Pengakuan Bukti Elektronik Sebagai Alat Bukti Sah Di Pengadilan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

“Pengakuan Bukti Elektronik Sebagai Alat Bukti Sah Di Pengadilan”

Peradaban yang selalu berkembang daan mengikuti jaman melahirkan berbagai budaya baru
dan kemajuan dalam bidang teknologi. Salah satu buah dari perkembangan jaman serta
kemajuan berpikir manusia menghasilkan revolusi teknologi yang salah satunya adalah
revolusi di bidang teknologi informasi. Dan yang paling fenmenal teknologi informasi yang
di hasilkan oleh pemikiran manusia yang progresif menghasilkan sebuah perubahan yang
sangat cepat dalam mempengaruhi prilaku manusia itu sendiri. Yang mana tujuan dari
kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi membantu manusia menjadikan
semuanya lebih mudah, sederhana, cepat dan memiliki akurasi yang presisi. Kemajuan
teknologi informasi membawa manusia kepada sebuah tatanan baru yang merubah manusia
mempunyai nilai-nilai baru, peradaban baru serta struktur sosial yang berubah pula. Dengan
adanya kemajuan ini sekat-sekat komunikasi menjadi terbuka, hubungan manusia semakin
luas dan lebar. Komunikasi menjadi tanpa batas, semakin cepat dan nyata tanpa mengenal
waktu dan batasan jarak. Semua bisa dilakukan dengan waktu yang bersamaan tanpa jeda
inilah hasil dari internet buah dari kemajuan teknologi khususnya informasi. Internet
membuat sebuah jaringan dan konektivitas yang luas dan tanpa batas.

Namun kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi selain mempunyai dampak positif
juga mempunyai dampak negatif. Dalam hubungannya dengan dampak negatif maka
mempunyai pengaruh terhadap tindak kejahatan. Dan akibat nya timbul yang dinamakan
”cyber crime”. Kejahatan elektronik tentunya berimplikasi juga terhadap pranata hukum dan
harus pula di atur sehingga bisa menjaga ketertiban Masyarakat dan kepastian hukum. Cyber
crime ada juga di dalam kejahatan pidana dan perdata.

Mengingat kemajuan teknologi dan kejahatan teknologi atau ”cyber crime” sudah mulai
meluas di masyarakat maka pemerintah mengaturnya juga melalui prananta hukum. Pranata
hukum yang di hasilkan untuk menjaga ketertiban berupa UU ITE N0 18 Tahun 2011 yang
kemudian diubah menjadi UU N0 19 Tahun 2016 inti dari UU ini adalah membuat sebuah
aturan yang jelas untuk penggunaan teknologi informasi dan digital untuk menjaga ketertiban
Masyarakat.

Kemudian timbul permasalahan baru dalam hubungannya dengan kejahatan teknologi atau
“cyber crime” yaitu mengenai bagaimana membuktikan sebuah tindak kejahatan teknologi,
tentunya akan ada alat bukti kejahatan dan pembuktiannya. Mengenai pembuktian dan alat
bukti juga sudah di atur di dalam UU yang mengaturnya. Pembuktian merupakan sebuah
tahapan yang memiliki sebuah peranan penting dalam hubungannya dengan sebuah
keputusan hakim. Sebuah proses pembuktian dalam persidangan menjadi sebuah proses
penting untuk pihak yang berpekara atau bersengketa dalam membuktikan dalil-dalil yang di
ajukan dalam sebuah persengketaan.

