Dena Nurfirman Bab I S.D. V

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga permainan beregu yang

populer dan digemari masyarakat Indonesia, hal ini terbukti di Kabupaten -

Kabupaten besar maupun di desa, mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, laki-

laki maupun perempuan, mereka menyukai kegiatan olahraga bola voli. Pendirian

klub-klub bola voli baik di masyarakat maupun sekolah, terjadwalnya

penyelenggaraan turnamen yang dilakukan oleh lembaga, instansi pemerintah

maupun swasta serta didukung peran dunia usaha dan industri yang menspronsori

setiap penyelenggaraan turnamen bola voli antar klub, sekolah, maupun daerah.

Sehingga setiap event turnamen bola voli segenap lapisan masyarakat turut serta

baik sebagai penyelenggara maupun penonton, hal ini menandakan bahwa bola voli

digemari oleh berbagai lapisan dan kalangan masyarakat.

Mengenai teknik dasar bola voli Angga, Ade (2005:13) menjelaskan, ”Salah

satu penunjang agar dapat bermain bola voli, ialah menguasai teknik dasar bermain

sebagai berikut: 1. Sikap penjagaan dan pergerakan; 2. Pas dan umpan; 3.

Serangan (spike - serangan tipuan); 4. Bendungan; dan 5. Servis”. Kutipan

tersebut menjelaskan tentang perlunya menguasai teknik dasar bola voli agar

pemain dapat bermain bola voli dengan baik.

Kelima teknik dasar di atas senantiasa terwujud dalam setiap permainan

bola voli. Jika ditelusuri lebih lanjut tentang berlangsungnya permainan bola voli,

1
2

maka permainan itu diawali dengan teknik servis, kemudian pihak lawan

melakukan passing untuk menerima bola servis, mengumpan, spike dan melakukan

bendungan. Sehingga semua pemain bola voli perlu menguasai dengan benar teknik

bola voli.

Teknik passing salah satu teknik yang sering dipergunakan oleh pemain

bola voli terutama apabila terjadi permainan yang cukup seimbang. Hasil passing

dapat dilanjutkan dengan spike atau melewatkan bola ke petak lapangan lawan.

Passing atas merupakan teknik yang cukup esensial terhadap bola yang

dilambungkan, karena bola dikatakan baik apabila arahnya parabola sehingga

memudahkan teman regunya dalam melaksanakan spike dan bola dapat diarahkan

pada petak lawan yang sulit dijangkau lawan.

Dalam permainan bola voli, teknik passing merupakan salah satu teknik

dasar yang wajib dikuasai oleh sesorang yang ingin bermain bola voli. Karena

teknik passing memegang peranan penting dalam permainan. Teknik passing

merupakan salah satu teknik dasar yang multi fungsi. Karena dengan teknik passing

kita dapat melakukan pertahanan (defend) sekaligus merancang sebuah pola

penyerangan (attack). Teknik passing meliputi passing bawah dan passing atas.

Passing bawah bisa berfungsi untuk bertahan dan untuk menyusun pola serangan

dengan melakukan umpan kepada teman. Sedangkan passing atas apabila dikuasai

dengan bagus akan menjadi sebuah keuntungan dalam memberikan umpan dalam

melakukan serangan smash serta tipuan terhadap tim lawan.

Mengingat pada kenyataan latihan bola voli di sekolah menengah pertama

(SMP/MTs) siswa masih banyak kesulitan melakukan teknik dasar bola voli
3

termasuk keterampilan passing atas, maka guru harus mampu menciptakan dan

membuat metode latihan yang lebih efektif dan efisien. Lutan, Rusli (1988:397)

menjelaskan bahwa, "Metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses

mengajar atau melatih sehingga tujuan dapat dicapai." Kutipan tersebut

menjelaskan bahwa metode latihan adalah untuk berlangsungnya proses latihan

dalam mencapai tujuan latihan. Karena itu memilih dan menentukan metode latihan

harus disesuaikan dengan tujuan latihan yang ingin dicapai.

Untuk mengatasi kesulitan dalam latihan passing atas penulis mencari solusi

untuk mengatasinya dengan mencari alternatif teknik penyampaian materi passing

atas. Metode untuk melatih teknik passing bawah dan atas terdapat beberapa

macam. Salah satu metode untuk melatih teknik tersebut adalah dengan dikemas

dalam sebuah permainan. Permaian di bagi menjadi 2 kelompok yaitu Tim A Vs

Tim B dengan setiap tim berjumlah 2 orang atau berpasangan. Aturan permainan

ini adalah kedua tim saling bertanding hanya dengan menggunakan teknik passing

bawah dan passing atas. Pada intinya hampir sama dengan permaian bolavoli pada

umumnya hanya sedikit dimodifikasi. Permainan dimulai dengan underhand service

(service bawah). Kemudian kedua tim saling melakukan serangan dan mematikan

lawan dengan hanya menggunakan teknik passing bawah dan atas tanpa adanya

smash. Setiap tim maksimal melakukan 3 kali sentuhan pada saat akan menyerang

lawan. Tim akan mendapatkan point ketika salah satu tim tidak dapat

mengembalikan bola ke arah lapangan lawan atau bola jatuh pada area lapangan

sendiri. Area point adalah di belakang area garis serang yaitu 6 meter dibelakang
4

garis serang. Tim yang paling cepat mendapatkan point 10 maka tim itu adalah

yang pemenang.

Latihan kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model latihan

kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus

ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas latihan dengan

permainan yang dirancang dalam latihan kooperatif model TGT memungkinkan

siswa dapat latihan lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,

kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan latihan . Ada lima komponen utama

dalam komponen utama dalam TGT yaitu: 1). Penyajian kelas, 2). Kelompok

(team), 3). Game, 4). Turnamen, 5). Team recognize (penghargaan kelompok).

Dengan adanya cara sasaran latihan passing atas tersebut, penulis

bermaksud untuk menelitinya untuk mengetahui pengaruh dari model tersebut

terhadap keterampilan passing atas permainan bola voli.

Penelitian ini penulis laksanakan pada siswa peserta ekstrakurikuler bola

voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan pada sekolah tersebut

didasari oleh kebutuhan bahwa para siswa masih lemah dalam menguasai teknik

passing atas permainan bola voli sementara permainan bola voli termasuk salah

satu cabang olahraga yang diunggulkan untuk dikembangkan, adanya rekomendasi

dari Kepala Sekolah untuk diadakan penelitian pada sekolah yang dipimpinnya,

adanya dukungan dari guru dan siswa untuk membantu kelancaran pelaksanaan

penelitian, dan tersedianya lapangan bola voli.

B. Rumusan Masalah
5

Berdasarkan uraian sebagaimana penulis ungkapkan pada latar belakang

masalah, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

“Apakah Berpengaruh latihan menggunakan metode team games tournament

terhadap keterampilan passing atas permainan bola voli pada siswa peserta

ekstrakurikuler bola voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya?”

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian terhadap istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka penulis secara operasional menjelaskan beberapa istilah

yang digunakan dalam penelitian ini, istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Latihan, menurut Harsono (1988:101) adalah “Proses yang sistematis dari ber-

latih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian

bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.” Latihan dalam penelitian

ini diartikan sebagai proses yang sistematis dari latihan passing atas permainan

bola voli yang dilakukan secara berulang-ulang, dan secara berperiodik

ditambah jumlah beban latihannya dengan menggunakan metode team games

tournament.

2. Model. Menurut Hendriyana, (2008:25) adalah “suatu gambaran tentang

sesuatu yang dapat memperjelas berbagai kaitan di antara unsur-unsur yang

ada.” Dalam penelitian ini dimaksudkan model latihan passing atas permainan

bola voli dengan menggunakan metode team games tournament.

3. Metode Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model

latihan kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa


6

tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya

dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

4. Passing atas menurut Ma`mun, Amung dan Toto Subroto (2018:64) adalah

“passing dari atas digunakan apabila bola yang datang di atas ketinggian

dada.” Yang dimaksud passing atas dalam penelitian ini adalah salah satu

teknik bola voli di mana pemainnya melakukan umpan oleh kedua tangannya

yang diarahkan pada teman regunya atau petak lawan.

D. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian sudah pasti memiliki tujuan. Surakhmad, Winarno

(2014:49) mengungkapkan bahwa:

Penelitian mutlak mempunyai tujuan, dengan adanya tujuan akan


memberikan arah dan memperjelas objek yang akan diteliti. Tujuan
dirumuskan dalam penelitian yang spesifik dengan istilah-istilah yang
operasional, sehingga taraf pencapaian mudah diukur. Penelitian yang tidak
dirumuskan tujuannya dalam bentuk yang jelas, akan sukar pula
menentukan apakah tujuan itu akan tercapai atau tidak.

Berdasarkan pada permasalahan penelitian dan rumusan masalah

sebagaimana diungkapkan pada latar belakang, rumusan masalah dan konsep

tujuan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan

mengenai pengaruh latihan menggunakan metode team games tournament

terhadap keterampilan passing atas permainan bola voli pada siswa peserta

ekstrakurikuler bola voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.

E. Kegunaan Penelitian
7

Secara teoretis, hasil penelitian ini berguna untuk menambah khasanah

keilmuan serta dijadikan landasan teoretis dalam proses latihan passing atas

permainan bola voli. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan aplikasi teori

latihan atau berlatih dalam melaksanakan proses latihan mengajar pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah menengah pertama.

Secara praktis atau operasional, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh

guru pendidikan jasmani, khususnya untuk perbaikan atau penyempurnaan proses

latihan passing atas permainan bola voli di SMP. Selain itu, hasil penelitian ini

dapat pula dimanfaatkan oleh pelatih olahraga bola voli, sehingga dapat dijadikan

sebagai bahan acuan untuk pelaksanaan program latihan passing atas permainan

bola voli pada atlet yang dibinanya.

