P1 Destilati Batch - 4 Selasa New

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA

Materi :

Distillation Batch

Kelompok :

4/Selasa

Nama Anggota : Diva Reyhan Nastika


Juang Kurnia Efrilian
Salsabila Lidya Nirmala

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Materi : Distilasi Batch


Kelompok : 4/Selasa
Anggota : 1. Diva Reyhan Nastika (NIM. 21030120140102)
2. Juang Kurnia Efrilian (NIM. 21030120140123)
3. Salsabila Lidya Nirmala (NIM. 21030120140181)

Semarang,
Mengesahkan,
Dosen Pengampu

Prof. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.Si.


NIP. 196910021994032003

ii
RINGKASAN

Larutan etanol-air adalah campuran cair-cair yang saling melarutkan dimana


keduanya memiliki perbedaan titik didih yang cukup tinggi sehingga proses
pemisahannya dapat dilakukan dengan cara distilasi. Distilasi merupakan metode
operasi pemisahan suatu campuran homogen (cair-cair saling melarutkan),
berdasarkan perbedaan titik didih atau perbedaan tekanan uap murni. Dalam
operasi distilasi batch, sejumlah massa larutan dimasukkan ke dalam labu didih
kemudian dipanaskan. Selama proses berjalan, larutan akan menguap dan uap yang
akan terbentuk secara kontinyu meninggalkan labu didih untuk kemudian
diembunkan. Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan, distilasi dapat dioperasikan
dengan sistem refluks. Tujuan dari praktikum ini yaitu mahasiswa diharapkan
mampu melaksanakan percobaan distilasi batch dengan sistem refluks dan mampu
mengkaji pengaruh perbandingan refluks (R) terhadap komposisi etanol dalam
distilat selama waktu operasi empat menit.
Pada praktikum ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap persiapan dan
tahap operasi. Pada tahap persiapan dimaksudkan untuk membuat kurva standar
hubungan densitas (𝜌) dengan konsentrasi larutan Xe. Sedangkan pada tahap
operasi dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh perbandingan refluks terhadap
komposisi etanol dalam distilat dilakukan dengan kondisi tetap. Bahan yang
dibutuhkan dalam praktikum ini diantaranya yaitu etanol absolut 0,998, etanol
teknis, dan aquadest. Sedangkan alat yang diperlukan yaitu satu unit alat distilasi
batch dengan sistem refluks, piknometer, neraca analitis, stopwatch dan gelas beaker
50 mL.
Berdasarkan teori dan data hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa
hubungan nilai energi pemanas dengan Boil-up Rate adalah berbanding lurus
dimana semakin besar nilai energi pemanas maka akan menghasilkan Boil-up Rate
yang semakin besar dan sebaliknya. Hubungan perbandingan refluks dengan
komposisi etanol dalam distilasi adalah berbanding lurus. Dengan adanya
peningkatan perbandingan refluks maka kadar konsentrasi etanol dalam distilat akan
mengalami kenaikan. Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum ini, yaitu
pastikan tidak ada gelembung yang akan mengganggu jalannya larutan yang akan
didistilasi, pastikan melakukan kalibrasi piknometer dengan benar supaya massa dan
volume larutan yang tercatat akurat, dan pada praktikum selanjutnya, dapat
digunakan campuran biner lain selain etanol-air untuk mengetahui fenomena yang
terjadi pada campuran lain.

iii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
laporan praktikum materi Distillation Batch. Laporan yang kami susun dengan
sistematis dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Unit Operasi Teknik Kimia.
Dengan terselesaikannya laporan praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan ini, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.Si. selaku Dosen Pengampu pada
praktikum materi Distillation Batch.
2. Marissa Widiyanti, S.T., M.T. dan Murdiyono selaku Laboran Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Izza Nizhomi selaku Koordinator Asisten Laboratorium Unit Operasi Teknik
Kimia.
4. Albertus Bimo Raharjanto dan George Elia Parlindungan selaku Asisten
Pengampu Materi Distillation Batch.
5. Seluruh asisten Laboratorium Unit Operasi Teknik Kimia.
6. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2020 yang telah membantu dari segi
waktu maupun motivasi.
Penyusun menyadari banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini dan
perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dari pembaca sangat diharapkan untuk
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat berguna
sebagai penambah ilmu pengetahuan.

