1789-Article Text-7635-1-10-20220624
1789-Article Text-7635-1-10-20220624
1789-Article Text-7635-1-10-20220624
©2022 Penulis. Diterbitkan oleh Program Studi Akuntansi, Institut Koperasi Indonesia.
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY
(https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan salah satu upaya sistematis dan berkesinambungan yang dilakukan
oleh negara untuk mewujudkan sesuatu yang di cita-citakan. Pembangunan dikatakan juga sebagai
perubahan menuju perbaikan karena pembangunan merupakan hal yang sangat sentral bagi
kesejahteraan masyarakat (Raqib & Rofiuddin, 2018). Sadono Sukirno (1985) (dalam Ramadani &
Eliza, 2020) mengungkapkan “Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menngakibatkan
adanya kenaikan pendapatan rakyat dalam jangka panjang”. Sedangkan menurut Arsyad (2010)
pembangunan merupakan proses untuk memperbaiki kelembagaan yang mengarah pada peningkatan
pendapatan riil per kapita. Peningkatan taraf hidup masyarakat, peningkatan pemerataan pendistribusian
pendapatan masyarakat, ketersediaan lapangan kerja terjamin merupakan beberapa tujuan dari adanya
pembangunan ekonomi (Prapti, 2020). Selain itu, melalui pengembangan ikatan regional dengan
pengalihan kegiatan ekonomi mulai dari sektor primer ke sektor sekunder hingga ke sektor tersier juga
merupakan tujuan lain dari pembangunan ekonomi sebagai penggerak perubahan.
4937
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
1.010.000
25.211 26.446 27.786 29.193 28.491
10.000
2016 2017 2018 2019 2020
Gambar 1 PDRB Kab. Kediri dan Prov. Jawa Timur Tahun 2016-2020
Sumber : Badan Pusat Statistika (2021)
4938
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
Ada tiga (3) sektor yang mendominasi PDRB Kabupaten Kediri yaitu sk. Pertanian; sk. Industri
Pengolahan; dan sk. Perdagangan Besar dan Eceran. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar
bagi Kabupaten Kediri tapi bukan penyumbang kontribusi terbesar di Jawa Timur seperti Kabupaten
Lamongan ataupun Kabupaten Jember (Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Timur,2021). Kemudian
sektor industri pengolahannya juga masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Kota Mojokerto maupun
Kota Pasuruan yang bertumpu pada sektor industri pengolahan (Meutia Octafian, Anita Wijayanti,
2019). Sektor pertanian & industri adalah sektor yang sama-sama penting dan memiliki keterkaitan
yang erat. Sektor industri memiliki produktivitas tinggi sehingga mampu mencipatakan lapangan
pekerjaan yang luas sehingga dengan keunggulannya dapat memberikan nilai tambah yang tinggi
(Irmawati, 2015). Sedangkan sektor pertanian merupakan penyokong bahan baku sektor industri dan
merupakan sektor yang memiliki keterkaitan kuat antar sektor-sektor lainnya. Dengan memanfaatan
sumber daya alam yang ada pada daerah dengan semaksimal dan tepat sasaran dapat mendorong
pembangunan sektor pertanian dan industri menjadi sustainable (berkelanjutan).
Laju pertumbuhan pdrb Kabupaten Kediri masih sangat jauh dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Berdasarkan tabel 2 selama lima tahun pengamatan baik laju
pertumbuhan Provinsi Jawa Timur atau Kabupaten Kediri bersifat fluktuatif cenderung meningkat. Laju
pertumbuhan provinsi berada di angka rata-rata 5.40 persen keatas sedangkan Kabupaten Kediri masih
berada diangka rata-rata 5.00 persen. Akibat pandemi Covid-19 pertumbuhan ekonomi menjadi negatif
baik Kabupaten Kediri maupun Jawa Timur. Sehingga untuk pemulihan dibutuhkan beberapa trobosan-
trobosan baru serta pembangunan ekonomi Kabupaten Kediri lebih difokuskan lagi pada sektor yang
berkontribusi besar terhadap pdrb sehingga dapat memacu peningkatan pertumbuhan ekonominya
dengan lebih cepat (Raqib & Rofiuddin, 2018). Maka dari itu berdasarkan latar belakang diatas perlu
dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat subsektor unggulan sektor
pertanian dan sektor industri pengolahan yang memilki potensi ekonomi untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kediri.
