Laporan Kacang Hijau Linda

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

PEMBERIAN PUPUK KOMPOS TERHADAP

PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI KACANG HIJAU


(Vigna radiata L.)

Oleh :

LINDA

174110213

Laporan Praktikum Ini Dibuat Sebagai Syarat Mendapatkan


Nilai Mata Kuliah Teknologi Kesuburan Tanah

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2019
PEMBERIAN PUPUK KOMPOS TERHADAP
PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI KACANG HIJAU
(Vigna radiata L.)

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh

Nama : Linda

Npm : 174110213

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui

Dosen Pengasuh I Dosen Pengasuh II

Dr. Ir. Siti Zahra, MP Sri Mulyani, Sp., M.Si

Asisten dosen

Gunawan Santoso
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya ,serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan yang berjudul “Pemberian Pupuk Kompos Terhadap

Pertumbuhan Serta Produksi Kacang Hijau (vigna radiata L.)”

Dengan rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Dr. Siti Zahra, MP dan Sri Mulyani, Sp.M.si selaku pembimbing yang

banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan

laporan ini. Ucapakan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu

Dekan, Ketua Prodi Agroteknologi, Bapak/Ibu Dosen Serta Karyawan /I Fakultas

Pertanian Universitas Islam Riau. Terima kasih kepada orang tua dan rekan-rekan

yang telah mendukung dan berapartisipasi membantu baik moril maupun materil.

Penulis sangat berharap kritikan dan saran yang mendukung kepada

pembaca apabila terdapat kesalahan dalam penulisan proposal ini. Karena pada

kritikan dan saran yang mendukung sangat membantu penulis dalam memperbaiki

dan menyempurnakan penulisan proposal ini. Penulis berharap semoga laporan ini

dapat bermanfaat.

Pekanbaru, 16 November 2019

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL........................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... v

I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Tujuan................................................................................................ 4

C. Manfaat.............................................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5

III. BAHAN DAN METODE...................................................................... 14

A. Tempat dan Waktu............................................................................ 14

B. Bahan dan Waktu.............................................................................. 14

C. Pelaksanaan Praktikum..................................................................... 14

D. Parameter Pengamatan...................................................................... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 17

A. Tinggi tanaman.................................................................................. 17

B. Umur berbunga.................................................................................. 19

C. Umur panen....................................................................................... 21

D. Jumlah polong per tanaman............................................................... 22

E. Berat 100 biji..................................................................................... 24


iii

V. PENUTUP.............................................................................................. 26

A. Kesimpulan........................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 27

LAMPIRAN.................................................................................................... 29

DOKUMENTASI............................................................................................ 30
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tinggi Tanaman Kacang Hijau Pada Pemberian Berbagai Dosis Pupuk

Kascing Dan Pupuk TSP Varietas Murai......................................................... 17

Tabel 2. Umur Berbunga Tanaman Kacang Hijau Pada Pemberian Berbagai

Dosis Pupuk Kascing Dan Pupuk TSP Varietas Murai.................................... 19

Tabel 3. Umur Panen Tanaman Kacang Hujai Pada Pemberian Berbagai Dosis

Pupuk Kascing Dan Pupuk TSP Varietas Murai.............................................. 21

Tabel 4. Jumlah Polong Per Tanaman Kacang Hijau Pada Pemberian Berbagai

Dosis Pupuk Kascing Dan Pupuk TSP Varietas Murai.................................... 22

Tabel 5. Berat 100 Biji Per Tanaman Kacang Hijau Pada Pemberian Berbagai

Dosis Pupuk Kascing Dan Pupuk TSP Varietas Murai ................................... 24


v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Praktikum........................................................................ 29


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman berbentuk semak

yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau berasal dari India, menyebar ke berbagai

Negara Asia Tropis, termasuk ke Indonesia di awal abad ke-17 (Purwono dan

Purnawati, 2007). Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae

yang cukup penting dan populer di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga

setelah kedelai dan kacang tanah.

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman

kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau

dan isi onde-onde. Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini mengandung zat-

zat gizi, antara lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan,

magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat

melancarkan buang air besar dan menambah semangat hidup, juga digunakan untuk

pengobatan (Atman, 2007).

Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau di Indonesia, karena

memberikan kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Sebaran daerah

produksi kacang hijau di Indonesia adalah: NAD, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, NTB dan

NTT. Total kontribusi daerah tersebut adalah 90% terhadap produksi kacang hijau

nasional dan 70% berasal dari lahan sawah. Tantangan pengembangan kacang hijau di

lahan kering adalah peningkatan produktivitas dan mempertahankan kualitas lahan

untuk berproduksi lebih lanjut. Pengembangan kacang hijau merupakan solusi murah
2

untuk mengatasi masalah tersebut. Keterbatasan modal, garapan lahan kering yang

relatif luas, anggapan petani terhadap kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan

infrastruktur yang kurang memadai merupakan faktor biofisik dan sosial ekonomi yang

menghambat pengembangan kacang hijau di lahan kering (Kasno, 2007).

Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani meskipun hasil

tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Untuk memenuhi

kebutuhan kacang hijau dalam negeri, setiap tahun pemerintah Indonesia harus

mengimpor kacang hijau sejumlah 30.900 - 73.191 ton per-tahun. Produksi kacang hijau

di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hasil rata-rata kacang

hijau di Indonesia 0,71 ton per hektare, sedangkan potensi hasil kacang hijau unggul

rata-rata 1,20-1,75 ton per hektare (Anonim, 2012)

Dalam cara budidaya, terutama dalam hal pengaturan jarak tanam dan sistem

penanaman, jarak tanam rapat memungkinkan tajuk tanaman menutup tanah secara

cepat sehingga mempengaruhi penangkapan energi matahari menjadi kurang optimal.