BAB II
8

LANDASAN TEORETIS

A. Kajian Teori

1. Konsep Latihan

a. Pengertian Latihan

Untuk mendapatkan prestasi yang maksimal dalam olahraga dibutuhkan

berbagai macam faktor pendukung, diantaranya adalah melakukan latihan. Harsono

(1988:101) menjelaskan pengertian latihan sebagai berikut, “Proses yang sistematis

dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian

bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.” PASI (2018:61) menjelaskan

bahwa, “Latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan

fitness/kesegaran seorang dalam suatu aktivitas yang dipilih.” Badriah, Dewi

Laelatul, (2017 :2) menjelaskan sebagai berikut: “Physical training merupakan

serangkaian kegiatan latihan fisik yang berulang dan terprogram untuk mencapai

tujuan tertentu.” Dengan demikian, maka latihan adalah suatu proses yang

memerlukan waktu yang relatif lama, dilakukan secara sistematis, berulang-ulang

dan adanya penambahan beban latihan secara periodik untuk mencapai tujuan yang

telah diprogramkan.

Dari pengertian tentang latihan tersebut di atas, maka dapat dijabarkan

karakteristik kegiatan latihan sebagai berikut:

(1) Kegiatan itu merupakan proses artinya seperangkat kegiatan untuk mencapai

tujuan tertentu.
8
9

(2) Kegiatan itu sendiri dilakukan dengan pengulangan atau repetisi tindakan,

sehingga dengan berulang-ulang tindakan itu tugas gerak yang dilatih dapat

dikuasai sampai ke taraf otomatisasi.

(3) Dalam melakukan repetisi kegiatan itu terdapat pembebanan yang dilakukan

secara progresif dengan mengacu prinsip beban lebih, artinya beban latihan

dalam waktu-waktu tertentu ditambah sehingga atlet beradaptasi dengan

setiap beban latihannya.

(4) Latihan dilakukan dengan berbagai macam bentuk dan variasi gerak dengan

tujuan untuk meningkatkan kemampuan aspek faal tubuh maupun aspek

psikologis.

(5) Metodis dan sistematis, artinya dalam berlatih itu dimulai dengan tugas gerak

yang mudah atau sederhana, kemudian secara bertahap meningkat pada

tugas-tugas gerak yang lebih komplek atau sukar. Selain itu, repetisi tindakan

itu dilaksanakan dengan pola sistem tertentu, dan perencanaan program

latihan yang cermat dan layak dilaksanakan.

b. Tujuan Latihan

Tujuan latihan menurut Harsono (1988:100) adalah “untuk membantu atlet

meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin.” Badriah, Dewi

Laelatul, (2017:1) menjelaskan bahwa, “Latihan fisik bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi fungsi sistem tubuh dan mencegah terjadinya cedera pada

bagian-bagian tubuh yang dominan aktif digunakan.” Tujuan latihan akan tercapai

dengan baik jika dalam proses latihan terjadi interaksi antara atlet dan pelatih
10

secara selaras, serasi, dan seimbang. Badriah, Dewi Laelatul, (2017:1) menjelaskan

sebagai berikut:

Latihan fisik yang dikemas dalam suatu program latihan fisik akan
menghasilkan berbagai perubahan pada sistem tubuh, mulai dari sistem
syaraf, sistem otot, sistem jaringan ikat, sistem respirasi, sistem jantung-
pembuluh darah, sistem kekebalan tubuh, sistem reproduksi, dan sistem
hormon, yang secara umum ditujukan untuk memperbaiki status kesehatan
para pelakunya.

Sesuai kutipan di atas, latihan fisik sangat berguna untuk mengembangkan

berbagai macam potensi tubuh. Dengan potensi-potensi tubuh yang baik akan

dihasilkan kinerja dan aktivitas kerja yang baik.

c. Prinsip-prinsip Latihan

Untuk mendapatkan prestasi yang maksimal dalam olahraga perlu didukung

dengan beberapa faktor antara lain faktor fisik, teknik, taktik dan mental. Faktor-

faktor tersebut dapat ditingkatkan melalui suatu proses latihan. Untuk

menghasilkan latihan yang bermutu, maka proses latihan perlu menerapkan prinsip-

prinsip latihan. Badriah, Dewi Laelatul, (2017:2) menjelaskan sebagai berikut:

“Prinsip latihan yang menjadi dasar pengembangan prinsip lainnya adalah : prinsip

latihan beban bertambah; prinsip menghindari dosis berlebih; prinsip individual;

prinsip pulih asal; prinsip spesifik; dan prinsip mempertahankan dosis latihan”

PASI (2003:61) menjelaskan sebagai berikut:

Proses latihan dapat direncanakan sebab latihan mengikuti prinsip-


prinsip/azas-azas tertentu. Azas-azas latihan ini memerlukan
dipahami/dimengerti sepenuhnya sebelum pelatih dapat menghasilkan
program jangka jauh yang efektif. Tiga azas yang paling penting adalah:
hukum overload (beban lebih), hukum reversibility (kompensasi), dan
hukum kekhususan (specificity).
11

Sehubungan dengan adanya berbagai prinsip yang dapat diterapkan untuk

menghasilkan kualitas hasil latihan. Untuk meningkatkan power otot tungkai pada

siswa sekolah dasar, diperlukan latihan yang teratur dan terarah atau sesuai dengan

prinsip-prinsip latihan.

Prinsip latihan yang terkait dengan latihan peningkatan power otot tungkai

antara lain: prinsip beban lebih, prinsip individualisasi, dan prinsip pulih asal.

1) Prinsip Beban Lebih

Prinsip beban latihan dimaksudkan beban latihan yang harus dilakukan

selama latihan berlangsung. Harsono (1988:102) menjelaskan prinsip beban latihan

sebagai berikut, ”Perubahan-perubahan physiologis dan psykologis positif hanyalah

mungkin, bila atlet dilatih atau berlatih melalui suatu program yang intensif yang

berdasarkan pada prinsip overload di mana kita secara progresif menambah jumlah

beban kerja, jumlah repetision serta kadar intensitas daripada repetision.” Badriah,

Dewi Laelatul, (2017:3) menjelaskan bahwa, “Prinsip peningkatan beban

bertambah yang dilaksanakan dalam setiap bentuk latihan, dilakukan dengan

beberapa cara, misalnya dengan meningkatkan intensitas, frekuensi, maupun lama

latihan.” Untuk menerapkan prinsip latihan beban bertambah terlebih dahulu harus

diketahui kemampuan optimal siswa dalam melakukan tugas latihnya. Setelah itu

baru diberikan penambahan beban latihan sehingga selama kegiatan latihan siswa

benar-benar berada pada ambang batas kemampuannya.


12

Untuk menerapkan prinsip overload sebaiknya menggunakan sistem tangga

yang didesain oleh Bompa (1983) yang dikemukakan oleh Harsono (1988:105)

dengan ilustrasi grafis sebagai berikut:


Beban Latihan

6
7
3 5
2 4
1
Prestasi

Gambar 2.1 Penambahan Beban Latihan Secara Bertahap (Harsono, 1988:105)

Setiap garis vertikal menunjukkan perubahan (penambahan beban),

sedangkan garis horisontal adalah fase adaptasi terhadap beban yang baru. Beban

latihan pada tiga tangga atau cycle, pertama ditingkatkan secara bertahap pada

cycle keempat beban diturunkan. Ini disebut unloading fase, yang maksudnya

adalah untuk memberi kesempatan kepada organisme tubuh untuk melakukan

regenerasi. Maksud regenerasi adalah agar atlet dapat mengumpulkan tenaga atau

mengakumulasi cadangan-cadangan fisiologis dan psikologis untuk beban latihan

yang lebih berat lagi ditangga-tangga berikutnya.

2) Prinsip Individualisasi

Prinsip ini menekankan bahwa latihan harus disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing individu dan kekhasan dari cabang olahraganya.

Harsono (1988:113) menjelaskan bahwa, “training memang harus direncanakan

dan disesuaikan bagi setiap individu agar dengan demikian latihan tersebut dapat
13

menghasilkan hasil yang terbaik (the best result) bagi individu tersebut.” Badriah,

Dewi Laelatul, (2017:4) menjelaskan sebagai berikut: “Prinsip individual akan lebih

memungkinkan seorang atlet mampu mengekspresikan potensi ergogeniknya secara

maksimal, karena memang adekuat dengan karakteristiknya.” Dengan menerapkan

prinsip individu ini, terutama pada pembebanan latihan dapat menghindari cedera

pada atlet, karena masing-masing atlet tidak sama kemampuan fisiknya, serta dapat

menghasilkan sasaran latihan yang tepat karena masing-masing individu dapat

melakukan latihan secara lebih spesifik terhadap beban latihan yang harus

dilakukannya.

Penerapan prinsip individualisasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara:

a. masing-masing individu (siswa) melakukan prinsip overload sesuai dengan

kemampuannya masing-masing, seperti jumlah repetisi (pengulangan).

b. peningkatan overload latihan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing

individu.

Badriah, Dewi Laelatul, (2017:5) menjelaskan: “penambahan dosis latihan

fisik tidak terus menerus diberikan pada setiap kali latihan, tetapi pada saat tertentu

saja penambahan dosis diberikan.” Penambahan dosis latihan baik berupa

menambah ketinggian rintangan maupun frekuensi lompatan dilakukan secara

teratur dalam waktu yang relatif lama sesuai dengan perkembangan hasil latihan

untuk masing-masing individu siswa.

3). Prinsip Pulih Asal


14

Latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan dalam tempo

yang lama dapat menguras energi sehingga apabila tidak dilakukan dengan baik,

maka bukan hasil yang baik diperoleh namun justru dapat merusak keterampilan

yang telah dikuasainya, karena itu prinsip latihan pulih asal sangat penting

dilakukan dalam setiap latihan. Badriah, Dewi Laelatul, (2017:4) menjelaskan

sebagai berikut:

Setiap latihan fisik yang membutuhkan pasokan energi melebihi kebutuhan


normal-fisiologis tubuh, bahkan menguras cadangan energi otot, sangat
memerlukan waktu untuk pulih asal, baik secara bio-fisiologis maupun
mental. Pulih asal secara bio-fisiologis bertujuan untuk membentukn
cadangan energi dan meresintesis asam laktat dari darah dan otot. Bentuk
kegiatan selama pulih asal bio-fisiologis dapat dilakukan dengan cara
instirahat pasif maupun istirahat aktif.

