria yang digunakan sebagai pengukuran LQ adalah sebagai berikut:
1. Jika LQ ˃ 1, sector/subsector i lebih terspesialisasi di Kab. Kediri dibandingkan
sector/subsector yang sama di Prov.Jawa Timur. (Basis)
2. Jika LQ ˂ 1, sector/subsector i kurang terspesialisasi di Kab. Kediri dibandingkan
sector/subsector yang sama di Prov. Jawa Timur. (NonBasis).
3. Jika LQ = 1, sector/subsector I seimbang di Kab. Kediri maupun Prov. Jawa Timur

Analisis Shift Share (SSA)


Pertumbuhan sektor/subsektor di suatu daerah, sangat perlu diketahui untuk menentukan arah
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Perubahan struktur ekonomi pada suatu daerah dibandingkan
dengan struktur ekonomi pada wilayah yang lebih tinggi dapat diketahui menggunakan analisis shift
share. Rumus pada analisis ini sebagai berikut (Harianto & Wardhani, 2020) :

Keterangan :
PE = Pertumbuhan Ekonomi
KPN = Komponen Pangsa Regional
KPP = Komponen Pertumbuhan Proporsional
KPPW = Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Analisis Trend (Proyeksi)


Analisis trend digunakan untuk membuat perkiraan atau prakiraan masa yang akan datang.
Metode kuadrat terkecil (least square method) merupakan metode yang digunakan dalam analisis trend.
Hasil dari metode ini adalah persamaan garis dengan koefesien negatif atau positif. Berikut rumus
persamaannya :

Keterangan :
Y = Total PDRB Sektor
a = nilai konstanta (nilai Y pada saat nilai X=0)
b = nilai kemiringan (tambahan Y apabila X bertambah satu satuan)
x = nilai periode tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perekonomian Kabupaten Kediri
Kabupaten Kediri merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Timur. Lluas
wilayahnya yaitu 1.563.42 Km2 yang terdiri dari 26 kecamatan dan 343 desa. Letak Kabupaten Kediri
berdasar garis batas koordinat terletak antara 7º36’ 12” – 8º0’ 32” LS dan 111º47’ 05” – 112º18’ 20”
BJ. Sedangkan berdasarkan geografisnya bagian utara Kabupaten Kediri berbatasan dengan Kabupaten
Nganjuk dan Kabupaten Jombang, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten
Malang, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung, dan bagian
barat berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Nganjuk.

4940
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

Pemerintah Kabupaten Kediri menekankan pembangunan pada sektor-sektor yang mempunyai