Menurut Ariffin (1998), besarnya tingkat naungan pada pertanaman kacang hijau akan

mempengaruhi beberapa komponen hasil seperti jumlah polong, bobot 100 biji, hasil

biji per satuan luas, serta indeks panen karena faktor cahaya dan air merupakan faktor

pembatas yang perlu dipertimbangkan untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. Faktor

cahaya dan air ini pula yang mempengaruhi laju deteriorasi benih karena berkaitan erat

dengan daya tumbuh dan vigor yang menjadi faktor internal yang mempengaruhi laju

deteriorasi. Hal ini dapat diatur melalui pengaturan waktu tanam dan populasi tanaman

(Guritno, 1980).

Produksi Tanaman Pangan di Riau menurut Jenis Tanaman, 2011-2015 (Ton)


Production Area of Food Crops by Kind, 2011-2015 (Ton)
3

Jenis Tanaman
2011 2012 2013 2014 2015
Crops
1. Padi Sawah 481 911 453 294 387 849 337 233 345 441
Wet Land
 
Paddy          
2. Padi Ladang 53 877 58 858 46 295 48 242 48 476
Dry Land
 
Paddy          
3. Jagung 33 197 31 433 28 052 28 651 30 870
  Maize          
4. Ubi Kayu 79 480 88 577 103 070 117 287 103 599
  Cassava          
5. Kacang tanah 1 692 1 622 1 243 1 134 1 036
  Peanuts          
6. Ubi Jalar 9 912 9 424 8 462 8 038 6 562
Sweet
 
Potatoes          
Kacang
7.
Kedelai 7 100 4 182 2 211 2 332 2 145
  Soy beans          
8. Kacang Hijau 995 920 619 645 598
  Green beans          

Sumber/Source: Survei Pertanian Padi/Palawija/Agriculture Survey


Paddy/Crops

Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa produksi kacang hijau di Riau dari

tahun 2011-2015 mengalamai penurunan produksi disetiap tahunnya. Hingga puncak

penurunan terjadi pada tahun 2015 sebanyak 598 (ton).

Salah satu penyebab rendahnya produksi suatu tanaman adalah

rendahnya tingkat kesuburan tanah tersebut. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah suplai

unsur hara melalui pemupukan. Pupuk adalah semua bahan yang

diberikan ke dalam tanah dengan tujuan untuk memperbaiki sifat

fisik, kimia dan biologi tanah.


4

Tanaman kacang termasuk kacang hijau memerlukan

pemupukan secara teratur dan terus menerus. Terutama pada tanah

yang kurang subur. Unsur hara utama yang dibutuhkan, yaitu

Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Selain itu, dalam jumlah yang relative

kecil dibutuhkan pula Kalsium, Magnesium, Sulfur, dan beberapa

unsur hara mikro yang lain.pupuk yang diberikan pada tanaman

kacang hijau (Vigna radiata) dapat berupa pupuk organik, (misalnya

pupuk kandang) dan pupuk anorganik (pupuk buatan). Pupuk

kandang terutama diberikan pada waktu penanaman, sedangkan

pada tahap selanjutnya seringkali hanya diberikan pupuk buatan

(misalnya NPK atau jenis lainnya).

B. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk kompos, NPK, Kapur terhadap kacang

hijau.

2. Untuk mengetahui hasil produksi kacang hijau.

C. Manfaat

1. Mendapatkan pengetahuan dari lapangan mengenai pengaruh pupuk kompos,

NPK dan kapur terhadap kacang hijau.

2. Mendapatkan pengetahuan dari hasil produksi kacang tanah yang ditanam.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Kacang Hijau

Kacang hijau (Vigna radiata,L.) merupakan salah satu tanaman

leguminosae yang cukup penting di Indonesia setelah tanaman

kedelai dan kacang tanah. Dalam setiap 100 gram biji kacang hijau

mengandung 345 kal kalori, 22 gram protein, 1,2 g lemak, 62,9 g

karbohidrat, 125 mg kalsium, 320 mg fosfor 6,7 mg besi, 157 SI

vitamin A, 0,64 mg vitamin B 1, 6 mg vitamin C dan 10 g air (Evita,

2007).

Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo,

mung bean, green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga

memiliki beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis

(Bali), buwe (Flores), tibowang candi (Makassar) (Astawan, 2009).

Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh

masyarakat tani di Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga

dari kawasan India. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani

Soviet, menyebutkan bahwa India merupakan daerah asal sejumlah

besar suku Leguminosae. Salah satu bukti yang mendukung pendapat

Vavilov adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis

Phaseolus mungo di India atau disebut kacang hijau India (Rukmana,

1997: 15).

Penyebaran kacang hijau meluas ke berbagai daerah beriklim

tropis di Asia seperti: Taiwan, Thailand, dan Filipina. Data AVRDC


6

menunjukkan bahwa produksi kacang hijau di beberapa negara Asia

pada tahun 1972-1973 amat bervariasi. India mencapai 392.000 ton,

Thailand hanya 191.000 ton, Filipina 19.000 ton, dan Taiwan 3.000

ton (Rukmana, 1997: 15).

Kacang hijau (Vigna radiata L.) dibawa masuk ke wilayah

Indonesia pada awal abad ke-17 oleh pedagang Cina dan Portugis.

Pusat penyebaran kacang hijau pada mulanya di Pulau Jawa dan Bali,

tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang ke Sulawesi, Sumatera,

Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur. Daerah sentrum produksi

kacang hijau adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

DI Yogyakarta (Rukmana, 1997: 15).

