Kia-N Gagal Ginjal Akut

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 148

LAPORAN KIA-N

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN: GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA
RUMAH SAKIT UMUM LATERSIA BINJAI

Oleh:

MAKMUR, S.Kep
NIM : 2214901220

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA MEDAN
2023

v
LAPORAN KIA-N

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN: GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA
RUMAH SAKIT UMUM LATERSIA BINJAI

Disusun dalam rangka menyelesaikan

Karya Ilmiah Akhir-Ners (KIA-N)

Oleh:

MAKMUR, S.Kep
NIM : 2214901220

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA MEDAN
2023

v
ABSTRAK

Latar Belakang : Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan penyakit renal tahap
akhir yang merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible,
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit. Ginjal mengatur cairan tubuh dan elektrolit
dan keseimbangan asam basa sekaligus mengeluarkan zat racun dari darah melalui
urine. Ginjal juga berperan sangat penting dalam eritropoietin dan sintesis
prostaglandin, dalam penurunan insulin.
Tujuan : Melakukan pengkajian secara komprehensif, menegakkan diagnosa
keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik, merumuskan perencanaan
asuhan keperawatan, melakukan tindakan keperawatan, melakukan evaluasi
asuhan keperawatan dan menerapkan keperawatan mandiri dengan Evidenced
based Nursing (EBN).
Metode : melakukan pengkajian langsung kepada pasien Tn.A dengan gangguan
gagal ginjal kronik.
Kesimpulan : merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi ginjal
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolik
(toksis uremik) didalam darah, Tanda dan gejala yang di tunjukan oleh gagal
ginjal kronis adalah Ginjal dan Gastrointestinal, Kardiovaskuler, Respiratoriy
system, Gastrointestinal, Integumen, Neurologis, Endokrin, Hematopoitiec,
Muskuloskeletal. hasil pengkajian yang dilakukan dengan melibatkan pasien,
keluarga pasien dan data penunjang, maka terdapat 3 diagnosa keperawatan
dengan prioritas masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh, Kelebihan Volume Cairan, Intoleransi Aktifitas.
Kata Kunci : Gagal ginjal kronik, Hemodialisa, Evidenced Based Nursing (EBN)

v
ABSTRACT

Background : Chronic renal failure (CKD) is a late stage renal disease which is a
progressive and irreversible renal function disorder, where the body's ability to
fail to maintain metabolism, fluid and electrolyte balance. The kidneys regulate
body fluids and electrolytes and acid-base balance while removing toxins from the
blood through urine. The kidneys also play a very important role in erythropoietin
and prostaglandin synthesis, in reducing insulin.

Objectives: Conduct a comprehensive assessment, enforce nursing diagnoses in


patients with chronic kidney failure, formulate nursing care plans, carry out
nursing actions, evaluate nursing care and apply independent nursing with
Evidence-based Nursing (EBN).

Methods: conduct a direct assessment of the patient Mr. A with chronic renal
failure disorders.

Conclusion: is a failure of kidney function to maintain metabolism and fluid and


electrolyte balance due to progressive destruction of the kidney structure with
manifestations of accumulation of metabolic waste (uremic toxins) in the blood.
Signs and symptoms shown by chronic kidney failure are Kidney and
Gastrointestinal, Cardiovascular, Respiratory system, Gastrointestinal,
Integumentary, Neurological, Endocrine, Hematopoietic, Musculoskeletal. the
results of the assessment carried out by involving the patient, the patient's family
and supporting data, there are 3 nursing diagnoses with priority problems of
Imbalance of Nutrition Less than Body Needs, Excess Fluid Volume, Activity
Intolerance.

Keywords: Chronic kidney failure, Hemodialysis, Evidence Based Nursing (EBN)

v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Ners
dengan judul ‘‘Analisa Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Perkemihan : Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Umum Latersia Binjai” dengan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan tugas
akhir profesi ners adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi
ners pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Flora Medan.
Dalam penyusunan dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan ini, penulis
mendapat dukungan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan laporan ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan ini, yaitu :
1. Bapak dr.Fithria Aldy,M.Ked(Oph),SpM Selaku Ketua Yayasan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan.
2. Ibu Suherni,S.Kep,Ns,M.Kep selaku Ka. Prodi Ilmu Keperawatan & Profesi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan.
3. Ibu Julidia Safitri Parinduri, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan pengarahan, terima kasih atas segala bimbingan serta
masukan selama penyusunan KIA-N ini.
4. Bapak Chairul Munir, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan dalam penyusunan KIA-N ini.
5. Seluruh staf atau dosen di Sekolah Tinggi Kesehatan Flora Medan.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Ayahanda Irwansyahrial, SH, Ibunda
Paridah dan abang Supomo, S.Kep.,Ns yang sedang bertugas di RSUD
Kabupaten Aceh Tamiang, adik Iqrom yang sedang meniti Pendidikan di
STIKes Flora Medan, semua keluarga saya yang tidak pernah berhenti
memberi semangat, dukungan serta do’a, dan untuk kedua orang tua saya yang
selalu memberikan dukungan baik moral maupun materi dan tiada henti
mengorbankan tenaga, membesarkan, dan mendidik saya dan selalu
mendo’akan saya hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan KIA-N ini.

v
i
Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis menyadari masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa
mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga Asuhan
Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan khususnya bagi kalangan profesi keperawatan dan kita senantiasa
berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Medan, 22 Agustus 2023
Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah..................................................................... 3
1.3. Tujuan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif........................ 3
1.3.1. Tujuan Umum.................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................... 3
1.3.3. Tujuan Khusus................................................................... 4
1.4. Manfaat PBLK................................................................................... 4
1.4.1. Bagi Penulis....................................................................... 4
1.4.2. Bagi Pasien........................................................................ 4
1.4.3. Bagi Rumah Sakit.............................................................. 4
1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................ 6


2.1. GGK (Gagal Ginjal Kronik)........................................................ 6
2.1.1. Definisi .............................................................................. 6
2.1.2. Etiologi............................................................................... 6
2.1.3. Manifestasi Klinis.............................................................. 7
2.1.4. Stadium Gagal Ginjal Kronik............................................. 9
2.1.5. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis...................................... 10
2.2. Penatalaksanaan.......................................................................... 11
2.2.1. Medis................................................................................ 11
2.2.2. Keperawatan..................................................................... 11
A. Data Fokus Pengkajian................................................. 11
B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul.......................... 12
C. Intervensi Keperawatan................................................ 13
D. Implementasi Keperawatan.......................................... 15
E. Evaluasi ........................................................................ 16
F. Penerapan EBN (Evidence Based Nursing).................. 26
BAB III MANAJEMEN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN............. 27
3.1. Pengkajian................................................................................... 27
3.1.2. Identitas Klien................................................................... 27
3.1.2. Keluhan Utama................................................................. 27
3.1.3. Riwayat Kesehatan Sekarang............................................ 27

iii v
3.1.4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu......................................... 28
3.1.5. Riwayat Keluarga............................................................. 28
3.1.6. Riwayat Keadaan Psikososial........................................... 29
3.2. Pemeriksaan Fisik....................................................................... 31
3.2.1. Keadaan Umum................................................................ 30
3.2.2. Tanda-tanda Vital............................................................. 30
3.2.3. Pemeriksaan Head To Toe............................................... 30
3.3. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................. 35
3.3.1. Hasil Laboratorium........................................................... 35
3.3.2. Pemeriksaan Penunjang.................................................... 35
3.4. Penatalaksanaan Terapi Farmakologi......................................... 36
3.5. Analisa Data................................................................................ 36
3.6. Diagnosa Keperawatan............................................................... 38
3.7. Intervensi Keperawatan.............................................................. 39
3.8. Implementasi Keperawatan......................................................... 42
3.9. Catatan Perkembangan................................................................ 47
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 52
4.1. Tahap Pengkajian........................................................................ 52
4.2. Tahap Diagnosa Keperawatan..................................................... 52
4.2.1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh ............................................................................. 53
4.2.2. Kelebihan Volume Cairan................................................ 53
4.2.3. Intoleransi Aktifitas.......................................................... 53
4.3. Intervensi Keperawatan.............................................................. 53
4.4. Implementasi Keperawatan......................................................... 54
4.5. Evaluasi....................................................................................... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 55


5.1. Kesimpulan................................................................................. 55
5.2. Saran........................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 56
LAMPIRAN

ivv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan NOC dan NIC Pada Pasien


Dengan Gangguan Sistem Perkemihan..................... 19

Tabel 3.1 Laboratorium.............................................................. 35

Tabel 3.2 Terapi Farmakologi.................................................... 36

Tabel 3.3 Analisa Data................................................................. 36

Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan Tn.A.................................... 39

Tabel 3.5 Catatan Perkembangan.............................................. 47

v
i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Resume I

Lampiran II Resume II

Lampiran III Resume III

Lampiran IV Lembar Konsultasi

ivi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini, angka kejadian penyakit gagal ginjal kronik semakin
meningkat. Dan seringkali saat terdiagnosis gagal ginjal kronik sudah dalam
keadaan lanjut dan memerlukan tindakan terapi pengganti ginjal/cuci darah.
Realita ini membuat individu yang mengalaminya menjadi sulit menerima pilihan
pengobatan terapi pengganti ginjal dengan berbagai alasan maupun akibat mitos
yang berkembang di kalangan masyarakat (Kemenkes RI, 2021).

