1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

Bulletin of Scientific Contribution


GEOLOGY
Fakultas Teknik Geologi
UNIVERSITAS PADJADJARAN Volume 17, No.1
homepage: http://jurnal.unpad.ac.id/bsc
p-ISSN: 1693-4873; e-ISSN: 2541-514X
April 2022

KARAKTERISTIK GRANITOID DAERAH NYUKANG HARJO, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH,


LAMPUNG
Muhammad Alqori Brilian, Endang Wiwik D.H
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia
aEmail korespondensi: [email protected]

ABSTRAK
Daerah Nyukang Harjo Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung tersingkap batuan beku
granitoid pada kondisi morfologi perbukitan rendah hingga perbukitan tinggi. Batuan beku pada
daerah penelitian tersebar dengan cukup luas dan mempunyai karakteristik yang menarik baik
secara megaskopis maupun secara petrografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik, komposisi, dan tipe batuan beku daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi observasi lapangan dan analisis petrografi menggunakan sampel batuan yang
telah diambil dari lokasi penelitian. Observasi lapangan mengidentifikasikan batuan granitoid pada
daerah penelitian berupa syenite. Hal tersebut diinterpretasi berdasarkan komposisi mineral yang
hadir pada batuan, dimana batuan syenite memiliki ciri warna segar putih krem dengan warna lapuk
putih kecoklatan, hal tersebut dipengaruhi oleh komposisi penyusun syenite didominasi alkali-
feldspar. Hasil analisis petrografi didapatkan penamaan batuan berupa quartz syenite dan quartz
monzonite dimana kedua batuan ini merupakan kelompok batuan beku plutonik yang bersifat asam
hingga intermediet. Mineral penyusun quartz syenite didominasi oleh alkali feldspar serta terdapat
mineral plagioklas (An30-An34), dan sedikit kuarsa, biotit, muskovit serta mineral sekunder seperti
klorit, serisit, dan opak dengan tekstur khusus berupa perhite dan graphic. Sedangkan quartz
monzonite didominasi oleh mineral alkali-feldspar dan plagioklas (An38) serta sedikit kuarsa, mineral
penyusun lainnya berupa, biotit, dan serisit dengan tekstur khusus berupa perhite dan myrmekite.
Kata kunci: Granitoid, karakteristik, tipe, petrografi, Lampung

ABSTRACT
The Nyukang Harjo area, Central Lampung Regency, Lampung Province is exposed to granitoid
igneous rocks in morphological conditions of low hills to high hills. Igneous rocks in the study area
are widely distributed and have interesting characteristics both megascopic and petrographic. This
study aims to determine the characteristics, composition, and type of igneous rock in the study area.
The methods used in this study include field observations and petrographic analysis using rock
samples that have been taken from the research site. Field observations identified types of granitoid
rocks in the study area, namely syenite. This is interpreted based on the mineral composition present
in the rock, where the syenite rock has a characteristic fresh milky white color with brownish white
weathered color, it is influenced by the composition of the syenite which is dominated by alkali-
feldspar. The results of petrographic analysis show that the rock names are quartz syenite and quartz
monzonite, where these two rocks are a group of acidic plutonic to int er medi ate igneous rocks.
The mineral constituents of quartz syenite are dominated by alkali-feldspar and there are
plagioclase minerals (An30-An34), quartz, biotite, muscovite and secondary minerals such as chlorite,
sericite, and opaque with special textures such as perhite and graphic. While quartz monzonite is
dominated by alkali-feldspar and plagioclase (An38), little quartz, other constituent minerals such as,
biotite, and sericite with special textures in the form of perhite and myrmekite.
Keywords: Granitoid, characteristic, type, petrography, Lampung

PENDAHULUAN 104°47.310’E bujur timur dan 5°8.068’S,


Daerah penelitian berada di Kabupaten Lampung 104°50.690’E lintang selatan (Gambar 1).
Tengah Provinsi Lampung. Secara topografis, Batuan granitoid adalah kelompok batuan beku
daerah penelitian memiliki elevasi 100-1000 plutonik yang bersifat asam hingga intermediate
mdpl dengan persebaran litologi berupa batuan dengan tekstur fanerik. Jenis batuan granitoid
beku plutonik. Secara geografis, daerah dibedakan berdasarkan persentase kehadiran
penelitian terletak pada koordinat 5°4.677’S, mineral kuarsa, alkali feldspar, dan plagioklas.
Ketiga mineral tersebut merupakan mineral