Keadaan agroekologi Indonesia amat cocok untuk

pengembangan budidaya kacang hijau. Pada masa mendatang

dimungkinkan penyebaran kacang hijau meluas ke semua provinsi di

wilayah Nusantara. Peningkatan produksi kacang hijau nasional

diramalkan sebesar 7,6% per tahun dari tahun 1987 hingga tahun

2000 sehingga pada akhir abad ini produksi kacang hijau di Indonesia

diharapkan mencapai 623.000 ton (Rukmana, 1997 : 15).

Kacang hijau merupakan komoditas tanaman pangan penting

kelima setelah padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah. Komoditas ini

biasanya ditanam mengikuti pola tanam padi– padi–kacang hijau atau

padi–kedelai–kacang hijau. Umumnya ditanam di lahan sawah


7

sesudah panen padi, ketika diperkirakan air tidak cukup lagi untuk

menanam padi atau palawija lain. Hal ini dilakukan karena kacang

hijau dikenal sebagai jenis tanaman yang relatif toleran terhadap

kekeringan (Sulistyo dan Yuliasti 2012).

Kacang Hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman

legum yang berumur pendek lebih kurang 60 hari. Tanaman ini dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi:

Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae,

Ordo: Rosales, Famili: Papilonaceae, Genus: Vigna, Spesies: Vigna

radiata L. (Soeprapto, 2000).

Menurut Rukmana (1999), kacang hijau selain berguna untuk

kesehatan tubuh, juga bermanfaat sebagai obat – obat tradisional.

Bubur kacang hijau amat baik untuk penderita penyakit beri – beri,

sedangkan touge kacang hijau merupakan sumber vitamin E yang

berkhasiat antisterilitas. Hasil penelitian KAISI, lembaga penelitian

kesehatan tubuh manusia di Korea, menunjukkan bahwa tiap 100 g

touge kacang hijau mengandung 4,2 g protein, 3,4 g karbohidrat, 1,0

g lemak, 47 kalori, 9,2 g air, dan 15 g vitamin C. Touge kacang hijau

berfungsi memperlancar air kencing, menghaluskan kulit wajah, dan

baik bagi kegemukan. Atman (2007), menyatakan bahwa kacang

hijau ini mengandung zat – zat gizi, antara lain: minyak lemak,

mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E). Manfaat dari

kacang hijau ini adalah dapat melancarkan buang air besar dan
8

menambah semangat hidup. Selain itu juga dapat digunakan sebagai

pengobatan hepatitis, terkilir, beri – beri, demam nifas, kepala

pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, kurang darah, jantung

mengipas dan pusing.

B. Klasifikasi

Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau

Kingdom: Plantae (Tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi:

Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil),

Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Fabales, Famili: Fabaceae (suku polong-polongan), Genus:

Phaseolus, Spesies: Phaseolus radiatus L., Kerabat Dekat: Kacang Ruji, Kacang Emas,

Buncis

Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses

metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang

menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian

proses perkecambahan.

C. Morfologi Kacang Hijau

 Akar Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

(Rukmana, 1997) Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan

membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Makin banyak nodula akar, makin tinggi

kandungan nitrogen (N) sehingga menyuburkan tanah.

 Batang Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

(Adrianto dan Indarto, 2004) Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan

cabang menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu warna batang dan
9

cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu . Batang tanaman kacang hijau berbentuk

bulat dan berbuku-buku. (Rukmana, 1997) Ukuran batangnya kecil, berbulu, bewarna

hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun,

kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadap-hadapan dan masing-

masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan

ketinggian mencapai 30 cm-110 cm dan cabangya menyebar kesegala arah.

 Daun Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

(Andrianto dan Indarto, 2004) Daunnya terdiri dari tiga helaian trifolia dan

letaknya berseling-seling. Tangkai daunya lebih panjang dari daunya dengan

warna hijau muda sampai hijau tua.


10

 Bunga Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

(Somaatmadja, 1993) Kacang hijau merupakan tanaman berumur pendek

biasanya berbunga antara 30-70 hari. Bunganya besar berdiameter 1-2 cm, kehijau-

hijauan sampai kuning cerah, steril sendiri, terletak pada tandan ketiak yang tersusun

atas 5-25 kuntum bunga panjang tandan bunga 2-20 cm. (Purwono dan Hartono, 2005)

Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau

kucing pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna. Proses

penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan

pada sore hari sudah layu.

 Polong Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

(Somaatmadja, 1993) Polongnya menyebar dan menggantung berbentuk silinder

panjangya mencapai 15 cm, sering kali lurus, berbulu atau tanpa bulu berwarna hitam

atau coklat soga (tawny brown) berisi sampai 20 butir biji yang bundar sampai lonjong.

Polong menjadi tua sampai 60-120 hari setelah tanam. Perontokan bunga banyak terjadi

dan mencapai angka 90%.

 Buah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

(Purwono dan Hartono,2005) Buah kacang hijau berbentuk polong. Panjang

polong sekitar 5-16 cm. Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk

bulat silindris atau pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda

berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman. Polongnya

mempunyai rambut-rambut pendek/berbulu.

 Biji Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)


11

(Somaatmadja, 1993) Biji bewarna hijau atau kuning , seringkali coklat atau

kehitam-hitaman, memiliki kilap (lustre) yang kusam atau berkilat (diasosiasikan

dengan sisa-sisa dinding polong) hilumnya pipih dan putih. Perkecambahanya epigeal.