Dari kutipan tersebut jelas bahwa prinsip latihan pulih asal sangat berperan

terhadap pencapaian tujuan latihan. Penerapan prinsip pulih asal dalam penelitian

ini dilakukan dengan cara pengulangan bentuk latihan disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing individu siswa, selain itu latihan dilakukan dengan

selang waktu hari yang berbeda yakni setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Dengan

selang satu hari dapat memulihkan energi yang telah dipakai oleh atlet, sehingga

pada hari latihan berikutnya atlet benar-benar kondisi tubuhnya telah pulih asal.

Selain itu, pada proses latihan berlangsung disetiap waktu istirahat antara tugas

latihan atlet melakukan istirahat aktif diharapkan energi dapat pulih asal.

Berdasarkan paparan mengenai konsep latihan, tujuan latihan, maupun

prinsip latihan, maka pada prinsipnya untuk mendapatkan latihan yang bermutu

perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:


15

1) Latihan harus didasarkan pada prinsip beban lebih (overload prinsiple) artinya,

manakala sudah tiba saatnya untuk ditingkatkan, beban latihan harus ditambah

sedikit di atas kemampuan atlet, namun masih dalam batas-batas

kemampuannya untuk mengatasinya.

2) Tidak ada dua orang yang persis sama, setiap orang dalam fisik, kemampuan,

aspek psikologis, maupun adaptasi terhadap latihan, maka latihan harus

didasarkan pada prinsip individualisasi, artinya program latihan harus

direncanakan bagi setiap atlet agar bisa menghasilkan prestasi yang terbaik bagi

individu tersebut.

3) Latihan harus berdasarkan pada prinsip multilateral (menyeluruh). Meskipun

konsentrasi latihan adalah pada cabang olahraga yang ditekuninya, anak harus

tetap diberikan kebebasan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmaniah/

olahraga. Dengan demikian maka perkembangan biomotorik maupun

psikologis lebih menyeluruh sehingga kemungkinan untuk memasuki tahap

spesialisasi dan tahap prestasi lebih cepat dihasilkan.

4) Kualitas atau mutu latihan harus diperhatikan baik pada waktu melatih teknik,

keterampilan gerak, taktik, maupun fisik. Meskipun latihan dilakukan secara

intensif, namun kalau kualitas latihan kurang diperhatikan, prestasi tidak akan

kian meningkat.

5) Untuk menghindari kemungkinan timbulnya kebosanan dalam latihan, maka

harus diciptakan variasi dalam latihan, baik dalam bentuk-bentuk latihan teknik,

latihan taktik, maupun latihan fisik.


16

6) Usahakan untuk menciptakan suasana keceriaan (enjoyment) dalam latihan,

khususnya bagi anak-anak usia dini. Banyak kejadian anak meninggalkan

kegiatan latihan karena latihan tidak menyenangkan.

7) Latihan dilakukan sedikitnya tiga kali dalam satu minggu, masing-masing

dilakukan selama waktu yang cukup misalnya 2 – 3 jam per satu kali latihan.

8) Beban latihan harus mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap atlet

yang dilatih. Beban latihan yang tidak sesuai tidak akan menampakan hasil

yang baik, baik beban itu terlalu berat maupun terlalu ringan.

3. Metode Latihan Team Games Tournament

a. Konsep Metode Latihan

Metodologi latihan adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk

melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari

pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu

kegiatan sehingga proses latihan berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran

tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan

oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar.

Pengajaran khususnya dalam pendidikan jasmani dapat dipandang

sebagai seni dan ilmu (art and science). Sebagai seni, pengajaran hendaknya

dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improviasi, dan

ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil

keputusan dan tindakan proses latihan selama dapat dipertanggung jawabkan


17

sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Jadi guru tidak harus

selalu terpaku dan terikat formula ilmu mengajar.

Pengajaran dapat disebut sebagai ilmu apabila memenuhi karakteristik

sebagai berikut:

1. Memiliki daya ramal dan kontrol terhadap pencapaian prestasi latihan siswa

(Gage, 1978 di Brucher, 1983).

2. Dapat dievaluasi secara sistematik dan dapat dipecah menjadi rangkaian

kegiatan yang dapat dikuasai (Siedentop, 1976).

3. Mengandung pemahaman tentang tingkah laku manusia, pengubahan tingkah

laku, rancangan latihan , penyampaian dan manajemen (Siedentop, 1976).

4. Berkaitan erat dengan prinsip latihan seperti kesiapan, motivasi, latihan,

umpan balik, dan kemajuan seta urutan (Siedentop, 1976).

5. Dimungkinkannya untuk mengkaji pengajaran dari sudut keilmuan (Siedentop,

1976).

Menurut pendapat Siedentop (di Bucher, 1988:550) pengajaran dapat dan

harus dapat dipelajari dari sisi teori ilmiah untuk mengembangkan teori pengajaran.

Walaupun proses untuk membentuk teori pengajaran pendidikan jasmani

merupakan perjalanan yang panjang, namun upaya untuk memahami tentang proses

pengajaran merupakan arah yang harus dituju, selama “body of knowledge” tentang

pengajaran belum mapan, atau selama pengajaran cenderung merupakan seni, maka

perilaku guru dalam pengajaran akan menjadi tetap menarik untuk dikaji oleh

pengamat tingkah laku setiap saat.

raktekkan pada saat mengajar.


18

b. Konsep Team Games Tournament (TGT)

Model latihan Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau

model latihan kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh

siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor

sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas latihan

dengan permainan yang dirancang dalam latihan kooperatif model Teams Games

Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat latihan lebih rileks disamping

menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan

keterlibatan latihan .

Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied

Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode latihan pertama dari Johns

Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang

beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan,

jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama

dalam kelompok-kelompok kecilnya. Latihan dalam Teams games tournament

(TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis

dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan

akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota

tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari

(2000) menjelaskan bahwa Teams games tournament (TGT) telah digunakan

dalam berbagai macam mata pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar

tujuan latihan yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti

perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA.
19

c. Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament

Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament adalah

pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil

dalam latihan . Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif

dalam latihan . Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi:

1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil

Tujuan latihan dalam kelompok kecil yaitu; (a) member kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional,

(b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong (c)

mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam latihan sehingga setiap kelompok

merasa memiliki tanggung jawab, dan (d) mengembangkan kemampuan

kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2017).

2) Siswa dalam Latihan Kelompok Kecil

Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam latihan

diharapkan; (a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok, (b)

siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab, (c) setiap

anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong timbulnya

semangat tim, dan (d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak

(Dimyati dan Mundjiono, 2017).

3) Guru dalam Latihan Kelompok

Peranan guru dalam latihan kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c)

perencanaan tugas kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d) evaluasi hasil latihan

kelompok.
20

d. Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament dalam Latihan

Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu:

1. Penyajian kelas

Pada awal latihan guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,

biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang

dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar

memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu

siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor

game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok ( team )

Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.

Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman

kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar

bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji

pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan latihan kelompok.

Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa

memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan

nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

4. Turnamen

Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian.

5. Penghargaan kelompok (team recognise)


21

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing

team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria

yang ditentukan.

Kriteria ( Rerata Kelompok ) Predikat


≥ 45 Super Team
40 – 45 Great Team
30 – 40 Good Team

e. Implementasi Model Latihan TGT

Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.

1) Latihan terpusat pada siswa

2) Proses latihan dengan suasana berkompetisi

3) Latihan bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)

4) Latihan diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim

5) Dalam kompetisi diterapkan system point

6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan

dalam kinerja akademik

7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang

diterbitkan secara mingguan

8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal

9) Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak

f. Kelemahan dan Kelebihan Model Latihan TGT

Riset tentang pengaruh latihan kooperatif dalam latihan telah banyak

dilakukan oleh pakar latihan maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan

psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-
22

metode latihan kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung

jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama

yang mendukung latihan kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.

Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah

situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi

mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus

membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil

dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.

Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan

bahwa latihan kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap

pencapaian tujuan latihan. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah

bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai

mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa

yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi

pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi

kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori

dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang

latihan harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi

dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan

materinya kepada orang lain.

Namun demikian, tidak ada satupun model latihan yang cocok untuk semua

materi, situasi dan anak. Setiap model latihan memiliki karakteristik yang menjadi

penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian


23

tujuan latihan. Secara psikologis, lingkungan latihan yang diciptakan guru dapat

direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini,

latihan kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam

implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil latihan dan efek psikologis

bagi siswa.

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh

latihan kooperatif terhadap pencapaian latihan siswa yang secara inplisit

mengemukakan keunggulan dan kelemahan latihan TGT, sebagai berikut:

1) Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman

yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada

siswa yang ada dalam kelas tradisional.

2) Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh

tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga

diri akademik mereka.

4) TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan

nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

5) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam latihan bersama, tetapi menggunakan

waktu yang lebih banyak.

6) TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan

gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam latihan TGT

adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan
24

demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat

pencapaian latihan siswa secara individual.

Kelebihan dan Kelemahan Latihan TGT.

Metode latihan kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2017),

yang merupakan kelebihan dari latihan TGT antara lain:

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

4) Proses latihan berlangsung dengan keaktifan dari siswa

5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

6) Motivasi latihan lebih tinggi

7) Hasil latihan lebih baik

8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Sedangkan kelemahan TGT adalah:

1) Bagi Pelatih/Guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen

dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak

sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu

yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu
25

yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai

kelas secara menyeluruh.

2) Bagi Atlet/Siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit

memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini,

tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan

akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa

yang lain.

Kesimpulan

Dari pembahasan materi model latihan Teams Games Tournament (TGT)

tersebut, maka dapat disimpulkan

1. Dengan model latihan TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan

motivasi dan hasil latihan siswa. Karena siswa dapat latihan lebih rileks, serta

dapat menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat

dan keterlibatan latihan.

2. Dengan model latihan TGT (Teams Games Tournaments) dapat menambah

wawasan tentang berbagai model latihan serta dapat meningkatkan kompetensi

pelatih/guru.