kontribusi besar dalam pembentukan pdrbnya. Dari tabel 1 terlihat bahwa dari 17 sektor ekonomi lima
(5) sektor yang mempunyai kontribusi besar pertama adalah sektor pertanian. meskipun sektor ini terus
mengalami penurunan akan tetapi masih menjadi sektor paling berpengaruh bahkan pada tahun 2020
kontribusinya 21.33 persen mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 0,6 pesen. Disusul oleh
sektor perdagangan secara konsisten memiliki kontribusi lebih dari 20 persen, meskipun sektor ini
sangat dinamis namun pada tahun 2020 terlihat mengalami penurunan dampak pandemi Covid-19.
Sektor industri kontribusinya setiap tahun terus meningkat hingga mencapai 21.34 persen pada tahun
2020. Sektor konstruksi secara keseluruhan memberikan kontribusi lebih dari 9 persen. Sektor informasi
kontribusinya terus meningkat paling tinggi 2020 sebesar 7.41 persen.
Tabel 1 Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Kediri Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2016
– 2020
Lapangan Usaha PDRB Kontribusi Sektor (persen)
Pertanian, kehutanan, dan perikanan 23,67 22,78 21,69 20,73 21,33
Pertambangan dan penggalian 1,54 1,51 1,47 1,41 1,34
Industri pengolahan 19,60 19,82 20,27 20,77 21,33
Pengadaan listrik dan gas 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08
Pengadaan air 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Konstruksi 9,44 9,53 9,64 9,75 9,32
Perdagangan besar dan eceran, dan reparasi
20,58 20,93 21,26 21,34 19,94
mobil dan sepeda motor
Transportasi dan perguangan 1,90 1,93 1,96 2,02 1,96
Penyedia akomodasi dan makan minum 1,33 1,36 1,32 1,42 1,31
Informasi dan komunikasi 6,15 6,34 6,52 6,71 7,40
Jasa keuangan 1,81 1,82 1,82 1,80 1,83
Real estate 2,07 2,09 2,10 2,11 2,25
Jasa perusahaan 0,30 0,30 0,30 0,31 0,29
Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan
3,76 3,72 3,67 3,58 3,58
jaminan sosial wajib
Jasa pendidikan 4,92 4,93 4,96 5,08 5,30
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 0,82 0,82 0,83 0,84 0,94
Jasa lainnya 1,90 1,91 1,90 1,91 1,67
Sumber : Data sekunder diolah (2022)
Analisis subsektor Pertanian
Perekonomian daerah dipecah menjadi dua kegiatan, pertama kegiatan basis kedua kegiatan
non-basis. Daerah dapat mengekspor barang&jasa keIuar batas perekonomian masyarakatnya
merupakan kegiatan basis, jika daerah hanya mampu menyediakan kebutuhan barang&jasa masyarakat
dalam wilayah bersangkutan merupakan kegiatan non-basis (Raqib & Rofiuddin, 2018). Adanya
Kegiatan basis sangat penting untuk dilakukan karena hal itu memiliki peran yang sangat penting
sebagai penggerak ekonomi, sehingga setiap terjadi perubahan nilai serta efek pengganda yang terjadi
pada sektor basis akan mempengaruhi sektor lainnya untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Sektor yang memiliki keunggulan kompetetif tinggi merupakan sektor basis, sedangkan
sektor yang tingkat potensialnya kurang merupakan sektor non-basis.
Pertumbuhan suatu sektor ekonomi tentunya didorong oleh pertumbuhan subsektornya.
Penentuan subsektor basis atau unggulan juga perlu untuk dilakukan agar memudahkan penentuan
sektor mana yang lebih diprioritaskan dalam pembangunan ekonomi untuk tahun-tahun selanjutnya.
Berikut hasil perhitungan LQ subsektor pertanian Kabupaten Kediri tahun 2016-2020.

4941
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

Gambar 3 Hasil LQ Sektor/Subsektor Pertanian Kab. Kediri Tahun 2016-2020


Sumber : data sekunder diolah (2022)

Sektor/subsektor dengan nilai LQ > 1 merupakan basis, sedangkan sektor/subsektor dengan


nilai LQ<1 merupakan non-basis. Sektor pertanian selama lima tahun 2016 hingga 2020 masih menjadi
sektor basis ( LQ > 1) di Kabupaten Kediri meskipun setiap tahun nilai LQ nya bersifat fluktuatif.
Tahun 2016 dan 2017 nilai LQ sama yaitu 2.02, tahun 2018 nilai LQ 2.07 merupakan nilai tertinggi,
tahun 2019 menurun menjadi 2.06 dan tahun 2020 menjadi 2.05. Dari hasil perhitungan tersebut dapat
diartikan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor prioritas penggerak perekonomian Kabupaten
Kediri karrna sektor pertanian mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kediri serta
memenuhi kebutuhan dari luar daerah.
Berdasarkan gambar 3 diatas, ada empat (4) subsektor pertanian yang memiliki rata-rata lq lebih
dari 1. Subsektor tanaman holitikultura (1.23) merupakan sektor basis komoditas yang dihasilkan yaitu
(jahe, kunyit,nanas, terung, cabai rawit, dll) produksi nanas dan cabai rawit setiap tahunnya terus
mengalami surplus, subsektor tanaman perkebunan (1.47) komoditas yang dihasilkan yaitu (tebu, kopi,
dll), subsektor peternakan (1.49) dengan komoditas yang dihasilkan yaitu (daging,telur dan susu)
produksi terbanyak masih didominasi ayam ras dan ayam kampung, dan yang terakhir subsektor jasa
pertanian (1.12). Dapat dikatakan bahwa empat subsektor tersebut dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat Kabupaten Kediri dan memenuhi kebutuhan masyarakat luar daerah. Subsektor pertanian
yang masih belum mampu memenuhi kebutuhan daerah Kabupaten Kediri atau subsektor non-basis
adalah subsektor Tanaman Pangan nilai rata-rata lq (0.80), subsektor Kehutanan dan Penebangan
memiliki nilai rata-rata lq (0.49) , dan subsektor Perikanan dengan nilai rata-rata lq (0.40).
Analisis selanjutnya dilakukan untuk mengidentifikasi kinerja atau produktivitas sektor
ekonomi daerah dan membandingkannya dengan kinerja sektor nasional/regional. Dalam penelitian ini
analysis shift share (SSA) dilakukan dengan membandingkan produktivitas/pergeseran sektor-sektor
ekonomi Kabupaten Kediri dengan wilayah acuan yaitu Provinsi Jawa Timur (Arsyad, 2010). Hasil
perhitungan shift share menunjukkan bahwa secara keseluruhan subsektor pertanian di Kabupaten
Kediri memiliki nilai komponen pertumbuhan nasional (PNij) yang positif. Pertumbuhan subsektor
tersebut dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di tingkat Jawa Timur. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa kebijakan umum di tingkat nasional mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kediri.
Subsektor yang mendapat dampak terbesar adalah peternakan sebesar 25.541934789 dan terendah
subsektor jasa pertanian sebesar 1.205763408.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Shift Share Subsektor Pertanian Kabupaten Kediri (dalam
milliar rupiah)
No Subsektor Komponen PBij
PNIJ PPIJ PPWij
1 Tanaman pangan 24.11526816 (122.0731877) (58.46038044) (180.5335682)
2 Tanaman holtikultura 10.77823626 33.55853415 (1.584740416) 31.97379374
3 Tanaman perkebunan 21.86021445 69.42141633 (95.38738078) (25.96596445)
4 Peternakan 25.54193478 101.7652848 28.646704 130.4129552
5 Jasa pertanian 1.205763408 (2.872018916) (3.570914492) (6.442933408)
6 Kehutanan dan penebangan 1.619956945 0.0201480763 (4.736637708) (4.535156945)
kayu
7 Perikanan 6.912429918 7.01727764 34.50790244 41.52518008
Sumber : Data sekunder diolah, 2022