D. Syarat Tumbuh

 Tanah

Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman kacang hijau adalah tanah liat

berlempung banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik. Struktur

tanah gembur, dengan tingakt keasaman (pH) 5,8 - 7,0 optimal 6,7 

 Iklim

Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, kacang hijau menghendaki

curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln; dengan temperatur 25- 27 0C dengan kelembaban

udara 50 - 80% dan cukup mendapat sinar matahari. 

 Syarat Ketinggian

Tanaman ini dapat ditanam pada dataran rendah hingga ketinggian 700 m (500

-700 m dpl), jika lebih dari itu akan menyebabkan produksi kacang hijau menurun.

Pemberian pupuk NPK secara tunggal berpengaruh terhadap umur berbunga.

Karna pupuk NPK memiliki tiga unsur hara yang mutlak harus ada dan sangat di

butuhkan tanaman dalam jumlah tanaman yang banyak, Pemberian pupuk NPK yang

cukup akan bermanfaat untuk pertumbuhan vegetatif tanaman termasuk pertumbuhan

jumlah daun.

Dalam perlakuan pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK (16:16:16)

memberikan hasil terbaik pada tanaman melon terlihat dari berat buah pertanaman dan
12

kadar gula yang tinggi. Pupuk NPK mempunyai peran untuk memecu dan

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, namun dalam aplikasinya tidak boleh

berlebihan agar mendapat hasil yang optimal. (Sudjianto dan Krestiani, 2009). Pupuk

NPK Mutiara mengandung 16% N (Nitrogen), 16% P2O5 (Phospate), 16% K2O

(Kalium), 0.5% MgO (Magnesium), dan 6% CaO (Kalsium). Karena kandungan

tersebut pupuk ini juga dikenal dengan istilah pupuk NPK 16-16-16. Pupuk ini memiliki

banyak keunggulan dibanding pupuk NPK lainnya seperti pupuk NPK Phonska dan

pupuk NPK Pelangi.

 Keunggulan pupuk NPK mutiara 16:16:16 adalah :

1. Untuk menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanah

2. Mengandung unsur hara NPK serta unsur hara mikro seperti CaO dan MgO

yang jelas sangat dibutuhkan tanaman.

3. Sangat mudah dalam penggunaannya karena pupuk ini mudah larut

 Manfaat pupuk NPK mutiara :

1. Mempercepat, memperbanyak, memperkuat serta memperpanjang akar

tanaman. Sehingga dengan demikian akar akan mudah menyerap hara pada

tanaman.

2. Mencegah tanaman agar tidak kerdil

3. Mempercepat pertumbuhan tunas pada tanaman.

4. Memperkecil kemungkinan tanaman mengalami kerontokan bunga dan juga

buah, sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian.

5. Dapat meningkatkan fotosintesis tanaman sehingga membentuk zat gula,

tepung dan protein lebih meningkat.

6. Meningkatkan produksi buah.


13

Menurut Shinta Sari dkk dalam jurnalnya hasil pengamatan pupuk NPK tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur berbunga, tetapi pemberian pupuk

NPK secara tunggal memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur berbunga.

Selanjutnya menurut Paian Simanungkalit dalam jurnalnya Pupuk NPK

meningkatkan jumlah hormon dalam tanaman sehingga jumlah bunga meningkat.

Dalam proses pembentukan bunga pemberian pupuk NPK sangat berpengaruh pada

pertumbuhan genotip. Karena unsur P dan K yang terdapat didalamnya membantu

dalam munculnya pembungaan bunga yang baik akan dihasilkan untuk proses

pembentukan bunga.

Pemberian pupuk NPK sangat berpengaruh pada pertumbuhan generatip karena

unsur P dan K yang terdapat didalamnya membantu dalam munculnya pembungaan

Bunga yang baik akan dihasilkan untuk proses penyerbukan dan pembentukan buah

yang berkualitas.

Kedua jurnal tersebut dipertegas kembali oleh Untung Sudjianto dan Veronica

Kestiani bahwa perlakuan pemupukan NPK pada dosis 80 g/tanaman memberikan hasil

terbaik. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyati (1993) bahwa pupuk NPK mempunyai

peranan untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan maupun hasil tanaman dalam

aplikasinya tidak boleh berlebihan, karena hanya pada dosis tertentu saja penggunaan

pupuk tersebut akan dapat memberikan hasil yang optimal.


14

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini di laksanakan di kebun percobaan yang telah disediakan oleh

Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Jalan Khairuddin Nasution Km 11.

Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru. Kegiatan selama 3 bulan

terhitung dari bulan September sampai dengan bulan November 2019.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu biji/benih kacang hijau,

pupuk NPK, kompos, dan kapur. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

plastik gula, cangkul, gembor, penggaris, alat tulis, kamera dan tali rapiah.

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Pembukaan Lahan

Lahan praktikum yang telah ditentukan di bersihkan dari gulma

menggunakan cangkul, garu dan gerobak.

2. Penanaman Benih

Benih kacang hijau di tanam ke dalam tanah dengan banyak 2 benih kacang

hijau per lubang tanaman.


15

3. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan melihat kondisi kelembaban tanah. Hal ini

menyangkut ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Penyiraman ini

dilakukan maksimal dua kali dan minimal satu kali perharinya apabila

hari tidak hujan yaitu pada sore dan pagi hari.

b. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang rusak, mati atau

terserang hama dan penyakit. Bahan penyulaman di ambil dari tanaman

yang telah disediakan sebelumnya. Bibit yang dijadikan pengganti

sebaiknya sama agar pertumbuhan tanaman seragam.

c. Penyiangan

Penyiangan harus dilakukan terutama pada fase pembentukan anakan

(tanaman berumur 10-21 hari), dan fase pembentukan umbi (tanaman

berumur sekitar 30-35 hari), dan pada waktu berumur (50-55 hari) atau

fase pemasakan umbi (Wibowo, 2005).

d. Pemupukan

Pemupukan dilakuakn 3 kali selama musim tanam. Pupuk yang di

gunakan yaitu, NPK. Pemberian di lakukan dengan membuat lubang

dengan jarak 5cm dari tanaman kemudian pupuk di masukkan kedalam

lubang lalu di tutup dan disiram.