Alat Bukti Elekktronik Dalam Hukum Perdata

Di dalah hukum perdata ada asas-asas Hukum Pembuktian Perdata menyatakan tujuan
pembuktian adalah untuk menetapkan hubungan hukum antara kedua belah pihak yang
bersengketa di pengadilan untuk mendapakan sebuah kepastian hukum lewat sebuah
keputusan yang diambil oleh hakim dengan membuktikan dalil-dalil yang diajukan oleh
kedua belah pihak di sertai dengan alat buktinya. Sehingga seorang hakim bisa memberikan
sebuah keputusan yang adil dengan mempertimbangkan semua alat bukti yang disampaikan.
Dalam pembuktian Indonesia menganut sebuah sistem hukum pembuktian yang bersifat
tertutup dan terbatas dimana para pihak tidak serta merta bebas mengajukan jenis atau bentuk
alat bukti dalam proses penyelesaian sengketa dan semua alat bukti telah diatur lewat
undang-undang. Undang-undang telah menentukan secara tegas apa saja yang sah dan
bernilai sebagai alat bukti. Begitu juga halim tidak bisa dengan bebas dan leluasa menerima
segala sesuatu yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa sebagai alat bukti. Dan
apabila ada pihak yang mengajukan alat bukti diluar ketentuan yang diatur oleh undang-
undang maka hakim berhak menolah dan tidak mempunyai nilai hukum di dalam sebuah
proses pengadilan.

Di dalam pasal 1866 KUH Perdata pasal 284 dan pasal 164 HIR menjelaskan tentang 5 alat
bukti yang digunakan dalam sengketa perkara perdata yaitu; alat bukti tertulis, alat bukti
saksi, alat bukti berupa persangkaan-persangkaan, alat bukti berupa pengakuan, dan alat bukti
sumpah.

Dalam perkembangannya seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dikenal juga
alat bukti elektronik seperti di atur dalam UU No 11 Tahun 2008 dan diperbaharui di UU No
19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau disebut UU ITE yang
memuat tentang pesan singkat elektronik, surat elektronik bisa dijadikan sebagai alat bukti di
dalam proses peradilan. Perubahan ini merupakan sifat dari hukum itu sendiri yang bersifat
dinamis mengikuti perkembangan jaman, kemajuan teknologi serta prilaku masyarakat yang
mana hukum tidak boleh statis. Dan teori tersebut didukung oleh para ahli kebanyakan
meskipun ada eberapa pandangan mengenai hukum yang statis dan dinamis. Namun
disepakati bahwa hukum haruslah bersifat dinamis. (Yusandy, 2019)

Di dalam proses peradilan saat ini kedudukan alat bukti elektronik dalam perkara perdata,
dipandang tidak lagi harus berpatokan terhadap jenis alat bukti yang secara terbatas seperti
yang ditentukan oleh aturan perundangan. Kemajuan teknologi dan prilaku manusia yang
terus berkembang berkembang, ikut mempengaruhi aspek dalam lalu lintas hubungan
keperdataan yang berlangsung hingga saat ini. Dengan adanya UU Nomor 11 Tahun 2008 dan
diperbaharui dengan UU Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
atau ITE merupakan sebuah bentuk diakuinya transaksi elektronik dalam lalu lintas hubungan
keperdataan. Dipergunakannya transkrip elektronik sebagai bentuk alat bukti dipengadilan
memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan hubungan keperdataan saat ini.

Kedudukan alat bukti elektronik dalam sebuah proses pembuktian sengketa perdata tidak
hanya sebatas pengakuan masalah sebuah legalitas. Sebuah proses pembuktian dalam
sengketa perdata maupun pidana menjadi salah satu unsur penting. Dengan demikian dengan
adanya pengakuan kedudukan dan eksistensi alat bukti elektronik tersebut dapat menjamin
sebuah kepastian dan perlindungan hukum untuk sebuah keputusan yang berkeadilan bagi
masing-masing pihak yang bersengketa.

Dalam Pasal 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 disebutkan dan diatur tentang apa saja yang
dimaksud dengan alat bukti elektronik dan di dalam pasal 1 ayat 4 UU No 11 tahun 2008 jo
UU No 19 Tahun 2016 disebutkan secara terperinci apa yang dimaksud dengan dokumen
elektronikyang bisa dijadikan sebagai alat bukti.