23
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

utama dalam pembentukan batuan granitoid ditemukan berupa syenit. Karakteristik


dengan kehadiran mineral kuarsa berkisar megaskopis batuan granitoid pada daerah
antara 20-60% dari komposisi mineral penyusun penelitian cukup menarik dan diindikasikan
batuan granitoid. Berdasarkan aspek memiliki karakteristik khusus sehingga
mineraloginya, batuan granitoid dibedakan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
menjadi granit, granodiorit, monzonit, tonalit, karakteristik megaskopis dan mikroskopis
alkali granit, syenit, dan diorit (Gill, 2010). dengan perspektif petrografi serta untuk
Daerah penelitian memiliki persebaran batuan mengidentifikasi tipe batuan granitoid pada
granitoid yang cukup luas dengan jenis yang daerah penelitian.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

GEOLOGI REGIONAL vulkanik disepanjang batas Sundaland (Cobing,


Daerah penelitian berada pada batas pinggiran 2005).
Cekungan Sumatera Selatan (Amin, Sidarto, & Stratigrafi regional daerah penelitian merupakan
Gunawan, 1994). Tektonik daerah penelitian batuan dasar (basement) berumur Pra-Tersier.
terbentuk dari proses kolisi dan suturing Berdasarkan Ginger dan Fielding (2015) urutan
mikrokontinen pada akhir Pra-Tersier (Barber, stratigrafi regional pada daerah penelitian
Crown, & Milsom, 2005). Intrusi granitik dari diawali dengan pembentukan basement berupa
Formasi Granit Kapur terjadi karena adanya Formasi Kapur Granit (Kgr) kemudian diatasnya
proses tumbukan antara Woyla Arc dengan West terendapkan secara tidak selaras Formasi Lahat,
Sumatera Block sehingga terjadi deformasi Formasi Lemat, Formasi Talang Akar, Formasi
intensif dan terbentuk jalur terjadinya intrusi. Gumai, Formasi Air Benakat dan Formasi Muara
Granitoid Pulau Sumatera terbentuk melalui dua Enim serta Formasi Kasai dan Alluvium. Formasi
siklus geologi yaitu siklus subduksi Karbon- tertua daerah penelitian berupa Formasi Kapur
Perem oleh Paleo-Thetys dan kolisi antar Granit (Kgr) yang merupakan basement daerah
lempeng Sibumasu dan blok East Malaya- penelitian. Diatasnya terendapkan secara tidak
Indocina. Siklus selanjutnya terjadi pada akhir selaran Formasi Talang Akar (Tomt), Formasi
Trias-awal Jura yang berasosiasi dengan busur Baturaja (Tmb), dan Kuarter Gunung Api (Qhv)
(Gambar 2)

24
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian

METODE PENELITIAN karakteristik serta penamaan batuan beku


OBSERVASI LAPANGAN daerah penelitian. Penamaan batuan dari sifat
Observasi lapangan secara langsung bertujuan optik menggunakan klasifikasi IUGS Steckeisen
untuk identifikasi kondisi lapangan serta (1976). Pengamatan petrografi dilakukan
pengambilan pemercontoh batuan untuk dengan menggunakan mikroskop polarisasi,
digunakan sebagai sampel petrografi. Observasi sebelumnya dilakukan preparasi sayatan batuan
lapangan meliputi pengamatan morfologi, menjadi sayatan tipis dengan ketebalan kurang
pengamatan singkapan batuan, dan lebih 0,03 mm.
pengambilan pemercontoh batuan. Pengambilan
sampel dilapangan dilakukan tiap adanya HASIL DAN PEMBAHASAN
perbedaan dan perubahan karakteristik secara GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
handspacement saat dilapangan dengan Keadaan relief dan elevasi daerah penelitian
menggunakan metode spot sampling. Terdapat terbagi menjadi tiga kelas berdasarkan
28 lokasi pengamatan dengan 7 lokasi Widyatmanti dkk (2016) yaitu perbukitan
pengamatan yang diambil pemercontoh sebagai rendah (50-200 meter) dengan keadaan lereng
sampel batuan untuk analisis petrografi dengan landai hingga miring (3-13%) tersebar dibagian
kode GR-1. GR-2, GR-3, GR-4, GR-5, GR-6, dan barat laut daerah penelitian. Kemudian pada
GR-7. bagian timur daerah penelitian merupakan
perbukitan (200-500 meter) dengan kaedaan
ANALISIS PETROGRAFI lereng agak curam-curam (14-55%).
Analisis petrografi dilakukan untuk Selanjutnya, perbukitan tinggi (500-1000
mengidentifikasi dan mengetahui mineral- meter) dengan lereng sangat curam-terlalu
mineral penyusun batuan serta sifat optik curam (56->140%).
batuan guna untuk menginterpretasi