Gagal ginjal terbagi menjadi 2 yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronik. Definisi gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal baik struktur dan atau
fungsinya yang berlangsung selama 3 bulan atau lebih. Apabila kondisi perubahan
fungsi ginjal terjadi mendadak atau akut dan belum mencapai 3 bulan maka
disebut gangguan ginjal akut. Penyebab terbanyak gagal ginjal kronik di
Indonesia adalah penyakit diabetes mellitus/kencing manis dan hipertensi/tekanan
darah tinggi yang tidak terkontrol. Namun pandangan di masyarakat awam
menganggap bahwa konsumsi obat darah tinggi atau obat kencing manis dalam
jangka waktu lama yang justru dapat menyebabkan gagal ginjal kronik
(Kemenkes RI, 2021).

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh kita. Gagal ginjal kronis
merupakan salah satu penyakit ginjal yang mempunyai risiko kematian yang
tinggi dan biaya perawatan yang tinggi. Berdasarkan data dari WHO sebanyak
697,5 juta pasien gagal ginjal kronis pada tahun 2017 dan sebanyak 1,2 juta
meninggal pada tahun 2017. Pemerintah sendiri telah menggalakan gaya hidup
sehat agar terhindar dari penyakit gagal ginjal.

Data Indonesia Renal Registry pada tahun 2015 mengemukakan bahwa di


Indonesia, jumlah pasien GGK yang mendaftar keunit hemodialisis terus
meningkat 10% setiap tahunnya. Prevalensi GGK dipekirakan mencapai 400 per 1

1
juta penduduk dan prevalensi pasien GGK yang menjalani hemodialisis mencapai
15.424 pada tahun 2015 (IRR, 2015). Berdasarkan data IRR (Indonesia Renal
Registry) pada tahun 2015 tersebut dapat diketahui bahwa sampai dengan tahun
2015, sebanyak 15.424 orang penduduk Indonesia mengalami ketergantungan
pada hemodialisa (IIR, 2015).
Prevalensi kasus gagal ginjal di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) saat ini
tergolong tinggi. Secara kuantitatif angkanya memasuki peringka terbesar kelima
nasional dari 34 provinsi yaitu sebesar 1125 pasien di seluruh DIY. Saat ini di
Unit Hemodialisa RS PKU Gamping Sleman Yogyakarta sendiri, register pasien
GGK yang menjalani hemodialisa mencapai 117 orang (IRR, 2015). Dan Jawa
Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki konstribusi penderita
GGK yang cukup besar. Jumlah penderita GGK yang menjalani hemodialisa di
Jawa Barat pada tahun 2009 tercatat 2.003 penderita. Tahun 2010 penderita
meningkat menjadi 2.412 penderita dan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 3.038
penderita (Indonesian Renal Registry, 2012).
Data prevalensi penderita penyakit Gagal Ginjal Kronik di Sumatera Utara
dilaporkan mencapai 0,2 % (Rikesda, 2013).
Dan dari hasil observasi dilakukan tanggal 05 Agustus 2021 di Ruangan HD
RSU Latersia Binjai 2021, didapatkan dari data 2 bulan terakhir yaitu Juni s/d Juli
2021 bahwa, 10 penyakit terbesar di ruangan tersebut dengan urutan sebagai
berikut: GGK (Gagal Ginjal Kronik) sebanyak (25%), Tumor Paru sebanyak
(19%), PPOK sebanyak (14%), PSMBA sebanyak (12%), Dispepsia sebanyak
(10%), Diabetes Melitus sebanyak (8%), Dermatitis (5%), Anemia sebanyak
(4%), ISK sebanyak (2%), Efusi Pleura sebanyak (1%).
Data medical record RSUP HAM 2021 menunjukkan bahwa prevalensi
GGK (Gagal Ginjal Kronik) di RA2 dari mulai bulan Juni sampai dengan bulan
Agustus 2021 adalah 24 orang pasien. Dan observasi yang dilakukan di ruangan
RA2 (Interna Pria) dapat disimpulkan bahwa masalah yang sering ditunjukkan
pada pasien GGK (gagal ginjal kronik) antara lain mual muntah tidak nafsu
makan, lemah tidak bisa beraktifitas. Berdasarkan hal tersebut, masalah utama

2
pada pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik) yang harus ditangani dengan tindakan
keperawatan mandiri.

Dari wawancara yang dilakukan kepada 3 orang perawat di RA2 (Interna


Pria), mengatakan bahwa perawat membantu untuk menyelesaikan masalah utama
yang dikeluhkan oleh pasien, yaitu biasanya hanya melakukan tindakan
kolaborasi sesuai dengan instruksi medis seperti pemberian obat mual muntah dan
obat penambah nafsu makan.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus
penyakit dengan judul Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan: GGK (Gagal Ginjal Kronik) Di Ruangan HD RSU
Latersia Binjai Tahun 2023.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan data yang telah diuraikan pada latar belakang tersebut, maka
yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut: Analisis Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan: GGK (Gagal Ginjal Kronik)
Di Ruangan HD RSU Latersia Binjai Tahun 2023.

1.3. Tujuan Karya Ilmiah Akhir – Ners (KIA-N)


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan Karya Ilmiah Akhir – Ners (KIA-N) ini untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa/ mahasiswi dan mendapatkan pendidikan yang jelas dan
mampu dalam mengelola kasus secara mandiri maupun profesional tentang
Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan: GGK (Gagal Ginjal Kronik) Di Ruangan HD RSU Latersia Binjai
Tahun 2023.

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan Karya Ilmiah Akhir – Ners (KIA-N) adalah:

3
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara menyeluruh pada pasien
GGK (Gagal Ginjal Kronik) di Ruangan HD RSU Latersia Binjai Tahun 2023.
2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien GGK (Gagal Ginjal
Kronik) di Ruangan HD RSU Latersia Binjai Tahun 2023.
3. Merumuskan perencanaan asuhan keperawatan pada pasien GGK (Gagal
Ginjal Kronik) di Ruangan HD RSU Latersia Binjai Tahun 2023.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik) di
Ruangan HD RSU Latersia Binjai Tahun 2023.
5. Melakukan evaluasi (catatan perkembangan) keperawatan pada pasien GGK
(Gagal Ginjal Kronik) di Ruangan HD RSU Latersia Binjai Tahun 2023.
6. Menerapkan tindakan keperawatan mandiri berdasarkan Evidence Based
Nursing (EBN) pada pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik) di Ruangan RA2
(Interna Pria) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2023.

1.4. Manfaat KIA-N


1.4.1. Bagi Penulis
Mampu mengaplikasikan teori yang didapat selama dalam masa akademik
kedalam situasi nyata di lapangan dengan menerapkan asuhan keperawatan yang
profesional dan komprehensif serta meningkatkan kepercayaan diri dalam
melakukan asuhan keperawatan.
1.4.2. Bagi Pasien
Dengan adanya studi kasus ini, klien bisa mendapatkan asuhan keperawatan
yang komprehensif dan menambah wawasan serta informasi pasien mengenai
penyakit yang di deritanya, sehingga pasien mampu menjaga gaya hidupnya agar
tidak terjadi komplikasi.
1.4.3. Bagi Rumah Sakit
Untuk meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Keperawatan khusus pada
pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik).
1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan
Karya Ilmiah Akhir – Ners (KIA-N) ini dapat digunakan untuk memperkaya
referensi perpustakaan STIKes Flora Medan terkait konsep asuhan keperawatan:

4
GGK (Gagal Ginjal Kronik) dan discharge planning. Oleh karena itu, laporan ini
dapat diakses oleh mahasiswa sebagai bahan belajar yang dapat memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang konsep terkait.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. GGK (Gagal Ginjal Kronik)


2.1.1. Definisi
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi ginjal struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolik (toksis uremik) didalam darah (Muttaqin &
Sari, 2014).
Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal tahap akhir, progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi
uremia (Kartikasari, 2013).
Gagal ginjal kronik adalah proses kerusakan ginjal selama rentang
waktu lebih dari tiga bulan dan dapat menimbulkan simtoma, yaitu laju
filtrasi glomerular berada dibawah 60 ml (As’Adi Muhammad, 2012).
2.1.2. Etiologi
Umumnya seseorang mengalami transisi dari keadaan sehat ke
keadaan kronik atau menetap (permanen) setelah melalui masa beberapa
tahun. Kerusakan pada penyakit gagal ginjal penyebabnya didasarkan atas
dua kategori yaitu penyakit morfologi sistem ginjal itu sendiri dan
penyebab (etiologi) penyakit (Kartikasari, 2013).
A. Morfologi :
1. Penyakit glomerulus (glumeruloncfritis, penyakit membran, glomerulus
kleorosis interkapiler).
2. Penyakit tubuler (hiperkalsemia kronik, penekanan potassium kronik,
keracunan logam berat).
3. Penyakit vaskular ginjal (penyakit iskemik ginjal, stenosis arteri venalis
bilateral, nefrosklerosis, hiperparatiroidisme).