8
5,57 5,46 5,47 5,07 5,53 5,06
6 4,9 4,9
4
2
0
2016 2017 2018 2019 2020
-2
-4 -2,33 -2,41
Gambar 2 Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Kediri dan Prov. Jawa Timur
Sumber : Badan Pusat Statistika (2021)
METODE PENELITIAN
Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kauntitatif merupakan metode yang digunakan
dalam penelitian ini. Arikunto (2006) mengungkapkan “penelitian deskriptif tidak digunakan untuk
menguji hipotesis suatu variabel, tapi menggambarkan suatu variabel dengan apa adanya”. Data
sekunder digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari instansi terkait seperti BPS (badan pusat
statistika) Kabupaten Kediri dan Provinsi Jawa Timur. Data tersebut berupa PDRB (Product Domestic
Regional Bruto) berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan selama kurun waktu lima (5)
tahun yaitu tahun 2016 sampai 2020.
Analisis Location Qoutient (LQ)
Rahardjo, (2005) mengemukakan bahwa Location Quetiont (LQ) merupakan metode untuk
membandingkan suatu aktivitas pada bagian tertentu di suatu daerah dengan aktivitas pada bagian yang
4939
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
sama didaerah yang lebih besar. LQ digunakan untuk menentukan sektor/subsektor basis di dalam satu
wilayah. Berikut rumus yang digunakan dalam penelitian ini :
LQ = ViR/VR / Vi/V
Keterangan :
ViR = PDRB sector/subsector i Kab. Kediri
VR = PDRB total semua sector/subsector Kab. Kediri
Vi = PDRB sector/subsector i di Prov.Jawa Timur
V = PDRB total semua sector/subsector Prov. Jawa Timur
Kriteria yang digunakan sebagai pengukuran LQ adalah sebagai berikut:
1. Jika LQ ˃ 1, sector/subsector i lebih terspesialisasi di Kab. Kediri dibandingkan
sector/subsector yang sama di Prov.Jawa Timur. (Basis)
2. Jika LQ ˂ 1, sector/subsector i kurang terspesialisasi di Kab. Kediri dibandingkan
sector/subsector yang sama di Prov. Jawa Timur. (NonBasis).
3. Jika LQ = 1, sector/subsector I seimbang di Kab. Kediri maupun Prov. Jawa Timur
Keterangan :
PE = Pertumbuhan Ekonomi
KPN = Komponen Pangsa Regional
KPP = Komponen Pertumbuhan Proporsional
KPPW = Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Keterangan :
Y = Total PDRB Sektor
a = nilai konstanta (nilai Y pada saat nilai X=0)
b = nilai kemiringan (tambahan Y apabila X bertambah satu satuan)
x = nilai periode tahun
4940
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
4941
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
4942
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
Komponen pertumbuhan proporsional (PPij) subsektor pertanian Kabupaten Kediri jika dilihat
pada tabel 2 memiliki keadaan yang cukup baik, karena banyak subsektor yang memiliki nilai PPij > 0.
Ada lima (5) subsektor yang tingkat pertumbuhannya lebih cepat daripada subsektor yang sama di
tingkat Jawa Timur yaitu subsektor peternakan, tanaman perkebunan, tanaman holtikultura, perikanan,
dan kehutanan. Sedangkan dua subsektor lainnya yaitu tanaman pangan dan jasa pertanian masih
memiliki nilai PPij < 0. Karena disebabkan oleh beberapa faktor pertumbuhannya lebih lambat dari
sektor yang sama di Jawa Timur.
