Yolanda Aulia Putri Makalah Uts Kewarganegaraan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh UU ITE Terhadap Kebebasan Berpendapat dan Demokrasi di

Indonesia

Disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:

Yadi Suryadi S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Yolanda Aulia Putri 2307020057

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah yang berjudul “Pengaruh UU ITE Terhadap Kebebasan
Berpendapat dan Demokrasi di Indonesia” ini dapat tersusun sampai selesai. Puja
dan puji syukur juga saya curahkan kehadirat Allah Swt. atas segala nikmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul "Pengaruh UU ITE Terhadap Kebebasan
Berpendapat dan Demokrasi di Indonesia" ini dapat tersusun sampai selesai. Saya
mengucapkan terimkasih kepada Bapak Yadi Suryadi S.Pd., M.Pd. dosen mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Yang kedua saya mengucapkan terima kasih terhadap seluruh pihak yang
telah membantu saya.

Saya berharap besar bahwasanya makalah ini dapat memperluas


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Juga saya berharap lebih lagi
supaya makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya
sebagai penyusun makalah merasa bahwa terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya berharap ada masukan kritik dan saran yang mendorong dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 27 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 2
1.3 TUJUAN ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Bagaimana penerapan UU ITE di Indonesia dalam praktiknya dan
bagaimana pengaruhnya terhadap kebebasan demokrasi dalam berpendapat. . 3
2.2 Dampak dari UU ITE terhadap kebebasan demokrasi berpendapat di
Indonesia, terutama dalam konteks kebebasan pers......................................... 4
2.3 perbedaan sudut pandang antara pemerintah dan kelompok-kelompok yang
mengkritik UU ITE, dan bagaimana perbedaan tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan demokrasi
..........................................................................................................................5
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 7
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 7
3.2 SARAN ................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara hukum seperti yang sudah dijelaskan dalam


Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disebutkan bahwa:
“Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Dengan kata lain Indonesia
menjadikan sebuah hukum sebagai titik tonggak dalam memberikan keamanan,
keadilan, ketertiban dan kesejahteraan yang layak bagi warga negara Indonesia
dengan konsekuensi yang diterima ialah hukum tersebut akan mengikat setiap
perbuatan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia secara keseluruhan tanpa
memnadang jabatan ataupun derajat, karena dalam hukum semua manusia
memiliki derajat yang sama.
Negara Indonesia adalah negara hukum, sehingga sudah seharusnya
hukum ditegakkan secara tegas dan adil. Berbagai peraturan hukum telah dibuat
oleh lembaga negara, dan sebagai warga negara diwajibkan mematuhi dan
melaksanakanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Namun kenyataan yang terjadi masih banyak pelanggaran terhadap supremasi
hukum yang dilakukan masyarakat, bahkan oleh aparat penegak hukum itu
sendiri.
Negara Indonesia sebagai negara hukum dan demokratis mempunyai
kewenangan untuk memberikan perlindungan kepada implementasi hak asasi
manusia. Hal ini tertuang dalam Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang keempat yang menyatakan bahwa “setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengutarakan pendapat”,
disebutkan pula pada Pasal 28E ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 dan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1998. Praktek dari adanya kebebasan berpendapat dapat
dituangkan dalam bentuk buku, tulisan, buku, dan kegiatan pers, cakupan
kebebasan berpendapat tersebut dapat dilaksanakan untuk berbagai hal terutama