4942
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

Komponen pertumbuhan proporsional (PPij) subsektor pertanian Kabupaten Kediri jika dilihat
pada tabel 2 memiliki keadaan yang cukup baik, karena banyak subsektor yang memiliki nilai PPij > 0.
Ada lima (5) subsektor yang tingkat pertumbuhannya lebih cepat daripada subsektor yang sama di
tingkat Jawa Timur yaitu subsektor peternakan, tanaman perkebunan, tanaman holtikultura, perikanan,
dan kehutanan. Sedangkan dua subsektor lainnya yaitu tanaman pangan dan jasa pertanian masih
memiliki nilai PPij < 0. Karena disebabkan oleh beberapa faktor pertumbuhannya lebih lambat dari
sektor yang sama di Jawa Timur.
Keunggulan kompetetif (PPWij) menjelaskan tingkat persaingan subsektor dibandingkan
dengan tingkat Jawa Timur. Komponen ini mengukur perubahan subsektor di Kabupaten Kediri dan
dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor di Jawa Timur. Berdasarkan hasil analisis PPW
menyoroti dua subsektor yang berdaya saing tinggi atau memiliki nilai positif, yaitu subsektor
peternakan dengan tingkat daya saing 28.6476704 dan subsektor perikanan dengan tingkat daya saing
34.50790224. Sedangkan subsektor yang memilki daya saing rendah yaitu subsektor tanaman
holtikultura; jasa pertanian; kehutanan; tanaman pangan; dan tanaman perkebunan. Sektor yang bernilai
positif berarti memiliki keunggulan kompetetif dan berpengaruh terhadap pertumbuhan di Kabupaten
Kediri, sedangkan sektor yang memilki nilai negatif memilki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Kediri.
Pergeseran bersih (PBij) diperoleh dari penjumlahan komponen PPij (pertumbuhan
proporsional) dan PPWij (Daya saing). Hasil pehitungan PBij pada tabel 2 menunjukkan bawa ada tiga
subsektor yang memiliki angka positif (PBIJ > 0) yaitu tanaman hotikultura, peternakan, dan perikanan.
Sedangkan subsektor perkebunan, tanaman pangan, kehutanan, dan jasa pertanian memilki nilai negatif
(PBij < 0). Subsektor yang memiliki nilai positif merupakan subsektor yang memiliki pertumbuhan
maju (progresif), sedangkan subsektor yang memiliki nilai negatif berarti memilki pertumbuhan yang
lambat. Berdasarkan pengelompokan hasil PPij dan PPWij subsektor pertanian dibagi menjadi 4
kuadran sebagai berikut :
Tabel 3 Hasil perhitungan pergeseran bersih subsektor pertanian
Kuadran IV (Lambat, Daya saing baik) Kuadran I (Cepat, Daya saing baik)
Peternakan
Perikanan
Kuadran III (Lambat, Daya saing kurang Kuadran II (Cepat, Daya saing kurang baik
baik)
Tanaman pangan Tanaman holttikultura
Jasa pertanian Tanaman perkebunan
Kehutanan dan penebangan
Sumber : data sekunder, diolah (2022)
Analisis subsektor industri pengolahan
Industri pengolahan merupakan Berdasarkan perhitungan analisis lq selama lima tahun
pengamatan sektor industri pengolahan belum termasuk sektor basis di Kabupaten Kediri. Berdasarkan
gambar 4 didapatkan nilai lq sektor ini juga bersifat fluktuatif akan tetapi memiliki kecenderungan
meningkat. Tahun 2016 sebesar 0.67, meningkat pada tahun 2017 menjadi 0,72, mengalami penurunan
pada tahun 2018 menjadi 0.68, kembali meningkat pada tahun 2019 sebesar 0,69, dan terus meningkat
pada tahun 2020 sebesar 0,70. Subsektor basis atau sumber pertumbuhan Industri Pengolahan di
Kabupaten Kediri ada empat (4) yaitu subsektor Industri Mak-Min ( rata-rata lq 1.18) subsektor ini
meliputi pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan, Industri Kayu (rata-rata lq 1.48)
subsketor ini kebanyakan digunakan untuk konstruksi, Industri (rata-rata lq 5.80), dan Industri
Pengolahan Lainnya ( rata-rata lq 1.28). Sedangkan subsektor non-basis ada dua belas (12) terdiri dari
industri batubara, pengolahan tembakau, tekstil dan pakaian jadi, kulit, kimia, karet, barang galian
bukan logam, logam dasar, barang logam, mesin dan perlengkapan,alat angkutan, dan furnitur. Nilai
rata-rata LQ < 0 artinya subsektor terseburt belum memiliki keunggulan komparatif (comparativ
advantage).