5
6

4. Penyakit tractus urinarius ( obstruksi nerfropati)


5. Kelainan kongenital (hipoplastik ginjal, penyakit sistemik meduler,
penyakit polikistik ginjal).
B. Etiologi:
1. Diabetes melitus
2. Glumerulonefritis kronis
3. Pielonefritis (inflamasi pelvis dan parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri)
4. Hipertensi tak terkontrol
5. Obstruksi saluran kemih
6. Penyakit ginjal polikistik
7. Gangguan Vaskular
8. Lesi Herediter
9. Agen toksik (timah, cadmium, dan merkuri)
2.1.3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan
gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam
peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organ multifunction),
sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan
gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda
dan gejala yang di tunjukan oleh gagal ginjal kronis (Robinson, 2013).
1. Ginjal dan Gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering,
penurunan turgor kulit, kelemahan, fatigue dan mual. Kemudian terjadi
penurunan kesadaran (samnolen) dan nyeri kepala hebat. Dampak dari
peningkatan kalium adalah peningkatan iritabiltas otot dan akhirnya otot
mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan
mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah terjadinya
penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi.
7

2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic pericarditis,effuse
pericardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal jantung,
edema periorbital dan edema perifer.
3. Respiratoriy system
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, priction rub dan efusi pleura,
crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak
nafas.
4. Gastrointestinal
Biasanya menunjukan adaanya inflamasi dan userasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan pendarahan gusi, dan
kemungkinan juga disertai parotitis.
5. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan kering dan ada scalp. Selain itu
biasanya juga menunjukan adanya purpura, ekimosis, dan timbunan urea pada
kulit.
6. Neurologis
Biasanya di tunjukan dengan adaya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan
dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot dan reflex kedutan, daya
memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, pusing, koma, kejang. Dari
hasil EEG menunjukan adanya perubahan metabolik encephalophaty.
7. Endokrin
Biasa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus
menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan
sekresi aldosterone, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.
8. Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia
(dampak dari dialysis) dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius
pada sistem hematologi ditunjukan dengan adanya perdarahan (purpura,
ekimosis dan petechiae).
8

9. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis dan
klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi miokard).
2.1.4. Stadium Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik selalu berkaitan dengan penurunan progresif
GFR (glomerular filtration rate). Stadium-stadium gagal ginjal kronik
didasarkan pada tingkat GFR yang tersisa dan mencakup menurut Corwin
(2011) adalah:
1. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal
2. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari
normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri
karena beratnya beban yang mereka terima.
3. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. Semakinn
banyak nefron yang mati.
4. Penyakit ginjal stadium-akhir, yang terjadi apabila GFR menjadi kurang dari
5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal
ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.
a. Stadium 1:
Kerusakan ginjal dengan LFG normal (90 atau lebih). Kerusakan
pada ginjal dapat dideteksi sebelum LFG mulai menurun. Pada stadium
pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk
memperlambat perkembangan GGK dan mengurangi risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
b. Stadium 2:
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada LFG (60-89). Saat
fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan
perkembangan GGK kita dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi
risiko masalah kesehatan lain.
c. Stadium 3:
Penurunan lanjut pada LFG (30-59). Saat GGK sudah berlanjut
pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita
9

sebaiknya bekerja sama dengan dokter untuk mencegah atau mengobati


masalah ini.
d. Stadium 4:
Penurunan berat pada LFG (15-29). Teruskan pengobatan untuk
komplikasi GGK dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan
untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan
persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan membutuhkan
tindakan untuk memperbesar dan memperkuat pembuluh darah dalam
lengan agar siap menerima pemasukan jarum secara sering. Untuk dialisis
peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam perut kita. Atau mungkin
kita ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang satu ginjal
untuk dicangkok.
e. Stadium 5:
Kegagalan ginjal (LFG di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja
cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis
atau pencangkokan ginjal.
2.1.5. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis
Adapun komplikasi penyakit gagal ginjal (Black, 2014) sebagai
berikut:
1. Dehidrasi
Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabkan retensi natrium dan
air akibat hilangnya nefron. Namun beberapa pasien tetap
mempertahankan sebagian filtrasi, namun kehilangan fungsi tubulus,
sehingga mengekskresi urin yang sangat encer, yang dapat menyebabkan
dehidrsi.
2. Kulit
Gatal merupakan keluhan keluhan kulit yang paling sering terjadi
Keluhan ini sering timbul pada hiperparatiroidime sekunder atau tersier
serta dapat disebabkab oleh deposit kalsium fosfat apda jaringan. Gatal
dapat dikurangi dengan mengontrol kadar fosfat dan dengan krim yang
mencegah kulit kering. Bekuan uremik merupakan presipitat Kristal ureum
10

pada kulit dan timbul hanya pada uremia berat. Pigmentasi kulitdapat
timbul dan anemia dapat menyebabkan pucat.
3. Neurologis
Gagal ginjal yang tidak diobati dapat menyebabkan kelelahan,
kehilangan kesadaran, dan bahkan koma, sering kali dengan tanda iritasi
neurologis (mencakup tremor, asteriksis, agitasi, meningismus,
peningkatan tonus otot dengan mioklonus, klonus pergelangan kaki,
hiperefleksia, plantar ekstensor, dan paling berat kejang).
4. Imunologis
Fungsi imunologis terganggu pada gagal ginjal kronik dan infeksi
sering terjadi. Uremia menekan fungsi sebagaian besar sel imun dan
dialisis dapat mengaktivasi efektor imun, seperti komplemen, dengan tidak
tepat.

2.2. Penatalaksanaan
2.2.1. Medis
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik
menurut Corwin (2011) adalah:
1. Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan
adalah memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut, terutama dengan restriksi
protein dan obat-obat anti hipertensi.
2. Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
3. Pada penyakit ginjal stadium-akhir, terapi berupa dialisis atau transplantasi
ginjal.
2.2.2. Keperawatan
A. Data Fokus Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Pasien
11

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur


agama, pendidikan, pekerjaan, suku/ bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, penanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan pasien dengan penyakit
gagal ginjal kronik untuk meminta pertolongan kesehatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian di arahkan pada waktu sebelumnya apakah pasien pernah
mengalami gangguan sistem perkemihan (GGK).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada anggota
keluarganya yang lain yang pernah mengalami penyakit yang sama.
e. Pengkajian Psikososial
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui kebiasaan yang sering
dilakukan pasien yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit yang
dialami.
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut Black (2014), pengkajian meliputi status kesehatan umum dan
status nutrisi sekaligus keadaan kulit, kepala, leher, toraks, abdomen, dan
ekstremitas atas dan bawah, serta genitalia. Periksa seluruh sistem tubuh secara
sistematis mulai dari kepala hingga kaki dengan cara inspeksi, auskultasi, perkusi,
dan palpasi.
B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit GGK (gagal
ginjal kronik) berdasarkan buku Nanda, Noc dan Nic (Herdman , 2014)
sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan
2. Kerusakan integritas kulit
3. Intoleransi aktivitas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Nyeri akut
12

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi, strategi, atau tindakan keperawatan dipilih setelah tujuan dan
hasil yang diharapkan ditetapkan. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang
dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke
tingkat kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. Memilih
intervensi keperawatan sesuai adalah proses pembuatan keputusan (Bulecheck &
Mccloskey, 2013).
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat
lakukan atas nama klien. Perawat memilih intervensi untuk mencapai hasil.
Metode pemilihan intervensi adalah selalu sama ; tetapi tipe intervensinya adalah
bersifat individual bagi klien. Tipe intervensi terbagi 3, (Bulechek & Mccloskey,
2013) yaitu :
1. Intervensi Perawat
Intervensi perawat adalah respons perawat terhadap kebutuhan perawatan
kesehatan dan diagnosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “suatu
tindakan autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan untuk
keuntungan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan
diagnosa keperawatan dan tujuan klien. Intervensi ini tidak membutuhkan
supervisi atau arahan dari orang lain. Sebagai contoh, intervensi untuk
meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat atau aktivitas
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan hygiene adalah tindakan
keperawatan mandiri. Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi dari
dokter atau profesi lainnya.
2. Intervensi Dokter
Intervensi dokter didasarkan pada respons dokter terhadap diagnose medis,
dan perawat menyelesaikan instruksi tertulis. Memberikan medikasi,
mengimplementasikan suatu prosedur invasif, mengganti balutan, dan
menyiapkkan klien untuk pemeriksaan diagnostik adalah contoh-contoh
dari intervensi tersebut. Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik
legal keperawtan bagi perawat untuk meresepkan atau menginstruksikan
tindakan ini, tetapi intervensi tersebut berada dalam praktik keperawatan bagi
13

perawat untuk menyelesaikan insruksi tersebut dan untuk mengkhususkan


pendekatan tindakan. Setiap intervensi dokter membutuhkan tanggung
jawab keperawatan spesifik dan pengetahuan keperawatan tehnik spesifik.
3. Intervensi Kolaborasi
Intervensi kolaborasi adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian dari berbagai profesional perawatan kesehatan.
Intervensi perawat, dokter dan kolaborasi membutuhkan penilaian
keperawatan yang kritis dan pembuatan keputusan. Ketika menghadapi
intervensi dokter, atau intervensi kolaboratif, perawat tidak secara otomatis
mengimplementasikan terapi, tetapi harus menentukan apakah intervensi
yang diminta sesuai untuk klien.
Ketika memilih intervensi, perawat menggunakan keterampilan membuat
keputusam klinis yang menunjukkan tentang enam faktor untuk memilih
intervensi keperawatan pada klien spesifik, (Bulechek & McCloskey, 2013). yaitu
1) Karakteristik diagnosa keperawatan
a) Intervensi harus diarahkan pada pengubahan etiologi atau tanda dan gejala
yang berkaitan dengan label diagnostik.
b) Intervensi diarahkan pada pengubahan atau menghilangakan faktor- faktor
risiko yang berkaitan dengan diagnosa keperawatan faktor risiko.
2) Hasil yang diharapkan
Hasil dinyatakan dalam istilah yang dapat diukur dan digunakan untuk
mengevaluasi keefektifan intervensi.
3) Dasar riset
a) Tinjauan riset keperawatn klinis yang berhubungan dengan label
diagnostik dan masalah klien.
b) Tinjauan artikel yang menguraikan penggunaan temuan riset dalam situasi
dan lingkungan klinis yang serupa.
4) Kemungkinan untuk dikerjakan
a) Interaksi dan intervensi keperawatan dengan tindakan yang sedang
diberikan oleh profesional kesehatan lain.
b) Biaya
14