Keunggulan kompetetif (PPWij) menjelaskan tingkat persaingan subsektor dibandingkan
dengan tingkat Jawa Timur. Komponen ini mengukur perubahan subsektor di Kabupaten Kediri dan
dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor di Jawa Timur. Berdasarkan hasil analisis PPW
menyoroti dua subsektor yang berdaya saing tinggi atau memiliki nilai positif, yaitu subsektor
peternakan dengan tingkat daya saing 28.6476704 dan subsektor perikanan dengan tingkat daya saing
34.50790224. Sedangkan subsektor yang memilki daya saing rendah yaitu subsektor tanaman
holtikultura; jasa pertanian; kehutanan; tanaman pangan; dan tanaman perkebunan. Sektor yang bernilai
positif berarti memiliki keunggulan kompetetif dan berpengaruh terhadap pertumbuhan di Kabupaten
Kediri, sedangkan sektor yang memilki nilai negatif memilki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Kediri.
Pergeseran bersih (PBij) diperoleh dari penjumlahan komponen PPij (pertumbuhan
proporsional) dan PPWij (Daya saing). Hasil pehitungan PBij pada tabel 2 menunjukkan bawa ada tiga
subsektor yang memiliki angka positif (PBIJ > 0) yaitu tanaman hotikultura, peternakan, dan perikanan.
Sedangkan subsektor perkebunan, tanaman pangan, kehutanan, dan jasa pertanian memilki nilai negatif
(PBij < 0). Subsektor yang memiliki nilai positif merupakan subsektor yang memiliki pertumbuhan
maju (progresif), sedangkan subsektor yang memiliki nilai negatif berarti memilki pertumbuhan yang
lambat. Berdasarkan pengelompokan hasil PPij dan PPWij subsektor pertanian dibagi menjadi 4
kuadran sebagai berikut :
Tabel 3 Hasil perhitungan pergeseran bersih subsektor pertanian
Kuadran IV (Lambat, Daya saing baik) Kuadran I (Cepat, Daya saing baik)
Peternakan
Perikanan
Kuadran III (Lambat, Daya saing kurang Kuadran II (Cepat, Daya saing kurang baik
baik)
Tanaman pangan Tanaman holttikultura
Jasa pertanian Tanaman perkebunan
Kehutanan dan penebangan
Sumber : data sekunder, diolah (2022)
Analisis subsektor industri pengolahan
Industri pengolahan merupakan Berdasarkan perhitungan analisis lq selama lima tahun
pengamatan sektor industri pengolahan belum termasuk sektor basis di Kabupaten Kediri. Berdasarkan
gambar 4 didapatkan nilai lq sektor ini juga bersifat fluktuatif akan tetapi memiliki kecenderungan
meningkat. Tahun 2016 sebesar 0.67, meningkat pada tahun 2017 menjadi 0,72, mengalami penurunan
pada tahun 2018 menjadi 0.68, kembali meningkat pada tahun 2019 sebesar 0,69, dan terus meningkat
pada tahun 2020 sebesar 0,70. Subsektor basis atau sumber pertumbuhan Industri Pengolahan di
Kabupaten Kediri ada empat (4) yaitu subsektor Industri Mak-Min ( rata-rata lq 1.18) subsektor ini
meliputi pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan, Industri Kayu (rata-rata lq 1.48)
subsketor ini kebanyakan digunakan untuk konstruksi, Industri (rata-rata lq 5.80), dan Industri
Pengolahan Lainnya ( rata-rata lq 1.28). Sedangkan subsektor non-basis ada dua belas (12) terdiri dari
industri batubara, pengolahan tembakau, tekstil dan pakaian jadi, kulit, kimia, karet, barang galian
bukan logam, logam dasar, barang logam, mesin dan perlengkapan,alat angkutan, dan furnitur. Nilai
rata-rata LQ < 0 artinya subsektor terseburt belum memiliki keunggulan komparatif (comparativ
advantage).
