Makalah Metodologi Penelitian Populasi Aditya
Makalah Metodologi Penelitian Populasi Aditya
Makalah Metodologi Penelitian Populasi Aditya
METODE PENELITIAN
POPULASI DAN SEMPEL
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Dengan itikad baik kami menulis makalah ini dalam rangka untuk
memenuhi tugas Metodologi Penelitian dengan bahasan “POPULASI dan SEMPEL”. Makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Diharapkan dalam makalah ini
pembaca mampu memperkaya materi dan mampu menerapkan dan mengaplikasi pengetahuan
yang diperoleh dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya uluran tangan dari berbagai pihak, makalah ini
tidak dapat terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Uccu Cahyana, M.Si selaku dosen mata kuliah Profesi Kependidikan yang
telah memberikan saran dan nasihat untuk menyelesaikan makalah ini.
2. Teman teman penulis yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dan telah
memberikan informasi.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah menberi saran
dan masukan dalam penyempurnaan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa kemungkinan masih adanya
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kepada semua pihak sangat terbuka untuk menerima
saran, masukan dan kritikan untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kalian yang membaca dan
mempelajari khususnya bagi mahasiswa yang ingin menambah informasi dan pengetahuan di
bidang metodologi penelitian khususnya mengenai populasi dan sempel.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam usaha meningkatkan suasana akademik yang maksimal dikampus, khususnya untuk
mata kuliah metode penelitian dan penulisan skripsi, serta untuk menumbuhkan rasa pengalaman
belajar, menumbuhkan sikap, kemampuan, dan keterampilah meneliti pada mahasiswa,
Metodologi Penelitian merupakan hal yang esensial.
Setiap mata kuliah diharapkan mampu menumbuhkan kegairahan meneliti dan dapat
memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan sikap, kemampuan, dan keterampilan
meneliti pada mahasiswa. Untuk itu, penguasaan mahasiswa sebagai calon tenaga pengajar
terhadap Metodologi Penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan
dipelajari, dengan penguasaan Metodologi Penelitian yang optimal, diharapkan para mahasiswa
dapat menyertakan metode-metode penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
dalam bidang yang akan diajarkan nanti apabila sudah terjun sebagai tenaga pengajar.
Dalam penelitian kuantitatif, apalagi jika dirancang sebagai sebuah penelitian survei (survey
research), keberadaan populasi dan sampel penelitian nyaris tak dapat dihindarkan. Populasi dan
sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam
mengungkapkan fenomena atau realitas yang dijadikan fokus penelitian kita.
Demi mencapai keakuratan dan validitas data yang dihasilkan, populasi dan sampel yang
dijadikan objek penelitian harus memiliki kejelasan baik dari segi scope, ukuran, maupun
karakteristiknya. Dengan kata lain, kejelasan populasi dan ketepatan pengambilan sampel dalam
penelitian akan menentukan validitas proses dan hasil penelitian kita.
Dalam membantu kita memahami tentang Metodologi Penelitian, didalam makalah ini
disajikan bagian dari materi Metodologi Penelitian tersebut, yakni tentang Sampel dan Populasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian populasi dan sampel ?
2. Apa saja teknik pengambilan sampel ?
3. Bagaimana teknik pengambilan sampel ?
4. Bagaimana cara menentukan ukuran sampel ?
5. Bagaimana cara pengambilan anggota sampel ?
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Populasi dan Sampel
Dalam kehidupan sehari-hari manusia pernah menghadapi masalah populasi dan contoh atau
sampel dalam suasana yang berlainan yang mungkin tidak disadarinya. Apabila seseorang
melihat suatu kue, lalu dia ingin mengetahui rasa dari kue tersebut, apakah rasanya manis, asam ,
gurih, atau pahit, seseorang tersebut tidak perlu memakan seluruhnya. Seseorang tersebut cukup
mengambil seiris, mencicipinya, kemudian menyimpulkan bagaimana rasa kue tersebut. Disini,
perumpamaan kue adalah populasi, sedangkan irisan kue tersebut adalah contoh atau sampel.
