Dasar Dasar Agribisnis
Dasar Dasar Agribisnis
Dasar Dasar Agribisnis
NPM : 22021148
Semester/kelas : 3C
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang dicanangkan dalam RPJPN
Tahun 2005-2025 dan RPJMN Tahun 2020-2024 yaitu untuk mewujudkan
Indonesia yang maju, berdaulat, mandiri dan berkepribadian berdasarkan gotong
royong, maka disusunlah Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian
Tahun 2020-2024. Renstra ini diharapkan menjadi arahan sekaligus acuan dalam
penyusunan program dan kegiatan pembangunan pertanian periode 2020-2024.
Revisi atau perbaikan Renstra juga perlu dilakukan dengan adanya perubahan
lingkungan strategis dan adanya perubahan program naisonal yang terintegrasi
dalam lima program di Kementerian Pertanian, yaitu : Ketersediaan, Akses dan
Komunikasi Pangan Berkualitas; Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing
Industri ; Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ; Pendidikan dan
Pelatihan Vokasi ; dan Dukungan Manajemen.
A. KONDISI UMUM
Kondisi umum pembangunan pertanian di Indonesia selama tahun 2015
2019 dapat dilihat dari capaian indikator makro, produksi komoditas strategis
pertanian dan capaian kinerja pertanian lainnya sebagai berikut:
Gambar 4 Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Petani 2015-2020
(2018=100)
d. Neraca Perdagangan
Pada tahun 2015, surplus neraca perdagangan mencapai US$ 13,55
miliar, kemudian menurun menjadi US$ 10,79 miliar pada tahun
2016, dan meningkat kembali menjadi US$ 16,33 miliar pada tahun
2017. Namun pada tahun 2018, terjadi penurunan neraca perdagangan
sektor pertanian menjadi US$ 10,19 miliar seiring dengan
menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia. Hal tersebut berlanjut
sampai dengan tahun 2019 dimana neraca perdagangan hanya surplus
US$ 8,59 miliar. Pada tahun 2020 dimana hampir semua sektor
mengalami penurunan, sektor pertanian justru meningkat sebesar
33,28% atau sebesar US$ 11,46 miliar, hal ini merupakan kontribusi
dari sektor perkebunan yang meningkat sebesar 13,08% dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
e. Investasi
Selama periode 2015-2019, terjadi peningkatan investasi yang
cukup signifikan di sektor pertanian yang bersumber dari Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN). Hal ini terlihat dari jumlah investasi
PMDN yang pada tahun 2015 sebesar Rp 12,4 triliun, meningkat
menjadi Rp 29,6 triliun pada tahun 2018 dan kembali meningkat
menjadi Rp 43,6 triliun di tahun 2019, namun pada tahun 2020
kembali mengalami penurunan menjadi Rp. 32,1 triliun. Untuk
Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor pertanian, nilai investasi
pada tahun 2015 mencapai Rp 28,7 triliun, sedangkan pada tahun
2020 sebesar Rp 16,7 triliun. Pada periode 2015–2019, realisasi
investasi PMDN dan PMA pada sub sektor Perkebunan kontribusinya
mencapai 95,51%, sedangkan sub sektor Tanaman Pangan 0,26%,
Hortikultura 0,16% dan Ternak 4,02%.
b. Jagung
Pada tahun 2017 produksi jagung mencapai angka 28,92 juta ton
pipilan kering atau naik 47,48% jika dibandingkan produksi tahun
2015, yang hanya sebesar 19,61 juta ton pipilan kering. Peningkatan
produksi yang sangat signifikan tersebut merupakan hasil dari program
Upaya Khusus (Upsus) melalui pengembangan jagung 3 juta hektar.
Perkembangan produksi jagung pada periode 2015-2020 menunjukkan
adanya pertumbuhan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2018. Namun
setelah tahun 2018, selama periode 2019- 2020 produksi jagung terus
mengalami peningkatan.