4943
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

Gambar 4 Hasil Analisis LQ Sektor/Subsektor Industri Pengolahan


Sumber : Data sekunder diolah (2022)
Sektor/subsektor yang memiliki dua keunggulan sekaligus yaitu keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetetif bisa dikataka bahwa sektor/subsektor tersebut merupakan unggulan (Hamzah,
2020). Hasil analisis shift share industri pengolahan pada tabel 4 menunjukkan nilai pertumbuhan
subsektor industri pengolahan Provinsi Jawa Timur secara konsisten mempengaruhi pertumbuhan
subsektor di Kabupaten Kediri. Seluruh subsektor industri memiliki kontribusi positif terhadap pdrb
Kabupaten Kediri. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa subsektor makanan dan minuman memilki
kontribusi tertinggi, kemudian disusul oleh subsektor industri kertas dan barang dari kertas: percetakan
dan reproduksi media rekaman, dan pengolahan tembakau. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor
tersebut menjadi dominan arah kebijakan pembangunan di Kabupaten Kediri. Subsektor industri yang
paling rendah kontribusinya adalah subsektor industri mesin dan perlengkapan.
Tabel 4 Hasil perhitungan shift share subsektor industri pengolahan (dalam miliar rupiah)
No Subsektor Industri Komponen PBIJ
Pengolahan PNIJ PPIJ PPWIJ
1 Industri batubara dan 0.654403339 0.228639563 (0.694712903) (0.466073339)
pengilangan migas
2 Industri makanan dan 341.1311122 558.4774392 (101.5452014) 456.9322378
minuman
3 Industri pengolahan tembakau 180.4283493 (124.7739777) 128.6237685 3.849790723
4 Industri tekstil dan pakaian 4.113392419 1.100631227 (2.640703646) (1.540072419)
jadi
5 Industri kulit, barang dari kulit 0.373944765 1.100631227 (2.640703646) (0.5268864765)
dan alas kaki
6 Industri kayu, barang dari 80.67858312 (169.1972686) (32.16626449) (201.3635331)
kayu dan gabus, dan barang
anyaman dari bambu, rotan,
dan sejenisnya
7 Industri kertas dan barang dari 274.3819716 66.23859643 (43.847438) 22.39115843
kertas : Percetakan dan
reproduksi media rekaman
8 Industri kimia, farmasi, dan 5.796143863 0.555329152 (2.94643014) (2.391163863)
obat tradisional
9 Industri karet, barang dari 1.589265253 (2.190016555) (1.113018697) (3.303035253)
karet dan plastik
10 Industri barang galian bukan 11.59228773 (9.41670016) (16.64279771) (26.05952773)
logam
11 Industri logam dasar 11.59228773 (9.416730016) (16.64279771) (26.05952773)