16

D. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu setelah tanam dengan

interval pengukuran 2 minggu sekali mulai batas tanah sampai daun tertinggi

(urut kertas). Data hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel.

2. Jumlah daun (helai)

Setiap satu batang kacang hijau terdapat 5 helai daun pada umur kurang

lebih 2 minggu setelah tanam .

3. Umur berbunga (hst)

Tanaman kacang hijau mulai berbunga pada umur kurang lebih 50-60 hari

setelah tanam.

4. Umur berbuah (hst)

Tanaman kacang hijau mulai berbuah pada umur 80 hari setelah ditanam.

5. Jumlah Polong pertanaman (buah)

Pengamatan jumlah polong dihitung mulai dari saat tanam mulai berbunga

hingga muncul polong. pada setiap satu tanaman kacang hijau terdapat kurang

lebih 6 polong pada tanaman kacang hijau.

6. Jumlah polong per plot (buah)

Jumlah polong per plot pada tanaman kacang hijau yang kami budidaya ini

terdapat 60 polong pada setiap plot.


17

7. Berat biji pertanaman (g)

Berat biji kacang hijau yang kami budidayakan ini adalah 3-5gram perbiji.

8. Berat biji per plot (g)

Berat biji tanaman kacang hijau per plot kurang lebih 50 gram.

9. Jumlah bintil akar (biji)

Jumlah bintil akar pada tanaman kacang hijau kurang lebih 5 bintil akar pada

setiap tanaman.
18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan tinggi tanaman pada tanaman kacang hijau setelah di lakukan

analisis ragam menunjukan secara interaksi maupun pengaruh berbagai dosis pupuk

kascing dan pupuk TSP pada kacang hijau . rerata hasil pengamatan dapat di lihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Kacang Hijau Pada Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kascing
Dan Pupuk TSP Varietas Murai

Sampel Minggu I Minggu II Minggu Minggu


(cm) (cm) III (cm) IV
(cm)
1 7 9 12,5 19
2 5 8 12 17
3 8 10 15 20
Rata-rata 6,67 9 13,16 18,67

Berdasarkan tabel 1 tentang tinggi tanaman pada pengamatan

tanaman kacang hijau yang tertinggi adalah pada minggu ke IV

sebesar 18,67 cm dan terendah pada minggu ke II adalah sebesar 9

cm. Pertambahan tinggi tanaman erat kaitannya dengan nitrogen,

fosfor dan kalium. Nitrogen merupakan bahan utama penyusun asam

amino, protein dan pembentukan protoplasma sel yang dapat

merangsang pertumbuhan tanaman (Marsono, 2013). Fungsi penting

fosfor dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintetis, transfer dan

penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-

proses di dalam tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan akar,

kemudian berpengaruh pada pertumbuhan bagian di atas tanah


19

(Winarso, 2005). Selain nitrogen dan fosfor, Lakitan (1996)

menyatakan unsur hara kalium juga berperan sebagai aktivator dari

berbagai enzim esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi

serta enzim yang berperan dalam sintesis pati dan protein. Fotosintat

yang dihasilkan digunakan tanaman untuk proses pembelahan sel

tanaman, sehingga tanaman bertambah tinggi.

Pemberian kascing pada media tanam belum dapat

dimanfaatkan oleh bibit untuk pertumbuhan dimana kascing

merupakan pupuk organik yang berperan dalam memperbaiki

struktur tanah. Masnur (2001) menyatakan bahwa kascing berperan

memperbaiki kemampuan menahan air, memperbaiki struktur tanah

dan menetralkan pH tanah. Bahan organik juga bertugas sebagai

pengagregatan tanah sehingga akan memperbaiki sifat fisik kimia

dan biologi pada tanah jenis Ultisol, juga memudahkan penambatan

dan dapat membentuk penggabungan dengan unsur hara mikro

(Sanches, 1992)

Pemberian pupuk fosfat dalam penelitian ini terbukti dapat

meningkat-kan berat brangkasan tanaman, semua parameter hasil

(jumlah dan berat polong serta berat biji), dan juga jumlah bintil akar.

Meskipun begitu perlakuan tersebut belum cukup mendukung

pertumbuhan tanaman (tinggi dan laju pertumbuhan) di tengah

kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Pertumbuhan tanaman

itu sendiri merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor


20

internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal meliputi faktor

intrasel (sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim).

Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara,

suhu udara, cahaya dan sebagainya (Junaidi, 2009).

Somoatmodjo (1990) mengemuka-kan bahwa salah satu

peranan penting dari faktor genetis adalah kemampuan suatu

tanaman untuk berproduksi tinggi maka hubungan antara jenis dan

ke-butuhan unsur hara yang diperlukan oleh varietas-varietas unggul

kacang tanah sangat erat. Fungsi unsur hara P untuk tanaman adalah

untuk pembelahan sel dan pembentukan lemak, pembentukan bunga,

buah dan biji, kematangan tanaman melawan pengaruh nitrogen,

perkembangan akar halus dan serabut, serta peningkatan kualitas

hasil tanaman. Tanaman kacang tanah menyerap 10% dari

kebutuhan phospor selama fase vegetatif dan 40–50%

pembungkusan sisanya diambil selama pengisian biji

B. Umur Berbunga

Hasil pengamata umur berbunga pada tanaman kacang hijau setelah di lakukan

analisis ragam menunjukan secara interaksi pada berbagai dosis pupuk kascing dan

pupuk TSP pada kacang hijau . hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 2.