25
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

Gambar 3. Digital Elevation Model daerah penelitian memperlihatkan tiga kelas kelerengan yaitu
perbukitan rendah dengan elevasi 50-200 meter, perbukitan dengan elevasi 200-500 meter, dan
perbukitan tinggi dengan elevasi 500-1000 meter

Bentuk lahan daerah penelitian berdasarkan menempati sebanyak 5% dari daerah penelitian.
observasi lapangan terdiri dari lima satuan Perbukitan rendah denudasional landai (PRD)
bentuk lahan yaitu channel irregular meander dengan elevasi 100-200 mdpl yang tersebar di
(CIM), dataran banjir (DB), perbukitan rendah sebagian besar daerah penelitian dan
denudasional landai (PRD), perbukitan menempati 65% dari total keseluruhan daerah
denudasional curam (PDC) dan perbukitan tinggi penelitian. Perbukitan denudasional curam
curam (PTC). Channel irregular meander (CIM) (PDC) dengan elevasi 200-500 mdpl tersebar
merupakan bentuk lahan disepanjang sungai sebanyak 20% dari daerah penelitian yang
Way Seputih yang mengalir dari timur ke barat berada di bagian barat daya dan tenggara
pada derah penelitian yang berada pada elevasi daerah penelitian serta perbukitan tinggi curam
0-100 mdpl dengan kelerengan datar (0-2%) (PTC) dengan elevasi 500-1000 mdpl tersebar
hingga curam (21-55%). Bentang alam dataran sebanyak 10% dari daerah penelitian yang
banjir (DB) memiliki elevasi 75-100 mdpl yang berada di barat daya daerah penelitian (Gambar
tersebar di sekitar sungai Way Seputih dan 4)

26
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

Gambar 4. Kondisi Bentang Alam Daerah Penelitian

Berdasarkan observasi lapangan jenis persebaran batuan granitoid daerah penelitian merupakan
berupa syenite. Identifikasi tersebut dan plagioklas. Karakteristik megaskopis
berdasarkan warna segar batuan yang berwarna warna segar putih krem dengan warna
dipengaruhi oleh mineral penyusun yang lapuk putih kecoklatan. Memiliki tekstur fanerik
didominasi oleh mineral alkali feldspar dengan dengan ukuran mineral 0-5 cm hingga 2,5 cm,
sedikit mineral kuarsa. Selanjutnya komposisi berbentuk subhedral, derajat kristalisasi
mineral penyusun batuan diidentifikasi dengan holokristalin dengan seluruh komposisi batuan
analisis petrografi untuk mengetahui lebih detail berupa kristal. Syenit memiliki didominasi oleh
sehingga didapatkan karakteristik dan kandungan alkali feldspar dan ditemukan
penamaan petrografi batuan berdasarkan mineral penyusun lain seperti plagioklas, dan
mineral penyusun berupa kuarsa, alkali feldspar, sedikit kuarsa serta biotit.

Gambar 5. Kondisi singkapan dan kenampakan megaskopis syenit

27
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

KARAKTERISTIK PETROGRAFI
Analisis petrografi dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral penyusun batuan secara rinci
sehingga didapatkan penamaan batuan lebih detail. Berdasarkan analisis petrografi didapatkan
penamaan menggunakan klasifikasi Streckeisen & Le Bas (1991) berupa quartz syenitedan quartz
monzonite (Gambar 6).

Gambar 6. Penamaan batuan granitoid daerah penelitian (Streckeisen & Bas, 1991)

Quartz syenite secara mikroskopis didominasi sekunder, klorit, dan muskovit. Kemudian,
oleh mineral alkali-feldspar (60-71%) dan quartz monzonite terdiri dari mineral alkali-
terdapat mineral plagioklas (10-17%), kuarsa feldspar (44-53%), plagioklas (31-33%), kuarsa
(9-12%) serta biotit (4-6%) sebagai mineral (8-17%) serta mineral ubahan dan mineral
utama. Selain itu terdapat juga mineral ubahan aksesoris berupa serisit dan biotit sekunder.
dan mineral aksesoris seperti serisit, biotit