1
mengutarakan pendapat tentang kebijakan politik yang telah dibuat oleh
pemerintah dan lembaga negara hingga kinerja lembaga negara itu sendiri.
Prinsip negara demokrasi mempersembahkan suatu konsep baru yaitu
konsep supremasi hukum dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang
terkandung didalamnya, jika ditautkan dengan prinsip demokrasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara penjaminan atas hak asasi manusia dapat
terwujud dengan menjamin kebebasan berkumpul, berpendapat dan melakukan
tindakan politik dengan ditegakkanya prinsip kebebasan dalam berpendapat. Oleh
sebab itu, agar dapat melindungi kehidupan demokratis dalam tatanan berbangsa
dan bernegara, perlu adanya perlindungan hukum yang tinggi untuk menjamin
kebebasan setiap anggota masyarakat dalam menyampaikan gagasan internalnya
dalam bentuk yang terpublikasikan, baik melalui majalah, buku, film, surat kabar,
dan melalui berbagai aplikasi media social.
Adanya media elektronik dalam bentuk media sosial yang selalu up to
date dalam memberikan banyaknya informasi yang terjadi di berbagai belahan
dunia dan wilayah dapat mendorong semua kalangan masyarakat terutama
pengguna media sosial untuk melakukan diskusi dengan mengutarakan pendapat
melalui ruang media sosial. Tetapi tidak jarang pula diskusi yang dilakukan dalam
media social menggunakan pendapat untuk menyerang kepribadian, bahkan sering
sekali ditemukan dalam bentuk penghinaan terhadap seseorang, bahkan tidak
terkecuali pula kepada pejabat negara, termasuk Presiden.
Kebebasan dalam berekspresi dan berpendapat sendiri termasuk kedalam
kategori hak asasi manusia yang rawan terhadap penyelewengan, sehingga supaya
proses mengutarakan pendapat melalui media sosial dapat lebih beretika, dan
tidak mengandung unsur-unsur yang dapat melanggar atau menganggu hak asasi
orang lain. Pemerintah telah mengatur mengenai hal tersebut yang dapat kita lihat
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik yang kemudian diubah dengan adanya undang-undang Nomor 19
Tahun 2016 yang selanjutnya disebut UU ITE. Permasalahan yang kemudian
muncul justru meningkatnya kasus pelanggaran UU ITE dengan dalih

2
pengutaraan pendapat dan penyebaran informasi yang yang dilakukan adalah
untuk menyampaikan kebencian.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penerapan UU ITE di Indonesia dalam praktiknya dan bagaimana


pengaruhnya terhadap kebebasan demokrasi dalam berpendapat?
2. Apa saja dampak dari UU ITE terhadap kebebasan berpendapat di Indonesia,
terutama dalam konteks kebebasan pers?
3. Apakah terdapat perbedaan sudut pandang yang signifikan antara pemerintah
dan kelompok-kelompok yang mengkritik UU ITE, dan bagaimana perbedaan
tersebut mempengaruhi perkembangan demokrasi di Indonesia?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan UU ITE di Indonesia dalam
praktiknya dan bagaiamana pengaruhnya terhadap kebebasan demokrasi dalam
berpendapat.
2. Untuk menjelaskan mengenai Apa saja dampak dari UU ITE terhadap
kebebasan berpendapat di Indonesia, terutama dalam konteks kebebasan pers?
3. Untuk memahami perbedaan sudut pandang antara pemerintah dan kelompok-
kelompok yang mengkritik UU ITE, dan bagaimana perbedaan tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan demokrasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana penerapan UU ITE di Indonesia dalam praktiknya dan


bagaimana pengaruhnya terhadap kebebasan demokrasi dalam
berpendapat.
UU ITE menjadi titik tonggak dalam sistem informasi dan transaksi
elektronik di Indonesia yang memberikan jaminan pengakuan dan penghormatan
pada hak dan kebebasan orang lain untuk melaksanakan tuntutan adil mereka
sesuai dengan prinsip-prinsip moral, nilai-nilai agama, keamanan dan
kenyamanan umum dalam suatu negara demokratis. Dalam penerapanya, UU No.
11 Tahun 2008 dan perubahannya UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, berpotensi mengancam kebebasan pers dan berpendapat.
Ancaman Hal ini secara tegas tertuang dalam Pasal 27 ayat (3) mengatur tentang
penyebaran informasi atau pendapat yang memuat penghinaan dan pencemaran
nama baik, akan dikenakan tuntutan terhadap pelakunya dengan hukuman penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan denda yang akan dikenakan paling banyak Rp.
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Dengan diciptakanya UU ITE yang membatasi demokrasi dalam
bependapat dapat membawa dampak negatif pada perkembangan demokrasi yang
ada di Indonesia karena UU ITE yang telah diciptakan memiliki potensi dalam
melanggar kebebasan masyarakat untuk dapat berekspresi, berpendapat,
menyebarkan informasi, padahal kebebasan berekspresi itu salah suatu kondisi
penting yang memungkinkan terjadinya demokrasi dan partisipasi masyarakat
dalam mengambil keputusan. Pembatasan informasi dan opini publik dengan UU
ITE dapat membatasi partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan dan proses
politik.
2.2 Apa saja dampak dari UU ITE terhadap kebebasan berpendapat di
Indonesia, terutama dalam konteks kebebasan pers?