Semarang, Mei 2023

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................. iii
PRAKATA .................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Praktikum ......................................................................................... 1
1.4 Manfaat Praktikum ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 2
2.1 Pengertian Distilasi ....................................................................................... 2
2.2 Karakteristik Distilasi Batch......................................................................... 3
2.3 Distilasi Batch dengan Sistem Refluks......................................................... 3
2.4 Pengaruh Perbandingan Refluks terhadap Komposisi Distilat ..................... 4
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................................ 6
3.1 Rancangan Praktikum ................................................................................... 6
3.1.1 Tahap Persiapan .................................................................................. 7
3.1.2 Tahap Operasi ..................................................................................... 7
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan .................................................................. 8
3.2.1 Bahan yang Digunakan ....................................................................... 8
3.2.2 Alat yang Digunakan........................................................................... 8
3.3 Gambar Rangkaian Alat ............................................................................... 8
3.4 Prosedur Percobaan pada Tahap Operasi ..................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 10
4.1 Pengaruh Nilai Energi Pemanas terhadap Boil-up Rate ............................. 10
4.2 Perbandingan Refluks terhadap Komposisi Etanol dalam Distilasi ........... 11
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 13
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
5.2 Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data volume distilat, densitas distilat serta komposisi distilat berbagai
perbandingan refluks ................................................................................... 7
Tabel 4.1 Pengaruh nilai energi pemanas terhadap boil-up rate ............................... 10

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah proses pemisahan secara distilasi ............................................. 2


Gambar 2.2 Pengaruh perbandingan refluks terhadap komposisi distilat pada
campuran etanol-air ................................................................................ 4
Gambar 2.3 Diagram T-x,y sebagai alat bantu penentuan komposisi umpan masuk
kolom ...................................................................................................... 5
Gambar 3.1 Rancangan tahap persiapan ..................................................................... 6
Gambar 3.2 Rancangan tahap operasi ........................................................................ 6
Gambar 3.3 Rangkaian alat utama distilasi batch ...................................................... 8
Gambar 3.4 Control panel alat distilasi batch ............................................................ 8
Gambar 4.1 Pengaruh perbandingan refluks terhadap komposisi etanol dalam
distilasi .................................................................................................. 11

vii
DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR PERHITUNGAN
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan etanol-air adalah campuran cair-cair yang saling melarutkan
dimana keduanya memiliki perbedaan titik didih yang cukup tinggi sehingga
proses pemisahannya dapat dilakukan dengan cara distilasi. Dalam skala
laboratorium, proses pemisahan secara distilasi dapat dilakukan dalam sebuah
kolom packing yang dioperasikan secara batch.
Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan dengan cara distilasi, dapat
dilakukan dengan sistem refluks yaitu dengan mengembalikan cairan hasil
kondensasi uap yang keluar dari puncak kolom masuk kembali ke dalam kolom
dengan harapan dapat melakukan kontak ulang kembali dengan fase uapnya.
Dengan alat yang sama, peningkatan efisensi dapat dilihat dari
meningkatnya kemurnian etanol dalam distilat. Berdasarkan hal tersebut, maka
percobaan distilasi batch dilakukan untuk menentukan pengaruh perbandingan
refluks terhadap komposisi etanol dalam distilat.

1.2 Perumusan Masalah


Larutan etanol-air dapat dipisahkan secara distilasi batch dengan sistem
refluks. Jika ditinjau terhadap alat yang sudah ada, perbandingan refluks akan
berpengaruh terhadap peningkatan efisiensi pemisahan sehingga komposisi
etanol dalam distilat akan meningkat.

