05 Modul Acara V Mineralogi Optik
05 Modul Acara V Mineralogi Optik
05 Modul Acara V Mineralogi Optik
MINERAL UNIAXIAL
I. Pendahuluan
Mineral uniaxial merupakan salah satu kelas dari mineral anisotropic yang
didalamnya termasuk semua mineral yang mengkristal dalam sistem kristal
tetragonal dan hexagonal. Contoh mineral dari sistem kristal tetragonal adalah
zirkon, rutil, kasiterit, dsb. Sedangkan contoh mineral dari sitem kristal hexagonal
adalah kuarsa, kalsit, korundum, dsb. Mineral ini hanya memiliki satu sumbu optis
dengan prinsip sumbu : nε//c dan nω//a. Cahaya melintas sepanjang arah optik axis
tunggal karena kesamaan sifat material isotropik. Optik axis tunggal bertepatan
dengan kristalografi sumbu c.
ω: sinar “ordinary” = Sinar yang bergetar pada bidang yang tegak lurus
sumbu c dengan kecepatan yang sama ke segala arah.
Cahaya merambat sepanjang arah tegak lurus kearah c-axis atau optik axis
terpecah kedalam 2 sinar yang bergetar tegak lurus satu sama lain. Salah satu dari
cahaya ini e-ray bergetar parallel kearah c-axis atau optik axis, lalu merambat
MINERAL UNIAXIAL
| 37
parallel ke arah indeks bias Lalu sebuah vektor dengan panjang proporsional
kearah indeks bias akan lebih besar atau lebih kecil dari vektor yang ditarik tegak
lurus ke arah optik axis dan akan menentukan 1 axis lonjong. Seperti sebuah lonjong
dengan arah sebagai salah satu axisnya dan arah sebagai axis lainnya, ini biasa
disebut dengan principal section pada indikatriks uniaxial.
Z=X<Y
X=Y<Z
Gambar 5.1 Ilustrasi indikatriks optis mineral uniaxial (a) prolate dan (b) oblate
Prolate
Bidang X-Y merupakan sayatan yang tegak lurus dengan Z. Z merupakan
sumbu optis dengan kristalografi sumbu c sebagai sinar lambat. Sehingga
nn,maka mineral itu dapat dikatakan memiliki tanda optik positif
atau uniaxial positif (+ve).
Oblate
Bidang Y-Z merupakan sayatan yang tegak lurus dengan X. X
merupakan sumbu optis dengan kristalografi sumbu c sebagai sinar cepat.
Sehingga nn, maka mineral itu dapat dikatakan memiliki tanda optik
negatif atau uniaxial negatif (-ve).
Gambar 5.2 Ilustrasi perpotongan orientasi sumbu optis mineral terhadap dengan bidang sayatan
MINERAL UNIAXIAL
| 38
a. Sumbu optis sejajar bidang sayatan.
Warna interferensi akan maksimum karena bidang sayatan melewati
ndann.
b. Sumbu optis tegak lurus bidang sayatan.
Warna interferensi akan minimum atau gelap total karena bidang
sayatan hanya melewati n.
c. Sayatan acak.
Warna interferensi biasa karena sayatan melewati n dan terdapat
sudut antara n’ < n.
III. Penentuan Tanda Optis Mineral Uniaxial
4. Lihat posisi sinar cepat dan sinar lambat pada kuadran tersebut dan
bandingkan dengan hasil perubahan warnanya.
MINERAL UNIAXIAL
| 39
a. Tanda optis +ve
Jenis ini terbentuk pada sayatan mineral uniaxial yang miring lebih dari
45o terhadap sumbu c. Bentuk isogir tidak terlihat keseluruhan, tetapi
MINERAL UNIAXIAL
| 40
melatop masih terlihat di dalam medan pandang. Melatop akan bergeser
konsentris bila meja diputar.
Jenis ini terbentuk pada sayatan mineral uniaxial yang miring kurang
dari 45o terhadap sumbu c. Bentuk isogir tidak terlihat keseluruhan,
melatop tidak tampak di dalam medan pandang. Pergeseran terjadi
secara vertikal dan horisontal.
Isogir terlihat sangat tebal, bila diputar 0°- 30° biasanya tampak
memisah menjadi dua lengkungan, pada 45° hilang dari medan
pandang.
MINERAL UNIAXIAL
| 41