4. Proses Latihan Passing Atas Menerapkan Metode Team Game

Tournament

Untuk menelusuri bagaimana cara proses latihan passing atas pada

permainan bola voli yang dilakukan dengan metode team games tournament

(TGT), dilakukan sebagai berikut:


26

1. Siswa dibagi dalam 5 (lima) kelompok (team), dipilih secara acak atau

dipasangkan.

2. Setelah terbentuk team masing-masing team diundi untuk mencari lawan

seperti ada team A, team B, team C, team D dan team E.

3. Team A lawan team B, Team C lawan team A dan team E menunggu

pemenang antara team A dengan team B.

4. Kepada masing-masing regu dijelaskan aturan permainannya, yakni masing-

masing team hanya menggunakan teknik passing atas dimulai dari awal

permainan, apabila ada regu team menggunakan teknik lain atau bolanya tidak

mampu dikembalikan maka terjadi perpindahan bola.

5. Skor pertandingan disedeerhanakan misalnya sampai skor 10.

Apabila sudah berakhir maka setiap team digilir pasangannya, demikian

seterusnya hingga berakhir waktu latihan.

Pada siswa sekolah dasar materi pelajaran diberikan secara sistematis. Hal tersebut

harus dilakukan karena siswa sekolah dasar masih anak-anak yang masih tumbuh

berkembang baik fisik maupun psikisnya.

5. Permainan Bola Voli

a. Konsep Permainan Bola Voli

Pada awal penemuannya, olahraga permainan bola voli ini diberi nama

Mintonette. Olahraga Mintonette ini pertama kali ditemukan oleh seorang


27

Instruktur pendidikan jasmani (Director of Phsycal Education) yang bernama

William G. Morgan di YMCA pada tanggal 9 Februari 1895, di Holyoke,

Massachusetts (Amerika Serikat).

William G. Morgan dilahirkan di Lockport, New York pada tahun 1870,

dan meninggal pada tahun 1942. YMCA (Young Men’s Christian Association)

merupakan sebuah organisasi yang didedikasikan untuk mengajarkan ajaran-ajaran

pokok umat Kristen kepada para pemuda, seperti yang telah diajarkan oleh Yesus.

Organisasi ini didirikan pada tanggal 6 Juni 1884 di London, Inggris oleh George

William.

Setelah bertemu dengan James Naismith (seorang pencipta olahraga bola

basket yang lahir pada tanggal 6 November 1861, dan meninggal pada tanggal 28

November 1939), Morgan menciptakan sebuah olahraga baru yang bernama

Mintonette. Sama halnya dengan James Naismith, William G. Morgan juga

mendedikasikan hidupnya sebagai seorang instruktur pendidikan jasmani. William

G. Morgan yang juga merupakan lulusan Springfield College of YMCA ,

menciptakan permainan Mintonette ini empat tahun setelah diciptakannya olahraga

permainan basketball oleh James Naismith. Olahraga permainan Mintonette

sebenarnya merupakan sebuah permainan yang diciptakan dengan

mengkombinasikan beberapa jenis permainan. Tepatnya, permainan Mintonette

diciptakan dengan mengadopsi empat macam karakter olahraga permainan menjadi

satu, yaitu bola basket, baseball, tenis, dan yang terakhir adalah bola tangan

(handball). Pada awalnya, permainan ini diciptakan khusus bagi anggota YMCA
28

yang sudah tidak berusia muda lagi, sehingga permainan ini-pun dibuat tidak seaktif

permainan bola basket.

Perubahan nama Mintonette menjadi volleyball (bola voli) terjadi pada pada

tahun 1896, pada demonstrasi pertandingan pertamanya di International YMCA

Training School. Pada awal tahun 1896 tersebut, Dr. Luther Halsey Gulick

(Director of the Professional Physical Education Training School sekaligus

sebagai Executive Director of Department of Physical Education of the

International Committee of YMCA) mengundang dan meminta Morgan untuk

mendemonstrasikan permainan baru yang telah ia ciptakan di stadion kampus yang

baru. Pada sebuah konferensi yang bertempat di kampus YMCA, Springfield

tersebut juga dihadiri oleh seluruh instruktur pendidikan jasmani. Dalam

kesempatan tersebut, Morgan membawa dua tim yang pada masing-masing tim

beranggotakan lima orang.

Dalam kesempatan itu, Morgan juga menjelaskan bahwa permainan

tersebut adalah permainan yang dapat dimainkan di dalam maupun di luar ruangan

dengan sangat leluasa. Dan menurut penjelasannya pada saat itu, permainan ini

dapat juga dimainkan oleh banyak pemain. Tidak ada batasan jumlah pemain yang

menjadi standar dalam permainan tersebut. Sedangkan sasaran dari permainan ini

adalah mempertahankan bola agar tetap bergerak melewati net yang tinggi, dari

satu wilayah ke wilayah lain (wilayah lawan).

Dewasa ini permainan bola voli termasuk di antara cabang-cabang olahraga

yang paling populer. Hal ini ditunjang dengan masuknya bola voli sebagai materi

wajib pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dan
29

diajarkan sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah. Permainan bola voli

termasuk cabang olahraga yang cukup aman dimainkan karena permainan dibatasi

oleh net, sehingga tidak terjadi benturan dengan pemain lawan

Permainan bola voli menurut Suharno (2008: 5 – 6) adalah

Suatu olahraga beregu yang pemainnya terdiri dari enam orang untuk
masing-masing regu. Dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan
dengan dipisahkan oleh net. Permainan ini dilakukan dengan pemantulan
bola terhadap anggota tubuh dari kaki ke atas, dengan ketentuan perkenaan
bola dengan anggota tubuh tersebut terjadi pada saat yang bersamaan dan
bola tidak boleh tertahan, tetapi benar-benar dipukul dan memukul secara
benar.

Tujuan permainan bola voli adalah setiap regu melewatkan bola secara

teratur (baik), melalui atas net sampai bola tersebut menyentuh lantai di daerah

lawan dan mencegah agar bola tidak menyentuh lantai di lapangan sendiri. Sebab

bila bola menyentuh lapangan sendiri berarti mati atau permainan berakhir untuk

satu nilai (poin),. Yang mendapat nilai adalah regu yang bola mati bukan di

lapangannya.

Posisi bola pada saat permulaan permainan berada pada pemain kanan baris

belakang. Pemain ini melakukan servis untuk permulaan permainan. Pemain ini

harus melewatkan bola melalui atas net (boleh menyentuh net) ke daerah lawan.

Pemain melakukan servis dari tempat yang telah ditentukan dan dengan ketentuan

servis permainan bola voli.

Masing-masing regu berhak memainkan bola tiga kali pantulan atau

sentuhan (kecuali perkenaan waktu membendung atau block) untuk

mengembalikan bola ke daerah lawan. Seorang pemain tidak diperkenankan

memukul atau menyentuh bola dua kali berturut-turut.


30

Regu yang menang adalah regu yang terlebih dahulu mencapai angka 25

untuk tiap set. Bila terjadi angka sama pada kedudukan 24 – 24, maka diberikan

deuce dengan selisih angka 2. pertandingan secara keseluruhan dimenangkan oleh

suatu regu apabila telah memenangkan tiga set (three winning sets/the best of five

games).

Selain hal tersebut di atas juga permainan ini mudah dilakukannya dan alat

yang digunakannya pun tidak banyak macamnya, sesuai dengan ciri khas permainan

bola voli seperti yang dikemukakan oleh PBVSI (1995: 3) sebagai berikut.

Permainan bola voli adalah suatu olahraga beregu dimainkan oleh dua regu
dalam tiap lapangan dengan dipisahkan oleh net. Tujuan dari permainan itu
adalah agar setiap regu melewatkan bola secara teratur (baik) melalui atas
net sampai bola menyentuh lantai (mati) di daerah lawan, dan mencegah
agar bola yang dilewatkan tidak menyentuh lantai dalam lapangan sendiri.
Posisi bola pada saat mulainya bermain berada pada pemain kanan baris
belakang. Ia melakukan servis, pukulan bola itu melewati atas net ke daerah
lapangan lawan. Masing-masing regu berhak memainkan bola 3 x pantulan
atau sentuhan (kecuali perkenaan waktu membendung) untuk
mengembalikannya ke daerah lawan. Seorang pemain (kecuali
pembendung) tidak diperkenankan memainkan (memukul) bola 2 x
berturut-turut. Pemain memainkan bola di udara berlangsung secara teratur
sampai bola tersebut menyentuh lantai, bola ke luar atau satu regu
mengembalikan bola secara baik. Dalam permainan bolavoli, hanya regu
yang sedang melakukan servis mendapat satu angka (kecuali dalam set
penentu). Apabila regu penerima memenangkan dalam memainkan bola
akan mendapat giliran servis (dalam set penentuan juga mendapat satu
angka) dan tiap pemain melakukan pergeseran satu posisi searah jarum jam.
Menurut Bachtiar, dkk. (2018: 1.16), “permainan bola voli adalah

permainan beregu di mana melibatkan lebih dari satu orang pemain misalnya bola

voli pantai dari dua orang pemain tiap regu, bola voli sistem international tiap regu

terdiri dari enam pemain”.

Kedua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa permainan bola voli

bersifat beregu, sehingga keberhasilan untuk bermainnya banyak ditentukan oleh


31

kerjasama pemain yang terdiri atas enam orang pemain. Prinsip permainan ini

cukup sederhana, yakni memainkan bola sebelum bola itu menyentuh lantai

lapangan. Sedangkan tujuannya adalah memenangkan permainan dengan cara

mematikan bola di petak lawan, dan menjaga agar bola tidak jatuh di lapangan

sendiri. Dengan demikian jelas bahwa permainan bola voli ini cukup sederhana dan

tidak memerlukan peralatan yang banyak. Namun demikian setiap regu harus

memiliki pemain yang memiliki teknik, fisik, taktik, dan mental yang memadai,

serta kerja sama yang baik antara para pemain.

Keterampilan memainkan bola secara individu tidak akan ada artinya jika

tidak dipadukan dengan kerja sama yang baik antar anggota tim/regu. Terjadinya

kerja sama antar pemain dalam suatu pertandingan memungkinkan regu tersebut

memenangkan pertandingan. Ini berarti, prinsip kerjasama antar pemain sangat

diperlukan dalam permainan bola voli. Oleh karena itu, setiap pemain harus

memiliki sikap toleransi, saling percaya, dan rela berkorban untuk menjaga

kekompakan regu.