4944
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

No Subsektor Industri Komponen PBIJ


Pengolahan PNIJ PPIJ PPWIJ
12 Industri barang logam : 7.385409115 (12.38645716) 1.22097804 (11.16547912)
Komputer, barang elektronik,
optik, dan peralatan listrik
13 Industri mesin dan 0 0 0 0
perlengkapan
14 Industri alat angkutan 0.280458574 (0.567430343) 0.020301769 (0.547128574)
15 industri furnitur 14.67733204 (13.7900977) (2.48192434) (16.27202204)
16 Industri pengolahan lainnya : 11.8727463 (19.96187915) 1.258182846 (18.7036963)
Jasa reparasi dan pemasangan
mesin dan peralatan
Sumber : Data sekunder diolah (2022)
Berdasarkan komponen pergeseran proporsional (PPij) menunjukkan bahwa ada subsektor
yang memiliki nilai positif dan negatif. Ada lima subsektor yang memiliki nilai positif yaitu industri
batubara dan pengilangan migas; industri makanan dan minuman; industri tekstil dan pakaian jadi;
industri kertas dan barang dari kertas: percetakan dan reproduksi media rekaman; dan industri kimia,
farmasi, dan obat tradisional. Sedangkan subsektor yang memiliki nilai negatif adalah industri
pengolahan tembakau; industri kulit; industri kayu; industri karet; industri barang galian; industri
barang logam; industri alat angkutan; industri furnitur; dan industri pengolahan lainnya. Ada dua
subsektor yang tidak memiliki kontribusi sama sekali di Kabupaten Kediri yaitu industri logam dasar
dan industri mesin.
Analisis keunggulan kompetetif (PPWij) pada tabel 4 juga menunjukkan ada subsektor yang
memiliki nilai positif dan negatif. Subsektor yang bernilai positif yaitu industri pengolahan tembakau;
industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik; dan peralatan listrik; industri alat angkutan;
dan industri pengolahan lainnya. hal ini menunjukkan bahwa subsektor ini memilki daya saing yang
bagus untuk dikembangkan di Kabupaten Kediri karena mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Kediri serta mampu bersaing dengan daerah lain pada sektor yang sama. Sedangkan
subsektor yang memilki nilai negatif yaitu industri batubara dan pengilangan migas; industri makanan
dan minuman; industri tekstil dan pakaian jadi; industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki; industri
kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu,rotan dan sejenisnya; industri kertas
dan barang dari kertas: percetakan dan reproduksi media rekaman; industri kimia, farmasi, dan obat
tradisional; industri karet, barang dari karet dan plastik; industri barang galian bukan logam; industri
furnitur. Sebenarnya produk dari sektor tersebut memiliki daya saing akan tetapi tidak memilki
keunggulan kompetetif. Sehingga, belum bisa ekspor dan bersaing dengan sektor yang sama di daerah
lain.
Berdasarkan pengelompokan hasil PPij dan PPWij diperoleh hasil PBIJ subsektor industri
pengolahan Kabupaten Kediri berdasarkan kuadran sebagai berikut :
Tabel 5 Hasil pergeseran bersih subsektor industri pengolahan
Kuadran IV (Lambat, Daya saing baik) Kuadran I (Cepat, Daya saing baik)
Industri pengolahan tembakau
Industri barang logam; komputer, barang elektronik,
optik, dan peralatan listrik
Industri alat angkutan
Industri pengolahan lainnya; jasa reparasi dan
pemasangan mesin dan peralatan
Kuadran III (Lambat, Daya saing kurang baik) Kuadran II (Cepat, Daya saing kurang baik)
Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki Industri batubara dan pengilingan migas
Industri kayu, barang dari kayu, dan gabus Industri makanan dan minuman
Industri barang galian bukan logam Industri tekstil dan pakaian jadi
Industri furnitur Industri kertas dan barang dari kertas; Percetakan
dan reproduksi media rekaman
Industri kimia, farmasi, dan obat tradisional
Sumber : data sekunder, diolah (2022)
Dari hasil perhitungan lq dan shiftshare subsektor pertanian dan industri pengolahan maka
didapatkan beberapa subsektor prioritas (unggulan). Prioritas 1 (mendominasi) didasarkan pada