Ket : Angka Sementara
Gamabar8 Produksi Jagung 2015-2020.
c. Kedelai
Produksi kedelai pada tahun 2015-2020 mengalami fluktuasi
dengan kecenderungan menurun. Walaupun sempat mengalami
penurunan pada tahun 2016-2017, produksi kedelai mengalami
peningkatan pada tahun 2018. Realisasi produksi tahun 2018 sebesar
0,65 juta ton, mengalami peningkatan sebesar 20,37% dibanding tahun
2017 yang hanya sebesar 0,54 juta ton. Produksi kedelai tahun 2019
mencapai 0,42 juta ton, atau mengalami penurunan sebesar 34,74%
dari produksi tahun 2018. Produksi kedelai tahun 2020 diperkirakan
kembali mengalami penurunan sebesar 31,36% menjadi 0,291 juta ton.
Produksi bawang merah pada tahun 2020 mencapai 1,82 juta ton
atau naik 47,68% jika dibandingkan produksi tahun 2015 sebesar 1,23
juta ton. Dari tahun 2015 sampai dengan 2020, produksi Bawang
merah cenderung meningkat setiap tahun, dengan peningkatan rata-rata
sebesar 8,31%/tahun (Gambar 10).
e. Tebu
Pada periode 2015-2020, produksi tebu mengalami penurunan pada
tahun 2015-2017 kemudian mulai meningkat kembali pada tahun 2018
sampai dengan tahun 2019, namun tahun 2020 kembali mengalami
penurunan. Produksi tebu pada tahun 2015 sebesar 2,50 juta ton,
sedangkan pada tahun 2017 produksinya sebesar 2,12 juta ton.
Produksi tebu pada tahun 2020 sebesar 2,23 juta ton, turun 0,12% jika
dibandingkan produksi tahun 2019, belum mampu memenuhi
kebutuhan gula tebu dalam negeri.
Gambar 11 Produksi Tebu 2015-2020.
f. Sapi/Kerbau
Produksi daging sapi dan kerbau pada periode 2015-2019 cukup
fluktuatif. Pada tahun 2015, produksi mencapai 542,07 ribu ton,
kemudian meningkat pada tahun 2016 menjadi 550,39 ribu ton, namun
mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi sebesar 515,70 ribu
ton. Pada tahun 2018, produksi daging sapi dan kerbau kembali
meningkat menjadi 523,32 ribu ton, namun terjadi penurunan kembali
pada tahun 2019 menjadi 514,40 ribu ton.
Perkembangan populasi sapi dan kerbau selama 2015-2019
menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015
jumlah populasi sapi dan kerbau sebanyak 17,29 juta ekor dan secara
konsisten meningkat menjadi 18,63 juta ekor pada tahun 2019 (Tabel
1). Pertumbuhan populasi mulai meningkat signifikan setelah adanya
intervensi kegiatan Gertak Birahi Inseminasi Buatan (GBIB) dari tahun
2015-2016 yang dilanjutkan pada tahun 2017-2019 dengan adanya
intervensi kegiatan Upsus Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB).
Tabel 1 Populasi dan Produksi Daging Sapi dan Kerbau 2015-
2019.
2. Permasalahan
Pembangunan pertanian lima tahun ke depan merupakan kelanjutan
dari pelaksanaan pembangunan periode sebelumnya sehingga
permasalahan yang dihadapi semakin kompleks di antaranya
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi serta alih fungsi lahan
pertanian yang semakin bertambah. Permasalahan di sektor pertanian
dan pangan bisa di kategorikan sebagai berikut:
a. Pemenuhan pangan dan kecukupan gizi
Berdasarkan data dan proyeksi pertumbuhan Penduduk
2015-2045, diperkirakan pada tahun 2045 penduduk Indonesia
mencapai 318,96 juta atau tumbuh 24.80% (63,37 Juta Jiwa) dari
2015. Sektor pertanian dituntut memenuhi kebutuhan pangan yang
aman dan bergizi bagi seluruh penduduk Indonesia sepanjang
waktu sebagai syarat dasar dalam meningkatkan produktivitas dan
daya saing angkatan kerja nasional.
