(31-10-23) Laporan Pendahuluan - Kelompok 10
(31-10-23) Laporan Pendahuluan - Kelompok 10
(31-10-23) Laporan Pendahuluan - Kelompok 10
Asisten Pembimbing:
Disusun Oleh:
Puji dan syukur senantiasa panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dengan
judul PERENCANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU SUMEDANG –
TASIKMALAYA tepat waktu.
Laporan ini disusun atas dasar untuk memenuhi salah satu syarat akademik dari
Program Studi Teknik Sipil ITENAS. Penyusunan laporan ini berdasarkan
perencanaan jalan baru ditinjau dari segala aspek baik dari geometrik jalan,
perkerasan jalan, kelengkapan jalan seperti drainase jalan, hingga perencanaan
geoteknik dan metode pelaksanaan pekerjaan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
3.1 Umum..........................................................................................................33
3.9 Penggambaran.............................................................................................51
Tabel 2.2 pilihan kriteria desain teknis dalam menetapkan tipe jalan sesuai dengan
qjd dan pilihan tipe perkerasan untuk jalan...........................................................18
Salah satu proyek yang sedang diupayakan adalah Proyek jalan baru
Tasikmalaya -Sumedang. Proyek jalan baru yang menghubungkan Tasikmalaya ke
Sumedang memiliki relevansi yang signifikan dalam pengembangan infrastruktur
di wilayah ini. Wilayah Tasikmalaya dan Sumedang adalah dua kota yang
memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dalam beberapa tahun terakhir,
pertumbuhan penduduk dan industri di daerah ini telah mengakibatkan
peningkatan lalu lintas yang signifikan. Jalan-jalan yang ada saat ini tidak lagi
mampu menampung volume kendaraan yang semakin meningkat, menyebabkan
kemacetan lalu lintas yang sering terjadi. Hal ini berdampak negatif pada
mobilitas penduduk, produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, wilayah Tasikmalaya dan Sumedang memiliki potensi ekonomi dan
pertumbuhan yang besar. Meningkatkan konektivitas antara dua kota ini akan
memungkinkan pengembangan lebih lanjut dalam berbagai sektor, seperti
pertanian, perdagangan, pariwisata, dan industri. Proyek jalan baru akan membuka
peluang untuk investasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar, serta
memperbaiki akses ke pasar lokal dan nasional. Kondisi jalan yang buruk juga
dapat membahayakan keselamatan masyarakat. Insiden kecelakaan lalu lintas
seringkali terjadi karena kondisi jalan yang tidak memadai. Oleh karena itu,
1
perbaikan dan perluasan jalan akan berkontribusi pada peningkatan keselamatan
dan kesejahteraan Masyarakat.
Jenis kegiatan dan ketentuan teknis pengumpulan data-data awal ini meliputi
2
c. Mengumpulkan data sekunder meliputi
2. Survei Topografi
3. Survei Perkerasan
Dalam Survei perkerasan dibutuhkan data primer dan sekunder. Metode yang
digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu :
a. Pengukuran
b. Data CBR
c. Dokumentasi
a. Peta lokasi
b. Data pertumbuhan lalu lintas
c. Data topografi.
d. Data curah hujan,
3
Maksud dari kegiatan ini dilakukan adalah untuk memberikan informasi
secara menyeluruh mengenai:
4
2) BAB II
LITERATUR DAN PERATURAN PERUNDANGAN
2.1 Penyelenggaraan Jaringan Jalan
Dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No. 34 Tahun 2006
tentang Jalan disampaikan mengenai penyelenggaraan jalan umum dilakukan
dengan mengutamakan pembangunan jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta
jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan daerah pemasaran.
Penyelenggaraan jalan umum diarahkan untuk pembangunan jaringan jalan dalam
rangka memperkuat kesatuan wilayah nasional sehingga menjangkau daerah
terpencil.
1. Menurut sistem
a. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat
kegiatan.
b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
5
2. Menurut Fungsi
a. Jalan Arteri
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan Kolektor
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
3. Menurut Status
a. Jalan Nasional
jalan arteri & jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
b. Jalan Provinsi
jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c. Jalan Kabupaten
Jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk Jalan
Nasional maupun Jalan Provinsi, yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
6
d. Jalan Kota
Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubung-kan
antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar
pusat permukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan Desa
Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antara permukiman
di dalam desa, serta jalan lingkungan.
4. Menurut kelas
a. Jalan Bebas Hambatan
Pengaturan mengenai kelas jalan mengikuti peraturan LLAJ. Spesifikasi
penyediaan prasarana jalan meliputi:
1) Pengendalian jalan masuk.
2) Persimpangan sebidang.
3) Jumlah dan lebar lajur.
4) Ketersediaan median.
5) Pagar.
7
pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan
bangunan pelengkap lainnya.
d. Trotoar hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki.
2. Ruang Milik Jalan
a. Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar ruang manfaat jalan.
b. Ruang milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu.
c. Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran
jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
d. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau
yang berfungsi sebagai lansekap jalan.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan ruang di atasnya/atau di
bawah ruang milik jalan diatur dalam Peraturan Menteri.
3. Ruang Pengawasan Jalan
a. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik
jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara
jalan.
b. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas
pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi
jalan.
c. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang
milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu.
8
Gambar 2.1 Bagian - bagian jalan
Sumber : PP No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan
1. Badan jalan hanya diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan angkutan
jalan.
2. Dalam rangka menunjang pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan serta
pengamanan konstruksi jalan badan jalan dilengkapi dengan ruang bebas
3. Ruang bebas dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu.
4. Lebar ruang bebas sesuai dengan lebar badan jalan.
5. Tinggi ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan kolektor paling rendah 5 (lima)
meter.
6. Kedalaman ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan kolektor paling rendah 1,5
(satu koma lima) meter dari permukaan jalan.