Tabel 2. Umur Berbunga Tanaman Kacang Hijau Pada Pemberian Berbagai Dosis
Pupuk Kascing Dan Pupuk TSP Varietas Murai

Umur Berbunga

(HST)
1 32
2 32
3 37
21

Rata-rata

Berdasarkan pada tabel 2 umur berbunga tanaman kacang

hijau pada berbagai dosis pupuk kascing dan TSP varietas murai

paling cepat umur bebunga nya pada 32 hari dan paling lama

berbunga tanaman kacang hijau pada 37 hari ini menunjukan bahwa

interaksi pupuk kascing dan TSP pada masa muncul buga pada

tanaman kacang hijau ini tidak berpengaruh nyata pada umur

berbunga nya. karna rata kacang hijau memasuki masa periode

berbunga adalah sekitar 30 hari setelah tanam.

Rerata umur berbunga tanaman kacang pada berbagai dosis

pupuk kascing dan pupuk TSP adalah pada 34 hari. Pembentukan bunga

merupakan proses menuju pertumbuhan generatif. Perubahan ini terjadi akibat

pemacuan dari gen-gen tertentu dan penghambatan terhadap gen-gen lainnya. Menurut

Lakitan (2007), pembungaan merupakan perubahan yang sangat besar, karena struktur

jaringannya menjadi berbeda sama sekali. Perubahan ini merupakan cerminan dari

pemacuan kelompok gen-gen tertentu yang berperan dalam pembentukan bunga dan

penghambatan terhadap kelompok gen-gen lainnya yang berperan dalam perkembangan

organ vegetatif. Fase ini akan terjadi jika tanaman sudah beranjak ketingkat

perkembangan yang lebih matang.

Unsur P sangat dibutuhkan dalam pembentukan bunga, pada fase ini unsur P

berperan untuk mempercepat pembungaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Sutedjo dan

Kartasapoetra (1988), bahwa untuk mendorong pembentukan dan mempercepat

pembungaan sangat diperlukan unsur P . Diduga pemberian pupuk kandang ayam dan
22

pupuk anorganik mampu meningkatkan ketersedian P dalam tanah. Unsur fosfor juga

merupakan unsur penting bagi tanaman, yang berfungsi sebagai zat pembangun yang

terikat dalam bentuk senyawa organik yang terdapat dalam tubuh tanaman seperti pada

inti sel, sitoplasma, membran sel, dan bagian tanaman yang berhubungan dengan

perkembangan generatif, seperti bunga, tangkai sari, kepala putik, butir tepung sari dan

bakal biji.

Pembungaan terjadi pada fase generatif dan dalam hal ini unsur

makro yang lebih berperan ialah Nitrogen (N) dan Fosfor (P). Unsur N

hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sedangkan P lebih

dibutuhkan banyak untuk pembentukan bunga. Hal ini juga

diungkapkan Marvelia dkk (2006), menyatakan bahwa unsur hara N

ikut berperan dalam pembungaan, namun peran N tidak terlalu besar

seperti halnya peran P dalam pembentukan bunga. Peran P dalam

pembentukan bunga mempengaruhi pembentukan dan ukuran

polong, karena polong merupakan perkembangan dari bunga.

Faktor tunggal pemberian pupuk anorganik memperlihatkan hasil yang berbeda

tidak nyata pada setiap dosis yang diberikan. Terlihat pada tabel 2 pada saat muncul

bunga yang berbeda nyata. Hal ini diduga karena pembungaan juga dipengaruhi oleh

lingkungan dan iklim (Harjadi dan Yahya, 1993). Faktor lingkungan yang

mempengaruhi pembungaan adalah suhu dan panjang hari. Perbedaan panjang hari dan

suhu yang diterima tanaman akan memberikan yang berbeda pula terhadap proses

pemacuan kerja hormon-hormon yang ada di dalam organ tanaman yang berperan

dalam pembentukan bunga dan menghambat kerja organ yang lain

C. Umur Panen
23

Hasil pengamata umur panen pada tanaman kacang hijau setelah di lakukan

analisis ragam menunjukan secara interaksi berpengaruh pada berbagai dosis pupuk

kascing dan pupuk TSP pada kacang hijau. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel

3.

Tabel 3. Umur Panen Tanaman Kacang Hijau Pada Pemberian Berbagai Dosis Pupuk
Kascing Dan Pupuk TSP Varietas Murai

Sampel Umur Panen


(hari)
1 60
2 60
3 60
Rata- 60
rata

Berdasarkan tabel 3 umur panen pada berbagai dosis pupuk kascing dan pupuk

TSP pada varietas murai umur panen yang dilakukan sama semua pada berbagai dosis

yaitu pada 60 hari setelah tanam . umur panen berpengaruh nyata pada unsur unsur hara

p yang di berikan berupa pupuk TSP pada tanaman kacang hiaju. Wan Arfiani Barus

(2014) , menurutnya umur panen kacang hijau dengan pemberian pupuk TSP

membentuk hubungan linier negatif dengan membentuk persamaan linier negatif

dengan persamaan Ŷ = 60,98 - 0,02x dengan nilai r = 0,96. Berdasarkan persamaan

tersebut dapat diketahui bahwa umur panen kacang hijau akan semakin cepat seiring

dengan peningkatan pemberian pupuk TSP.