Sedangakan apa yang di maksud dengan karakteristik secara singkat adalah segala bentuk
dokumen elektronik yang dapat di transmisikan, serta disimpan dalam berbagai bentuk media

Kemudian untuk kedudukan alat bukti elektronik yang pada saat ini masih sering
dipertanyakan dan diperdebatkan, dan untuk memutus sebuah perdebatan tentang bentuk alat
bukti elektronik tersebut di atur secara lebih tegas dan di akui di depan hukum dalam pasal 5
ayat 2 yang menyatakan informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan atau hasil
cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan alat bukti yang sah sesuai
dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. Informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik sebagai perluasan alat bukti di pengadilan, berdasarkan Pasal 5 ayat 2 dapat
dikatakan sebagai alat bukti elektronik.
Kemudian dalam ketentuan pasal 6 UU Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elekronik /ITE yang berbunyi dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur
dalam Pasal 5 ayat 4 yang mensyaratkan suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli,
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang
tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Kemudian di pasal 6 tersebut,
selama bentuk tertulis identik dengan informasi dan/atau dokumen yang tertuang di atas
kertas semata, padahal pada hakikatnya informasi dan/atau dokumen elektronik dapat
dituangkan ke dalam media apa saja, termasuk media elektronik.

Kekuatan Alat Bukti Elektronik

Penggunaan alat bukti elektronik yang sah dalam sengketa perdata atau peradilan diatur
dalam UU N0 19 Tahun 2016 dalam pasal 5 ayat 2. sehingga engan mengacu pada pasal dan
ayat ini segala bentuk alat bukti yang ada dalam pasal tersebut mempunai kekuatan hukum
dalam persengketaan di pengadilan. Kekuatan pembuktian yang melekat pada alat bukti
elektronik, diatur oleh UU No 11 Tahun 2008 dan UU No 19 Tahun 2016 entang Informasi
dan Transaksi Elektronika menyatakan bahwa kekuatan hukum alat bukti elektronik dapat
disetarakan dan diakui seperti sebuah alat bukti tulisan (surat).

Sedangkan kedudukan salinan dokumen elektronik dijelaskan di dalam UU No 11 Tahun


2008 di dalam pasanya yang ke 6 yang menyatakan apabila sebuah alat bukti elektronik yang
asli dan hasil penggandaannya tidak dapat dibedalan lagi maka tidak relevan lagi untuk
dibedakan.

Dan kedudukan mengenai pembuktian tanda tangan elektronik, yang melekat terhadap
sebuah tanda tangan elektronik diatur dalam pasal 11 UU N0 11 Tahun 2008, yang mana
tanda tangan elektronik tersbut sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila memenuhi
syarat sesuai diatur dalam pasal 11 di atas.

Alat Bukti Elekktronik Dalam Hukum Pidana

Hukum pidana merupaka sebuah pranata hukum yang dimiliki oleh negara dalam fungsinya
untuk menjalankan kewajiban negara dalam memberikan perlindungan terhadap setiap warga
negara untuk mendapatkan rasa dari ancaman tindak kejahatan. Apabila dibandingkan dengan
hukum-hukum lainnya maka hukum pidana mempunyai ciri khas yaitu sebuah sanksi yang
tegas. Dan di dalam hukum pidana untuk menjamin rasa aman warganya maka hukum pidana
harus selalu di evaluasi mengikuti perkembangan kejahatan serta dipikirkan secara aktual dan
segar melalui pemikiran yang utuh. Sedangkan dalam hukum pidana ada 3 pilau utama yang
melandasi yaitu perbuatan pidana (asas legalitas), pertanggungjawaban pidana (asas
culpabilitas) dan pemidanaan. Dan masalah mengenai hukumpidana di Indonesia diatur
dalam KUHP.

Kemudian dalam hubungannnya dengan pembuktian dalam hukum pidana maka diatur
dengan dasar hukum yang terdapat dalam pasal 1 KUHP dapat disimpulkan adanya asas
legalitas dalam hukum pidana di Indonesia. Asas legalitas adalah sebuah asas umum yang
mengutamakan kualifikasi atas suatu tindak pidana yang harus dicantumkan dalam peraturan
perundang-undangan terlebih dahulu artinya harus ada UU nya terlebih dahulu baru ada
perbuatan pidana. Jika perbuatan tersebut sudah ditetapkan, maka setiap orang yang
memenuhi unsur sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan maka perbuatan
tersebut dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan pidana dan dapat dipidana serta
mendapatkan sangsi hukum yang tegas.