7. Saluran tepi jalan hanya diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air
agar badan jalan bebas dari pengaruh air.
8. Ukuran saluran tepi jalan ditetapkan sesuai dengan lebar permukaan jalan dan
keadaan lingkungan. Saluran tepi jalan dibangun dengan konstruksi yang
mudah dipelihara secara rutin.
9. Dalam hal tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan, saluran tepi jalan dapat diperuntukkan sebagai saluran
lingkungan.
10. Ambang pengaman jalan berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan
pengaman yang berada di antara tepi badan jalan dan batas ruang manfaat
jalan yang hanya di peruntukkan bagi pengamanan konstruksi jalan.
9
2. Ruang milik jalan diberi tanda batas ruang milik jalan yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai lebar ruang milik jalan dan tanda batas ruang
milik jalan diatur dalam Peraturan Menteri.
4. Apabila terjadi gangguan dan hambatan terhadap fungsi ruang milik jalan,
penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk kepentingan
pengguna jalan.
5. Bidang tanah ruang milik jalan dikuasai oleh penyelenggara jalan dengan
suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Setiap orang dilarang menggunakan dan memanfaatkan ruang milik jalan
yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.
1. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan
yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
2. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi
dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan.
3. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang
milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu.
4. Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan
ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut :
a. Jalan arteri primer 15 (lima belas) meter.
b. Jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter.
c. Jalan lokal primer 7 (tujuh) meter.
d. Jalan lingkungan primer 5 (lima) meter.
e. Jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter.
f. Jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter. J
g. Jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter.
h. Jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter.
i. Jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu.
10
2.1.2 Kegiatan Pembangunan Jalan
Dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No. 34 Tahun 2006
tentang Jalan disampaikan mengenai penyelenggaraan jalan yang terdiri dari
kegiatan pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. Kegiatan
pembangunan jalan meliputi kegiatan: pemrograman dan penganggaran,
perencanaan teknis, pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian
dan pemeliharaan jalan.
11
c. Perencanaan teknis mencakup perencanaan teknis jalan, jembatan, dan
terowongan.
d. Perencanaan teknis jalan sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan
teknis mengenai:
1) ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang
2) pengawasan jalan o
3) dimensi jalan o
4) muatan sumbu terberat, volume lalu lintas dan kapasitas
5) persyaratan geometrik jalan
6) konstruksi jalan
7) konstruksi bangunan pelengkap
8) perlengkapan jalan
9) ruang bebas
10) kelestarian lingkungan hidup
e. Rencana teknis jalan wajib memperhitungkan kebutuhan fasilitas pejalan
kaki dan penyandang cacat.
f. Perencanaan teknis jembatan sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan
teknis beban rencana.
g. Ruang bebas bawah jembatan harus memenuhi ketentuan ruang bebas
untuk lalu lintas dan angkutan yang melewatinya.
h. Ketentuan lebih lanjut mengenai beban rencana jembatan diatur dengan
Peraturan Menteri setelah mendengar pendapat menteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
i. Perencanaan teknis terowongan sekurang-kurangnya memenuhi
ketentuan teknis pengoperasian dan pemeliharaan, keselamatan, serta
keadaan darurat.
j. Dokumen rencana teknis harus dibuat oleh perencana teknis dan disetujui
oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk.
k. Perencana teknis bertanggung jawab penuh terhadap dokumen rencana
teknis sesuai dengan peraturan undang undang di bidang jasa konstruksi.
l. Perencana teknis harus memenuhi persyaratan keahlian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi.
12
3. Pengadaan Tanah
a. Jalan umum dibangun di atas tanah yang dikuasai oleh Negara.
b. Dalam hal pelaksanaan konstruksi jalan umum di atas hak atas tanah
orang, pelaksanaan konstruksi jalan umum dilakukan dengan cara.
c. pengadaan tanah Pengadaan tanah diperlukan untuk konstruksi jalan
baru, pelebaran jalan, atau perbaikan alinyemen. Pengadaan tanah
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan.
4. Pelaksanaan Konstruksi
5. Pengoperasian dan Pemeliharaan
13
5. Teknis Penyelenggaraan Manajemen dan Rekayasa Lalu-Lintas meliputi
pemenuhan terhadap kebutuhan alat-alat manajemen dan rekayasa lalu lintas
yang mewujudkan petunjuk, perintah, dan larangan dalam berlalu lintas, yang
terdiri dari:
a. Marka dan rambu
b. Separator
c. Pulau Jalan
d. Trotoar
e. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)
f. Tempat penyeberangan.
6. Teknis perlengkapan jalan meliputi pemenuhan terhadap spesifikasi teknis
konstruksi alat-alat manajemen dan rekayasa lalu lintas yang terbagi dalam:
a. Teknis Perlengkapan Jalan (terkait langsung dengan pengguna jalan),
yang terdiri dari: Marka, Rambu, Separator, Pulau Jalan, Trotoar Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL), Fasilitas Pendukung Lalu Lintas
& Angkutan Jalan.
b. Teknis Perlengkapan Jalan (tidak terkait langsung dengan pengguna
jalan) yang terdiri dari: Patok Pengarah, Patok Kilometer, Patok
Hektometer, Patok Ruang Milik Jalan (Rumija), Patok Batas Seksi, Pagar
Jalan, Tempat Istirahat Fasilitas Perlengkapan Keamanan bagi Pengguna
Jalan.
14
nasional, maka persyaratan teknis jalan nasional termasuk jalan strategis nasional
berdasarkan pasal 12 PP 34/2006 adalah seperti berikut :
1. Arteri Primer
a. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam dan
lebar badan jalan paling sedikit 11 meter.
b. Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-
rata (V/C < 1).
c. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik,
lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.
d. Jumlah jalan masuk dibatasi sedemikian rupa sehingga persyaratan butir
(1), (2), (3) terpenuhi.
e. Persimpangan sebidang dengan pengaturan tertentu harus memenuhi
ketentuan pada butir (1), (2), dan (3) terpenuhi.
f. Tidak boleh terputus ketika memasuki kawasan perkotaan.