Dengan demikian, yang disebut populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti, sedangkan
contoh atau sampel adalah bagian tertentu dari keseluruhan objek yang akan diteliti (Sulistiono-
Basuki : 2010)
Prof. Dr. Sugiyono (2010) menegaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar dalam
pengertian antara “ populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, populasi di artikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi itu misalnya penduduk di
wilayah tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Populasi bukan
hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
keseluruhan karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek/subyek itu. Sedangkan sampel adalah
bagian dari populasi itu, apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulan akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menggunakan istilah
situasi sosial, yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat, pelaku dan aktifitas yang berinteraksi
secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin
diketahui “ apa yang terjadi” di dalam nya, misalnya rumah berikut keluarga dan aktifitasnya.
Situasi sosial tidak hanya terdiri dari tiga elemen tersebut, tetapi bisa juga berupa peristiwa alam,
binatang, tumbuh-tumbuhan dan sejenisnya. Sedangkan sampel dalam penelitian kualitatif bukan
dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, partisipan, informan, teman dan guru dalam
penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel
teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.
Menurut Drs. S. Margono (2004), Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian
kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan
dengan data, bukan manusianya. Jika manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau
ukuran populasi akan sama banyaknya dengan ukuran manusia.
Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri populasi
tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-rata, bentengan, rata-rata simpangan,
variansi, simpangan baku sebagai parameter populasi. Parameter suatu populasi adalah tetap
nilainya, jika nilainya berubah, maka populasinyapun berubah.1
Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian (Hadari Nawawi, 1993:141).
Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa populasi
(universe) atau sampel.2
Menurut Drs. S. Margono (2004), populasi dapat di bedakan sebagai berikut:
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas kuantitatif
secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas. Misalnya 5.000.000 orang guru
SMA pada awal tahun 1985, dengan karakteristik: masa kerja 2 tahun, lulusan program
strata 1, dan lain-lain.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat di
temukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat di nyatakan dalan bentuk jumlah secara
kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti harus dihitung jumlahnya sejak guru
pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang. Dalam keadaan seperti itu
jumlahnya tidak dapat di hitung, hanya dapat di gambarkan suatu jumlah objek secara
kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang,
dan yang akan menjadi guru. Populasi ini di sebut juga parameter.
Di samping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus di bedakan ke dalam sifat
berikut ini:
a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang
sama, sehingga tidak perlu di persoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya, seorang
dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes
darah saja. Dokter itu tidak perlu mengambil satu botol darah, karena baik setetes
maupun satu botol hasilnya akan sama saja.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau
keadaan yang bervariasi, sehingga perlu di tetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala
dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.
2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu. Masalah sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal
berikut ini :
a. Penelitian bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah
populasi sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.
b. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil –hasil kepenelitiannya, dalam
arti menegakkan kesimpulan –kesimpulan kepada objek, gejala atau kejadian yang lebih
luas.
Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel beikut ini
a. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) beruppa parameter yang jumlahnya tidak
diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak
mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu.demikian juga dalam populasi
terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar ,tidak praktis untuk mengumpulkan
data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia
misalnya.
b. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki.
Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih –lebih
bila objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu
cara untuk mengurangi biaya.
c. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian
populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan
kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih cepat.
d. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat
merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh
seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba
seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada
sampel.3
e. Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung
jawabkan. Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data.
Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi peneliti akan
menjadi bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua,penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
f. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah kegunaan dari
hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika
tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada
dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi (sudjana, 1975:159-161); (
Hadari Nawawi,1923: 146-148).
Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sample tidaklah ada suatu ketetapan
yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sample harus diambil. suatu
hal yang perlu diperhatikan adalaha keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika
keadaan populasi homogen, jumlah sample hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya,
jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbanagna pengambilan sample harus
memperhatikan hal :
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori.
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusahakan. Satu
nasihat yang perlu diingat, bahwa penetapan jumlah sampel yang kelewat banyak selalu lebih
baik dari pada kurang (oversampling is always better than undersampling). Namun demikian ada
cara untuk memperoleh sample minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:
n ≥ pq z 1/ 2 a 2
keterangan :
n = jumlah sampel
≥ = sama dengan atau lebih besar
P = proporsi populasi persentase kelompok pertama
q = proporsi sisa di dalam populasi
z1/2 =derajat koefisien konfidensi pada 99% 95 %
b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan
sampel.