Permainan bola voli tidak akan berlangsung jika tidak ada peraturan-

peraturan yang mengaturnya, sebagaimana diungkapkan Bachtiar, dkk. (2018:

1.17), “Permainan bola voli akan dapat berlangsung jika ada peraturan-peraturan

yang mengatur baik mengenai bola, net, perlengkapan dan lapangan yang

dipergunakan, cara memainkan bola oleh pemain, wasit dan offisial pertandingan

yang membantu, sehingga Permainan dapat berjalan dengan lancar”.

Posisi bola pada saat permulaan permainan berada pada pemain kanan baris

belakang. Pemain ini melakukan servis untuk permulaan permainan. Pemain ini
32

harus melewatkan bola melalui atas net (boleh menyentuh net) ke daerah lawan.

Pemain melakukan servis dari tempat yang telah ditentukan dan dengan ketentuan

servis permainan bola voli.

b. Teknik-teknik Dasar Permainan Bola voli

Permainan bola voli dalam bentuk pertandingan yang diikuti oleh dua regu

yang masing-masing regu terdiri atas enam orang pemain yang harus memiliki dan

menguasai aspek-aspek fisik, teknik, taktik dan mental untuk memenangkan

pertandingan tersebut.

Salah satu aspek yang perlu dikuasai adalah aspek teknik. Mengenai istilah

teknik dalam cabang olahraga Bachtiar, dkk. (2018: 2.9) mengungkapkannya

sebagai berikut:

Teknik dapat diartikan sebagai proses kegiatan jasmani atau cara


memainkan bola yang ditampilkan dalam bentuk gerakan secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Teknik yang baik selalu dilandasi oleh teori dan
hukum-hukum pengetahuan serta peraturan permainan yang ada.

Berdasar pada pendapat Bachtiar, dkk. di atas, dapat penulis katakan

bahwa teknik yang baik dalam permainan bola voli tentu dilandasi oleh teori dan

hukumhukum serta peraturan permainan bola voli.

Berkaitan dengan teknik dalam permainan bola voli Ma’mun dan Subroto

(2018: 51) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.

Bila kita amati permainan bola voli dalam bentuk pertandingan yang diikuti
oleh dua regu yang seimbang dan yang memiliki keterampilan tinggi, maka
keterampilan tekniknya dapat kita tuliskan sebagai berikut.
1) Servis, fungsinya untuk mengawali permainan;
2) Passing, fungsinya untuk menerima/memainkan bola yang datang dari
daerah lawan atau teman seregu:
33

3) Umpan, fungsinya untuk menyajikan bola kepada teman seregu sesuai


dengan keinginannya sehingga teman seregu tersebut dapat melakukan
serangan dengan sempurna;
4) Passing atas, fungsinya untuk melakukan serangan ke daerah lawan
sehingga bola yang akan disebrangkan ke daerah lawan tersebut dapat
mematikan minimal menyulitkan lawan dalam memainkan bola dengan
sempurna;
5) Block atau block, fungsinya untuk menghadang serangan lawan dan
dekat jaring sekaligus sebagai serangan balik ke pihak lawan; dan
Recieve, menjaga bola menyentuh lantai.

Oleh karena itu, menurut Suhendro (2018: 2.40) “Untuk dapat bermain

bola voli seorang pemain atau regu harus memiliki keterampilan teknik-teknik

dalam permainan bola voli seperti: teknik passing atas, passing bawah, servis,

smash, dan block”.

Passing dalam permainan bola voli menurut Bachtiar, dkk. (2018: 2.10)

merupakan “suatu teknik memainkan bola yang dilakukan oleh seorang pemain

dengan satu atau dua tangan dengan tujuan untuk mengarahkan bola ke suatu

tempat atau teman seregu untuk untuk selanjutnya dimainkan kembali”. Menurut

Ma’mun, Amung dan Toto Subroto (2018: 53) “...pass dan umpan adalah pukulan

bola pertama setelah bola itu berada dalam permainan akibat dari serangan, servis

lawan, atau permainan net, arah bola ditujukan kepada pengumpan atau penyerang

regu. Pass lebih ditekankan untuk menerima dan mengoperkan bola ke teman

seregunya.

Berdasar pada kutipan di atas dapat penulis simpulkan bahwa passing

dalam permainan bola voli sangat penting. Kepentingan penguasaan teknik pass

bola voli membawa konsekuensi bahwa teknik itu harus dipelajari oleh pemain

sejak dini. Karena itu, para pemula atau pemain vang baru latihan bola voli harus
34

mengawali latihan nya dengan teknik pass. Hal itu sejalan dengan pendapat

Maryanto (1998:93) sebagai berikut “Penggunaan teknik passing merupakan

modal dasar untuk bisa bermain, kendati tanpa teknik smesh maupun block,

permainan bisa berlangsung. Permainan bola voli yang berlangsung dengan

menggunakan teknik passing semata”.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknik bermain

bola voli cukup seragam sesuai dengan tuntutan peraturan permainannya. Bagi para

pemula penekanan dalam latihan bola voli lebih difokuskan untuk penguasaan

teknik passing karena passing dalam permainan permainan bola voli cukup

dominan, baik untuk mewujudkan serangan maupun bertahan.

Jenis-jenis keterampilan passing menurut Mamun, dan Subroto (2018: 53)

metiputi: “pass-bawah dan pass-atas normal, pass-bawah ke atas dan pass-atas ke

depan pada bola rendah, pass bawah dan pass-atas bergeser diagonal 45 derajat ke

depan, pass-bawah dan pass-atas pada bola jauh di samping badan, pass-bawah

dan pass-atas dengan bergerak mundur 45 derajat, pass-bawah dan pass-atas ke

belakang”.

c. Teknik Dasar Passing Atas Permainan Bola voli

Sebelum diuraikan tentang passing atas perlu kiranya di beri penjelasan

tentang pengertian passing dan set-up. Hal ini perlu sekali dijelaskan mengingat

kedua istilah tersebut di dalam perrnainan bola voli sering dicampuradukkan

pengertiannya. Pengertian passing atas sering dinamakan dengan pengertian

passing, padahal sebenarnya terdapat perbedaan yang prinsip.


35

Yang dimaksud passing atas bola voli menurut Mariyanto (1998:120)

adalah “usaha atau upaya seorang pemain dengan cara menggunakan suatu teknik

tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoper bola kepada teman secepatnya

untuk dimainkan di lapangan sendiri”.

Suharno H.P., (1999:10) memberikan batasan antara kedua istilah tersebut

sebagai berikut: “Passing adalah tindakan mem-volley bola dengan tujuan

mengoperkan bola tersebut keteman regunya untuk dimainkan lagi dalam regunya

sendiri sampai tiga kali” Jadi passing pada umumnya adalah memberi bola pertama

setelah menerima bola dari pihak lawan. Sedangkan passing atas adalah “Tindakan

mem-volley bola dengan tujuan mengumpan (memberikan umpan) untuk teman

seregu dalam posisi net supaya diserangkan keregu lawan (umpan untuk di

smash)”. (Suharno, H.P., (1999:10). Jadi pada umumnya passing atas dilakukan

oleh seorang pemain pengumpan setelah menerima passing dari temannya.

Dari uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa seorang

pemain bola voli untuk dapat melakukan passing atas dengan baik sebelumnya

harus sudah dapat melakukan passing dengan baik pula, dalam hal ini passing atas

ke arah depan.

Passing atas atau set-up dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain:

1. Passing atas atau set-up menurut tingginya net:

a. High set-up adalah set-up yang tingginya bola dari net minimum tiga meter.

b. Medium set-up adalah set-up yang tingginya bola sekitar satu meter sampai

dua meter.
36

c. Low set-up adalah set-up yang tingginya bola kurang dari satu meter di atas

net.

d. Push set-up adalah set-up yang jalannya bola cepat ke arah sisi net dan

tingginya sedikit di atas net.

2. Passing atas atau set-up menurut arah bola dari set-upper:

a. Set-up yang sejajar dengan net, ini dapat ke arah muka, dapat ke arah

belakang set-upper.

b. Set-up vertical adalah set-up yang bolanya di atas set-upper, sedangkan

arahnya sejajar dengan net.

c. Set-up diagonal adalah bola yang diumpankan dari daerah belakang

lapangan ke depan net dengan arah silang.

Adapun set-up yang penulis utarakan untuk penelitian dan pengambilan

data adalah yang termasuk dalam high set-up sejajar dengan net yang arahnya ke

depan pengumpan. Mengenai hal tersebut Suharno HP (1999:51) mengemukakan

sebagai berikut: “High set-up umpan normal set-up umpan itu harus memenuhi

petunjuk umum seperti bola harus sejajar dengan net dan harus parabola di atas

net. Normal set-up teknik dasar seperti pass atas, hanya disini bola harus di set-up

parabol di atas net minimum tiga meter, serta bola harus sejajar dengan net antara

set-upper dan attacker.”

Kemudian mengenai high set-up ini beliau melanjutkan uraiannya sebagai

berikut: “Teknik ini sangat berat bagi set-upper pelaksanaannya karena itu ini dasar

set-up dalam volley ball. Selain melawan jarak yang jauh juga parabol bola yang
37

sangat tinggi, hingga set-upper harus mempunyai strenght yang baik serta

koordinasi gerakan yang tinggi pula.”

Dari penjelasan di atas atau dapat disimpulkan kalau passing adalah upaya

memberikan bola pada teman seregu untuk dimainkan lagi sedangkan set up adalah

upaya pemain memberikan bola kepada temannya untuk dilakukan serangan.

1) Sikap Permulaan

Pemain mengambil sikap siap normal, sikap siap normal di dalam permainan

bola voli adalah pengambilan sikap tubuh sedemikian rupa sehingga memudahkan

untuk secepatnya bergerak ke arah yang diinginkan. Adapun sikap siap normal

yaitu pemain dengan salah satu kaki berada di depan kaki yang lain. Dianjurkan bila

tidak kidal kaki kiri berada lebih ke depan dari kaki kanan. Lutut ditekuk badan

agak condong sedikit ke depan, tangan siap berada di depan dada. Pada saat akan

melakukan passing, maka segera menempatkan diri dibawah bola dan tangan di

angkat ke atas depan kurang lebih setinggi dahi. Jari-jari tangan secara keseluruhan

membentuk setengah bulatan, jari-jari direnggangkan sedikit antara yang satu

dengan yang lain dan kedua ibu jari membentuk satu sudut.