Selanjutnya, terkait konsumsi per kapita, terdapat 5 (lima)
bahan makanan penting nasional yang konsumsinya berpotensi
terus meningkat yaitu: beras, ikan, udang segar, tahu-tempe, telur
ayam ras/kampung, dan daging ayam ras/kampung (Gambar 16).
e. Kemiskinan Perdesaan
Berdasarkan data BPS (2020), persentase penduduk miskin
pada tahun 2020 sebesar 10,19 persen, meningkat 0,97 persen poin
terhadap tahun 2019. Jumlah penduduk miskin pada 2020 sebesar
27,54 juta orang, meningkat 2,76 juta orang terhadap 2019.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada 2019
sebesar 6,56 persen, naik menjadi 7,88 persen pada 2020.
Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada
2019 sebesar 12,60 persen, naik menjadi 13,2 persen pada 2020.
Tabel 3 Persentase Penduduk Miskin di Perdesaan dan
Perkotaan Indonesia. 2014-2020 (%)
Sumber : hhtp://data-apbn.kemnkeu.go.id
A. VISI
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,
telah ditetapkan Visi Presiden dan Wakil Presiden 2020-2024 adalah:
B. MISI
Visi Presiden di atas diwujudkan melalui 9 (sembilan) Misi sebagai
bentuk percepatan, pengembangan dan pemajuan Nawacita. Adapun
sembilan misi tersebut adalah:
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya;
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga;
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
Dalam menerapkan Misi Presiden dan Wakil Presiden, maka
Kementerian Pertanian mendukung mewujudkan struktur ekonomi
yang produktif, mandiri dan berdaya saing melalui misi Kementerian
Pertanian yaitu:
1. Mewujudkan ketahanan pangan,
2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian, serta
3. Pengelolaan Kementerian Pertanian yang bersih, efektif dan terpercaya
C. TUJUAN
Tujuan Kementerian Pertanian 2020-2024 sesuai dengan Visi dan
Misi Kementerian Pertanian adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya Pemantapan Ketahanan Pangan, dengan indikator
2. Meningkatnya Nilai Tambah dan Daya Saing Pertanian, dengan
indikator
3. Meningkatnya Pemanfaatan Teknologi dan Inovasi Pertanian, dengan
indikator
4. Meningkatnya Kapasitas dan Kompetensi Sumber Daya Manusia
Pertanian, dengan indikator
5. Terwujudnya reformasi birokrasi Kementerian Pertanian, dengan
indikator
D. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis Kementerian Pertanian disusun berdasarkan target
yang dituangkan dalam RPJMN 2020-2024, dengan memperhatikan hasil
evaluasi kebijakan pertanian sebelumnya, isu strategis saat ini dan
prakiraan ke depan, dan mengakomodasikan aspirasi masyarakat.
Sasaran Strategis (SS) dan indikator kinerja utama yang ingin
dicapai dalam periode Tahun 2020-2024 adalah:
SS1. Meningkatnya Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan
Berkualita
1. Peningkatan Ketersediaan Pangan Strategis dalam Negeri
2. Peningkatan Akses Pangan
3. Peningkatan Konsumsi Pangan Berkualitas
4. Persentase Pangan Segar yang Memenuhi Syarat Keamanan
Pangan
5. Persentase Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan
Dampak Perubahan Iklim yang Ditangani
6. Persentase Wilayah yang Terkendali dari Penyakit Hewan
Menular Strategis
7. Persentase Tindak Lanjut Terhadap Temuan OPTK, HPHK
dan Keamanan Hayati yang Tidak Memenuhi Persyaratan
Karantina di Tempat Pemasukan/Pengeluaran yang
Ditetapkan
8. Persentase Kasus Pelanggaran Perkarantinaan yang
Diselesaikan
9. Tingkat Pemenuhan Prasarana Pertanian
10. Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian
C. KERANGKA REGULASI
Kerangka regulasi disusun sebagai bentuk operasional dari arah kebijakan
dan dalam rangka melaksanakan strategi pembangunan guna mencapai
sasaran strategis. Untuk memastikan dukungan kualitas dan kuantitas
regulasi, harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Memfasilitasi dan mengatur perilaku masyarakat dan aparatur,
2. Memperhatikan aspek biaya dan manfaat (Cost and Benefit
Analysis/CBA),
3. Kebutuhan regulasi dalam pencapaian visi, misi dan kebijakan
pembangunan nasional, dan
4. Pelibatan pemangku kepentingan.
Kebutuhan regulasi pada agenda pembangunan RPJMN 2020-2024 dan
arah kebijakan Kementerian Pertanian diantaranya:
1. RPermentan sebagai tindaklanjut dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
05 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko.