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mampu melaksanakan percobaan distilasi batch dengan sistem refluks.
2. Mampu mengkaji pengaruh perbandingan refluks (R) terhadap komposisi
etanol dalam distilat selama waktu operasi satu menit.
3. Mampu mengkaji pengaruh energi pemanasan terhadap boil up rate yang
diperoleh selama waktu operasi satu menit.

1.4 Manfaat Praktikum


Dengan menggunakan alat dan variabel kendali yang sama, dapat
memisahkan produk dan komposisi etanol yang diinginkan dengan
mengoperasikan alat pada perbandingan refluks tertentu serta dapat menjadi
panduan bagi praktikan untuk melakukan operasi distilasi batch dengan sistem
refluks.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Distilasi


Distilasi merupakan metode operasi pemisahan suatu campuran homogen
(cair-cair saling melarutkan), berdasarkan perbedaan titik didih atau perbedaan
tekanan uap murni (masing-masing komponen yang terdapat dalam campuran)
dengan menggunakan sejumlah panas sebagai tenaga pemisah atau Energy
Separating Agent (ESA).
Distilasi termasuk proses pemisahan menurut dasar operasi difusi. Secara
difusi, proses pemisahan terjadi karena adanya perpindahan massa secara lawan
arah dari fasa uap ke fasa cairan atau sebaliknya, sebagai akibat adanya beda
potensial diantara dua fasa yang saling kontak, sehingga pada suatu titik suhu
dari tekanan tertentu sistem berada dalam keseimbangan. Secara sederhana,
proses distilasi dapat digambarkan sesuai dengan skema berikut ini:

Gambar 2.1 Langkah proses pemisahan secara distilasi


Dalam bentuk lain, pengertian distilasi dinyatakan sebagai berikut:
[ ] [ ] [ ] [ ]
Dimana : , = Komposisi komponen A, B
A, B = Komponen yang mempunyai tekanan uap tinggi, rendah
D = Hasil puncak (distilat)
W = Hasil bawah (residu)
Diagram sederhana Gambar 2.1 menunjukkan bahwa operasi distilasi terdiri
dari tiga langkah dasar, yaitu:
1. Penambahan sejumlah panas (ESA) kepada larutan yang akan dipisahkan.
2. Pembentukan fasa uap yang bisa jadi diikuti dengan terjadinya
keseimbangan.

2
3. Langkah pemisahan.
Pada operasi pemisahan secara distilasi fasa uap akan segera terbentuk
setelah campuran dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling kontak
sedemikian hingga pada suatu saat semua komponen terjadi dalam campuran
akan terdistilasi dalam kedua fasa membentuk keseimbangan. Setelah
keseimbangan tercapai, uap segera dipisahkan dari cairannya, kemudian
dikondensasikan membentuk distilat.
Dalam keadaan seimbang, komposisi distilat tidak sama dengan komposisi
residunya, dimana:
1. Komponen dengan tekanan uap murni tinggi lebih banyak terdapat dalam
distilat.
2. Komponen dengan tekanan uap murni rendah sebagian besar terdapat dalam
residu.

2.2 Karakteristik Distilasi Batch


Dalam operasi distilasi batch, sejumlah massa larutan dimasukkan ke
dalam labu didih kemudian dipanaskan. Selama proses berjalan, larutan akan
menguap dan uap yang akan terbentuk secara kontinyu meninggalkan labu
didih untuk kemudian diembunkan. Salah satu ciri dari pemisahan dengan
distilasi batch adalah laju alir maupun komposisi dari umpan dan produk
berubah menurut waktu selama operasi pemisahan berlangsung.
Distilasi batch dapat dipandang sebagai kolom yang tersusun dari
enriching section yang terdiri dari umpan berupa uap yang secara kontinyu
masuk melalui dasar kolom. Distilasi batch juga memiliki kapasitas yang
rendah.