4945
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

subsektor yang memiliki LQ>1 dan Pertumbuhan (PPij) positif Subsektor prioritas 1 adalah Tanaman
Holtikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan pada sektor pertanian, sedangkan sektor idnustri
pengolaan ada subsektor makanan-minuman dan industri kertas. Sektor-sektor tersebut memilki
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetetif. Kemudian prioritas 2 (sedang berkembang)
didasarkan pada LQ<1 dan Pertumbuhan (PPij) negatif. Subsektor prioritas 2 atau subsketor yang perlu
diperhatikan lebih agar kontribusinya meningkat yaitu kehutanan dan penebangan, perikanan, industri
batubara, industri tekstil, dan industri kimia. Peningkatan sektor-sektor tersebut bisa dioptimalkan
dengan adanya agroindustri, karena sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang saling
berkaitan. Dengan adanya penentuan prioritas pembangunan subsektor maka diharapkan sektor
pertanian angka basis nya bisa semakin meningkat dan sektor induatri pada masa yang akan datang
dapat menjadi sektor basis dan semakin unggul.
Analisis Trend
Hasil peramalan/proyeksi ini dapat digunakan sebagai gambaran untuk melihat kemungkinan
nilai pdrb sektor pertanian dan industri di masa yang akan datang. Adanya prediksi ini akan membantu
pemerintah dalam membuat perencanaan serta kebijakan yang matang untuk tahun berikutnya. Proyeksi
nilai pdrb kedua sektor tersebut dianalisis menggunakan metode kuadrat terkecil (least square methode).

12000

10000
(dalam milyar rupiah)

8000

6000 Agriculture
4000 Industry
2000

Gambar 5 Proyeksi PDRB Sektor Pertanian dan Sektor Industri Tahun 2016-2030
Sumber : Data sekunder diolah (2022)

Dari hasil perhitungan analisis trend sektor pertanian diperoleh persamaan Y = 6031,34 +
25,02X. Proyeksi nilai PDRB sektor pertanian berdasarkan gambar 5 menunjukkan trend positif. Hal
ini berarti nilai pdrb sektor ini selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan proyeksi
data tahun 2016 hingga 2020 pada tahun 2021 diperoleh angka 6.016,40, selanjutnya tahun 2022
sebesar6.131,42 , tahun 2023 sebesar 6.156,44, hingga sepuluh tahun kedepan yaitu pada tahun 2030
sebesar 6.331,58. Terlihat bahwa pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan sangat lambat dan
tidak terlalu signifikan. Dari hasil proyeksi ini dapat disimpulkan bahwa masih perlu banyak alternatif
khusus untuk sektor pertanian agar peningkatannya tidak semakin melambat, karena mayoritas
masyarakat Kabupaten Kediri masih bertumpu pada sektor pertanian. Sektor pertanian juga sangat perlu
diperhatikan karena sektor pertanian mampu bertahan di masa pandemi dibandingkan sektor lainnya
(bps, 2020).
Kemudian untuk sektor industri berdasarkan analisis diperoleh persamaan Y = 5.592,46 +
309,52X. Hasil proyeksi nilai pdrb sektor industri juga memiliki trend positif. Berdasarkan data tahun
2016 hingga 2020 diperoleh hasil proyeksi sektor industri pada tahun 2021 sebesar 6.5211,50, pada
tahun 2022 sebesar 6.830,54, hingga 10 tahun kedepan yaitu 2030 sebesar 9.306,70. Peningkatan nilai
pdrb sektor ini lebih cepat dibandingkan proyeksi sektor pertanian. Dari hasil ini diproyeksikan bahwa
sepuluh tahun kedepan perekonomian Kabupaten Kediri lebih fokus terhadap sektor industri.
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pembahasan yang dipaparkan, didapatkan beberapa
kesimpulan. Pertama, Ada 5 (lima) subsektor unggulan hasil kombinasi analisa LQ (location Qoutients)
dan shift share di Kabupaten Kediri. Antara lain subsektor tanaman perkebunan, peternakan, dan