Tabel 1. Himpunan mineral pada sampel batuan daerah penelitian


Kode Kuarsa K-Felds Plagioklas Biotit Muskovit Klorit Serisit Opak
Penamaan
Sampel (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
GR1 12 60 16 6 2 - 2 2 Quartz Syenite

Quartz
GR2 16 41 34 - - - 9 -
Monzonite
GR3 12 68 10 - 5 3 2 - Quartz Syenite

GR4 9 71 12 4 3 - 1 - Quartz Syenite

Quartz
GR5 8 53 31 5 - - 3 -
Monzonite
Quartz
GR6 17 44 33 5 - - - 1
Monzonite
GR7 10 66 17 - 4 1 2 - Quartz Syenite

Quartz syenite secara keseluruhan memiliki subhedral-anhedral dalam jumlah yang sedikit.
tekstur porforitik dimana alkali-feldspar hadir Serta biotit muncul dengan bentuk subhedral
sebagai fenokris (Gambar 7B). Fenokris dengan dengan ukuran fanerik sedang. Beberapa
bentuk subhedral tertanam dalam masa dasar sampel mengindikasi terjadinya alterasi atau
kuarsa dengan butir sedang. Sebagian besar peroses ubahan dengan kehadiran mineral
mineral alkali-feldspar menunjukkan tekstur ubahan seperti serisit, klorit, dan biotit sekunder
perhite dan graphic yang menandatan adanya dengan jumlah yang sedikit. Mineral serisit hadir
intergrowth (tumbuh bersama) antara mineral dari proses ubahan mineral plagioklas dan alkali-
alkali-feldspar dengan kuarsa (Gambar 7A). feldspar, kemudian mineral klorit dan biotit
Mineral kuarsa hadir dengan bentuk kristal sekunder hadir sebagai ubahan dari mineral
subhedral-anhedral. Sedangkan plagioklas biotit.
berjenis andesine An30-An34 berbentuk

28
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

Gambar 7. Kenampakan mikrografi quartz monzonite: (A) sampel GR1 tersusun oleh mineral
alkali-feldspar, plagioklas, kuarsa, biotit, serisit, muscovit, dan opak dengan tekstur khusus
berupa perhite dan graphic; (B) sampel GR3 menunjukkan kehadiran fenokris alkali-feldspar
dengan tekstur perhite serta terdapat tekstur graphic; (C) sampel GR4 tersusun oleh mineral alkali
feldspar, plagioklas, kuarsa, muskovit, serisit, dan biotit sekunder dengan tektur perhite dan
graphic; (D) sampel GR7 tersusun oleh mineral alkali-feldspar, plagioklas, kuarsa, muskovit,
serisit, dan klorit

Quartz Monzonite memiliki warna colourless (inequigranular). Plagioklas dengan jenis


(ppl) dan dengan warna interferensi putih andesine (An38) berbentuk bentuk subhedral
hingga hitam orde I. Memiliki tekstur porforitik dengan kembaran albit dan karlsbad. Pada
dengan fenokris terdiri dari mineral alkali- sampel ini, hadir mineral titanite dengan warna
feldspar dan plagioklas dikelilingi oleh kuarsa coklat kekuningan (PPL), bentuk subhedral-
dengan ukuran yang lebih halus. Mineral alkali- anhedral, serta memiliki relief tinggi. Selain itu
feldspar menunjukkan tektur graphic dan hadir juga mineral ubahan berupa serisit yang
myrmekite (Gambar 8B) dimana mineral alkali- merupakan ubahan dari mineral feldspar serta
feldspar tumbuh bersama dengan mineral biotit sekunder hasil dari ubahan mineral biotit.
kuarsa. Ukuran mineral relatif tidak seragam

29
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

Gambar 8. Kenampakan mikrografi quartz monzonite: (A) sampel GR2 tersusun atas mineral
alkali-feldspar, plagioklas, kuarsa, dan serisit; (B) sampel GR5 tersusun atas mineral alkali-
feldspar, plagioklas, kuarsa, serisit, dan biotit sekunder hadir tektur khusus berupa graphic dan
perhite; (C) sampel GR6 tersusun atas mineral alkali-feldspar, plagioklas, kuarsa, dan biotit
sekunder dengan tekstur khusus berupa myrmekite dan perhite

PARAGENESA plagioklas secara selektif (table 2). Mineral


Berdasarkan paragenesa mineral pada batuan plagioklas, alkali feldspar, dan kuarsa memiliki
quartz syenite, keterbentukan mineral primer rentang suhu yang panjang sehingga dapat
secara berturut yaitu plagioklas, biotit, alkali terbentuk dengan sempurna dan mengakibatkan
feldspar, kuarsa dan muskovit. Kemudian ukuran yang besar. Dengan adanya tekstur
dilanjutkan dengan terbentuk mineral sekunder intergrowth antara kuarsa dan alkali feldspar
berupa klorit hasil dari ubahan mineral biotit mengidentifikasikan bahwa kedua mineral
serta serisit yang merupakan ubahan dari tersebut terbentuk secara bersamaan.