Untuk membuktikan sebuah tindakan pidana yang melanggar perundang-undangan tentunya


harus melalui proses pembuktian dan alat bukti yang bisa di hadirkan dalam persidangan
untuk membenarkan dalil-dalil para pihak yang berpekara. Dalam hukum pidana berlaku asal
legalitas yaitu hukum berlaku setelah di undangkan dan tidak bisa berlaku surut. Seperti
contoh yang terdapat dalam UU ITE pasal 154 pasal 1 yang menyebutkan bahwa undang-
undang ini berlaku setelah tanggal di undangkan. Dan yang mengatur alat bukti dalam hukum
pidana di atur dalam pasal 184 KUHAP mengatur mengenai alat bukti yang sah, yaitu:
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Kemudian dalam
pembuktian dan alat bukti sesuai hukum yang dinamis serta perkembangan teknologi,
perkembangan jaman dan perkembangan kejahatan serta prilaku Masyarakat maka ada alat-
alat bukti elektronik yang dipakai. Lalu yang menjadi pijakan dalam hukum pidana adalah
sebuah dasar hukum mengenai alat bukti yang sah sesuai undang-undang dan mempunyai
kekuatan hukum.

Untuk itu dalam sebuah proses tindak pidana tidak menutup kemungkinan menggunakan alat-
alat bukti dan proses pembuktian yang diatur undang-undang dan mempunyai dasar hukum
yang kuat seperti diatur dalam UU No 11 tahun 2008 dan UU No 19 Tahun 2016 tentang
Ransaksi dan Informasi Elektronik. Disini secara rinci diatur tentang proses alat bukti
elektronik yang bisa dijadikan sebuah alat bukti dalam sebuah tindak pidana.
Secara khusus pasal-pasal yang mengatur tentang alat bukti elektronik seperti jenis, proses,
alat, transmisi dan lainnya bisa dilihat dan di cermati dalam pasal-pasalnya. Dalam KUHAP
Pasal 54 ayat 1 data data elektronik dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah. Selanjutnya
Pasal 5, Pasal 6, dan ditegaskan kembali di dalam pasal 44 UU No 28 Tahun 2011 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik melalui penegasan kembali di dalam Pasal 44 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2011 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tentang alat bukti
elektronik yang sah sesuai undang-undang. Dan dalam proses pembuktiannya juga sudah
diatur dalam KUHAP pasal 184 yang merupakan sebuah perluasan tentang pengaturan alat
bukti lektronik secara terperinci dan proses pembuktiannya dalam persidangan pidana
sehingga alat-alat bukti tersebut tidak relevan lagi untuk diperdebatkan. (Pribadi, 2018)

Dengan demikian alat bukti dalam pembuktian sebuah perkara perdata maupun pidana
sebenarnya sudah mempunyai sebuah aturan main yang jelas. Semuanya sudah di atur
melalui undang-undang yang mempunyai dasar hukum yang sah. Sehingga para pihak yang
berpekara bisa dengan leluasa memakai alat bukti yang sah khususnya alat bukti elektronik
dalam proses pembuktian untuk membenarkan dalil-dalil yang di dalilkan dalam usahanya
meyakinkan hakim untuk mendapatkan sebuah keputusan yang adil menurut para pihak.
Daftar Pustaka

Pribadi, I. (2018). Legalitas Alat Bukti Elektronik Dalam Sistem Peradilan Pidana. Journal Portal
Universitas Islam Indonesia.

Yusandy, T. (2019). Kedudukan dan Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Elektronik dalam Hukum Acara
Perdata Indonesia. Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora.

Anda mungkin juga menyukai