Apakah intervensi mempunyai nilai yang efektif baik secara klinis maupun biaya?
c) Waktu
Apakah waktu dan sumber tenaga tertangani dengan baik ?
5) Keberterimaan klien
a) Rencana tindakan harus selalu dengan tujuan klien dan nnilai
perawatan kesehatan klien
b) Tujuan keperawatan yang diputuskan secara mutual.
c) Klien harus mampu melakukan perawatan diri atau mempunyai orang
yang dapat membantu dalam perawatan kesehatan tersebut.
6) Kompetensi dari perawat
a) Berpengetahuan banyak tentang rasional ilmiah intervensi.
b) Memiliki keterampilan fisiologis dam psikomotor yang diperlukan untuk
menyelesaikan intervensi.
c) Kemampuan untuk berfungsi dalam lingkungan dan secara efektif dan
efisien menggunakan sumber perawatan kesehatan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan
untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang
muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi
keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus
mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Potter & Perry, 2011).
15

Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa


pertimbangan, (Potter & Perry, 2011), antara lain:
1) Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2) Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki,
penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian
terhadap penyakit dan intervensi.
3) Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4) Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan kesehatan.
5) Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
6) Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan
kepada klien.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan
untuk tujuan yang telah ditetapkan (Potter & perry, 2010). Evaluasi diartikan
sebagai menjaga suatu tujuan ketika muncul hal-hal baru dan memerlukan
penyesuaian perencanaan. Beberapa komponen yang terdapat pada evaluasi
keperawatan (Steven, F, 2010), yaitu :
1) Mengumpulkan data yang berhubungan Perawat mengumpulkan data sehingga
dapat di tarik kesimpulan tentang apakah tujuan telah terpenuhi. Hal ini
biasanya diperlakukan untuk mengumpulkan data baik baik subjektif
maupun objektif. Ketika menafsirkan data subjektif, perawat harus
mengandalkan baik pernyataan klien setelah diberikan asuhan keperawatan
dan indikator objektif dari data subjektif ( misalnya penurunan denyut nadi
atau hal- hal yang mengakibatkan nyeri). Data-data harus dicatat dengan
singkat dan akurat untuk memfalitaskan proses evaluasi selanjutnya.
2) Membandingkan data dengan hasil perawat dan klien berperan aktif dalam
membandingkan respon klien dengan hasil yang di inginkan, misalnya
apakah klien berjalan tanpa bantuan.
16

3) Menghubungkan aktivitas dengan hasil Tindakan yang di lakukan perawat


harus berorientasi pada hasil dan di terima oleh pasien.
4) Menggambarkan kesimpulan tentang masalah Perawat menggunakan
penilaian tentang pencapaian tujuan apakah rencana perawatan efektif
dalam menyelesaikan masalah klien selanjutnya di tarik satu kesimpulan
dari masalah klien : (1) apakah tujuan telah terpenuhi, (2) apakah ada
masalah dari rencana perawatannya, (3) masalah yang sebenarnya masih
ada meskipun beberapa terpenuhi.
Ketika tujuan telah dipenuhi sebagian atau ketika tujuan belum terpenuhi,
dua kesimpulan yang dapat ditarik (Steven, F, 2010) yaitu:
1. Rencana perawatan yang mungkin perlu direvisi, karena masalahnya
adalah sebagian dapat diselesaikan. Revisi mungkin perlu terjadi selama fase
menilai, mendiagnosis, atau perencanaan, serta pelaksanaan.
2. Rencana perawatan tidak perlu revisi, karena klien membutuhkan waktu lebih
untuk mencapai tujuan sebelumnya.
3. Memodifikasi rencana asuhan dan mengakhiri rencana keperawatan
Ketika tujuan tidak terpenuhi, perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mengganggu pencapaian tujuan. Biasanya perubahan dalam kondisi, kebutuhan,
atau kemampuan klien memerlukan perubahan rencana asuhan.
Komponen ukuran dari tujuan yang terpapar pada evaluasi keperawatan,
(Steven, F, 2010) yaitu :
1. Masalah teratasi, yaitu jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil yang telah di tetapkan.
2. Masalah sebagian teratasi, yaitu jika klien menunjukkan perubahan
sebagian dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi, yaitu jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan (Steven, F, 2010) yaitu:
17

a) Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
b) Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
c) Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
d) Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
Tabel 2.1
Diagnosa Keperawatan, NOC dan NIC pada pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan

No DIAGNOSA NOC ( NURSING OUTCOMES NIC ( NURSING INTERVENTIONS


KEPERAWATAN CLASSIFICATION) CLASSIFICATION)

1 KELEBIHAN VOLUME Setelah dilakukan tindakan keperawatan MONITOR ELEKTROLIT


CAIRAN selama 3x24 jam keseimbangan cairan klien a. Manajemen elektrolit/cairan
Defenisi: Peningkatan normal dengan indikator : b. Manajemen cairan
a. Keseimbangan elektrolit c. Monitor cairan
retensi cairan isotonik
b. Eliminasi urine

Batasan Karakteristik: MANAJEMEN HIPERVOLEMIA


a. Adanya bunyi jantung S3 a. Pemasangan infus
a. Anasarka b. Terapi intravena (IV)
b. Ansietas c. Monitor tandatanda vital
c. Asupan melebihi haluaran d. Manajemen edema serebral
d. Azotemia e. Manajemen disritmia
e. Bunyi napas tambahan
f. Dispnea
g. Dispnea nokturnal
paroksismal
h. Distensi vena jugularis
i. Edama
j. Efusi pleura
k. Gangguan pola nafas

19
l. Gangguan tekanan darah
m. Gelisah
n. Hepatomegali
o. Ketidakseimbangan
elektrolit
p. Kongesti pulmonal
q. Oliguria
r. Ortopnea
s. Penambahan berat badan
dalam waktu sangat
singkat
t. Peningkatan tekanan vena
sentral
u. Penurunan hematokrit
v. Penurunan hemoglobin
w. Perubahan berat jenis
urine
x. Perubahan status mental
y. Perubahan tekanan arteri
pulmonal

Faktor yang berhubungan:


a. Gangguan mekanisme
regularis
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium

2 KERUSAKAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan PENGAWASAN KULIT

20
INTEGRITAS KULIT selama 3x24 jam integritas jaringan: kulit dan a. Observasi ekstremitas untuk warna,
Definisi: Perubahan pada mukosa klien normal dengan kriteria hasil: panas, keringat, nadi, tekstur, edema,
epidermis dan dermis a. Temperatur jaringan dalam rentang yang dan luka
diharapkan b. Inspeksi kulit dan membran mukosa
Batasan karakteristik : b. Elastisitas dalam rentang yang diharapkan untuk kemerahan, panas, drainase
a. Gangguan pada bagian c. Hidrasi dalam rentang yang diharapkan c. Monitor kulit pada area kemerahan
tubuh d. Warna dalam rentang yang diharapkan d. Monitor penyebab tekanan
b. Kerusakan pada lapisan e. Tekstur dalam rentang yang diharapkan e. Monitor adanya infeksi
kulit f. Kulit utuh f. Monitor warna kulit
c. Gangguan permukaan g. Monitor temperatur kulit
kulit h. Catat perubahan kulit dan membran
mukosa
Faktor yang berhubungan: i. Monitor kulit di area kemerahan
Eksternal :
a. Hipertermia atau
hipotermia
b. Substansi kimia
c. Kelembapa
d. Faktor mekanik (alat yang
dapat menimbulkan luka,
tekanan, restrain)
e. Immobilitas fisik
f. Radiasi
g. Usia yang ekstrim
h. Kelembaban kulit
i. Obat-obatan
Internal :
a. Perubahan status

21
metabolik
b. Tulang menonjol
c. Defisit imunologi
d. Faktor yang berhubungan
dengan perkembangan
e. Perubahan sensasi
3 INTOLERANSI Setelah dilakuakan tindakan keperawatan TERAPI AKTIFITAS
AKTIFITAS selama 3x24 jam diharapakan intoleransi a. Peningkatan mekanika tubuh
aktivitas klien dapat teratasi dengan kriteria b. Bantuan perawatan diri
Definisi: Ketidakcukupan hasil : c. Bantuan perawatan diri : ADL
energi psikologis atau a. Tingkat ketidaknyamanan d. Terapi latihan : ambulasi
fisiologis untuk b. Istirahat e. Terapi latihan : keseimbangan
mempertahankan atau c. Status perwatan diri f. Terapi latihan : pergerakan sendi
menyelesaikan aktivitas d. Perawatan diri : aktivitas sehari-hari
kehidupan sehari-hari yang (ADL)
harus atau yang ingin e. Tanda-tanda vital
dilakukan. f. Ambulasi : kursi roda
g. Kepuasan klien : bantuan fungsional
Batasan karakteristik : h. Perilaku patuh : aktivitas yang disarankan
a. Dispnea setelah partisipasi latihan
beraktivitas
b. Keletihan
c. Ketidaknyamanan setelah
beraktivitas