Salah satu peranan fosfor adalah mendorong pertumbuhan tunas, akar tanaman,

meningkatkan aktifitas unsur hara lain seperti nitrogen dan kalium yang seimbang bagi

kebutuhan tanaman. Pada leguminosa, fosfor berfungsi mempercepat fiksasi N dengan

mendorong pembungaan dan pembentukan biji dan buah serta mempercepat masak

polong Menurut Foth (1994) volume air yang cukup dapat menyediakan kebutuhan
24

fosfor karena fosfor merupakan unsur hara immobil dalam tanah. Semakin bersifat

mobil unsur hara tersebut dalam air tanah maka semakin mudah hara tersebut bergerak

ke arah akar dan diserap oleh tanaman

D. Jumlah Polong Per Tanaman

Hasil pengamata jumlah polong pertanaman pada tanaman kacang hijau setelah

di lakukan analisis ragam menunjukan secara interaksi pada berbagai dosis pupuk

kascing dan pupuk TSP pada kacang hijau . hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel

4.

Tabel 4. Jumlah Polong Per Tanaman Pada Kacang Hijau Pada Pemberian Berbagai
Dosis Pupuk Kascing Dan Pupuk TSP Varietas Murai

Sampel Jumlah Polong


1 55
2 26
3 54

Berdasarkan tabel 4 jumlah polong per tanaman rerata

menunjukan yang paling banyak jumlah polong nya pada sampel 1

adalah sebanyak 55 dan paling rendah jumlah polong per tanaman

pada sampel 2 adalah sebanyak 26 polong reratanya . pada pratikum

ini perlakuan pemberian pupuk yang terbaik adalah pada pemberian

pupuk kascing sebanyak 2000 gram / plot dan pemberian pupuk TSP

sebanyak 10 gram /plot . ini menujukan bahwa pemberian pupuk

terlalau banyak tidak tepat dosis tidak berpengaruh pada jumlah yang

di hasilkan , melain kan pemberian pupuk pada tanaman dosis nya

harus sesuai di berikan . agar tanaman yang di ingin kan berproduksi


25

secara maksimal . pemberian yang berlebihan menyebkan over dosis

pada tanaman tersebut.

Menurut Lakitan (2007) jika jaringan tanaman mengandung unsur hara tertentu

dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan maksimum, maka dapat dikatakan tanaman dalam kondisi konsumsi

mewah (luxury consumption). Pada konsentrasi yang terlalu tinggi unsur hara esensial

dapat menyebabkanketidakseimbangan penyerapan unsur hara lain pada proses

metabolisme tanaman.

Somoatmodjo (1990) mengemuka-kan bahwa salah satu peranan penting dari

faktor genetis adalah kemampuan suatu tanaman untuk berproduksi tinggi maka

hubungan antara jenis dan ke-butuhan unsur hara yang diperlukan oleh varietas-varietas

unggul kacang tanah sangat erat. Fungsi unsur hara P untuk tanaman adalah untuk

pembelahan sel dan pembentukan lemak, pembentukan bunga, buah dan biji,

kematangan tanaman melawan pengaruh nitrogen, perkembangan akar halus dan

serabut, serta peningkatan kualitas hasil tanaman. Tanaman kacang tanah menyerap

10% dari kebutuhan phospor selama fase vegetatif dan 40–50% pembungkusan sisanya

diambil selama pengisian biji (Soepardi, 1990).

E. Berat 100 Biji

Hasil pengamatan berat 100 biji per tanaman pada tanaman kacang hijau

setelah di lakukan analisis ragam menunjukan secara interaksi pada berbagai dosis

pupuk kascing dan pupuk TSP pada kacang hijau . hasil pengamatan dapat di lihat

pada tabel 5.
26

Tabel 5. Berat 100 Biji Per Tanaman Kacang Hijau Pada Pemberian Berbagai Dosis
Pupuk Kascing Dan Pupuk TSP Varietas Murai

Sampel Berat(gram)
(biji)
100 8

Berdasarkan tabel 5 berat 100 biji tanaman kacang hijau di

peroleh data sebanyak 8 gram. Dosis terbaik adalah 2000 gram /plot

pupuk kascing dan 10 gram/plot pupuk TSP. Fosfor yang terkandung

dalam pupuk TSP merupakan unsur hara yang berperan

meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat penting

dalam pembentukan biji. Fosfor didalam tanaman mempunyai fungsi

sangat penting yaitu dalam proses respirasi transfer pembelahan dan

perbesaran sel serta proses fotosintesis dan penyimpanan energi.

Al. Gamal pratomo robiin (2008) , menurut Panjang malai yang dicapai pada

percobaan ini berkisar 21,68cm – 23,82 cm dengan jumlah gabah isi berkisar 80 – 88

butir, sedangkan berat 1000 butir gabah berkisar antara 29.95 – 31.93 gram. Berat 1000

butir gabah pada penelitian ini relatif lebih tinggi dibandingkan berat 1000 butir varietas

lainnya yang berkisar kurang lebih 27 gram. Untuk produksi gabah kering panen yang

dihasilkan ternyata respon pemberian pupuk organik kascing cukup baik, karena

walaupun pupukan organiknya dikurangi ternyata masih mampu berproduksi di atas 10

ton gabah kering panen/ha jauh di atas produktivitas padi di kabupaten Pasuruan yang

hanya 6,15 ton/ha. Ini membuktikan bahwa pemberian pupuk organik kascing ternyata

