Dimas - Tugas Uas Tentang Hukum Lingkungan
Dimas - Tugas Uas Tentang Hukum Lingkungan
Dimas - Tugas Uas Tentang Hukum Lingkungan
Disusun Oleh :
NPM : 2174201080
Dosen Pengampu :
“kabut asap tersebut membawa risiko kesehatan yang lebih serius ... Tingkat
polusi udara yang pernah mencapai indeks 781 adalah tujuh kali lipat lebih besar
dari standar kelayakan internasional. Angka 300-400 sudah dianggap berbahaya.
Lebih dari 500 bisa menyebabkan bahaya yang signifikan. Tingkat pencemaran
lingkungan di Mexico City, Athena, Kairo dan Sao Paulo (yang dianggap sebagai
kota-kota yang paling terpolusi di dunia) pada hari yang paling buruk sekalipun
sangat jarang mencapai angka 500 ...”.
Namun, tragedi asap kebakaran hutan tahun 1997 belum menjadi pelajaran
yang berharga. Penegakan hukum lingkungan administratif yang dilakukan Menteri
Kehutanan ternyata kurang efektif. Setiap musim kemarau tiba pembakaran (lahan)
hutan terus marak di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Realita ini seyogianya
semakin mendorong dilakukannya penegakan hukum lingkungan administratif
berlandaskan Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (UU
Kehutanan).13 Pasal 80 ayat (2) UU Kehutanan menyatakan:
"Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum.”
a. Badan usaha;
b. Orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau
orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana
tersebut.
Tindak pidana lingkungan hidup dalam KUHP diatur dalam Bab XV, yang
terdiri dari 23 pasal, dimulai dari Pasal 97 sampai dengan Pasal 120 UUPPLH.
Dalam Pasal 97 disebutkan, bahwa tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Bab
XV itu adalah kejahatan. Dengan demikian, mengenai kejahatan terhadap
lingkungan hidup di- atur dalam bab tersebut. Di samping dalam UUPPLH,
kejahatan terhadap lingkungan hidup juga diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), misalnya dalam Pasal 187, Pasal 188, Pasal 202, Pasal
203, Pasal 502, dan Pasal 503 KUHP.
D. Penerapan Hukum Perdata dalam Penegakan Hukum Lingkungan di
Indonesia.
lingkungan hidup.
Ketentuan tentang tanggung jawab mutlak merupakan hal baru dan
menyimpang dari ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata atau Burgerlijk Wetboek
(BW) tentang perbuatan melanggar hukum(onrechtmatige daad). Sudah dijelaskan
bahwa kegiatan atau usaha yang berlaku strict liability yang memakai bahan
berbahaya dan beracun, jika terjadi perbuatan merusak atau mencemari lingkungan
di luar itu maka jalan yang harus dipilih adalah berpaling kepada Pasal 1365
KUHPerdata mengenai persyaratan, seperti adanya kesalahan (schuld).
Penyelesaian sengketa lingkungan melalui instrumen hukum perdata, menurut Mas
Achmad Santosa, bahwa untuk menentukan seseorang atau badan hukum
bertanggungjawab terhadap kerugian yang diakibatkan oleh pencemaran atau
perusakan lingkungan, penggugat dituntut membuktikan adanya pencemaran, serta
kaitan antara pencemaran dan kerugian yang diderita.
1. Penyebab tidak selalu dari sumber tunggal, akan tetapi berasal dari berbagai
sumber (multisources).
2. Melibatkan disiplin-disiplin ilmu lainnya serta menuntut keterlibatan pakar-
pakar di luar hukum
Apabila usaha di luar pengadilan yang dipilih itu tidak berhasil maka oleh
salah satu atau para pihak dapat ditempuh jalur pengadilan. Gugatan melalui
pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa di luar
pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak
yang bersengketa. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan
dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai:
(a) bentuk dan besar ganti rugi;
(b) tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
(c) tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulang pencemaran dan/atau
perusakan: dan/atau
(d) tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan
hidup.
dapat digunakan jasa orang ketiga baik yang tidak memiliki kewenangan
mengambil keputusan untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan hidup,
dengan cara:
Tidak semua dapat digugat oleh organisasi lingkungan. Dalam pasal ini
membatasi yang dapat digugat terbatas pada tuntutan untuk hak melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran
riil. Meskipun tidak ada penjelasan mengenai biaya atau pengeluaraan riil, tentunya
yang dimaksud adalah biaya yang nyata-nyata dapat dibuktikan telah dikeluarkan
oleh organisasi lingkungan hidup. Perkembangan baru di bidang hukum
lingkungan, bahwa sekarang gugatan lingkungan dapat diajukan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah. Ketentuan ini diatur dalam PAsal 90 UU PPLH 2009, yang
menetukan :
Kesimpulan