2. Kolektor Primer
a. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam dan
lebar badan jalan paling sedikit 9 meter.
b. Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-
rata (V/C < 1).
c. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan butir
(1), (2), (3) terpenuhi.
d. Persimpangan sebidang dgn pengaturan tertentu harus memenuhi
ketentuan butir (1),(2),(3).
e. Tidak boleh terputus ketika memasuki kawasan perkotaan.
15
1. Bebas Hambatan
a. Pengendalian jalan masuk secara penuh.
b. Tidak ada persimpangan sebidang.
c. Dilengkapi pagar ruang milik jalan.
d. Paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah.
2. Jalan Raya
a. Merupakan jalan umum untuk lalu lintas secara menerus
b. Pengendalian jalan masuk terbatas
c. Dilengkapi dengan median
d. Paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah
e. Lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
LHRT pada tahun awal dapat diperoleh dari survei langsung pada jalan yang
akan ditingkatkan atau dari suatu kajian transportasi untuk jalan baru yang
sebelumnya tidak ada. Cara melakukan perhitungannya untuk mendapatkan LHRT
16
per komposisi kendaraan termasuk prosentase truk dan bus besar, agar mengacu
kepada pedoman perhitungan lalu lintas yang berlaku.
Keterangan :
LHRTD : Volume lalu lintas harian rata-rata tahunan desain
LHRTTB : Volume lalu lintas harian rata-rata pada tahun berjalan
I :faktor pertumbuhan lalu lintas, gunakan nilai yang disepakati,
nilai tipikal yang sering digunakan berkisar antara 5,5% s.d. 10%
n :umur desain, tahun
K adalah faktor jam desain, nilai tipikalnya adalah 8% - 11% untuk jalan
yang padat dan 7% s.d. 15% untuk jalan yang kurang padat seperti jalur
pariwisata, jalur luar kota.
17
Tabel 2.1 Pilihan kriteria desain teknis dalam menetapkan tipe jalan sesuai dengan qdj dan tipe
perkerasan antar kota
Tabel 2.2 pilihan kriteria desain teknis dalam menetapkan tipe jalan sesuai dengan qjd dan pilihan
tipe perkerasan untuk jalan
Manfaat lain dari hasil survei lalu lintas ini, dapat digunakan untuk
menghitung beban lalu lintas kendaraan berupa jumlah kumulatif ekivalen beban
standar (CESA) sebagai dasar mendesain perkerasan jalan (MDP, 2017) yang
akan diaplikasikan pada jalan yang geometriknya sedang didesain sehingga
kemampuan menampung dan kemampuan kekuatan jalan konsisten.
18
2. kejadian terlampauinya nilai RVK MAX melampaui 100 jam dalam satu
tahun. Untuk jalan Arteri dan Kolektor nilai RVKMAX = 0,85 dan untuk
jalan Lokal dan Lingkungan nilai RVKMAX = 0,90.
2.4.3 Desain Lengkung Horizontal
Ada dua bentuk tikungan yang sering digunakan, yaitu 1) Full Circle (F-C); dan 2)
SpiralCircle-Spiral (S-C-S);
1. Full-Circle (F-C)
Terdapat 3 kondisi pada tikungan F-C, sebagaimana dijelaskan dalam
a. Jika e>1% <+2% +3% (RC) nilai e dibulatkan menjafi +2% atau 3%
b. Jika e>1% <+2% +3% (RC) nilai e dibulatkan menjafi +2% atau 3%
19
2. Spiral-Circle-Spiral
Ada dua tipe yang dapat digunakan, pertama S-C-S dengan perubahan
kemiringan melintang normal ke superelevasi penuh seluruhnya berada
sepanjang lengkung peralihan dan kedua S-C-S yang perubahan kemiringan
melintang normal ke superelevasi penuh diawali pada bagian lurus.
a. Tipe perubahan superelevasi berada seluruhnya dalam lengkung
peralihan :
20
pencapaian superelevasi adalah dengan memutar garis tengah jalan seperti
digambarkan di bawah.
1. Topografi eksisting
2. Kondisi geoteknis
3. Persimpangan eksisting
21
4. Jalur masuk properti
5. Overpass (ruang bebas vertikal, jarak pandang, dan pelapisan ulang)
6. Underpass.
7. Akses pejalan kaki
8. Aset pelayanan utilitas dan persyaratan perlindungannya
9. Bukaan median.
1. Pertimbangan Keselamatan
22
estetika dan drainase. Suatu lengkung cembung bisa menghalangi alinyemen
horizontal dan memperparah lengkung horizontal. Radius minimum lengkung
horizontal agar tidak digunakan dengan lengkung vertikal cembung.
Pergeseran lateral alinyemen pada lengkung cembung bisa mengarah ke
kebingungan dan kecelakaan.