2.3 Distilasi Batch dengan Sistem Refluks


Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan, distilasi dapat dioperasikan
dengan sistem refluks. Sistem refluks dimaksudkan untuk mengontakkan
kembali sebagian cairan hasil kondensasi uap yang keluar dari puncak kolom
dengan fasa uapnya di sepanjang kolom.
Dengan demikian:
1. Secara total, waktu kontak antarfasa semakin lama.
2. Perpindahan massa dan perpindahan panas kembali terjadi.
3. Distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi di setiap fasa semakin uniform.
4. Terwujudnya keseimbangan semakin didekati.

3
Fungsi perbandingan refluks:
1. Terhadap kolom yang akan dibangun
Bahwa untuk mencapai kemurnian yang sama, semakin besar
perbandingan refluks yang digunakan, maka semakin sedikit jumlah plate
ideal yang dibutuhkan.
2. Terhadap kolom yang sudah ada
Bahwa pada jumlah plate yang sama, semakin besar perbandingan
refluks yang digunakan, maka kemurnain produk yang dihasilkan semakin
tinggi.

2.4 Pengaruh Perbandingan Refluks terhadap Komposisi Distilat


Perbandingan refluks merupakan salah satu variabel operasi yang
menentukan keberhasilan proses pemisahan secara distilasi. Dalam praktik,
perbandingan refluks yang digunakan adalah di atas perbandingan refluk
minimum (Rmin) dan di bawah perbandingan refluk total. Dengan demikian,
korelasi antara perbandingan refluks dengan komposisi komponen ringan yang
terdapat dalam distilat pada campuran etanol-air dapat diperlihatkan seperti
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pengaruh perbandingan refluks terhadap komposisi distilat pada


campuran etanol-air
Terhadap kolom yang sudah ada, komposisi komponen ringan yang
terdapat dalam distilat meningkat seiring dengan semakin besarnya
perbandingan refluks. Pada operasi pemisahan secara distilasi, peningkatan
komposisi komponen ringan dalam distilast tidak pernah mencapai satu. Khusus
untuk campuran etanol-air, komponen etanol dalam distilat tidak akan mencapai

4
komposisi azeotropnya, sedangkan komposisi komponen ringan di atas
komposisi umpan.
Dalam distilasi batch, umpan berupa uap yang secara kontinyu masuk
melalui dasar kolom. Komposisi umpan masuk kolom dapat diperkirakan
dengan bantuan Gambar 2.3.berikut:

Gambar 2.3 Diagram T-x,y sebagai alat bantu pnentuan komposisi umpan
masuk kolom
Dengan menggunakan alat kontak jenis apapun, produk hasil pemisahan
campuran etanol air secara distilasi tidak pernah mencapai komposisi
azeotropnya (0,95-0,96). Meskipun demikian, komposisi distilat tidak akan
lebih kecil dari komposisi umpan masuk kolom (yf).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Praktikum


Untuk menjawab tujuan percobaan yaitu untuk mengkaji pengaruh
perbandingan refluks (R) terhadap komposisi etanol dalam distilat selama
operasi empat menit. Praktikum ini dilakukan dalam dua tahap yaitu:
a) Tahap Persiapan