Penempatan badan di bawah bola, lutut agak ditekukan, jari-jari tangan

dibuka, pergelangan tangan agak ditekuk, dengan agak dibengkokkan di muka

dahi. (Lihat Gambar).


38

Gambar 2.2 Posisi Jari-Jari Tangan Dengan Bola


(https://www. Teknik+bola+voli, disunting tangal 8 Maret 2019)

2. Sikap Saat Melakukan Passing Atas / Set-up

Gerakan ini dimulai dari meluruskan lutut, luruskan lengan serta gerakan

cepat dari pergelangan tangan dan jari-jari tangan dengan gerakan yang berurutan,

sedangkan perkenaan bola pada ujung jari-jari tangan bagian dalam. Gerakan dari

pergelangan tangan dan lengan bawah adalah sangat menentukan hasil set-up.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.3 Sikap Saat Melakukan Set-up


(https://www. Lapangan+bola+voli, disunting tanggal 8 Maret 2019)
3. Sikap Akhir

Gerakan meluruskan tungkai kaki, badan serta lengan secara berurutan

untuk menjaga supaya bola dapat lebih tepat diarahkan pada sasarannya. Dengan

demikian ketepatan dalam mengumpan/set-up yang dilakukan dapat dipergunakan

dalam permainan bola voli adalah pada waktu melakukan normal set-up atau high

set-up.

Setelah bola berhasil di passing maka lengan harus lurus sebagai suatu

lanjutan diikuti dengan badan dan langkah kaki ke depan agar koordinasi tetap
39

terjaga dengan baik. Gerakan tangan, pergelangan, lengan dan kaki merupakan

suatu gerakan yang harmonis dan simultan; pandangan selalu ke arah jalannya bola.

Setelah bola selesai di passing atas maka segera diikuti sikap pengambilan

sikap siap normal, dengan tujuan agar dapat bergerak lebih cepat untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan. Gerakan sikap akhir dapat dilihat pada

Gambar 2.5 berikut ini.

Gambar 2.4 Sikap Akhir Passing Atas


(https://www. Lapangan+bola+voli, disunting tangal 8 Maret 2019)

6. Komponen Fisik yang Menunjang Passing Atas Bola Voli


Untuk meningkatkan keterampilan passing atas perlu ditunjang oleh

beberapa komponen fisik. Komponen fisik yang dibutuhkan antara lain adalah:

a. Power Otot Lengan

Power otot lengan dibutuhkan, karena saat melakukan pukulan bola, harus

dilakukan dengan kuat dan cepat. Pengertian power menurut Harsono (l988:176)

adalah "hasil dari kekuatan dan kecepatan." Hal yang sama dikemukakan oleh

Suharto (l997:l0l) bahwa: "power = strength x kecepatan . Selanjutnya

Harsono (l988; 200) menjalaskan bahwa," Power adalah kemampuan otot untuk
40

mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat." Dari kutipan

tersebut jelas bahwa dalam power terkandung unsur kekuatan dan kecepatan.

b. Kesetimbangan Badan

Selain power otot lengan, passing atas diperlukan kesetimbangan badan.

Kesetimbangan badan ini diperlukan karena setelah melakukan passing pada bola,

badan selanjutnya bergerak ke depan. Pengertian kesetimbangan tubuh, menurut

Suharto (l997: l0l) adalah: ”kemampuan untuk mempertahankan suatu sikap tubuh

tertentu secara benar.” Oleh karena itu keseimbangan tubuh sangat dibutuhkan oleh

pemain bola voli, terutama setelah melakukan servis, smash dan memblok, di mana

badan harus bergerak.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan ini adalah

penelitian yang sudah dilakukan oleh Yulianto (2011), judul penelitiannya, “Upaya

Peningkatan Hasil Latihan Passing Atas Bolavoli Melalui Pendekatan Latihan

Dengan Media Audio-Visual Pada Siswa Peserta ekstrakurikuler bola voli -3 Sma

Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Surakarta. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni. 2011.

Dikutip dari http://eprints.uns.ac.id/7730/, tanggal 18 Agustus 2013. Hasil

penelitiannya mengungkapkan sebagai berikut:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil latihan passing


atas bolavoli melalui pendekatan latihan dengan media audio- visual yang
meliputi; (1) Peningkatkan kemampuan melakukan passing bolavoli
(penilaian produk) pada siswa peserta ekstrakurikuler bola voli -3 SMA
Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011, (2) Peningkatkan hasil
latihan passing atas bolavoli (Penilaian proses) pada siswa peserta
41

ekstrakurikuler bola voli -3 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran


2010 /2011.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar atau asumsi dasar diperlukan dalam suatu penelitian

terutama berguna untuk menjadi dasar perumusan hipotesis yang diajukan dalam

penelitian. Surakhmad, Winarno (2017:58) menjelaskan anggapan dasar adalah:

“Sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik,

dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang

berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragukan suatu anggapan dasar yang oleh

orang lain diterima sebagai kekurangan.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa

asumsi diterima kebenarannya oleh peneliti tersebut tanpa memerlukan pembuktian.

Karena itu setiap peneliti mengajukan asumsi-asumsi yang melandasi penelitiannya.

Anggapan dasar yang penulis ajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Proses latihan passing atas permainan bola voli perlu dilakukan secara

sistematis, karena memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, siswa harus memiliki

koordinasi yang baik antara mata, tangan, dan kaki agar bola yang di passing atas

permainan bola voli bisa melambung dengan sempurna.

Proses latihan passing atas permainan bola voli dengan metode team

games tournament memiliki keunggulan diantaranya siswa dapat mengarahkan bola

agar supaya bolanya dapat diterima atau dimainkan oleh timnya. Siswa memiliki

tanggung jawab agar bola tidak jatuh atau melakukan teknik selain teknik passing

atas. Timbul motivasi untuk latihan dengan kerjasama antar tim.

I. Hipotesis
42

Hipotesis adalah jawaban duga yang perlu dibuktikan kebenarannya.

Surakhmad, Winarno, (2013: 68) “hipotesis adalah suatu jawaban duga yang

dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar” Karena

hipotesis semacam bakal teori maka dalam hipotesis yang diutarakan dalam bentuk

kalimat deklaratif.”

Berdasarkan anggapan dasar serta pengertian hipotesus yang penulis

jelaskan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

“Latihan menerapkan metode team games tournament secara signifikan

berpengaruh terhadap keterampilan passing atas permainan bola voli siswa

ekstrakurikuler bola voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.”

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis gunakan metode eksperimen. Metode ini

dipergunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian ini adalah melakukan

uji coba tentang sesuatu, yang dalam hal ini adalah latihan passing menggunakan

Metode Team Games Tournament terhadap hasil passing atas permainan bola voli.

Surakhmad, Winarno, (2017:159) menjelaskan mengenai metode eksperimen

sebagai berikut : "Bereksperimen ialah mengadakan kegiatan percobaan untuk


43

melihat sesuatu hasil." Nazir (2017:74) menjelaskan sebagai berikut, "Eksperimen

adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition), di mana kondisi

tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimen

adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

penelitian serta adanya kontrol."

Dari kutipan tersebut, maka bereksperimen adalah cara mengadakan

kegiatan percobaan yang bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat

antara variabel-variabel yang diselidiki. Artinya, penelitian eksperimen dilakukan

untuk meneliti hubungan sebab-akibat.

Dalam hal ini yang dijadikan eksperimennya adalah latihan passing atas

dengan menggunakan metode team games tournament yang dilakukan oleh siswa

ekstrakurikuler bola voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Kabupaten Tasikmalaya.

B. Variabel Penelitian 43

Menurut Arikunto, Suharsimi (2018:99) variabel adalah “objek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Selanjutnya Arikunto,

Suharsimi (2018:101) menjelaskan bahwa “ variabel yang mempengaruhi disebut

variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan

variabel akibat disebut variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat dari

variabel dependent variabel (Y).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebasnya adalah latihan passing atas menggunakan metode team

games tournament, sedangkan variabel terikatnya adalah dan hasil passing atas

bola voli.
44

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang aktual dapat menunjang keberhasilan suatu

penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi Lapangan

Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan langsung terhadap objek,

yaitu pengumpulan data dengan meninjau dan melakukan pengamatan langsung

terhadap objek yang diteliti.

b. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data teoretis dengan mencari, membaca, dan menelaah sebagai

literatur buku-buku maupun catatan perkuliahan yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

D. Instrumen Penelitian

Dalam setiap penelitian, data merupakan faktor yang utama. Tanpa data

penelitian tersebut tidak akan terjadi karena penelitian yang sebenarnya bukan

hanya mengumpulkan data saja tetapi justru data tersebut diolah atau dianalisis

sehingga peneliti dapat menafsirkan hasil penelitiannya berdasarkan data yang

diperoleh.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh data penelitian. Salah

satu di antaranya adalah dengan teknik tes. Menurut Arikunto, Suharsimi

(2018:139) tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensia, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.


45

Sesuai dengan data yang diinginkan, maka instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini menurut Nurhasan dan Abdul Narlan (2018:160-

161) proses pengambilan data passing atas ini dilakukan dengan langkah-langkah

atau prosedur sebagai berikut:

Perlengkapan yang digunakan dalam tes passing atas adalah ruangan yang
luasnya mendukung untuk melakukan tes passing atas.
Unsur pendukung prosedur pelaksanaan tes passing atas adalah:
Alat dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam instrumen ini sebagai
berikut:
a. Simpai dengan diameter 1 meter.
b. Bola Voli sebanyak 3 buah.
c. Stopwatch
Petunjuk Pelaksanaan:
- Peserta Tes berdiri di bawah petak sasaran
- Begitu tanda dimulainya tes diberikan/stopwatch dijalankan, maka bola
dilemparkan ke dinnding dari tempat yang bebas.
- Setelah bola memantul kembali, bola di pass ke dinding ke dalam kotak
sasaran.
Cara menskor (menghitung):
- Bola yang di pas secara sah sesuai dengan peraturan permainan bola voli
selama satu menit.
- Jumlah sentuhan-sentuhan yang sah degan bola mengenai dinding pada
petak sasaran atau bola mengenai garis kotak sasaran.
Tidak diberi angka:
- Bola yang ditangkap atau tidak dapat dikuasai
- Bola menyentuh lantai, dimulai lagi dengan lemparan
- Lemparan-lemparan tidak dihitung.