4943
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
4944
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
4945
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
subsektor yang memiliki LQ>1 dan Pertumbuhan (PPij) positif Subsektor prioritas 1 adalah Tanaman
Holtikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan pada sektor pertanian, sedangkan sektor idnustri
pengolaan ada subsektor makanan-minuman dan industri kertas. Sektor-sektor tersebut memilki
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetetif. Kemudian prioritas 2 (sedang berkembang)
didasarkan pada LQ<1 dan Pertumbuhan (PPij) negatif. Subsektor prioritas 2 atau subsketor yang perlu
diperhatikan lebih agar kontribusinya meningkat yaitu kehutanan dan penebangan, perikanan, industri
batubara, industri tekstil, dan industri kimia. Peningkatan sektor-sektor tersebut bisa dioptimalkan
dengan adanya agroindustri, karena sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang saling
berkaitan. Dengan adanya penentuan prioritas pembangunan subsektor maka diharapkan sektor
pertanian angka basis nya bisa semakin meningkat dan sektor induatri pada masa yang akan datang
dapat menjadi sektor basis dan semakin unggul.
Analisis Trend
Hasil peramalan/proyeksi ini dapat digunakan sebagai gambaran untuk melihat kemungkinan
nilai pdrb sektor pertanian dan industri di masa yang akan datang. Adanya prediksi ini akan membantu
pemerintah dalam membuat perencanaan serta kebijakan yang matang untuk tahun berikutnya. Proyeksi
nilai pdrb kedua sektor tersebut dianalisis menggunakan metode kuadrat terkecil (least square methode).
12000
10000
(dalam milyar rupiah)
8000
6000 Agriculture
4000 Industry
2000
Gambar 5 Proyeksi PDRB Sektor Pertanian dan Sektor Industri Tahun 2016-2030
Sumber : Data sekunder diolah (2022)
Dari hasil perhitungan analisis trend sektor pertanian diperoleh persamaan Y = 6031,34 +
25,02X. Proyeksi nilai PDRB sektor pertanian berdasarkan gambar 5 menunjukkan trend positif. Hal
ini berarti nilai pdrb sektor ini selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan proyeksi
data tahun 2016 hingga 2020 pada tahun 2021 diperoleh angka 6.016,40, selanjutnya tahun 2022
sebesar6.131,42 , tahun 2023 sebesar 6.156,44, hingga sepuluh tahun kedepan yaitu pada tahun 2030
sebesar 6.331,58. Terlihat bahwa pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan sangat lambat dan
tidak terlalu signifikan. Dari hasil proyeksi ini dapat disimpulkan bahwa masih perlu banyak alternatif
khusus untuk sektor pertanian agar peningkatannya tidak semakin melambat, karena mayoritas
masyarakat Kabupaten Kediri masih bertumpu pada sektor pertanian. Sektor pertanian juga sangat perlu
diperhatikan karena sektor pertanian mampu bertahan di masa pandemi dibandingkan sektor lainnya
(bps, 2020).
Kemudian untuk sektor industri berdasarkan analisis diperoleh persamaan Y = 5.592,46 +
309,52X. Hasil proyeksi nilai pdrb sektor industri juga memiliki trend positif. Berdasarkan data tahun
2016 hingga 2020 diperoleh hasil proyeksi sektor industri pada tahun 2021 sebesar 6.5211,50, pada
tahun 2022 sebesar 6.830,54, hingga 10 tahun kedepan yaitu 2030 sebesar 9.306,70. Peningkatan nilai
pdrb sektor ini lebih cepat dibandingkan proyeksi sektor pertanian. Dari hasil ini diproyeksikan bahwa
sepuluh tahun kedepan perekonomian Kabupaten Kediri lebih fokus terhadap sektor industri.