Faktor yang berhubungan :


a. Gaya hidup kurang gerak
b. Imobiltas

22
c. Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen
d. Tirah baring
4 KETIDAKSEIMBANGAN 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan MONITOR NUTRISI
NUTRISI KURANG DARI selama 3x24 jam status nutrisi klien a. Berat badan pasien dalam batas normal
KEBUTUHAN TUBUH normal dengan kriteria hasil : b. Monitor adanya penurunan berat badan
Definisi: Keadaan dimana a. Intake nutrien normal c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
individu mengalami intake b. Intake makanan dan cairan normal biasa dilakuakan seperti: berjalan
nutrisi yang kurang dari c. Berat badan normal kekamar mandi dan lingkungan
kebutuhan tubuh untuk d. Massa tubuh normal ruangan
memenuhi kebutuhan 2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan d. Monitor interaksi klien selama makan
metabolik. selama 3x24 jam status nutrisi: intake e. Monitor makanan kesukaan
nutrient klien adekuat dengan kriteria f. Monitor kalori dan intake nutrisi
Faktor yang berhubungan: hasil:
a. Mual a. Intake kalori MANAJEMEN NUTRISI
b. Muntah b. Intake protein a. Kaji adanya alergi makanan
c. Ketidakmampuan menelan c. Intake lemak b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
d. Penyakit kronik d. Intake karbohidrat menentukan jumlah kalori dan nutrisi
e. Intoleransi makanan e. Intake vitamin yang dibutuhkan pasien
f. Kesulitan mengunyah f. Intake mineral c. Yakinkan diet yang dimakan
g. Hilang nafsu makan g. Intake zat besi mengandung tinggi serat untuk
h. Intake kalsium mencegah konstipasi
d. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
e. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
f. Berikan informasi tentang kebutuhan

23
nutrisi
5 NYERI AKUT Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NYERI
Definisi: Sensori yang tidak selama 3x24 jam Klien dapat mengontrol a. Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan dan nyeri dengan kriteria hasil: komprehensif termasuk lokasi,
pengalaman emosional yang a. Mengenali faktor penyebab karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
muncul secara aktual atau b. Mengenali onset (lamanya sakit) dan faktor presipitasi
potensial, kerusakan jaringan c. Menggunakan metode pencegahan b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
atau menggambarkan adanya d. Mencari bantuan tenaga kesehatan untuk mengetahui pengalaman nyeri
kerusakan e. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan pasien
f. Mengenali gejala-gejala nyeri c. Bantu pasien dan keluarga untuk
Batasan karakteristik : g. Melaporkan nyeri sudah terkontrol mencari dan menemukan dukungan
a. Laporan secara verbal atau h. Melaporkan adanya nyeri d. Kontrol lingkungan yang dapat
non verbal i. Frekuensi nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
b. Fakta dan observasi j. Panjangnya episode nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan
c. Gerakan melindungi k. Ekspresi nyeri pada wajah e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
d. Tingkah laku berhati-hati l. Kurangnya istirahat (farmakologi, non farmakologi dan
e. Gangguan tidur (mata m. Perubahan pada frekuensi pernafasan inter personal)
sayu, tampak capek, sulit n. Perubahan tekanan darah f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
atau gerakan kacau, o. Keringat berlebih menentukan intervensi
menyeringai) p. Kehilangan selera makan g. Kolaborasikan dengan dokter jika
f. Tingkah laku distraksi keluhan dan tindakan nyeri tidak
(jalan-jalan, menemui berhasil
orang lain, aktivitas
berulang-ulang)
g. Respon autonom
(diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
pola nafas, nadi dan

24
dilatasi pupil)
h. Tingkah laku ekspresif
(gelisah, marah, menangis,
merintih, waspada, napas
panjang, iritabel)
i. Berfokus pada diri sendiri
j. Fokus menyempit
(penurunan persepsi pada
waktu, kerusakan proses
berfikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan)

25
26

MIND MAPPING SISTEM PERKEMIHAN: GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)

Zat Toksik Vaskular Infeksi Obstruksi Saluran


Kemih
Reaksi Antigen Arteriosklerosi
Antibody
s Rentensi Urin Batu Besar & Kasar
Suplai Darah ke Ginjal Turun

Menekan Saraf Perifer Iritasi/Cidera


GFR

GGK

Sekresi Protein Penumpukan Kristal Disfungsi Ginjal


Sekresi Eritropoetin
Tertanggu
Menurun
Pruritus Rentensi Nat
Sindrom Uremia

Total CES naik Produksi Hb Menurun


Gangguan Kerusakakan Integritas
Keseimbangan Kulit
Tek. Kapiler
Asam Basa
Oksihemoglobin Turun

Produksi Asam Edema


Lambung Naik Suplai O₂ Dalam Sel Darah Merah Lemah/Letih
Kelebihan Volume Cairan

Nausea Vomitus
Hipertropi Ventrikel Kiri Ketidak Efektifan Perfusi Jaringan
Intoleransi Aktifitas
Iritasi Lambung
Payah Jantung Kiri

Gastritis
COP turun Bendungan Atrium Kiri Naik
Mual dan muntah
Suplai O₂ ke Jaringan Turun Tekanan Vena

Tidak Nafsu Makan


Metabolisme Anaerob Kapiler Paru Naik

Penurunan Berat Badan


Asam Laktat Naik Edema Paru

Ketidakseimbangan Nutrisi
Fatigue ( Nyeri Sendi)
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Gangguan Pertukaran Gas

Nyeri
26

G. Penerapan EBN (Evidance Based Nursing)

Penerapan EBN dalam pengelolahan pasien GGK (gagal ginjal kronik)


terdiri dari satu penelitian yaitu Pengaruh aroma terapi lemon terhadap intensitas
mual dan muntah pada pasien GGK (gagal ginjal kronik), penelitian ini yang
membuktikan pengaruh aroma terapi lemon terhadap intensitas mual dan muntah
pada pasien GGK (gagal ginjal kronik) dilakukan oleh Sherly, dkk di Jawa
Tengah Tahun 2016. Penelitian dilakukan terhadap 17 orang yang menjalani
hemodialisa sebagai sampel.
Dari hasil penelitian (Sherly, dkk, 2016), dengan uji Wilcoxon diperoleh
yaitu menunjukkan bahwa p value = 0,025 kemudian dibandingkan dengan nilai
α (0,05) dimana p value < α (0,05) yaitu ada perbedaan yang signifikan intensitas
mual dan muntah sebelum dan sesudah diberikan aroma terapi lemon.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aroma terapi lemon
berpengaruh terhadap intensitas mual dan muntah pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani HD (Hemodialisa) dengan p value = 0,000 dimana p value < α
(0,05)
BAB III
MANAJEMEN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Laki Laki
Alamat : Jln. Binjai Km.18
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk : 31 / 07 / 2023
NO. RM : 00.71.24.84
Ruangan /Kelas / Bed : Hemodialisa
Tanggal Pengkajian : 01 / 08 / 2023
Diagnosa Medis : GGK (Gagal Ginjal Kronik)
Penggung Jawab : Ny. S
Hub. Dgn Klien : Istri Klien
Alamat : Jln. Binjai Km.18

3.1.2. Keluhan utama


Klien mengatakan mual dan muntah tidak mau makan/tidak nafsu makan,
bengkak pada tangan dan kaki, lemah/ lesu tidak bisa beraktifitas, terbaring
ditempat tidur berkepanjangan mulai masuk rumah sakit hingga sekarang.

3.1.3. Riwayat Kesehatan Sekarang


1. Provocative/ Paliative
a. Apa penyebabnya: Klien tidak tahu pasti penyebab mual muntahnya

27
28

b. Hal-hal apa yang memperbaiki keadaan: Istirahat tidur dan minum obat
2. Quantity/ quality
a. Bagaimana: Mual dan muntah timbul tiba-tiba juga pada saat makan
b. Bagaimana klien dilihat: Tampak gelisah dan lemas
3. Region
a. Dimana lokasinya: Abdomen
b. Apakah menyebar: Tidak ada penyebaran
4. Severity (mengganggu aktivitas)
a. Mual dan muntah yg dirasakan, menganggu istirahat klien
5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
a. Mual muntah yang di alami mulai SMRS hingga sekarang

3.1.4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan penyakit yang pernah dialami yaitu Hipertensi dengan
TD : 160/90 mmHg.
2. Pernah dirawat/ dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah di operasi, dan pernah dirawat di rumah
sakit swasta dengan diagnose hipertensi.
3. Lama dirawat
Klien mengatakan, lama dirawat yaitu ± 2 minggu.
4. Alergi
Klien mengatakan tidakada alergi obat dan makanan.
5. Imunisasi
Klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi yang pernah di terima
sewaktu kecil.

3.1.5. Riwayat Keluarga


1. Orang tua
Klien mengatakan bahwa orang tua klien tidak ada yang menderita penyakit
yang sama, hanya ayah klien yang memiliki riwayat hipertensi.
29

2. Saudara Kandung
Klien mengatakan bahwa saudara klien tidak ada yang menderita penyakit
yang sama.
3. Penyakit Keturunan
Klien mengatakan bahwa ada penyakit keturunan didalam keluarga mereka.
4. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan bahwa ada anggota keluarga klien yang sudah meninggal.