Untuk lebih jelas ukuran lapangan tes keterampilan passing atas bola voli

dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.


46

Gambar 3.1 Lapangan untuk Tes Pas Atas Permainan Bola Voli
(Nurhasan dan Abdul Narlan, 2014:161)

E. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Arikunto, Suharsimi (2018:15) menjelaskan, “Populasi

adalah keseluruhan objek penelitian atau semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian”. Dengan demikian dapat penulis artikan bahwa populasi adalah

keseluruhan yang dijadikan objek penelitian. Populasi dapat berupa orang, benda,

wilayah. Populasi harus benar-benar ditentukan supaya penelitian tepat pada

sasaran yang ingin dituju. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler

bola voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 45 orang.

Mengingat berbagai pertimbangan dalam pelaksanaan ini seperti terbatasnya

waktu, tenaga dan anggaran, maka penulis menetapkan sampel penelitian sebanyak

20 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random.

Selanjutnya Arikunto, Suharsimi (2018:117) menjelaskan pengertian

sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Karena jumlah sampel

penulis tetapkan sebanyak 20 orang, maka sebagian populasi dijadikan sampel

penelitian. Setelah diketahui jumlah sampel selanjutnya nama-nama siswa ditulis

dalam sehelai kertas ukuran 3 x 4 cm, kemudian digulung dan dimasukan ke dalam

sebuah gelas, dikocok-kocok dan dikeluarkan satu-persatu hingga berjumlah 20

orang.
47

Setelah diperoleh sampel penelitian, maka seluruh sampel tersebut

mengadakan tes awal berupa tes "keterampilan passing atas bola voli ", dengan

prosedur pelaksanaan sebagaimana diungkapkan pada bagian instrumen penelitian.

F. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian eksperimental perlu dipilih suatu desain penelitian

yang tepat, sesuai dengan kebutuhan variabel-variabel yang terkandung dalam

penelitian. Desain penelitian ini adalah "Pre test – Treatment- post test design"

yang dilukiskan dalam Gambar 3.1 di bawah ini.

Pre test treatment Post test

Gambar 3.2 Desain Penelitian

Keterangan :

Pres test = Post test = tes keterampilan passing atas bola voli

Treatment = Latihan passing atas dengan menggunakan metode team games

tournament

G. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan
48

a. Observasi ke tempat penelitian, yaitu ke sekolah yang akan dijadikan tempat

pelaksanaan penelitian (SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya)

untuk meminta izin melakukan penelitian.

b. Menyusun proposal penelitian dengan dibimbing calon Dosen Pembimbing

Skripsi.

c. Seminar proposal penelitian untuk memperoleh masukan-masukan dalam

pelaksanaan penelitian.

d. Pengurusan surat-surat rekomendasi penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pengarahan kepada sampel mengenai proses pelaksanaan latihan

passing atas menggunakan alat bantu rentang tali.

b. Melakukan pengambilan data tes awal dan tes akhir keterampilan passing

atas bola voli.

3. Tahap Akhir

a. Melakukan pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan rumus-

rumus statistik.

b. Menyusun draf skripsi lengkap dengan hasil penelitian kemudian melakukan

bimbingan kepada Dosen Pembimbing Skripsi yang telah ditetapkan Dewan

Bimbingan Skripsi (DBS)

c. Ujian sidang skripsi, tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian

kegiatan penelitian yang penulis lakukan sekaligus penyempurnaan skripsi

yang direkomendasikan oleh jajaran panitia ujian skripsi.

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis


49

Untuk menguji hipotesis penelitian, maka pengujian dilakukan dengan

menggunakan rumus-rumus statistika dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menghitung skor rata-rata (mean) dari masing-masing tes, dengan rumus

sebagai berikur :

X 
 fix
n
Keterangan :

X : Nilai rata-rata yang dicari

 : Sigma atau Jumlah

fi : Frekuensi

n : jumlah sampel

2. Menghitung standar deviasi atau simpangan baku, dengan rumus sebagai

berikut :

2
 fi ( x  x) 2 
S = 

 n 1 
 

Keterangan :

S : Simpangan baku yang dicari

p : Panjang kelas interval

n : Jumlah sampel

fi : Frekuensi

3. Menghitung varians dari masing-masing tes, rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut :
50

2
 fi ( x  x) 2 
S2 = 

 n 1 
 

Keterangan :

S2 : Nilai varians yang dicari

p : Panjang kelas interval

n : Jumlah sampel

 : Sigma atau Jumlah

fi : Frekuensi

4. Menguji normalitas data dari setiap tes melalui perhitungan statistik 2

(chi–kuadrat), dengan rumus sebagai berikut :

(Oi  Ei) 2
2 =
Ei

Keterangan :

2 : Chi–kuadrat adalah lambang yang menyatakan nilai normalitas

Oi : Frekuensi nyata atau nilai obervasi/pengamatan

Ei : Frekuensi teoretis atau ekspektasi, yaitu = luas kelas interval dikalikan

dengan jumlah sampel dalam kelompok.

Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi chi–kuadrat dengan

taraf nyata () = 0,05 dan dk = k – 3 adalah apabila 2 (1 – ½ ) (k – 3) atau 2 dari

daftar chi–kuadrat lebih besar atau sama dengan hasil penghitungan statistik 2,

maka data-data dari setiap tes berdistribusi normal dapat diterima, untuk harga

2 lainnya ditolak.

5. Menguji homogenitas data melalui penghitungan statistik F, dengan rumus :


51

Varians terbesar
F =
Varians terkecil

Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan taraf nyata

(α) = 0,05 dan dk = n – 1 adalah apabila Fhitung lebih kecil atau sama dengan

F ½α (v1, v2), maka data-data dari kelompok tes itu homogen. F ½α (v1, v2)

didapat dari daftar distribusi F dengan peluang ½ , sedangkan derajat

kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan dk

penyebut = n.

7. Menguji diterima atau ditolaknya hipotesis melalui pendekatan uji kesamaan

rata-rata : uji satu pihak (uji t’) dengan rumus sebagai berikut :

X1  X 2
t' =
S12 S2
 2
n1 n2

Kriteria penerimaan hipotesis adalah terima hipotesis (Ho) jika:

wt1 1  w t
2 2 w 1t 1  w 2 t 2
– w 1  w2
< t' < w1  w 2 dan tolak dalam hal lainnya, dimana w1
S12 S 22
= , w2 = , t 1 = t (1 – ½ ) (n1 – 1), dan t2 = t (1 – ½ )
n1 n2
(n2 – 1).

Apabila data tersebut tidak berdistribusi normal dan homogen, maka

digunakan analisis statistik non–parametrik dengan menggunakan uji tes

Wilcoxon.

I. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai April 2019

2. Tempat Penelitian
52

Tempat penelitian dilakukan di lapangan bola voli SMPN 1 Sariwangi

Kabupaten Tasikmalaya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Dengan menggunakan prosedur pengolahan data sebagaimana diungkapkan

pada Bab III, maka hasil pengolahan data dapat penulis uraikan pada bagian

berikut.

Hasil penghitungan nilai rata-rata, simpangan baku dan varians hasil latihan

passing atas bola voli menggunakan berbagai bentuk variasi passing atas dapat

dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians

Variabel Tes Nilai Rata-rata Simpangan Baku Varians


Tes Awal 19,0 2,3 5,29
53

Tes Akhir 22,5 3,4 11,56

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Hasil Penghitungan Distribusi Normal

Pengujian normalitas tes ini menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat.

Hasil pengujian akan menentukan pendekatan mana yang akan dipergunakan dalam

analisis data, apakah pendekatan parametrik atau non-parametrik. Pendekatan

parametrik digunakan apabila hasil pengujian tes tersebut ternyata normal.

Sedangkan pendekatan non-parametrik digunakan apabila hasil pengujian tes

tersebut ternyata tidak normal.

53
54

Setelah dihitung diperoleh hasil sebagaimana dalam Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2

Hasil Pengujian Distribusi Normal Latihan Passing Atas Bola voli

Nilai Chi-kuadrat Batas Penolakan


Variabel Tes Kesimpulan
hitung Hipotesis *)
Tes Awal 2,08 5,99 Normal

Tes Akhir 0,79 5,99 Normal

*) α = 0,05

2. Hasil Penghitungan Homogenitas

Untuk mengetahui homogen atau tidaknya sampel yang diteliti, maka perlu

dihitung homogenitas sampel penelitian. Pengujian homogenitas ini juga

merupakan salah satu syarat digunakannya uji t. Hasil penghitungan homogenitas

sampel sebagaimana dalam Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3
Hasil Pengujian Homogenitas

Variabel Tes Nilai F-hitung F-tabel α = 0,05 (20, 20) Kesimpulan


Tes Awal
2,19 2,12 Homogen
Tes Akhir

Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat hasilnya bahwa nilai F-hitung lebih kecil

atau berada dalam F-tabel, dengan demikian hasilnya homogen.


55

C. Pengujian Hipotesis

Uji peningkatan hasil latihan passing atas menggunakan metode team

games tournament. Pengujian bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis

yang ditetapkan itu benar atau tidak. Untuk membuktikannya penulis menggunakan

uji kesamaan dua rata-rata : uji satu pihak dengan menggunakan uji t’. Uji ini

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan (berarti) dari

dua variabel yang diteliti.

Hipotesis nol penelitian ini adalah “latihan dengan menggunakan metode

team games tournament tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan

pasing atas permainan bola voli pada siswa peserta ekstrakurkuler bola voli SMPN

1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.”