23
Gambar 2.2 Kurva horizontal lebih panjang dari lengkung vertikal
2. Pertimbangan Estetika
24
alinyemen tegak lurus terhadap sungai dan mungkin akan lebih murah. Jika
lebih murah, lengkung pendekat /oprit jembatan hendaknya sebesar mungkin
a. Perbaiki alinyemen
b. Grading ulang setempat untuk menjaga kelandaian lebih besar dari nol di
tepi perkerasan
d. Memutar superelevasi di tepi bahu jalan bukan pada garis tengah jalan
25
2.5 Perkerasan Jalan
Saat menetapkan umur desain ini, harus dipertimbangkan kemungkinan
penerapan cara konstruksi bertahap selama umur desain untuk meminimalkan
biaya pada awal konstruksi yang kemudian dilanjutkan secara bertahap sesuai
dengan peningkatan volume lalu lintas dan ketersediaan anggaran. Pada
konstruksi bertahap, harus dipertimbangkan volume lalu lintas desain dan
klasifikasi jalan di akhir umur desain untuk mempersiapkan pembebasan lahan
bagi Rumija yang dibutuhkan dan pembatasan kelandaian paling besar, sehingga
sejak awal sudah tersedia Rumija untuk digunakan sampai dengan tahap akhir
konstruksi. Rumija tersebut harus sudah melingkupi alinyemen horizontal dan
alinyemen vertikal yang sejak awal sampai dengan akhir usia rencana sudah
didesain penuh tanpa akan ada perubahan lagi. Jadi, yang dapat dilakukan
konstruksinya secara bertahap adalah penampang melintang saja.
1. Perkerasan Lentur
2. Perkerasan Kuku
26
10. Patok Jalan: patok kilometer, patok hektometer, dan patok batas Rumija.
Dimensi butir 1 s.d. 3 diatur ukuran paling kecilnya dalam Permen 19/2011;
butir 4 s.d. 7 didesain sesuai kebutuhan dan mengacu pada peraturan tentang
perlengkapan jalan yang terkait langsung dengan Pengguna Jalan; dan butir 8 s.d.
10 didesain dengan mengacu pada peraturan tentang perlengkapan jalan yang
tidak terkait langsung dengan Pengguna Jalan. Perencanaan Perkerasan Jalan akan
mengikuti Manual Desain Perkerasan Jalan Tahun 2017 untuk jalan dengan jenis
perkerasan lentur dan jalan dengan perkerasan kaku. Peraturan MDP 2017
tersebut mengacu pada aturan sebelumnya yaitu:
27
10. Menentukan standar drainase bawah permukaan yang dibutuhkan Sub Bab 8
11. Menetapkan kebutuhan daya dukung tepi perkerasan Sub Bab 12.
28
2.6.1 Analisis Frekuensi
Dari data hujan harian maximum dilakukan analisa curah hujan rencana
maximum. Data ini selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan debit banjir
rencana. Curah hujan rencana diambil untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100,
200, dan 1000 tahun. Analisa curah hujan maksimum rencana akan dilakukan
dengan metoda statistik. Sebararan teoritis yang digunakan dalam analisis
frekuensi dari berbagai metoda, yaitu metoda Gumbel, Log-Pearson tipe III, Log-
Normal 2 parameter.
1. Metoda Gumbel
Di mana :
29
Di mana :
Di mana :
XTR = besarnya curah hujan dengan periode ulang t
n = jumlah data
log = curah hujan harian maksimum rata-rata dalam harga logaritmik
k = faktor frekuensi dari Log Normal, sebagai fungsi dari koefisien
variasi, Cv dan periode ulang t
Slogx = standard deviasi dari rangkaian data dalam harga logaritmiknya
Cv = koefisien variasi dari log normal
30
2. Uji secara Horizontal dengan Smirnov Kolmogorof
Pengujian Kolmogorov-Smimov dilaksanakan dengan cara menggambarkan
distribusi empiris maupun distribusi teoritis pada kertas grafik probabilitas
sesuai dengan distribusi probabilitas teoritisnya.
Dengan
31
Tabel 2.1 Analisis dimensi saluran samping
32
3) BAB III
METODE KAJIAN
3.1 Umum
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka
sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara
sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu
kerja. Seperti telah dijelaskan di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka di
dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar – standar
perencanaan yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Standar perencanaan
33
19/PRT/M/2011 Perencanaan Teknis Jalan
11. NSPM No. 028 / T / BM / Panduan Analisis Harga Satuan
1995
12. Kepmen PU No. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
257/KPTS/2004 Tentang Dokumen Pelelangan Standar
13. PP No. 34 Tahun 2006 Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia
Tentang Jalan
1. Pekerjaan Persiapan
2. Studi Pendahuluan
a. Penyusunan rencana kerja
b. Penyusunan rencana mutu kontrak
c. Inventaris data & studi terdahulu
3. Survei dan Penyelidikan Lapangan
a. Survei pendahuluan
b. Penyusunan laporan pendahuluan
c. Survei topografi
d. Survei inventaris jalan
e. Survei hidrologi
f. Penyelidikan tanah
4. Analisis Data
a. Analisis data dan pemetaan topografi
b. Analisis data tanah dan sumber material
c. Analisis hidrologi
d. Penyusunan laporan survei teknis
5. Perencanaan Teknis
a. Geometrik jalan
b. Rencana perkerasan jalan
34
c. Utilitas umum dan drainase
d. Perlengkapan jalan
e. Manajemen lalu lintas
6. Gambar Perencanaan Akhir
a. Penyusunan gambar rencana
b. Penyusunan draft laporan akhir
7. Perkiraan Kuantitas dan Biaya
a. Perhitungan volume pekerjaan fisik
b. Penyusunan laporan rencana anggaran biaya
8. Dokumen Lelang dan Laporan Akhir
a. Penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan
b. Penyusunan laporan dokumen lelang
c. Penyusunan laporan akhir
Bagan alir strategi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Secara jelas uraian dari masing-masing tahapan kegiatan dijelaskan pada sub bab
selanjutnya.
35
Gambar 3.1 Bagan alir pelaksanaan pekerjaan
36
3.3 Pekerjaan Persiapan
Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan, maka perlu dilaksanakan pekerjaan
persiapan, baik mengenai kelengkapan administrasi, personil pelaksana, sarana
transportasi, peralatan, dan segala aspek dalam kaitan pelaksanaan pekerjaan.