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pembahasan yang dipaparkan, didapatkan beberapa
kesimpulan. Pertama, Ada 5 (lima) subsektor unggulan hasil kombinasi analisa LQ (location Qoutients)
dan shift share di Kabupaten Kediri. Antara lain subsektor tanaman perkebunan, peternakan, dan
4946
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
tanaman holtikultura pada sektor pertanian. subsektor industri makanan & minuman dan industri kertas
& barang dari kertas pada sektor industri pengolahan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subsektor
tersebut memiliki laju perumbuhan lebih cepat dibandingkan daerah lain di Provinsi Jawa Timur, serta
kelima subsektor tersebut memiliki tingkat spesialisasi tinggi serta memiliki keunggulan komparatif
jika dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Jawa Timur.
Kedua, juga terdapat 5 (lima) subsektor yang sedang berkembang yaitu subsketor kehutanan
dan penebangan kayu, perikanan, industri batubara & pengilangan gas, industri tekstil, dan industri
kimia. Subsektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat akan tetapi tingkat spesialisasinya
kurang dan belum memiliki keunggulan komparatif. Sehingga, perlu juga diperhatikan agar
kontribusinya mengalami peningkatan.
Ketiga, hasil analisis Trend sektor pertanian dan sektor industri pengolahan memiliki trend
positif selama tahun pengamatan 2016 hingga 2020, nilai pdrb terus mengalami peningkatan hingga
sepuluh tahun yang akan datang tahun 2030. Peningkatan kedua sektor ini tidak sama karena sektor
pertanian peningkatan nilai pdrb sangat lambat dan peningkatan sektor industri sangat cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. (2005). Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu.
Anand, N. (2017). Analisis Tipologi Dan Sektor Unggulan Pertanian Kabupaten Sleman. 3(2), 5–24.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta.
Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima. UPP STIM YKPN.
Hajeri, H., Yurisinthae, E., & Dolorosa, E. (2015). Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian
di Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 4(2), 253.
https://doi.org/10.26418/jebik.v4i2.12485
Hamzah, H. (2020). Analisis sub sektor industri pengolahan unggulan di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Sorot, 15(2), 75. https://doi.org/10.31258/sorot.15.2.75-85
Harianto, K., & Wardhani, R. K. (2020). Peranan Sektor Pertanian, Kehutanan, Dan Perikanan Dalam
Perekonomian Kabupaten Kediri. Develop, 4(2), 1–22. https://doi.org/10.25139/dev.v4i2.2797
Irmawati, S. (2015). Analisis Industri Unggulan Di Provinsi jawa Tengah. Journal of Economics and
Policy, 8(2), 224–237.
Meutia Octafian, Anita Wijayanti, & E. M. (2019). Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan ( JDEP ).
JDEP (Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan), 2(2), 172–177.
Prapti, K. P. (2020). Strategies for Increasing GRDP Contribution to the Agricultural Sector in
Banyuwangi District. 9473–9485.
Ramadani, A. T., & Eliza, Z. (2020). Pengaruh pertumbuhan UMKM, inflasi, dan tingkat pengangguran
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jurnal Investasi Islam, 5(2), 153–173.
Raqib, M., & Rofiuddin, M. (2018). Determination of Leading Sector Sukoharjo Regency: Location
Quotient and Shift Share Estaban Marquillas Approach. International Journal of Economics,
Business and Accounting Research (IJEBAR), 2(02). https://doi.org/10.29040/ijebar.v2i02.296
Salakory, H. S. M., & Matulessy, F. S. (2020). Analisis Shift-Share Terhadap Perekonomian Kota
Sorong. BAREKENG: Jurnal Ilmu Matematika Dan Terapan, 14(4), 575–586.
https://doi.org/10.30598/barekengvol14iss4pp575-586
Sharazati, K. (2021). Analisis Potensi Sektor Ekonomi di Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 10(1), 1–9. https://doi.org/10.23960/jep.v10i1.166
4947
Ana Chusniatul Hidayah, Agus Sumanto (2022).
Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 11 Juni 2022
P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205
4948