4946
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

tanaman holtikultura pada sektor pertanian. subsektor industri makanan & minuman dan industri kertas
& barang dari kertas pada sektor industri pengolahan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subsektor
tersebut memiliki laju perumbuhan lebih cepat dibandingkan daerah lain di Provinsi Jawa Timur, serta
kelima subsektor tersebut memiliki tingkat spesialisasi tinggi serta memiliki keunggulan komparatif
jika dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Jawa Timur.
Kedua, juga terdapat 5 (lima) subsektor yang sedang berkembang yaitu subsketor kehutanan
dan penebangan kayu, perikanan, industri batubara & pengilangan gas, industri tekstil, dan industri
kimia. Subsektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat akan tetapi tingkat spesialisasinya
kurang dan belum memiliki keunggulan komparatif. Sehingga, perlu juga diperhatikan agar
kontribusinya mengalami peningkatan.
Ketiga, hasil analisis Trend sektor pertanian dan sektor industri pengolahan memiliki trend
positif selama tahun pengamatan 2016 hingga 2020, nilai pdrb terus mengalami peningkatan hingga
sepuluh tahun yang akan datang tahun 2030. Peningkatan kedua sektor ini tidak sama karena sektor
pertanian peningkatan nilai pdrb sangat lambat dan peningkatan sektor industri sangat cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. (2005). Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu.
Anand, N. (2017). Analisis Tipologi Dan Sektor Unggulan Pertanian Kabupaten Sleman. 3(2), 5–24.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta.
Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima. UPP STIM YKPN.
Hajeri, H., Yurisinthae, E., & Dolorosa, E. (2015). Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian
di Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 4(2), 253.
https://doi.org/10.26418/jebik.v4i2.12485
Hamzah, H. (2020). Analisis sub sektor industri pengolahan unggulan di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Sorot, 15(2), 75. https://doi.org/10.31258/sorot.15.2.75-85
Harianto, K., & Wardhani, R. K. (2020). Peranan Sektor Pertanian, Kehutanan, Dan Perikanan Dalam
Perekonomian Kabupaten Kediri. Develop, 4(2), 1–22. https://doi.org/10.25139/dev.v4i2.2797
Irmawati, S. (2015). Analisis Industri Unggulan Di Provinsi jawa Tengah. Journal of Economics and
Policy, 8(2), 224–237.
Meutia Octafian, Anita Wijayanti, & E. M. (2019). Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan ( JDEP ).
JDEP (Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan), 2(2), 172–177.
Prapti, K. P. (2020). Strategies for Increasing GRDP Contribution to the Agricultural Sector in
Banyuwangi District. 9473–9485.
Ramadani, A. T., & Eliza, Z. (2020). Pengaruh pertumbuhan UMKM, inflasi, dan tingkat pengangguran
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jurnal Investasi Islam, 5(2), 153–173.
Raqib, M., & Rofiuddin, M. (2018). Determination of Leading Sector Sukoharjo Regency: Location
Quotient and Shift Share Estaban Marquillas Approach. International Journal of Economics,
Business and Accounting Research (IJEBAR), 2(02). https://doi.org/10.29040/ijebar.v2i02.296
Salakory, H. S. M., & Matulessy, F. S. (2020). Analisis Shift-Share Terhadap Perekonomian Kota
Sorong. BAREKENG: Jurnal Ilmu Matematika Dan Terapan, 14(4), 575–586.
https://doi.org/10.30598/barekengvol14iss4pp575-586
Sharazati, K. (2021). Analisis Potensi Sektor Ekonomi di Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 10(1), 1–9. https://doi.org/10.23960/jep.v10i1.166

4947
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205

Siwu, H. F. D. (2019). Strategi Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Jurnal


Pembangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 19(3), 1–11.
https://doi.org/10.35794/jpekd.16464.19.3.2017
Sjafrizal. (2014). Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi. PT Rajagrafindo Persada.

4948

Anda mungkin juga menyukai