Konsultan akan menyiapkan program kerja untuk dikoordinasikan dengan pihak
pemberi tugas. Maksud dari koordinasi ini adalah untuk menyamakan pandangan
antara konsultan dengan pihak pemberi sehingga pelaksanaan pekerjaan ini tidak
mengalami hambatan.
37
3.4.3 Penyusunan Laporan Pendahuluan
Hasil – hasil dari studi pendahuluan akan dituangkan dalam bentuk laporan
pendahuluan.
1. Menyiapkan peta dasar yang berupa peta topografi skala 1:100.000 / 1:50.000
dan peta-peta pendukung lainnya (peta geologi, tata guna tanah dll).
2. Mempelajari lokasi pekerjaan dan pencapaiaan, serta titik awal dan titik akhir
pekerjaan.
3. Mempelajari kondisi eksisting ruas jalan secara umum seperti jenis
perkerasan, kondisi terrain, kondisi lalu lintas dan tata guna lahan sekitarnya.
4. Inventarisasi stasiun-stasiun pengamatan curah hujan pada lokasi pekerjaan
melalui stasiun-stasiun pengamatan yang telah ada ataupun pada Stasiun
Meteorologi setempat.
5. Membuat foto dokumentasi lapangan per 1 km, serta pada lokasi-lokasi yang
penting.
6. Mengumpulkan data, berupa informasi mengenai harga satuan bahan dan
biaya hidup sehari-hari.
7. Mengumpulkan informasi umum lokasi sumber material (quarry) yang
diperlukan untuk pekerjaan konstruksi.
8. Membuat laporan lengkap perihal pada butir 1 s/d 7 dan memberikan saran-
saran yang diperlukan untuk pekerjaan survei teknis selanjutnya.
38
Hasil dari survei pendahuluan dan pengumpulan data-data yang menunjang
dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan dituangkan dalam bentuk laporan survei
pendahuluan.
a. Persiapan.
b. Pemasangan Patok, Bench mark (BM) dan Control Point (CP).
c. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran.
d. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari:
1) Pengukuran titik kontrol horizontal (Polygon) dan vertikal
(Waterpass).
2) Pengukuran situasi/detail.
3) Pengukuran penampang memanjang dan melintang.
4) Pengukuran-pengukuran khusus.
2. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal
Metodologi pengukuran titik kontrol horizontal dilaksanakan sebagai berikut:
39
3) Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek pada setiap
jarak 5 Km (kurang lebih 60 titik poligon) serta pada titik akhir
pengukuran.
4) Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 4 seri rangkap (4
biasa dan 4 luar biasa).
3. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal
Metodologi Pengukuran Titik Kontrol Vertikal dilaksanakan sebagai berikut:
4. Pengukuran Situasi
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :
40
e. Tempat-tempat sumber mineral jalan yang terdapat disekitar jalur jalan
perlu diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material).
6. Pemasangan Patok
Untuk Pemasangan Patok Pengukuran dilapangan dilaksanakan sebagai
berikut :
41
b. Baik patok-patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda
BM dan nomor urut.
c. Untuk memudahkan pencarian patok pada pohon-pohon disekitar
patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
d. Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning
dengan tulisan hitam yang diletakkan disebelah kiri kearah jalannya
pengukuran.
e. Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak disumbu
jalan diberi paku dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda.
1. Menyiapkan peta topografi dengan skala 1:250.000 serta peta situasi dengan
skala 1:1000.
2. Mencari sumber data iklim yang valid, yaitu dari Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG).
3. Memilah dan memilih data iklim terutama data curah hujan, yang
berkesesuaian dengan lokasi proyek.
4. Melakukan survey lapangan dan merekam hasilnya dalam catatan
menyangkut saluran samping, gorong-gorong dan jembatan.
5. Saluran samping dicatat kondisi eksistingnya dan kondisi pengembangan
sesuai kebutuhan yang diakibatkan perubahan guna lahan.
6. Gorong-gorong dicatat kondisi eksistingnya menyangkut diameter,
kondisi fungsi, kondisi terakhir aliran air.
7. Jembatan eksisting dicatat kondisi dimensi lebar bentang dan kondisi terkhir
struktur atas dan strukstur bawah, dilihat kebutuhan penanganan
pemeliharaan dan peningkatan jika perlu.
8. Data iklim dan curah hujan digunakan sebagai input dalam perhitungan debit
banjir rencana untuk menentukan ukuran dimensi saluran, gorong-gorong dan
aspek struktur serta jagaan jembatan, yang akan dilaporkan dalam buku
Perhitungan Disain.
42
3.5.4 Survey Geoteknik
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan survey geoteknik untuk perencanaan jalan meliputi :
43
4) Selama pemeriksaan dicatat kondisi khusus, seperti cuaca,
drainase, timbunan, waktu dan sebagainya
5) Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan CBR
Test.
3.6 Analisis Data
Analisis data lapangan berdasarkan penentuan yang meliputi:
1. Analisis Topografi.
2. Analisis CBR.
3. Analisis Data Lalu Lintas.
4. Analisis Teknis Jalan (Geometri, Analisis Geoteknis, Analisis perkerasan
jalan, Analisis drainase jalan).
3.6.2 Pengukuran Dan Pemetaan Topografi
Analisis data lapangan (perhitungan sementara) akan segera dilakukan
selama Team Survai masih berada di lapangan, sehingga apabila terjadi kesalahan
dapat segera dilakukan pengukuran ulang. Setelah data hasil perhitungan
sementara memenuhi persyaratan toleransi yang ditetapkan dalam Spesifikasi
teknis selanjutnya akan dilakukan perhitungan data defenitif kerangka dasar
pemetaan dengan menggunakan metode perataan kuadrat terkecil.