Hasil pengujian hipotesis adalah sebagaimana dalam Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4
Hasil Pengujian Hipotesis Latihan Passing Atas Bola voli

t1-tabel
Variabel Tes t1-hitung Kesimpulan
α = 0,05
Tes Awal
3,80 1,73 Signifikan
Tes Akhir

Kriteria pengujian, terima hipotesis (Ho) jika –t1 (1- ) < t1 < (1- ), di

mana t (1- ) di dapat dari distribusi t1 dengan derajat kebebasan (dk) = n 1 +

n2 –2 dan peluang (1- ). Tarap nyata  = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 %

untuk harga lainnya hipotesis ditolak. Artinya hipotesis nol (H0) diterima apabila t

hitung berada dalam daerah penerimaan yakni – 1,73 < t < 1,73 dan tolak H0 jika

t-hitung mempunyai harga lain.


56

Hipotesis nol penelitian ini adalah “Tidak terdapat pengaruh yang berarti

latihan passing atas menggunakan metode team games tournament terhadap

keterampilan passing atas pada permainan bola voli pada siswa ekstrakurikuler

Bola Voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2018/2019 ”

Dari Tabel 4.5 tersebut terlihat nilai t-hitung sebesar 3,80 berada di luar

daerah penerimaan nilai t-tabel sebesar 1,73 artinya latihan passing atas

menggunakan metode team games tournament secara signifikan berpengaruh

terhadap keterampilan passing atas permainan bola voli. Ini berarti “Terdapat

pengaruh yang berarti latihan passing atas menggunakan metode team games

tournament terhadap keterampilan passing atas pada permainan bola voli pada

siswa ekstrakurikuler bola voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya

Tahun Ajaran 2018/2019 .”

Hipotesis penelitian yang diajukan adalah “Latihan passing menggunakan

metode team games tournament secara signifikan berpengaruh terhadap

keterampilan passing atas permainan bola voli siswa ekstrakurikuler bola voli

SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2018/2019 .”

Hipotesis tersebut diterima, karena terbukti dari hasil penelitian bahwa

latihan menggunakan metode team games tournament secara signifikan

berpengaruh terhadap keterampilan passing atas permainan bola voli siswa

ekstrakurikuler bola voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya Tahun

Ajaran 2018/2019 ”.

D. Pembahasan Hasil Penelitian


57

Dalam pembahasan hasil penelitian ini, penulis mengadakan pencocokan

terhadap hipotesis penelitian yang diajukan. Adapun hipotesis penelitian yang

penulis ajukan sebagaimana dalam Bab II penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Latihan menggunakan metode team games tournament secara signifikan

berpengaruh terhadap hasil passing atas bola voli siswa ekstrakurikuler bola voli

SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2018/2019 .”

Hipotesis tersebut hasilnya diterima, karena terbukti dari pengujian

hipotesis secara statistika dengan perolehan hasil t-hitung sebesar 3,80 berada di

luar daerah penerimaan t-tabel 1,73 yang berarti bahwa latihan passing atas

menggunakan metode team games tournament secara signifikan berpengaruh

terhadap keterampilan passing atas permainan bola voli untuk siswa

ekstrakurikuler bola voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran

2018/2019.”

Permainan bola voli berperan dalam meningkatkan jumlah pemain aktif dan

merupakan wahana pembinaan usia dini. Olahragawan muda akan lebih mudah

mempelajari keterampilan bola voli, sebab agak sulit mengembangkan keterampilan

tersebut pada usia dewasa. Permainan bola voli memberikan kesempatan kepada

anak untuk mengembangkan berbagai kemampuan, fisik, mental, dan sosial sebagai

dasar dalam pengembangan prestasi bola voli sebenarnya. Hal ini selaras pula

dengan teori pelatihan bahwa permainan bola voli dimulai pada usia 11 – 12 tahun

yang diharapkan mencapai puncaknya pada usia 20 – 25 tahun.

Permainan bola voli merupakan salah satu bentuk pencapaian tujuan

pendidikan jasmani disekolah dasar sebagaimana dikemukakan Ateng, Abdul Kadir


58

(1992:23) yaitu peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan

kecerdasan dan pembentukan watak. terkait dengan itu, analisis berikut

menggambarkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan bola voli,

yaitu: (1) nilai-nilai sosial seperti kerjasama dan toleransi; (2) nilai-nilai kompetitif

seperti sikap pantang menyerah, berusaha merebut peluang; (3) nilai-nilai

sportivitas seperti mau mengakui keunggulan lawan dan mengakui keterbatasan

diri; (4) keterampilan berfikir dan kreativitas seperti penerapan taktik dalam situasi

permainan yang komplek untuk memenangkan suatu permainan; (5) taat pada

aturan karena dalam permainan di batasi oleh aturan-aturan yang disepakati

bersama.

Permainan bola voli termasuk aktivitas permainan kompetitif Werner

(1979) yang pendapatnya dikutip oleh Yudiana,(2008:3) menyatakan bahwa

“aktivitas permainan adalah aktivitas kompetitif yang dilakukan secara individual

atau kelompok dengan menerapkan aturan dan penilaian yang objektif terhadap

penampilan kemampuan keterampilan gerak yang dimiliki strategi dengan maksud

untuk mencapai kemenangan”. Begitu juga yang dinyatakan oleh Saunders (1999)

dan Stanley (1977) yang dikutip oleh Wall dan Murray (1994) dalam buku

Yudiana, Yuyun (2008:3) bahwa “permainan adalah aktivitas kompetitif secara

individual atau kelompok dengan maksud untuk menang, dengan menggunakan

strategi dan keterampilan untuk menjaga lawan secara individu atau kelompok dari

kemenangan.”

Bahkan menurut Lutan, Rusli (1988:123) bahwa, ”aktivitas permainan

lebih mengarah kepada kegiatan bermain. Dan karakteristik kegiatan bermainnya


59

dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peragaan ketangkasan fisik, yang bentuknya

meliputi aktivitas keterampilan, kesegaran jasmani, atau kombinasi dari keduanya.”

Menurut para ahli (Sutoto, Mukholid, dan Aminah, 2018:129) bahwa

”permainan merupakan aktivitas yang sangat digemari oleh anak-anak, para remaja,

dan bahkan para orang tua.” Ada yang berpendapat bahwa permainan atau

bermain berguna bagi perkembangan pribadi, yang positif dan menyenangkan. Ada

pula yang berpendapat bahwa permainan bermanfaat bagi perkembangan biologis

dan juga pendidikan. Melalui permainan dapat dikembangkan kestabilan dan

pengendalian emosi yang sangat penting bagi keseimbangan mental. Melalui

permainan juga dapat dikembangkan kecepatan proses hubungan hidup antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok,

bahkan antara negara dan bangsa sedunia.

Permainan merupakan bagian dari bidang kajian pendidikan jasmani yang

mempunyai banyak sekali kegiatannya. Karena permainan dapat mengembangkan

kemampuan-kemampuan yang bersifat jasmani, koordinasi gerak, kejiwaan, dan

sosial. Melalui permainan akan terkondisikan dan mempersiapkan anak untuk

mampu melakukan aktivitas-aktivitas olahraga lainnya, seperti: atletik, sepakbola,

bola voli, bolabasket, senam, dan berenang (Sutoto, Mukholid, dan Aminah,

2018:128). Menurut Ateng (1992:2) bahwa ”dunia anak adalah dunia bermain

sehingga penyajian dalam latihan pendidikan jasmaninya haruslah dalam bentuk

permainan”. Permainan berperan sebagai kendaraan pertama untuk mempelajari

diri sendiri dan dunia sekitarnya. Melalui permainan, indivual atau kelompok, aktif
60

atau diam, anak-anak mengembangkan pemahaman dasar dari dunia tempat mereka

hidup.

Kesempatan untuk bermain yang berarti melatih diri adalah syarat mutlak

bagi anak untuk pertumbuhannya. Bermain sama pentingnya dengan makan,

minum dan pakaian. Bahkan orang yang melarang anak bermain sebenarnya

berbuat suatu kejahatan yang besar terhadap anak. Bermain dikalangan manusia, di

dalam kehidupan bermasyarakat merupakan latihan untuk dapat hidup sebagai

manusia. Makin banyak kesempatan bermain, makin sempurnalah penyesuaian

anak terhadap kebutuhan hidup dalam masyarakatnya dikemudian kelak.

Dalam menerapkan bentuk latihan bola voli kepada anak-anak sekolah

dasar perlu ditumbuhkan motivasi-motivasi latihan. Cara yang dapat dilakukan

adalah dengan variasi-variasi model latihan, sehingga tidak membosankan.

Dilakukannya dalam bentuk kompetitif adalah salah satu cara yang dapat diberikan,

seperti apabila siswa mampu membuat skor tertinggi dengan cara hasil servis

masuk pada petak nilai baik maka diberi pujian.

Dengan menggunakan proses latihan passing atas menggunakan Metode

Team Games Tournament dapat memotivasi anak untuk giat berlatih karena unsur

variasi-variasi gerak dapat diperoleh dengan bentuk latihan ini, selain itu kekerapan

dalam melakukan gerak lebih sering dilakukan dibandingkan dengan bentuk

permainan bola voli yang sebenarnya.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
61

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dengan menggunakan

pendekatan statistika, penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :

Terdapat pengaruh yang signifikan latihan passing atas dengan menggunakan

metode team games tournament terhadap hasil passing atas permainan bola voli

siswa ekstrakurikuler bola voli SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya

Tahun Ajaran 2018/2019.” Hal ini berarti bahwa latihan menggunakan metode

team games tournament efektif terhadap hasil passing atas permainan bola voli.

B. Saran-saran

Mengacu pada hasil yang telah diperoleh penelitian ini, maka penulis

menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kepada guru Pendidikan jasmani, pelatih bola voli atau siswa peserta

ekstrakurikuler bola voli agar menggunakan metode team games

tournament untuk meningkatkan keterampilan passing atas permainan bola

voli.

2. Disarankan kepada yang berminat meneliti yang sama agar melakukan

penelitian dengan jenis keterampilan kombinasi antara passing atas dengan

passing bawah permainan bola voli.

61

Anda mungkin juga menyukai