mampu menggantikan penggunaan pupuk anorganik yang umum digunakan petani dan

hasilnya jauh di atas hasil produksi umum yang dihasilkan petani, walaupun

pemberiannya relatif sedikit yaitu hanya 2 ton/ha. Melihat hasil di atas diharapkan
27

kedepannya petani dapat memupuk sawahnya dengan menggunakan pupuk organik

kascing tanpa adanya tambahan pupuk kimia yang keberadaanya semakin sulit dan

mahal harganya.
28

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kascing merupakan pupuk organik yang mengandung unsur hara yang lengkap,

baik unsur makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Kascing

memiliki unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral dan

vitamin. Kotoran cacing tanah sebagai bahan organik mengandung berbagai bahan atau

komponen yang secara fisik maupun kimiawi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman terutama dalam fase pembibitan yang membutuhkan nutrisi

yang lengkap untuk pertumbuhannya.

Kascing dapat memperbaiki kimia tanah seperti meningkatkan kemampuan

untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro dan mikro, meningkatkan pH pada

tanah asam. Legum unsur P dapat mengaktifkan pembentukan polong dan pengisian

polong yang masih kosong, serta mempercepat pemasakan buah. Periode terbesar

penggunaan fosfor (P) dimulai pada masa pembentukan polong sampai kira-kira 10 hari

sebelum biji berkembang penuh (AAK, 2000). Pemupukan P dapat meningkatkan

produksi polong legum A. pintoi (Fanindi, 2009). Pupuk fosfat berfungsi mendorong

pertumbuhan akar.

Pada awal pertumbuhan akan memacu kecepatan tumbuh tanaman karena P

berperan dalam pembentukan sel baru bagi pertumbuhan tanaman yaitu melalui

pembentukan asam nukleat, phytin, fosfolipid dan protein. Hal ini menyebabkan

pertumbuhan daun tanaman yang baik, sehingga meningkatkan bobot bahan hijauan

pada saat panen.


29

DAFTAR PUSTAKA

Dhalika, T., Mansyur., H.K Mustafa dan H. Supratman. 2006. Imbangan Rumput Afrika

(Cynodon Plectostachyus) dan Leguminosa Sentro (CentrosemaPubescans)

dalam Sistem Pastura Campuran terhadap Produksi danKualitas Hijauan.

Jurnal Ilmu Ternak. 6(2):166-167. (Diakses pada tanggal 13 Desember 2019)

Fanindi, A. Yohaeni S. Sutedi E. dan Oyo. 2009. Produksi Hijauan dan Biji

Legiuminosa Arachis pintoi Pada Berbagai Dosis Pemupukan. Balai Penelitian

Tanah, Bogor. (Diakses pada tanggal 13 Desember 2019)

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah Cetakan Kelima. Akademika Presindo. Jakarta.

(Diakses pada tanggal 13 Desember 2019)

Kariada, I.K., M. Sukadana. L. Kartini dan Y. Handayani. 2000. Laporan Pengkajian

Pupuk Organik Kascing pada Sayuran Pinggiran Perkotaan. IP2TP Denpasar.

(Diakses pada tanggal 13 Desember 2019)

Kariada, I.K., I.G. Komang dan I.B. Aribawa. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk

Organik Kascing dan NPK Secara Bertahap Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Jagung QPM. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Teknologi

Kreatif dan Peran Stakeholder Dalam Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi

Pertanian. BPTP. Bali (Diakses pada tanggal 13 Desember 2019)

Kartini, N.L. 2000. Peranan Pupuk Organik Kascing (POK) dalam Pertanian Organik.

Makalah disampaikan Pada Seminar Hasil Pengkajian Pupuk Organik IP2TP

Denpasar (Diakses pada tanggal 13 Desember 2019)

Lukiwati, D. R. 1993. Peningkatan Produksi dan Nilai Nutrisi Leu Pakan dengan

Pemupukan Batuan Fosfat dan Inokulan Mikoriza Vesikular – Arbuskular.


30

Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor (Disertasi) (Diakses pada tanggal 13

Desember 2019)

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB press. Bogor.

Mulat, T. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik

Berkualitas. Agromedia Pustaka, Jakarta. (Diakses pada tanggal 13

Desember 2019)

Parnihadi.2009. Manfaat Kascing. http:/parnihadikascing.blogspot.com/2009/11/

Manfaatkascing.html. (Diakses pada tanggal 13 Desember 2019)

Sunantara, I.M.M. 2000. Teknik produksi benih kacang hijau. Jurnal Peneliti Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, 2006

Setyamidjaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simpleks. Jakarta (Diakses pada

tanggal 13 Desember 2019)


31

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pratikum

Agustus Setember Oktober November Desember


No Kegiatan Praktikum
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembagian lahan                                
2 Pengolahan lahan                                
3 Pembuatan plot                                
Pemasangan papan
4 nama                                
Pemberian pupuk
5 kascing                                
6 Penanaman benih                              
Pemberian perlakuan
7 tsp
Pemupukan dasar kcl
8 dan urea
9 Pengamatan tinggin
10 Penyemprotan decis
11 Umur berbunga
12 Panen
Penimbangan berat
13 kering
14 Kumpul laporan
15 Pembersihan lahan
32

DOKUMENTASI

Pemberian kapur pada tanah pencampuran kapur pada tanah

Pemberian Pupuk NPK Pengukuran Tinggi Tanaman Kacang Hijau

Tanaman Kacang Hijau Tanaman Kacang Hijau


33

Pemanenan Kacang Hijau Hasil Panen Kacang Hijau

Penimbangan Hasil Panen Foto Bersama Dengan Asdos

Anda mungkin juga menyukai