1. Perhitungan Poligon
Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang ditetapkan
dalam spesifikasi teknis adalah koreksi sudut antara dua kontrol azimuth =
20". Koreksi setiap titik poligon maksimum 10" atau salah penutup sudut
maksimum 30" √ n dimana n adalah jumlah titik poligon pada setiap kring.
Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000. Berdasarkan kriteria toleransi
diatas, proses analisis perhitungan sementara poligon akan dilakukan
menggunakan metode Bowdith dengan prosedur sebagai berikut:
44
b. Salah penutup koordinat:
Di mana:
V = AX-L
[ AT .P.A ]-1 . [ AT .P.L ]
X =
X = X° + X
45
medan yang berbeda-beda. Kekuatan tanah dasar dapat bervariasi antara nilai
yang baik dan jelek. Dengan demikian tidak ekonomislah jika perencanaan tebal
lapisan perkerasan jalan berdasarkan nilai yang terjelek dan tidak pula memenuhi
syarat jika berdasarkan hanya nilai terbesar saja. Sebaiknya panjang jalan tersebut
dibagi atas segmen - segmen jalan, di mana setiap segmen mempunyai daya
dukung yang hampir sama. Jadi segmen jalan adalah bagian dari panjang jalan
yang mempunyai daya dukung tanah, sifat tanah, dan keadaan lingkungan yang
relatif sama. Setiap segmen mempunyai satu nilai CBR yang mewakili daya
dukung tanah dasar dan dipergunakan untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan
dari segmen tersebut. Nilai CBR segmen dapat ditentukan dengan menggunakan
cara Analitis atau cara Grafis.
Formula yang digunakan untuk cara analitis adalah:
(CBR max−CBRmin )
CBR Segmen=CBR rata−rata −
R
Di mana nilai R tergantung dari jumlah data yang terdapat dalam satu segmen.
Tabel berikut adalah untuk menentukan nilai R.
46
direhabilitasi telah dibuka untuk lalu lintas umum. Kenaikan normal arus lalu-
lintas tahunan diperkirakan sebesar 3 – 6 %. Pertimbangan lain akan dilakukan
terhadap kelas rencana lalu lintas, campuran lalu-lintas dan beban gandar standar (
BGS ). Analisis meliputi: lalu lintas harian rata-rata, pertumbuhan lalu lintas
tahunan, Vehicle damage factor (VDF), kecepatan kendaraan rata-rata, faktor
penyesuaian: lebar jalan, pemisah arah (hanya untuk jalan tak terbagi), hambatan
samping dan bahu jalan/kerb, ukuran kota, untuk kajian kapasitas jalan.
Standar Geometrik
47
e. Elemen-elemen lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan
dengan bentuk tikungan full circle atau lengkung peralihan untuk sudut
lengkung > 20 derajat.
f. Lokasi dari bangunan pelengkap dan rencana jembatan.
a. Standar Geometrik.
b. Tinggi muka tanah asli
c. Pengetrapan kemiringan maksimum dari lengkung horisontal (diagram
superelevasi).
d. Elevasi bangunan di sekitar rencana jalan.
e. Elemen-elemen/data-data lengkung vertikal.
f. Elevasi bangunan-bangunan pelengkap dan bangunan-bangunan
drainase.
g. Perhitungan ekonomi
48
c. Perhitungan struktur jalan, baik untuk pelapisan, pelebaran atau jalan
baru.
d. Rencana drainase, baik saluran memanjang maupun saluran melintang
ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tepat sesuai
dengan keadaan setempat antara lain meliputi:
1) Penetapan jenis bangunan drainase air permukaan atau saluran
samping dan drainase bawah tanah, bila diperlukan.
2) Penetapan bangunan-bangunan pengaman dan lain-lainnya.
3) Perhitungan struktur penting lainnya yang dianggap perlu atau yang
diminta oleh Pemberi Tugas.
3. Perancangan Drainase
Saluran drainase memegang peranan yang sangat penting dalam hal
mengumpulkan dan menyalurkan air permukaan dari daerah milik jalan,
sehingga perencanaannya harus mempunyai kapasitas yang cukup (dengan
periode ulang banjir 10 tahunan untuk jalan arteri, 7 tahunan untuk jalan
kolektor serta 5 tahunan untuk jalan lokal). Lokasi dan bentuk saluran
drainase harus direncanakan agar dapat mencegah bahaya lalu lintas, tahan
erosi, bersih terhadap hanyutan/penumpukan material yang akan mengurangi
kapasitas drainase.
a. Mempelajari pola aliran sesuai dengan kondisi terrain clan rencana jalan
49
b. Mempelajari daerah tangkapan air yang ada pada drainase
c. Menampung dan mengalirkan air permukaan pada daerah manfaat jalan
d. Merencanakan alinyemen saluran
e. Merencanakan saluran pada daerah kaki lereng timbunan untuk
menyalurkan air permukaan pada daerah kaki lereng timbunan untuk
menyalurkan air permukaan pada daerah sekitar menuju daerah buangan
f. Merencanakan saluran di atas lereng bukit yang berfugsi untuk mencegah
rembesan air dari atas.
g. Merencanakan saluran yang berfungsi untuk terjunan atau pematah arus
pada daerah curam
50
ditetapkan sedemikian rupa sehingga menjamin bahwa tegangan-tegangan
dan reganganregangan pada semua tingkat yang terjadi karena beban lalu
lintas, pada batasbatas tertentu yang dapat ditahan dengan aman oleh lapis
perkerasan tersebut.