Pembuatan larutan etanol-air pada


berbagai komposisi

Penentuan densitas etanol-air pada


berbagai komposisi

Pembuatan kurva Xe terkoreksi


dan massa jenis larutan

Gambar 3.1 Rancangan tahap persiapan


b) Tahap Operasi

Persiapan alat distilasi

Pemanasan larutan umpan

Pengoperasian distilasi

Pencatatan data percobaan

Pengulangan percobaan distilasi


pada berbagai perbandingan
refluks lainnya

Gambar 3.2 Rancangan tahap operasi

6
3.1.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimaksudkan untuk membuat kurva standar
hubungan densitas (𝜌) dengan konsentrasi larutan Xe dengan langkah
sebagai berikut:
1. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
2. Menentukan densitas etanol-air berbagai komposisi.
3. Memplotkan Xe terkoreksi dan 𝜌 larutan ke sumbu x dan y untuk
kurva standar. (Lampiran)
3.1.2 Tahap Operasi
Untuk mengkaji pengaruh perbandingan refluks terhadap
komposisi etanol dalam distilat dilakukan dengan kondisi tetap.
a. Komposisi umpan masuk kolom : 0,7
b. Waktu Operasi : 1 menit
c. Volume umpan : 10 L
Sedangkan perbandingan refluks divariasi. Di setiap akhir percobaan
dilakukan uji komposisi etanol (% berat). Dalam bentuk lain rancangan
percobaan pada tahap operasi dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Data volume distilat, densitas distilat serta komposisi distilat
berbagai perbandingan refluks
C
Heating D L
(Product V W
Energy (Product (Reflux Densitas Xe
to Product Product
(Watt) Received) Ratio)
Column)
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √

7
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan
3.2.1 Bahan yang Digunakan
1. Etanol absolut 0,998 (Merck, Germany)
2. Etanol teknis
3. Aquadest
3.2.2 Alat yang Digunakan
1. Satu unit alat distilasi batch dengan sistem refluks
2. Picnometer dan neraca analisis
3. Stopwatch
4. Gelas Beaker 50 mL

3.3 Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3.3 Rangkaian alat utama distilasi batch

Gambar 3.4 Control panel alat distilasi batch

8
3.4 Prosedur Percobaan pada Tahap Operasi
1. Mempersiapkan alat hingga siap dioperasikan
- Memeriksa beberapa ala tantara lain sambungan alat, pemanas, air
pendingin, termometer dan kran.
- Tutup semua valve kecuali valve 10.
2. Masukkan umpan yang telah dibuat ke dalam boiler.
3. Alirkan air pendingin pada kondensor dan atur flowrate pada 4000 cc/min.
4. Hubungkan console dengan kontak listrik dan set tombol pengatur panas
pada posisi 1,5 Watt hingga terjadi bubbling, lalu turunkan hingga variabel
yang ditentukan.
5. Tunggu sampai keadaan steady, yaitu sampai suhu uap dan suhu cairan
relatif konstan.
6. Tunggu sampai uap terkondensasi dan cairan kembali ke kolom.
7. Atur control panel sehingga nilai refluks = 0 untuk menghitung jumlah
produk yang diperoleh pada variabel energi pemanasan tertentu, catat data
yang diperoleh.
8. Atur pada control panel pengatur refluks sesuai variabel.
9. Lakukan operasi distilasi selama 1 menit.
10. Matikan sistem refluk pada control panel.
11. Buka kran pengeluaran distilat, tampung distilat yang keluar, dan tutup kran
penampung distilat.
12. Ukur volume dan berat distilat yang diperoleh untuk menentukan nilai
densitas.
13. Ulangi langkah 8-12 untuk perbandingan refluks lain.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Nilai Energi Pemanas terhadap Boil-up Rate


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data pengaruh
nilai energi pemanas terhadap boil-up rate yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Pengaruh nilai energi pemanas terhadap boil-up rate
Energi Pemanas (kW) Boil-up Rate (ml/s)
0,47 0,32
0,6 0,52