Genogram

Ket :

: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
: Klien
: Satu rumah

3.1.6. Riwayat Keadaan Psikososial


a. Bahasa yang digunakan: Bahasa Indonesia dan bahasa batak
b. Persepsi klien tentang penyakitnya: Pasien berharap penyakitnya akan cepat
sembuh.

c. Konsep Diri
30

1. Body Image : Klien dapat menerima keadaan saat ini


2. Ideal Diri : Berharap agar cepat sembuh
3. Harga Diri : Tidak malu dengan keadaannya sekarang
4. Peran Diri : Klien merupakan seorang kepala keluarga
5. Personal Identity : Klien anak ke 3 dari 5 bersaudara
d. Keadaan Emosi: Stabil dan terkontrol
e. Perhatian terhadap orang lain/ lawan bicara: Baik, klien memberi respon
dengan baik jika ditanya perawat
f. Hubungan dengan keluarga: Baik dan harmonis
g. Hubungan dengan saudara: Baik dan harmonis
h. Hubungan dengan oranglain: Baik, tetangga klien datang menjenguk klien
i. Kegemaran: Membaca
j. Daya adaptasi: Baik, klien dapat beradaptasi dengan baik
k. Mekanisme pertahanan diri: Pasrah dan berdoa kepada tuhan untuk
kesembuhannya.

3.2. Pemeriksaan fisik


3.2.1. Kadaan umum
Mual dan muntah tidak mau makan/tidak nafsu makan, bengkak pada
tangan dan kaki, lemah/ lesu tidak bisa beraktifitas, terbaring ditempat tidur.
3.2.2. Tanda-tanda vital
1. TB/BB : TB: 165 cm/BB: 60kg
2. Tekanan darah : 160/90 mmHg
3. Suhu : 36,50C
4. Nadi / Pols : 78x / menit
5. RR : 22 x / menit
3.2.3. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk : Simetris
b. Kebersihan : Kulit kepala terlihat bersih
c. Jenis dan struktur rambut : Ikal dan menyebar
31

2.Wajah
a. Warna kulit : Sawo matang
b. Struktur Wajah : Oval
3. Mata
a. Bentuk : Simetris kanan/kiri
b. Palpebra : Tidak ada kelainan
c. Pupil : Isokor
d. Konjungtiva : Baik/Tidak anemis
e. Sklera : Tidak ada masalah
d. Kornea : Tidak ada kelainan
e. Visus : Tidak ada kelainan penglihatan
f. Alat bantu lihat : Tidak ada alat bantu lihat
4. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris
b. Kebersihan : Keadaan bersih
c. Passege udara : Normal
d. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
5. Telinga
a. Bentuk : Simetris kanan/kiri
b. Ketajaman : Mampu mendengar dengan baik
c. Kebersihan : Keadaan bersih
d. Alat bantu dengar : Tidak ada alat bantu dengar
6. Mulut
a. Mukosa mulut : Kering
b. Keadaan gigi : Tidak lengkap
c. Kebersihan mulut : Bersih
7. Leher
a. Posisi Trakea : Normal
b. Kelenjar tiroid : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
c. Kelenjar limfe : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
d. Vena jugulasi : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
32

e. Proses menelan : Bermasalah (Mual-muntah)


8. Dada
a. Bentuk thoraks : Simetris
b. Pengembangan : Normal (kembang kempis)
c. Palpasi getaran : Bergetar dengan normal
d. Perkusi : Suara paru-paru sonor
e. Auskultasi : Bunyi nafas vasikuler
d. Suara paru : Normal
f. Kelainan : Tidak ada kelainan
g. Bunyi jantung
S1 I : LUPH
S2 II : DUPH
h. Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
i. Kelainan : Tidak ada kelainan
j. Heart Rate : 78x/i (Tidak ada masalah)
9. Abdomen
a. Bentuk : Simetris
b. Bekas tanda : Tidak ada bekas operasi
c. Peristaltik usus : ±35x/i
d. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
e. Benjolan massa : Tidak ada benjolan massa
f. Hepar : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
g. Lien : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
h. Suara : Tympani
10. Pemeriksaan Kulit/ Integumen
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Turgor : Kulit ditarik kembali dalam 4 detik
d. Warna : Sawo matang
e. Kelembutan : Kering
f. Kelainan kulit : Bekas alergi pada seluruh kulit
33

11. Genitalia
a. Genetalia : Bersih
b. Lubang uretra : Tidak ada kelainan
c. Kelainan pada genetalia : Tidak ada kelainan
12. Status Neurologis
1. Tingkat kesadaran (GCS) : 15 Compos mentis
2. Meningeal sign : Tidak ditemukan adanya kaku
3. Status mental
a. Kondisi emosi : Stabil, klien dapat memgontrol emosi
b. Orientasi : Baik, klien dapat mengenal orang, tempat dan
waktu
c. Proses berpikir : Baik, tidak mengalami gangguan
d. Motivasi : Mempunyai motivasi untuk sembuh
e. Persepsi : Klien yakin akan sembuh
f. Bahasa : Bahasa indonesia
4. Fungsi motorik
a. Cara berjalan : Klien tidak dapat berjalan dengan baik dan harus
menggunakan bantuan
b. Test jari-hiduung : Dapat menunjuk hidung
c. Pronasi-supinasi : Normal, tanpa bantuan
5. Fungsi sensori
a. Identifikasi Sentuhan Ringan : Dapat merasakan sentuhan
b. Test Tajam-tumpul : Dapat membedakan tajam dan tumpul
c. Test Panas-dingin : Dapat membedakan panas dan dingin
d. Test Getaran : Dapat merasakan getaran
e. Sterognosis Test : Dapat membedakan objek
f. Membedakan Titik : Dapat membedakan dua titik
g. Topognosis Test :Dapat membedakan bagian tubuh yang
diberi sentuhan

6. Reflek Refleks bisep : Kontraksi dan fleksi siklus pasien (+)


34

a. Refleks Trisep : Ekstensi siku pasien(+)


b. Refleks Brachioradialis : Respon telapak tangan (+)
c. Refleks Patellar : Tidak ada dilakukan pemeriksaan
d. Refleks Tendon achiles : Ada kontraksi pada telapak
e. Refleks Plantar : Kontraksi pada jari (+)
13. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola tidur
a. Waktu tidur : ± 3xsehari
b. Waktu bangun : Tidak dapat ditentukan
c. Masalah tidur : Tidak mengalami masalah tidur
d. Hal yang memperbaiki tidur :-
2. Makan
a. Pola Makan : Tidak teratur
b. Jenis Diet : TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
c. Jumlah porsi yang dihabiskan : ± ¼dari porsi yang disajikan
d. Masalah gangguan makan : Mengalami masalah tidak selera makan,
mual muntah
e. Upaya yang dilakukan : Mengikuti kemauan pasien
3. Minum
a. Pola minum : Tidak teratur
b. Jenis minuman : Air putih
c. Masalah/kesulitan : Sering merasa haus
d. Upaya yang dilakukan : Memberikan cukup air mineral/dibatasi
4. BAK
a. Pola berkemih : Menggunakan kateter
b. Frekuensi : 500 ml/hari
c. Warna : Kuning pekat
d. Bau : Amoniak
e. Penggunaan obat perangsang : Tidak ada
f. Masalah/ gangguan : Susah buang air kecil
5. BAB
35

a. Pola BAB : Terganggu


b. Frekuensi : 1 x/ 2 hari
c. Konsistensi : Encer
d. Warna : Kuning kehitam-hitaman
e. Penggunaan obat perangsang : Ketorolac sub

3.3. Pemeriksaan Diagnostik


3.3.1. Hasil Laboratorium

Tabel 3.1
Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Normal

Hemoglobin (HGB) 12.0 g/Dl 12-16 g/dL

Eritrosit 4.18 Juta/µL 4.10-5.10 Juta/µL

Leukosit 14.330/µL 4.000-11.000/µL

Hematokrit 37% 36-47 %

Trombosit 143.000/µL 150.000-450.000/µL

Blood Urea Nitrogen (BUN) 22 mg/dL 10-20 mg/dL


Ureum 47 mg/dL 21-43 mg/dL

Kreatinin 3.27 mg/dL 0.7-1,1 mg/dL

Natrium (Na) 131 mEq/L 135- 155 mEq/L

Kalium (K) 2.9 mEq/L 3.6- 5.5 mEq/L

Klorida (Cl) 98 mEq/L 96- 106 mEq/L

3.3.2. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Radiologi:
a. Hasil pemeriksaan Scan Head/ Brain, tidak tampak SOL maupun kelainan
cerebral lainnya.
36

b. Hasil pemeriksaan Foto Thorax, Kedua sinus costophrenikus lancip, kedua


diafragma licin, jantung kanan membesar (Cardiomegali)
2. Pemeriksaan Gastroskopi
Hasil kesimpulan dari pemeriksaan Gatroskopi yaitu Pan Gastropati+Gastritis
Antrum.

3. Pemeriksaan USG Ginjal dan Saluran Kemih


Hidropyoneprosis renal sinistra, kandung kemih normal.