2. RPermentan sebagai tindaklanjut dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
26 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pertanian.
3. Terjaganya ketahanan pangan nasional
4. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing pertanian
5. Menjaga keberlanjutan sumberdaya pertanian serta tersedianya prasarana
dan sarana pertanian
6. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia pertanian
D. KERANGKA KELEMBAGAAN
Kerangka kelembagaan merupakan perangkat kementerian/
lembaga (struktur organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan aparatur
sipil negara), yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian. Kelembagaan
yang tepat fungsi, tepat ukuran dan tepat proses akan mendorong
efektivitas kelembagaan yang sejalan dengan arah pembangunan. Dalam
rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan, maka kelembagaan
diarahkan mendukung pencapaian agenda pembangunan yaitu
meningkatnya pemantapan ketahanan pangan, nilai tambah dan daya saing
serta terwujudnya reformasi birokrasi.
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. TARGET KINERJA
Target kinerja Kementerian Pertanian 2020-2024 adalah tingkat
sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Kementerian Pertanian
dalam periode 2020-2024. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pencapaian kinerja tersebut maka setiap sasaran strategis memilliki
indikator kinerja yang menjadi indikator kinerja utama Kementerian
Pertanian.
Indikator kinerja tersebut kemudian di turunkan (cascading) ke dalam
masingmasing program dan sasaran program. Indikator sasaran program
merupakan capaian outcome yang diperlukan untuk mencapai indikator
sasaran strategis. Selanjutnya, sasaran program diturunkan ke dalam
kegiatan-kegiatan dan indikatornya.
B. KERANGKA PENDANAAN
Sumber dana pembangunan pertanian tidak bisa hanya
mengandalkan pemerintah pusat karena besarnya nilai dana yang
dibutuhkan.
1. Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK yang dialokasikan terbagi atas 2 jenis, DAK fisik dan non
fisik. DAK fisik yaitu dana yang dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK
fisik terdiri atas DAK reguler, afirmasi, dan penugasan. DAK non fisik
tidak jauh berbeda definisinya dengan DAK fisik, hanya saja DAK non
fisik digunakan untuk mendanai kegiatan khusus non fisik.
2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Penerbitan SBSN merupakan alternatif sumber pembiayaan APBN
yang dinilai cukup efektif dan efisien. Melalui pembelian SBSN,
masyarakat dapat ikut berpartisipasi secara langsung dalam
pembiayaan Proyek Pemerintah sehingga mendorong peningkatan
kemandirian bangsa. Proyek yang dapat dibiayai melalui penerbitan
SBSN merupakan proyek strategis atau major project yang mendukung
pencapaian target RPJMN yang bersifat integratif (tidak berdiri
sendiri) dan menjadi proyek yang sepenuhnya dalam kendali pusat.
3. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
Pendanaan PHLN berupa Pinjaman di Kementerian Pertanian
diantaranya bersumber dari International Fund for Agricultural
Development (IFAD), World Bank (WB), sedangkan untuk Hibah
berasal dari Japan International Cooperation Agency (JICA), Food and
Agriculture Organization (FAO), dan Lembaga/organisasi
internasional lainnya. Pinjaman Luar Negeri digunakan untuk
peningkatan kapasitas SDM Pertanian di area pengelolaan irigasi,
pengembangan kemitraan dengan pelaku usaha, peningkatan minat
generasi muda di sektor pertanian, inovasi, diseminasi dan hilirisasi
hasil-hasil penelitian, serta pemanfaatan lahan sub optimal untuk
ketahanan pangan.
BAB V
PENUTUP