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan adanya pengaruh nilai energi


pemanas terhadap Boil-up Rate yang didapatkan. Besarnya nilai Boil-up Rate
dengan besar energi pemanas 0,47 kW dan 0,6 kW berturut-turut adalah 0,32
ml/s dan 0,52 ml/s. Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa seiring
dengan naiknya nilai energi pemanas juga akan meningkatkan Boil-up Rate
yang diperoleh.
Boil-up Rate adalah parameter operasi kolom penting lainnya yang
memengaruhi efisiensi pemisahan dan konsumsi energi dalam pemulihan
kolom dan fraksinasi. Penurunan Boil-up Rate menyiratkan hal itu lebih sedikit
cairan yang direbus kembali ke kolom untuk memenuhi spesifikasi produk,
sehingga menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam konsumsi energi
pemanas (Murali et al., 2020). Hal ini dikuatkan juga pada penelitian yang
dilakukan oleh Tasleem dan Kumar (2021) yang melakukan produksi isomer
xylene dengan metode destilasi. Hasil yang didapatkan dari percobaan tersebut
adalah Boil-up Rate akan meningkat dengan meningkatnya energi dari reboiler
(pemanas), yang pada gilirannya memengaruhi suhu di kolom, yang
memengaruhi kinetika reaksi.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan yang
didapatkan telah sesuai dengan teori. Dimana Boil-up Rate berbanding lurus
dengan nilai energi pemanas. Semakin besar nilai energi pemanas maka akan
menghasilkan Boil-up Rate yang semakin besar. Begitu pula sebaliknya
Semakin kecil nilai energi pemanas maka akan menghasilkan Boil-up Rate
yang semakin kecil.

10
4.2 Perbandingan Refluks terhadap Komposisi Etanol dalam Distilasi
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data
perbandingan refluks terhadap komposisi etanol dalam distilasi yang
ditunjukkan pada Gambar 4.1.

1,2
Komposisi etanol pada distilat

0,8
(Xe)

0,6
0,47 kW
0,4 0,6 kW
0,2

0
0 1 2 3 4
Perbandingan Refluks (R)

Gambar 4.1 Pengaruh perbandingan refluks terhadap komposisi etanol dalam


distilasi
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa data
perbandingan refluks terhadap komponen etanol dalam distilat. Pada variabel
heating energy 0,47 kW didapat perbandingan refluks sebesar 0,33333; 0,5; 1;
2; 3 dengan komponen etanol (Xe) dalam distilat berturut-turut sebesar 0,915;
0,905; 1,02; 0,95; dan 0,87. Sedangkan pada variabel heating energy 0,6 kW
didapat perbandingan refluks sebesar 0,33333; 0,5; 1; 2; 3 dengan komponen
etanol (Xe) dalam distilat berturut-turut sebesar 1,08; 1,065; 1,055; 0,91; dan
0,908.

Penambahan laju alir refluks merupakan salah satu cara untuk


meningkatkan konsentrasi pada distilat (Moehady et al., 2019). Pada dasarnya
refluks dilakukan untuk memberikan kesempatan fasa cair melakukan kontak
ulang kembali dengan fasa uap atau sebaliknya. Dengan adanya refluks
tersebut, waktu kontak secara total menjadi lebih lama sehingga perpindahan
massa dan panas juga dapat terjadi kembali. Selain itu, distribusi suhu, tekanan,
dan konsentrasi menjadi semakin seragam, serta keseimbangan semakin
didekati. Ketika mendekati keadaan keseimbangan, komposisi etanol dalam
distilat cenderung mendekati batas maksimal yang artinya komposisi etanol
mengalami peningkatan (Fatimura, 2014). Oleh karena itu, dengan adanya
peningkatan perbandingan refluks dapat menyebabkan kenaikan kadar

11
konsentrasi etanol dalam distilat. Pengaruh dari perbandingan refluks terhadap
komponen etanol dalam distilat lebih kecil dari komposisi azeotrop campuran
etanol-air.