Tabel 2. Paragenesa batuan quartz syenite

Selanjutnya paragenesa quartz monzonite tidak yang panjang sehingga dapat tumbuh dengan
berbeda jauh dengan quartz syenite. Mineral sempurna. Pada kenampakan mikrografi quartz
primer yang terbentuk secara berturut-turut monzonite ditemukan tekstur intergrowth antara
yaitu plagioklas, alkali feldspar, kuarsa, dan kuarsa dan alkali feldspar menandakan bahwa
biotit (Tabel 3). Mineral plagioklas, alkali mineral ini tumbuh secara bersamaan.
feldspar, dan kuarsa memiliki rentang waktu

30
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

Tabel 3. Paragenesa batuan quartz monzonite

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan observasi lapangan dan Amin, Sidarto, Gunawan, W., & S, S. (1994).
pengamatan petrografi menunjukkan bahwa Geologi Sheet of Kota Agung, Sumatera.
batuan granitoid pada daerah penelitian terbagi Bandung: Pusat Penelitian dan
menjadi dua jenis yaitu quartz syenite dan Pengembangan Geologi.
quartz monzonite yang memiliki karakteristik Barber, A. J., Crow, M. J., & Milsom, J.S.
fanerik. Kedua jenis batuan ini disusun oleh (2005). Sumatera: Geology, Resources and
mineral utama yaitu kuarsa, alkali feldspar, dan Tectonic Evolution. London: Geological
plagioklas dimana quartz syenite didominasi Society Memoirs.
oleh mineral alkali feldspar dan sedikit mineral Bowen, N. L. (1930). The Evolution of The
kuarsa sedangkan quarz monzonite didominasi Igneous Rocks. New Jersey: Princeton
oleh mineral alkali-feldspar dan plagioklas. University.
Rata-rata sampel pengamatan petrografi Cobing, E. J. (2005). Granites. In Barber et, al.
ditemukan tekstur berupa intergrowth antara Sumatera: Geology, Resources and
mineral kuarsa dan alkali-feldspar yang Tectonic Evolution (pp. 54-62). London:
mengidentifikasi bahwa kedua mineral tersebut Geology Society Memoirs.
tumbuh secara bersamaan. Pada beberapa Gill, R. (2010). Igneous Rock and Processes: A
sampel pengamatan ditemukan juga kehadiran Practical Guide. Geological Megazine, 990-
mineral sekunder berupa klorit dan serisit 991.
dengan persentase yang sedikit mengidentifikasi Reyes, A. G. (1990). Petrology of Philippine
terjadi ubahan sangat lemah pada batuan. Geothermal Systems and The Application of
Berdasarkan paragenesa kedua batuan tersebut Vulcanology and Geothermal
mineral yang tumbuh secara berturut yaitu Research. Journal of Volcanology and, 43,
plagioklas, alkali feldspar, kuarsa, biotit, dan 279-309.
muskovit. Kemudian terbentuk mineral Streckeisen, A. L., & Bas, M. J. (1991). The
sekunder berupa klorit dan serisit yang IUGS systematics of igneous rocks.
merupakan ubahan dari mineral primer. Journal of the Geologica l Society, 825-833.
Widyatmanti, W., Wicaksono, I., dan Syam,
UCAPAN TERIMA KASIH P.D.R., (2016), Identification of
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Topographic Elements Composition Based
atas kuasa dan karunia-Nya, sehingga penulis on Landform Boundaries from Radar
dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis Interformetry Segmentation (Prelimenary
ucapkan terimakasih atas bantuan dan Study on Digital Landform Mapping), IOP
dukungannya kepada pihak-pihak yang telah Conference Series: Earth and
membantu selama penelitian dilakukan. Environmental Science, v.37, p.1-8.

31
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 1, April 2022 : 23-32

32

Anda mungkin juga menyukai