Contoh :
Jika diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan D3 di jateng adalah 400.000 orang.
Diantara mereka yang tinggal didaerah pedesaan (luar kota) sebanyak 50.000 orang. Bebrapa
sampel yang perlu diselidki dalam rangka mengunggkapkan hambatan penanaman disiplin
disekolah di wilayah masing-masing.
Perhitungan:
F = 50.000 X 100 % = 12,5 % atau P = 0,125
400.000
2
n ≥ 0,125 X 0,875 1,96
0,05
Jika penenelitian kurang puas dengan jumlah sampel minimal itu, maka dapat dilakukan
peningkatan jumlah sampel dengan meningkatkan jumlah sampel dengan sebesar 2,58. Demikian
juga ukuran sampel dapat diperbesar lagi dengan memperkecil perkiraan persentase
kemungkinaan membuat kesalahan dalam penarikan sampel, misalnya sebesar 2% atau b = 0,02.
Dari contoh itu, maka sample minimum menjadi :4
2
n ≥ 0,125 X 0,875 2,58
0,02
n > 1.740,21 dibulatkan 1.740 orang.
Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka variasi p dan q
dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 X 0,50 = 0,25)uku
Ran sampel yang harus diselidiki :
2
n ≥ 0,25 1,96
0,05
n ≥ 384.
Sample yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang representatif, artinya
yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal walaupun
mewakili sample bukan merupakan duplikat dari populasi.
Pada umumnya masalah sampling timbul apabila penelitian bermaksud untuk :
1. Mereduksi objek penyelidikannya. Karena suatu alasan kerapkali seorang penyelidik
tidak menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa, melainkan
hanya sebagian saja dari objek gejala atau kejadian yang dimaksudkan.
2. Ingin mengadakan generalisasi , dari hasil-hasil, penyelidikannya. Mengadakan
generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan-kesimpulan kepada objek-objek, gejala-
gejala, dan kejadian-kejadian yang diselidiki.
Mahasiswa yang baru belajr metodelogi penelitian di tingkat awal harus menyadari betul
bahwa sample bukan merupakan duplikat populasi ;karena itu , ia tidak boleh berprestensi bahwa
suatu sample jika telah ditetapkan dengan cara-cara tertentu dapat menjadi cermin yang
sempurna bagi populasi artinya ia tidak boleh meyakini bahwa sample tidak mengalami
kesesatan walaupun pengambilannya sudah menggunakan metode-metode statistik tertentu.
Petunjuk –petunjuk untuk mengambil sampel :
1. Daerah generalisasi
Yang pentinga disini adalah menentukan dahulu luas populasinnya sebagai daerah
generalisasi, selanjutnya barulah menentukan sampelnya sebagai daerah penelitiannya. Di
sampling itu, yang penting adalah : “ kalau yang diselidiki hanya satu kelas saja, jangan
diperluas sampai kelas-kelas lainnya apalagi menyimpulkan untuk sekolah-sekolah lain”.
2. Pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila luas populasinya telah ditetapkan , harus segera diikuti penegasan tentang sifat-sifat
populasinnya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan adanya valliditas dan
reabilitas bagi penelitiannya. Oleh sebab itu, haruslah ditentukan terlebih dahulu luas dan
sifat-sifat populasi, dan memberikan batas-batas yang tegas, kemudian menetapkan
sampelnya. Jangan terjadi kebalikannya,yaitu menetapkan populasilah yang lebih dahulu
baru kemudian sampelnya.
3. Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh melalui
bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya, sensus
penduduk dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi-instansi dan organisasi-
organisasi, seperti pengadilan, kepolisian, kantor P & K, kantor kelurahan, dan
sebagainnya.
Meskipun demikia, haruslah diteliti kembali apakah informasi tersebut telah
menunjukkan validitasnya (kesahihan) . Hal itu perlu karena jangan sampai terjadi data
tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965, misalnya bila tahun 1954
tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4 orang, maka pada tahun 1965
jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu (4 orang).