3.4. Penatalaksanaan Terapi Farmakologi


Tabel 3.2
Terapi Farmakologi

No Nama Obat Dosis Efek terapi

Sebagai penghambat
1 Inj.Omeprazole 40 mg/12 jam
sekresi asam lambung

2 Inj.Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam Antibiotik

Untuk memenuhi cairan


3 Infus Nacl 0,9 % 10 gtt / i
elektrolit

4 Asam folat 3–1 sehari Untuk penambah darah

5 Paracetamol 3x500 mg Penurun demam

Untuk mengganti fungsi


2x seminggu ginjal yang telah rusak
6 HD
(Senin dan Kamis) dan untuk membuang
racun-racun dalam tubuh

3.5. Analisa Data


Tabel 3.3
Analisa Data

MASALAH
No DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
37

1. Ds: Sekresi Protein Ketidakseimbangan


Klien mengatakan Terganggu nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan, kebutuhan tubuh
mual muntah, Sindrom Uremia
penurunan BB
(sebelumnya: 65 Ggn Keseimbangan
kg, sekarang: 60 asam dan basa
kg)
Produksi Asam
Lambung
Do:
Tampak porsi Nausea Vomitus
yang disajikan
hanya ±¼ yang Iritasi Lambung
habis, dan
Mual muntah pada Gastritis
saat makan
Mual Muntah

Tidak nafsu makan

Penurunan Berat
Badan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

1. Ds: Obstruksi Saluran Kelebihan volume


Klien mengatakan Kemih cairan
bengkak/ edema
pada tangan dan Disfungsi Ginjal
kaki
Do: Retensi Natrium
a. Ditekan dengan Total CES
kedalaman 3-5 mm
dan dengan waktu Tekanan kapiler
kembali 5 detik
(Derajat II) Volume interstisisal
b. Intake
(makanan + minum+ Kelebihan volume
cairan infus, total: cairan
± 3000 ml/hari)
38

Output (makanan +
minum, total ±500
ml/ hari) dan jumlah
cairan normal untuk
pasien HD adalah
(1000 ml/hari).

3. Ds: Sekresi protein Intoleransi Aktifitas


Klien mengatakan terganggu
lemah tidak bisa
melakukan Sindrom uremia
aktifitas, terbaring
ditempat tidur Ggn keseimbangan
asam basa
Do:
Tampak lemah Produksi asam
tirah baring di lambung
tempat tidur
Nausea vomitas

Iritasi lambung

Resiko perdarahan

Hematemesis/ melena

Anemia

Suplay O2 dalam sel


darah merah

Keletihan

Intoleransi aktifitas

3.6. Diangnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d Penurunan Berat
Badan d/d tidak nafsu makan, mual muntah, penurunan BB (sebelumnya:
65 kg, sekarang: 60 kg), Tampak porsi yang disajikan hanya ± ¼ yang
habis, dan mual muntah pada saat makan
2. Kelebihan volume cairan b/d Disfungsi ginjal d/d klien mengatakan
bengkak/ edema pada tangan dan kaki, Ditekan dengan kedalaman 3-5 mm
39

dan dengan waktu kembali 5 detik (Derajat II), Intake (makanan +


minum+ cairan infus, total: ± 3000 ml/hari) Output (makanan + minum,
total ± 500 ml/ hari)
3. Intoleransi aktivitas b/d Keletihan (Tidak bisa melakukan aktifitas) d/d
klien mengatakan lemah tidak bisa melakukan aktifitas, dan tirah baring di
tempat tidur
39

3.7. Intervensi Keperawatan


Nama Pasien : Tn. A Ruangan : Ruangan HD RSU Latersia Binjai
Umur : 57 tahun Diagnosa Medis : Gagal ginjal Kronik

Tabel 3.4
Intervensi Keperawatan Tn. A

No DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC (NURSING OUTCOME NIC (NURSING INTERVENTION


CLASSIFICATION) CLASIFICATION)
1. KETIDAKSEIMBANGAN 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NUTRISI
NUTRISI KURANG DARI selama 2x12 jam status nutrisi klien a. Timbang Berat badan pasien (BB
KEBUTUHAN TUBUH normal dengan kriteria hasil : sebelumnya 65 kg dan sekarang 60
Definisi: Keadaan dimana e. Intake nutrien normal kg)
individu mengalami intake f. Intake makanan dan cairan normal b. Bantu pasien berjalan kekamar
nutrisi yang kurang dari g. Berat badan normal mandi dan lingkungan ruangan
kebutuhan tubuh untuk h. Massa tubuh normal c. Pantau klien selama makan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik. 2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan melihat jumlah porsi yang
Faktor yang berhubungan: selama 2x12 jam status nutrisi: intake dihabiskan
a. Mual nutrient klien adekuat dengan kriteria d. Tanyakan klien tentang makanan
b. Muntah hasil: kesukaannya untuk meperbaiki
c. Hilang nafsu makan i. Intake kalori nafsu makan klien
j. Intake protein e. Berikan informasi tentang
k. Intake lemak kebutuhan nutrisi, seperti
l. Intake karbohidrat memberikan penkes tentang
m. Intake vitamin makanan yang bergizi
n. Intake mineral
40

o. Intake zat besi


p. Intake kalsium
2. KELEBIHAN VOLUME CAIRAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN CAIRAN
Defenisi: Peningkatan retensi cairan selama 2x12 jam keseimbangan cairan a. Pantau intake dan output cairan
isotonik klien normal dengan indikator : klien agar sesuai pemasukan dan
Batasan Karakteristik: a. Keseimbangan elektrolit pengeluaran
a. Edema b. Eliminasi urine b. Catat secara akurat intake dan
Faktor yang berhubungan: output (seperti volume air putih
a. Kelebihan asupan cairan yang diminum klien dan BAK
b. Kelebihan asupan natrium yang dikeluarkan klien)
3. INTOLERANSI AKTIFITAS Setelah dilakuakan tindakan TERAPI AKTIFITAS
Definisi: Ketidakcukupan energi keperawatan selama 2x12 jam g. Bantu perawatan diri: personal
psikologis atau fisiologis untuk diharapakan intoleransi aktivitas hygiene klien
mempertahankan atau menyelesaikan klien dapat teratasi dengan kriteria h. Bantu latihan: ambulasi (seperti:
aktivitas kehidupan sehari-hari yang hasil : dari tempat tidur ke kursi roda, dan
harus atau yang ingin dilakukan. a. Status perwatan diri dari kursi roda berdiri, hingga
b. Perawatan diri : aktivitas sehari-hari berjalan).
Batasan karakteristik: (ADL)
a. Dispnea setelah beraktivitas c. Tanda-tanda vital
b. Keletihan d. Ambulasi : kursi roda
c. Ketidaknyamanan setelah e. Perilaku patuh : aktivitas yang
beraktivitas disarankan partisipasi latihan
Faktor yang berhubungan:
a. Gaya hidup kurang gerak
b. Imobilitas
c. Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
d. Tirah baring
41

3.8. Implementasi Keperawatan

No Tgl/ Dx IMPLEMENTASI EVALUASI


Waktu
1 Selasa Dx 1 a. Menimbang Berat S:
09/08/2 badan klien (BB: 60 Klien mengatakan mual
3 kg) muntah, tidak nafsu
09.00 makan.
O:
b. Memantau klien selama a. Mual muntah (+)
makan, yang b. Tampak porsi yang
12.00 dihabiskan klien hanya disajikan hanya ± ¼
¼ dari porsi yang yang dihabiskan
disajikan c. BB: 60 kg
A:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P:
a. Timbang Berat badan
klien
b. Pantau klien selama
makan untuk melihat
jumlah porsi yang
dihabiskan apakah
sampa ¼ yang
dihabiskan
09.00 Dx 2 a. Memantau intake dan S:
output cairan klien agar Klien mengatakan
sesuai pemasukan dan masih bengkak pada
pengeluaran (Intake : ± tangan dan kaki
3000 ml/hari dan O:
Output: ± 500 ml/hari)
b. Mencatat secara akurat a. Tampak
intake dan output bengkak/edema
(seperti volume air b. Ditekan dengan
putih yang diminum kedalaman 3-5 mm
klien dan BAK yang dan dengan waktu
dikeluarkan klien) kembali 5 detik
( Derajat II)
c. Intake (makanan +
minum + cairan
infus, total: ± 3000
12.00 ml/hari)
d. Output (makanan +
minum, total: ± 500

41
42

ml/hari)
A:
Kelebihan volume
cairan
P:
a. Pantau intake dan
output cairan klien
agar sesuai
pemasukan dan
pengeluaran
b. Catat secara akurat
intake dan output
(seperti volume air
putih yang diminum
klien dan BAK yang
dikeluarkan klien)
09.00 Dx 3 a. Bantu perawatan diri: S:
personal hygiene klien Klien mengatakan
(Mengelap seluruh lemah tidak bisa
tubuh klien dan melakukan aktifitas,
membantu untuk terbaring ditempat tidur
menyikat gigi) O:
a. Terpasang kateter
(+)
b. Kaki dan tangan
12.00 b. Bantu latihan: ambulasi edema (+)
(berjalan dari tempat c. Mual dan muntah
tidur ke kursi roda). (+)
A:
Intoleransi Aktifitas
P:
a. Bantu perawatan diri:
personal hygiene
klien
b. Bantu latihan:
ambulasi (seperti: dari
tempat tidur ke kursi
roda, dan dari kursi
roda berdiri, hingga
berjalan).