Namun, pada variabel heating energy 0,47 kW dengan perbandingan


refluks 0,5; 2; 3, serta variabel heating energy 0,6 kW dengan perbandingan
refluks 0,5 hingga 3 mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan teori
dimana semakin tinggi nilai refluks maka semakin tinggi komposisi distilat
yang didapat. Penurunan ini dapat disebabkan karena rasio refluks yang terlalu
besar akan menghasilkan komponen yang lambat dan tidak efisien serta
kemungkinan ikutnya beberapa impuritas karena terus dikontakkan berulang
kali (Amrullah et al., 2017). Selain itu, karena sistem distilasi yang digunakan
adalah batch, sistem ini tidak memberikan pemisahan yang baik kecuali jika
volatilitas dari umpan sangat tinggi. Maka dapat disimpulkan dari hasil
percobaan belum sesuai dengan teori.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hubungan nilai energi pemanas dengan Boil-up Rate adalah berbanding
lurus dimana semakin besar nilai energi pemanas maka akan menghasilkan
Boil-up Rate yang semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil
nilai energi pemanas maka akan menghasilkan Boil-up Rate yang semakin
kecil.
2. Hubungan perbandingan refluks dengan komposisi etanol dalam distilasi
adalah berbanding lurus. Dengan adanya peningkatan perbandingan refluks
maka kadar konsentrasi etanol dalam distilat akan mengalami kenaikan.

5.2 Saran
1. Pastikan tidak ada gelembung yang akan mengganggu jalannya larutan
yang akan didistilasi.
2. Pastikan melakukan kalibrasi piknometer dengan benar supaya massa dan
volume larutan yang tercatat akurat.
3. Pada praktikum selanjutnya, dapat digunakan campuran biner lain selain
etanol-air untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada campuran lain.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, R., Nurjanah, S., Widyasanti, A., Muhaemin, M., Raya, J., & Sumedang,
B. (2017). Kajian pengaruh rasio refluks terhadap karakteristik minyak nilam
hasil distilasi fraksinasi. Jurnal Teknotan Vol, 11(2).
https://doi.org/10.24198/jt.vol11n2.8
Fatimura, M. (2017). Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Operasi
Pada Kolom Destilasi. Jurnal Media Teknik, 11(1).
https://doi.org/10.14710/jati.11.3.143-150
Moehady, B. I., Putri, A., & Mayasari, E. (2019). Optimasi Kondisi Operasi Kolom
Destilasi untuk Meningkatkan Konsentrasi Ethylene Dichloride (EDC) Umpan
Furnace (Studi di PT Asahimas Chemical). Fluida, 12(1), 8-14.
https://doi.org/10.35313/fluida.v12i1.1600
Murali, A., Berrouk, A. S., Dara, S., AlWahedi, Y. F., Adegunju, S., Abdulla, H. S.,
... & Hosani, M. A. (2020). Efficiency enhancement of a commercial natural
gas liquid recovery plant: A MINLP optimization analysis. Separation
Science and Technology, 55(5), 955-966.
https://doi.org/10.1080/01496395.2019.1574825
Santosa, H. (2002). Operasi Teknik Kimia III. Semarang: Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. “Distilasi” p.5-6 dan “Bentuk
Lain Diagram Suhu Komposisi” p.20.
Santosa, H. (2004). Operasi Teknik Kimia Distilasi. Semarang: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. “Distilasi Multistage
dengan Sistem Refluk” p.30-31.
Tasleem, S., & Kumar, V. R. (2021). Intensification of an Irreversible Process using
Reactive Distillation–Feasibility Studies by Residue Curve Mapping.
https://doi.org/10.22214/ijraset.2021.39104

14
LEMBAR PERHITUNGAN

A. Membuat Kurva Standar ρ vs x


a) Menghitung Densitas
Massa piknometer kosong = 9,73 gram
Volume picnometer = 3,1206 mL
 Densitas Etanol Absolut
Massa picnometer + etanol absolut = 10,501 gram

 Densitas Umpan
Massa picnometer + etanol teknis = 12,514 gram

b) Menghitung Volume Etanol-Air Berbagai Komposisi

 Xe = 0,1

( ) ( )

V etanol absolut = 1,7 mL


V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 1,7 mL = 8,3 mL
 Xe = 0,2

( ) ( )