4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah penelitian,
memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5. Menetapkan teknik sampling
Dalam masalah sampel , ada yang disebut biased sampel , yaitu sampel yang tidak
mewakili populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng. Pengambilan
sampel yang menyeleweng disebut : biased sampling. Biased sampling adalah
pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi hanya dari salah satu
golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi.
Contoh : misalnya mengadakan penelitian tentang penghasilan rata-rata orang indonesia
hanya diambil sample yang kaya raya saja, ataupun hanya yang melarst ? miskin saja.
Dengan sendiriny akan mengakibatkan adaanya kesimpulan yang menyeleweng atau
disebut biased conclusion.
1) Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Macam-macam
teknik ini meliputi:
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
berstrata secara proposional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang
pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang
lulus S1=45 orang, S2=30 orang, SMK= 800 orang, SMA= 400 orang, SMP= 300 orang, SD=
300 orang. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada
daerahn itu ceara sampling juga
2) Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sam bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
1. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang.
Dari semua anggota tersebut diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, atau kelipatan dari bilangan
tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan 5, untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah
nomor1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
2. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian
tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan
Bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum
didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum
memenuhi kuota yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data,
maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5
orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 orang anggota sampel tersebut.
3. Sampling ansidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti, hasil datanya dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan yang ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4. Sampling purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya
akan melekukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang
yang ahli makanan. Atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
5. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang,
atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
6. Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua
orang ini belum merasa lengkap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya.
Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball, misalnya
akan meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan purposive dan
snowball.
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian? Jawabannya
tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat
ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga
yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang
diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah
anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber dana.
Berikut ini rumus menghitung ukuran sampel dari populasi yang jumlahnya telah diketahui:
𝜆2. 𝑁. 𝑃. 𝑄
𝑠=
𝑑2(𝑁 − 1) + 𝜆2. 𝑃. 𝑄
P = Q = 0,5
d = 0,05
s = jumlah sampel
Cara menentukan ukuran sempel bila sempel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi
homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasinya berbeda, katakan
logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sempel yang diperlukan 1% saja
sudah bisa mewakili.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sempel, misalnya dari
Cochen, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung ukuran sempel, terdapat sedikit
perbedaan jumplahnya. Lalu yang dipakai yang mana? Sebaiknya yang dipakai adalah jumlah
ukuran sempel yang paling besar.
Bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5% , maka jumlah sempelnya = 258, Karena populasi
berstrata, maka sampelnya jga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan.
Dengan demikian masing-masing sempel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai
dengan populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sempel untuk
kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83, SMK = 139, SMP = 14, dan SD = 28.
Jumlah = 258
Jadi jumlah sempelnya = 12,9 + 77,4 +129 + 25,8 + 12,9 + = 258. Jumlah yang pecahan
bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sempel menjadi 13 + 78 + 129 + 26 + 13 = 259.
Roscoe dalam buku Research Methonds For Business (1982:253) memberikan saran-saran
tentang ukuran sempel untuk penelitian seperti berikut ini:
a. Ukuran sempel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
b. Bila sempel dibagi dalam katagori ( misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan
lain-lain) maka jumlah anggota sempel setiap katagori minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan Multivariate (korelasi atau regresi
ganda misalnya). Maka jumlah anggota sempel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang
diteliti. Misalnya variabel penelitiaanya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah
anggota sempel = 10 X 5 = 50.
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang mengunakan kelompok ekspetrimen
dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sempel masing-masing antara 10 s/d 20.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup
dan waktu yang kita tentukan.
b. Jenis-jenis populasi: populasi umum dan populasi target
c. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
d. Adapun alasan penelitian menggunakan sampel adalah:
1. Ukuran populasi
2. Masalah biaya
3. Masalah waktu
4. Percobaan yang sifatnya merusak
5. Masalah ketelitian
6. Masalah ekonomis
e. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif.
f. Teknik-teknik yang di gunakan dalam pengambilan sampel
1. Probability/Random Sampling
2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
DAFTAR PUSTAKA
Haryono. 1998. Metode penelitian pendidikan II. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Bandung : Cv. Alfa Beta, 2012