4
Kebebasan pers merupakan salah satu hal yang diamanatkan oleh
konstitusi, yang mana keberadaan pers diberikan jaminan dan pengakuan oleh
UUD konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meski jaminan dan
pengakuan kebebasan pers tidak diatur secara tegas namun unsur-unsur dalam
mendukung kebebasan pers telah diatur dengan jelas dalam UUD 1945, seperti
adanya penjelasan tentang kebebasan berkreasi, kebebasan berkomunikasi,
kebebasan berpikir dan hak atas informasi yang diterima atau akan disampaikan.
Pengakuan tentang kebebasan pers dalam suatu konstitusi negara demokratis
menetapkan setiap peraturan hukum yang sifat turunannya tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945. Ini menciptakan undang-undang yang dibentuk
tentunya dilarang bertentangan dengan nilai-nilai hak asasi manusia. Selain itu,
kebebasan pers merupakan salah satu poin yang sangat penting bagi sebuah
negara hukum dan demokrasi sehingga perlindungan akan kebebasan pers
harusnya dituangkan secara tegas dan jelas dalam peraturan hukum dan peraturan
yang berlaku. Namun pada kenyataannya di lapangan, tidak semua ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan yang telah diciptakan dapat benar-benar
melindungi wartawan. Terdapat beberapa ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang justru mengancam dan bahkan lebih buruknya menghapuskan hak
atas kebebasan pers. Padahal diciptakanya peraturan perundang-undangan
seharusnya bertujuan untuk melindungi kebebasan pers itu sendiri namun di sisi
lain peraturan tersebut menimbulkan ancaman yang serius bagi reporter atau
jurnalis dalam menjalankan tugasnya.
Dapat disimpulkan bahwasanya dalam Pasal 27 dan 28 UU ITE tidak
ada definisi yang jelas secara khusus dan menyeluruh mengenai maksud
pelanggaran pencemaran nama baik, kebencian antar golongan dan permusuhan.
Interprestasi yang terdapat dalam pasal-pasal UU ITE, terutama pada pasal 27
ayat (3) dan 28 ayat (2) UU ITE tentu mengancam kebebasan pers untuk
menyajikan berita pers yang berisikan informasi dan pendapat dalam bentuk
sarana elektronik (media pers online), karena tidak adanya batasan yang jelas
secara menyeluruh mengenai apa yang dimaksud dengan penghinaan, pencemaran
nama baik, dan ujaran kebencian karena pada Pasal 27 ayat (3) dan 28 ayat (2)

5
UU ITE ditegaskan bahwa UU ITE memberikan ruang bagi setiap warga negara
untuk melaporkan setiap jurnalis mereka yang memberitakan orang lain dengan
sangat mudah.
2.3 Perbedaan sudut pandang yang signifikan antara pemerintah dan
kelompok-kelompok yang mengkritik UU ITE, dan bagaimana perbedaan
tersebut mempengaruhi perkembangan demokrasi di Indonesia?
Suatu negara hukum haruslah memprioritaskan akan adanya perlindungan
hak asasi manusia bagi warga negara karena hal tersebut merupakan sarana awal
untuk mengembangkan pemahaman demokrasi. Dengan terjaminya hak politik
dapat membuka peluang bagi setiap warga negara Indonesia untuk ikut andil
dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan di Indonesia baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam negara demokrasi yang berdaulat perlindungan
hak asasi manusia merupakan peluang agar masyarakat turut serta secara langsung
atau sekedar mengawasi pemerintah. Memberikan kesempatan kepada warga
negara dalam berpartisipasi pada pemerintahan haruslah diimbangi dengan
pemberian hak kebebasan berekspresi khususnya setelah amandemen UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kebebasan menjelaskan melahirkan
lahirnya keberagaman infrastruktur di negara yang berperan untuk mengawasi
pemerintahan negara, seperti partai politik, organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat, dan sebagainya
Tentu saja akan adanya perbedaan pendapat dan pandangan yang
signifikan antara pemerintah dan masyarakat yang merupakan kelompok
pengkritik UU ITE di Indonesia. Perbedaan tersebut mencakup beberapa aspek,
dan beberapa di antaranya mempunyai dampak yang dapat mempengaruhi
perkembangan demokrasi di Indonesia. Perbedaan tersebut, diantaranya:
1. Pemerintah memiliki sudut pandang bahwasanya UU ITE diperlukan
untuk melindungi keamanan dan kestabilan negara, sedangkan disisi lain
Masyarakat memiliki sudut pandang bahwasanya adanya UU ITE adalah
untuk menekankan bahwa undang-undang digunakan utnuk membatasi
kebebasan berpendapat dan mengekang bagaimana suatu individu dapat
berekspresi.