Metoda ini didasarkan baik pada prosedur desain empiris seperti California
Bearing Ratio atau teori elastis linier dalam memperkirakan kedalaman bekas
roda. Ada tiga langkah utama yang akan diikuti dalam perencanaan
perkerasan jalan baru, ialah:
51
b. Buku 2 : Bab V.1 Spesifikasi Umum
: Bab V.2 Spesifikasi Khusus
c. Buku 3 : Bab VI Gambar Rencana
d. Buku 4 : Bab VII Daftar Kuantitas
: Bab VIII Bentuk-bentuk Jaminan
3.9 Penggambaran
1. Rancangan (Draft) Perencanaan Teknis
Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan teknis dari setiap detail
perencanaan dan mengajukannya kepada Tim Asistensi untuk diperiksa dan
disetujui. Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep
perencanaannya antara lain:
52
Gambar potongan melintang di buat menerus peta topografi sesuai
keadaan pada lokasi yang ditentukan pada keadaan di atas standart sheet
dengan skala 1: 100 dan skala vertikal 1: 50.
53
i. Lembar daftar jembatan dan gorong-gorong
j. Lembar gambar bangunan pelengkap lainnya (jika diperlukan)
Gambar rencana trase jalan ini sebelumnya diperbanyak agar dimintakan
persetujuan pemberi tugas (1set cetak biru / blue print diserahkan kepada
pemberi tugas).
4) BAB IV
KRITERIA DESAIN
4.1 Perancangan Geometrik Jalan
Peraturan yang digunakan dalam perancangan geometri jalan adalah
“Pedoman Desain Geometrik Jalan 2021”
Semua KPTJ harus diikuti yang meliputi ketentuan desain tentang tahap-
tahap desain, fungsi jalan, kelas jalan, bagian-bagian jalan (ruang jalan),
dimensi (penampang melintang) jalan, volume lalu lintas (LHRT atau qJD),
kapasitas jalan terkait desain badan jalan, persyaratan geometrik jalan terkait
bagian jalan yang lurus, tikungan dan tanjakan, perlengkapan jalan (terutama
rambu, marka, dan pagar pengaman), dan kelestarian lingkungan hidup
(AMDAL).
1. Kecepatan Desain
54
Tabel 4.1 Pengelompokan jalan
Penentuan Vd 40 Km/Jam
b. Dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,2
m, ukuran panjang tidak melebihi 9 m, ukuran paling tinggi 3,5m, dan
muatan sumbu terberat 8 ton.
2. Jenis perkerasan
55
Tabel 4.3 Jenis perkerasan
3. Ruang jalan
Tabel 4.4 Ruang jalan
Desain perkerasan berdasarkan beban lalu lintas rencana dan pertimbangan biaya
terendah ditunjukan pada:
56
Bagan Desain - 3 Perkerasan Lentur,
Dengan
3. Menentukan Nilai CBR tanah dasar, didapatkan dari hasil pengujian dengan
alat Californian Bearing Ratio (CBR).
4. Menentukan Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata.
5. Menentukan Faktor pertumbuhan lalu lintas digunakan untuk merencanakan
faktor pertumbuhan lalu lintas yang akan datang pada 20 tahun yang akan
datang. bisa dicari dengan rumus atau dengan menggunakan tabel.
57
Tabel 4.1 Perkembangan lalu lintas
ketentuan perhitungan
58
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan,
yang menampung lalu-lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda
batas lajur, maka jumlah lajur ditentukan dari lebar perkerasan sesuai
Tabel 4.7.
59
Tabel 4.4 Ekivalen beban sumbu kendaraan (E)
a. Distribusi Normal
60
c. Distribusi Gumbel
Keterangan
Q= CIA
Keterangan
Q = Debit hujan
C = Coefisien aliran
61
4.3.4 Koefisien Run Off / Limpasan (C)
Koefisien pengaliran adalah kocfisicn yang besarnya tergantung pada kondisi
permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, lamanya hujan di daerah
pengaliran. Untuk berbagai jenis tanah maka koefisien pengaliran ini dapat dilihat
pada Tabel 4.10 dibawah ini.dari rumah tangga
Tabel 4.1 Koefisien Pengaliran (C)
62
Gambar 4.1 Daerah aliran saluran samping
Perhitungan waktu konsentrasi sebagai berikut.
Di mana
Di mana:
63
4.3.6 Kapasitas Saluran Drainase
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus Manning yang
merupakan dasar dalam menentukan saluran.
Q = V.A
R =
Di mana:
K = Koefisien Kehalusan
S = Kemiringan Saluran
64
Tabel 4.1 Koefisien kekasaran Manning
65
2. Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan permukaan tanah lapisan
dasar
3. Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan
tanah dasar kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras.
4. Selama pemeriksaan dicatat kondisi khusus, seperti cuaca, drainase,
timbunan, waktu dan sebagainya
5. Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan CBR Test.
66
5) BAB V
RENCANA PEKERJAAN
5.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada proyek secara umum merupakan kerjasama antara
dua orang atau lebih untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan keahlian masing
masing untuk mencapai tujuan dalam menyelesaikan proyek dengan biaya, waktu
serta mutu yang telah direncanakan. Adapun struktur organisasi Proyek Pekerjaan
Jalan Baru Tasikmalaya-Sumedang Provinsi Jawa Barat.
1. Team Leader
a. Memberi arahan teknis kepada semua personil yang terlibat dalam
kegiatan perencanaan mulai dari awal kegiatan sampai keseluruhan hasil
kerja diserahterimakan
b. Bekerjasama dengan Engineer dan Tenaga Ahli lainnya yang membantu
melaksanakan pekerjaan perencanaan, sehingga hasil yang didapatkan
sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja atau yang diharapkan oleh pemberi
kerja.
c. Bertanggung jawab terhadap semua kebenaran semua laporan hasil kerja
laporan Mengkoordinasikan semua personil yang terlibat dalam
pekerjaan ini.
67
d. Mengawasi semua tenaga/personil yang terlibat dalam pekerjaan survei
pengumpulan data dan perencanaan teknis jalan, dengan maksud tepat
waktu.