V etanol absolut = 2,8 mL


V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 2,8 mL = 7,2 mL
 Xe = 0,3

( ) ( )

V etanol absolut = 3,9 mL


V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 3,9 mL = 6,1 mL
 Xe = 0,4

( ) ( )

V etanol absolut = 4,9 mL


V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 4,9 mL = 5,1 mL
 Xe = 0,5

( ) ( )

V etanol absolut = 5,9 mL


V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 5,9 mL = 4,1 mL
 Xe = 0,6

( ) ( )

V etanol absolut = 6,9 mL


V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 6,9 mL = 3,1 mL
 Xe = 0,7

( ) ( )

V etanol absolut = 7,8 mL


V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 7,8 mL = 2,2 mL
 Xe = 0,8

( ) ( )

V etanol absolut = 8,7 mL


V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 8,7 mL = 1,3 mL
 Xe = 0,9

( ) ( )

V etanol absolut = 9,3 mL


V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 9,3 mL = 0,7 mL
 Xe = 1

( ) ( )

V etanol absolut = 10 mL
V air = V total – V etanol absolut
= 10 mL – 10 mL = 0 mL

c) Menghitung Densitas Etanol-Air Berbagai Komposisi

 Xe = 0,1
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,7695 gram

 Xe = 0,2
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,7395 gram

 Xe = 0,3
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,6397 gram

 Xe = 0,4
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,6097 gram
 Xe = 0,5
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,5395 gram

 Xe = 0,6
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,4496 gram

 Xe = 0,7
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,4396 gram

 Xe = 0,8
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,3298 gram

 Xe = 0,9
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,2196 gram

 Xe = 1
Massa picnometer + larutan etanol-air = 12,2096 gram

d) Menghitung Xe Terkoreksi

 Volume etanol absolut = 1,7 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 0,142
 Volume etanol absolut = 2,8 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 0,239
 Volume etanol absolut = 3,9 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 0,341
 Volume etanol absolut = 4,9 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 0,437
 Volume etanol absolut = 5,9 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 0,538
 Volume etanol absolut = 6,9 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 0,643
 Volume etanol absolut = 7,8 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 0,741
 Volume etanol absolut = 8,7 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 0,844
 Volume etanol absolut = 9,5 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 0,939
 Volume etanol absolut = 10 mL

( ) ( )

Xe terkoreksi = 1
e) Membuat Kurva Standar Hubungan Xe Terkoreksi (Sumbu X) vs Densitas
(Sumbu Y)

Gambar 1. Kurva standar hubungan Xe terkoreksi (sumbu x) vs densitas


(sumbu y)

B. Tahap Operasi
a. Boil up Rate
Heating Energy Boil up Rate
Volume (mL)
(kW) (mL/s)
0,47 19,2 0,32
0,6 31 0,32
b. Hasil Percobaan
C
Heating D L
(Product V
Energy (Product (Reflux W Densitas Xe
to produk
(kW) Received) Ratio)
Column)
1 1 1 19,6 15,78 0,8051 0,915
1 2 0,5 14,2 11,58 0,81549 0,905
0,47 1 3 0,33 17,8 13,94 0,78315 1,02
2 1 2 13,6 10,83 0,79632 0,95
3 1 3 12,2 10,01 0,82049 0,87
1 1 1 26,1 19,83 0,75977 1,055
1 2 0,5 32 23,89 0,74656 1,065
0,6 1 3 0,33 26,8 19,65 0,73321 1,08
2 1 2 19,1 15,38 0,80524 0,91
3 1 3 16 12,85 0,80313 0,908
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1. 19 Mei 2023 P0 Laporan Praktikum
2. 19 Mei 2023 Revisi P0 Laporan Praktikum
 Angka BAB IV
3. 24 Mei 2023 P1 Laporan Praktikum
4. 25 Mei 2023 ACC Laporan Praktikum

Anda mungkin juga menyukai