6
2. Pemerintah berpendapat bahwa mereka menggunakan UU ITE untuk
menindak tindak kejahatan yang melanggar hukum melalui teknologi
informasi dan transaksi elektronik, sedangkan masyarakat berpendapat
bahwa UU ITE digunakan secara sewenang-wenang untuk membungkam
kritik.
3. Pemerintah beranggapan bahwa UU ITE digunakan sebagai Upaya dalam
melawan tindakan illegal dan penyebaran informasi hoax, sedangkan disisi
lain masyarakat beranggapan bahwa UU ITE telah disalahgunakan untuk
mengkriminalisasi individu yang menyampaikan pandangan kritis
terhadap pemerintah seperti jurnalis dan aktivis.
Perbedaan sudut pandang antara pemerintah dan masyarakat yang
mengkritik UU ITE tentunya akan mempengaruhi perkembangan demokrasi di
Indonesia dalam beberapa cara. Apabila UU ITE digunakan secara berlebihan atau
sewenang-wenang dimana hal tersebut dapat membatasi kebebasan berpendapat
sebagai masyarakat padahal disis lain kebebasan berpendapat masyarakat
merupakan salah satu pilar demokrasi untuk menyalurkan partisipasi masyarakat
dalam proses demokrasi.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tercantum dalam UU ITE terdapat 2 (dua) pasal yang dapat mengekang


demokrasi dalam hal mengutarakan pendapat yakni Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 28
ayat (2) UU ITE. Masalah ini karena bukan Pasal 27 ayat (3) maupun Pasal 28
ayat (2) UU ITE Menyatakan secara tegas dan menyeluruh serta pasti mengenai
batasan perbuatan apa saja yang digolongkan dalam penyebaran ujaran kebencian,
pencemaran nama baik serta permusuhan. Jadi Pasal 27 ayat (3) dan 28 ayat (2)
UU ITE memberikan batasan atau dengan kata lain mengekang demokrasi dalam
hal penyampaian pendapat dengan tujuan mengkritik suatu kebijakan pemerintah
dan lembaga negara yang di implementasikan kepada warga negara Indonesia.
Dilihat dari masih ambigunya makna ujaran kebencian, pencemaran nama baik
dan permusuhan dalam Pasal 27 ayat (3) dan 28 ayat (2) UU ITE..

3.2 SARAN
Kedepan seluruh masyarakat haruslah lebih bijak dan pintar ketika
melakukan aktivitas di dunia maya agar dapat terciptanya ruang digital atau ruang
diskusi di dunia maya yang mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi
masyarakat terkhusus para pengguna yang berinteraksi dalam dunia maya, serta
memberikan dampak positif kepada negara dengan adanya ruang digital dan
diskusi tersebut. Kemudian kepada pemerintah diharapkan dalam hal ini
terkhusunya DPR sebagai pelaksana fungsi legislasi harus dapat merevisi pasal 27
dan 28 UU ITE yang sangat rentan dan berpotensi mengkriminalisasi dan
menghambat kebebasan pers.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dhea Hafifa Nanda, F. A. (2021). Problematika Oprasionalisasi Delik Pasal 27


Ayat (3) UU ITE dan Formulasi Hukum Perlindungan freedom of Spech
Dalam HAM. Jurnal Hukum dan Pembangunan EKonomi, 216.

M.D., M. M. (1999). Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi. Gama Media.

Nasution, M. M. (2021). Implementasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016


Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Terkait Dengan Kebebasan
Berpendapat Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Jurnal Ilmiah
Metadata, 724.

Soekanto, S. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.


Rajawali Press.

Suparman. (2023). Tinjauan Kritis Pasal 27 dan Pasal 28 UU ITE Terhadap


Kebebasan Pers. Jurnal Risalah Kenotariatan, 5.

Anda mungkin juga menyukai