2. Tenaga Ahli Geometrik Jalan
a. Bertanggung jawab atas kebenaran, ketelitian, kemutakhiran dan
kelengkapan data hasil pelaksanaan pekerjaan survei sesuai buku
pedoman pelaksanan teknis (Survei inventarisasi jalan dan jembatan,
survei perkerasan).
b. Bertanggung jawab atas perencanaan teknis jalan raya (Geometrik,
perencanaan perkerasan).
c. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan yang
telah ditetapkan untuk pekerjaan survei/pengumpulan data sekunder,
pengumpulan data primer, pengolahan dan penyajian/pelaporan.
3. Tenaga Ahli Geoteknik
a. Melakukan penelitian tentang kondisi geologi dan geoteknik di lokasi
proyek.
b. Mengidentifikasi potensi risiko geoteknik yang mungkin timbul selama
masa pemeliharaan proyek.
c. Bertanggung jawab atas kebenaran, ketelitian, kemutakhiran dan
kelengkapan data hasil pelaksanaan pekerjaan survei sesuai buku
pedoman pelaksanaan teknis (Survei Material/geoteknik).
d. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan yang
telah ditetapkan untuk pekerjaan survei/pengumpulan data
sekunder,pengumpulan data primer, pengolahan dan penyajian/pelaporan.
4. Tenaga Ahli Drainase
a. Menyusun rencana survei dan investigasi sungai
b. Memeriksa hasil perhitungan/analisis hidrologi dan hidrolika
c. Membuat perhitungan struktur normalisasi sungai dan saluran drainase
d. Bertanggung jawab atas kebenaran, ketelitian, kemutakhiran dan
kelengkapan data hasil pelaksanaan pekerjaan survei sesuai buku
pedoman pelaksanaan teknis (Survei Material/geoteknik)
68
5. Tenaga Ahli Perkerasan Jalan
a. Bertanggung jawab atas kebenaran, ketelitian, kemutahkhiran terhadap
kelengkapan data hasil pelaksanaan pekerjaan survey sesuai buku
pedoman pelaksanaan teknis.
b. Bertanggung jawab atas perencanaan teknis jalan raya (geometrik,
perencanaan perkerasan)
c. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan yang
telah ditetapkan untuk pekerjaan survei/pengumpulan data sekunder,
pengumpulan data primer, pengolahan dan penyajian/pelaporan.
6. Tenaga Ahli Estimasi Biaya
a. Menganalisis rencana, tagihan jumlah dan dokumentasi proyek
b. Menganalisis data yang dapat mempengaruhi biaya
c. Menilai risiko keuangan, teknis dan operasional proyek
d. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan yang
telah ditetapkan untuk pekerjaan survei/pengumpulan data sekunder,
pengumpulan data primer, pengolahan dan penyajian/pelaporan.
5.2 Waktu Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan kerja jasa konsultan periode 114 hari kalender kerja.
Jangka waktu ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian pekerjaan
sehingga dapat mengoptimalisasi penggunaan dana pekerjaan, tahapan
pelaksanaan dalam batas kemampuan biaya, dan waktu penyelesaian pekerjaan.
tahapan perencanaan yang akan dilakukan antara lain:
1. Tahapan Pendahuluan
a. Pengumpulan data dan literature.
b. Peraturan perundang undangan.
c. Review studi.
d. Analisis pendahuluan.
e. Rencana definitive.
f. Persiapan survey teknis.
g. Persentasi laporan pendahuluan
2. Tahapan Survei Lapangan
a. Survey geoteknik.
69
b. Survey material bahan.
c. Survey kondisi lapangan.
d. Laporan teknis.
3. Tahapan Perencanaan
a. Pengolahan data lapangan.
b. Analisis data geoteknik.
c. Analisis perencanaan drainase.
d. Analisis perencanaan pondasi.
e. Analisis perencanaan struktur.
f. Analisis kuantitas dan biaya.
g. Analisis K3 proyek.
4. Tahapan Penyelesaian Produk Pekerjaan
a. Laporan akhir
b. Laporan anggaran biaya
c. Dokumen tender
5.3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal pelaksanaan jasa konsultasi ini dalam periode 114 (serratus empat
belas) hari kalender. Jangka waktu ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa
bagian pekerjaan sehingga dapat mengoptimalisasikan penggunaan dana kerja,
pentahapan pelaksanaan dalam batas-batas kemampuan pembiayaan, dan waktu
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. Kelompok besar pekerjaan terdiri dari 4
(empat) bagian pekerjaan yaitu:
70
j. Presentasi Laporan Pendahuluan
2. Tahap Survei Lapangan, Kegiatan survei lapangan atau survei teknis meliputi:
a. Survei GPS Geodetic
b. Survei Real Time Kinematic
c. Pemasangan Patok Bench Mark
d. Survei Geoteknik
e. Survei Inventarisasi Jalan & Jembatan
f. Survei Rincikan
g. Survei Foto Udara
h. Laporan Teknis
3. Tahap Perencanaan Teknis
a. Pengolahan data lapangan
b. Analisis Geometrik Jalan
c. Analisis Pekerjaan Tanah
d. Analisis Perencanaan Drainase
e. Analisis Struktur Perkerasan Jalan
f. Analisis Perencanaan Perlengkapan Jalan
g. Analisis Kuantitas dan Biaya Proyek
h. Analisis K3 Proyek
4. Tahap Penyelesaian Produk Pekerjaan
a. Laporan Akhir
b. Laporan Perkiraan Biaya (Owner Estimate)
c. Dokumen Tender
d. Buku Album Gambar
71
5.4 Kurva S rencana
Berikut perencanaan kurva s yang digunakan pada proyek ini
1) Survei Topografi
2) Inventaris jalan dan jembatan
3) Survei kondisi perkerasan jalan
4) Survei geoteknik dan material
5) Survei lokasi aliran air
72
2. Analisis data Curah Hujan
4. Penyelidikan tanah
73