2 Rabu Dx 1 a. Menimbang Berat S:


badan klien (BB : 60 Klien mengatakan
09/08/2 kg) masih mual muntah,
3 b. Memantau klien selama
43

09.00 makan untuk melihat tidak nafsu makan


jumlah porsi yang O:
09.15 disajikan dihabiskan a. Mual muntah (+)
oleh klien b. Tampak porsi yang
disajikan hanya ± ¼
yang dihabiskan
c. BB: 60 kg
A:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P:
Intervensi masih
dilanjutkan

09.30 Dx 2 a. Memantau intake dan S:


output cairan klien agar Klien mengatakan
sesuai pemasukan dan masih bengkak pada
pengeluaran (Intake : ± tangan dan kaki
3.100 ml/hari dan O:
Output: ± 550 ml/hari) a. Tampak
10.00 b. Mencatat secara akurat bengkak/edema
intake dan output b. Ditekan dengan
(seperti volume air kedalaman 3-5 mm
putih yang diminum dan dengan waktu
klien dan BAK yang kembali 5 detik
dikeluarkan klien) ( Derajat II)
c. Intake (makanan +
minum + cairan
infus, total: ± 3.100
ml/hari)
d. Output ( makanan +
minum, total: ± 550
ml/hari)
A:
Kelebihan volume
cairan
P:
Intervensi masih
dilanjutkan

10.15 Dx 3 a. Bantu perawatan diri:


personal hygiene klien S:
(Mengelap seluruh Klien mengatakan
tubuh klien dan masih lemah tidak bisa
membantu untuk melakukan aktifitas,
44

10.30 menyikat gigi) terbaring ditempat tidur


b. Bantu latihan: ambulasi O:
(berjalan dari kursi a. Terpasang kateter
roda ketempat tidur). (+)
b. Kaki dan tangan
edema (+)
c. Mual dan muntah
(+)
A:
Intoleransi aktifitas
P:
Intervensi masih
dilanjutkan

3 Kamis Dx 1 a. Menimbang Berat S:


10/08/2 badan klien (BB: 60 Klien mengatakan
3 kg) masih mual muntah
09.00 b. Memantau klien selama jika makan tidak nafsu
makan untuk melihat makan
09.15 jumlah porsi yang O:
disediakan dihabiskan a. Mual muntah (+)
oleh klien b. Tampak porsi yang
disajikan hanya ± ½
yang dihabiskan
c. BB : 60 kg
A:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P:
Intervensi dilanjutkan

09.30 Dx 2 a. Memantau intake dan S:


output cairan klien agar Klien mengatakan
sesuai pemasukan dan masih bengkak pada
pengeluaran (Intake: ± tangan dan kaki
3.200 ml/hari dan O:
09.45 Output: ± 600 ml/hari)
b. Mencatat secara akurat a. Tampak
intake dan output bengkak/edema
(seperti volume air b. Ditekan dengan
putih yang diminum kedalaman 3-5 mm
klien dan BAK yang dan dengan waktu
dikeluarkan klien) kembali 5 detik
( Derajat II)
c. Intake (makanan +
45

minum + cairan
infus, total: ± 3.200
ml/hari)
d. Output (makanan +
minum, total: ± 600
ml/hari)
A:
Kelebihan volume
cairan
P:
Intervensi dilanjutkan

10.00 Dx 3 a. Bantu perawatan diri: S:


personal hygiene klien Klien mengatakan
10.15 b. Bantu latihan: ambulasi masih lemah tidak bisa
(berpindah tempat dari melakukan aktifitas,
tempat tidur dan duduk terbaring ditempat tidur
ke kursi). O:
a. Terpasang kateter
(+)
b. Kaki dan tangan
edema (+)
A:
Intoleransi aktifitas
P:
Intervensi dilanjutkan

3.9. Catatan Perkembangan

Tabel 3.5
Catatan Perkembangan

No Tgl/ Dx IMPLEMENTASI EVALUASI


Waktu (Catatan
Perkembangan )
1 Jum’at Dx 1 a. Menimbang Berat S:
11/08/23 badan klien (BB: 60 Klien mengatakan
09.15 kg) mual muntah, tidak
b. Memantau klien selama nafsu makan.
09.30 makan, yang O:
dihabiskan klien hanya a. Mual muntah (+)
¼ dari porsi yang b. Tampak porsi yang
46

disajikan. disajikan hanya ±


¼ yang dihabiskan
c. BB: 60 kg
A:
Masalah belum
teratasi
P:
a. Timbang Berat
badan klien (BB:
60 kg)
b. Pantau klien
selama makan
untuk melihat
jumlah porsi yang
dihabiskan apakah
sampa ¼ yang
dihabiskan
09.45 Dx 2 a. Memantau intake dan S:
output cairan klien agar Klien mengatakan
sesuai pemasukan dan masih bengkak pada
pengeluaran (Intake: ± tangan dan kaki
3000 ml/hari dan
10.00 Output: ± 500 ml/hari) O:
b. Mencatat secara akurat a. Tampak
intake dan output bengkak/edema
(seperti volume air b. Ditekan dengan
putih yang diminum kedalaman 3-5 mm
klien dan BAK yang dan dengan waktu
dikeluarkan klien) kembali 5 detik
( Derajat II)
c. Intake (makanan +
minum + cairan
infus, total: ± 3000
ml/hari)
d. Output makanan +
minum, total: ±
500 ml/hari)
A:
Masalah belum
teratasi
P:
a. Pantau intake dan
output cairan klien
agar sesuai
pemasukan dan
pengeluaran
47

b. Catat secara akurat


intake dan output
(seperti volume air
putih yang
diminum klien dan
BAK yang
dikeluarkan klien)
10.15 Dx 3 a. Bantu perawatan diri: S:
personal hygiene klien Klien mengatakan
(Mengelap seluruh lemah tidak bisa
tubuh klien dan melakukan aktifitas,
membantu untuk terbaring ditempat
menyikat gigi)` tidur
10.30 b. Bantu latihan: O:
ambulasi (berjalan a. Terpasang kateter
dari tempat tidur ke (+)
kursi roda). b. Kaki dan tangan
edema (+)
c. Mual dan muntah
(+)
A:
Masalah belum
teratasi
P:
a. Bantu perawatan
diri: personal
hygiene klien
b. Bantu latihan:
ambulasi (seperti:
dari tempat tidur
ke kursi roda, dan
dari kursi roda
berdiri, hingga
berjalan).
2 Senin a. Menimbang Berat S:
badan klien (BB: 60 Klien mengatakan
14/08/23 Dx 1 kg) masih mual muntah,
b. Memantau klien selama tidak nafsu makan
makan untuk melihat O:
09.00 jumlah porsi yang
disajikan dihabiskan a. Mual muntah (+)
09.15 oleh klien b. Tampak porsi yang
disajikan hanya ±
¼ yang dihabiskan
c. BB: 60 kg
A:
48

Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi masih
dilanjutkan
09.30 Dx 2 a. Memantau intake dan S:
output cairan klien agar Klien mengatakan
sesuai pemasukan dan masih bengkak pada
pengeluaran (Intake: ± tangan dan kaki
3.100 ml/hari dan O:
Output: ± 550 ml/hari) a. Tampak
09.45 b. Mencatat secara akurat bengkak/edema
intake dan output b. Ditekan dengan
(seperti volume air kedalaman 3-5 mm
putih yang diminum dan dengan waktu
klien dan BAK yang kembali 5 detik
dikeluarkan klien) ( Derajat II)
c. Intake (makanan +
minum + cairan
infus, total: ±
3.100 ml/hari)
d. Output (makanan +
minum, total: ±
500 ml/hari)
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi masih
dilanjutkan
10.00 Dx 3 a. Bantu perawatan diri: S:
personal hygiene klien Klien mengatakan
(Mengelap seluruh masih lemah tidak
tubuh klien dan bisa melakukan
membantu untuk aktifitas, terbaring
10.15 menyikat gigi) ditempat tidur
b. Bantu latihan: ambulasi O:
(berjalan dari kursi
roda ketempat tidur). a. Terpasang kateter
(+)
b. Kaki dan tangan
edema (+)
c. Mual dan muntah
(+)
A:
Masalah belum
49

teratasi
P:
Intervensi masih
dilanjutkan

3 Selasa a. Menimbang Berat


15/08/23 Dx 1 badan klien (BB: 60 S:
kg) Klien mengatakan
09.00 b. Memantau klien selama mual muntah mulai
makan untuk melihat berkurang
jumlah porsi yang O:
09.15 disediakan dihabiskan a. Mual muntah (-)
oleh klien. b. Tampak porsi yang
disajikan hanya ±
½ yang dihabiskan
c. BB: 60 kg
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan

09.30 Dx 2 a. Memantau intake dan S:


output cairan klien agar Klien mengatakan
sesuai pemasukan dan masih bengkak pada
pengeluaran (Intake: ± tangan dan kaki
3.200 ml/hari dan O:
09.45 Output ± 600 ml/har a. Tampak
b. Mencatat secara akurat bengkak/edema
intake dan output b. Ditekan dengan
(seperti volume air kedalaman 3-5 mm
putih yang diminum dan dengan waktu
klien dan BAK yang kembali 5 detik
dikeluarkan klien) ( Derajat II)
c. Intake (makanan +
minum + cairan
infus, total: ±
3.200 ml/hari)
d. Output (makanan +
minum, total: ±
600 ml/hari)
A:
Masalah belum
teratasi
50

P:
Intervensi dilanjutkan

10.00 Dx 3 a. Bantu perawatan diri: S:


personal hygiene klien Klien mengatakan
(Mengelap seluruh masih lemah tidak
tubuh klien). bisa melakukan
aktifitas, terbaring
ditempat tidur
O:
10.15 b. Bantu latihan: ambulasi a. Terpasang kateter
(berpindah tempat dari (+)
tempat tidur dan duduk b. Kaki dan tangan
ke kursi). edema (+)
c. Mual dan muntah
(+)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
51

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada manajemen asuhan keperawatan, Tn. A umur 57 tahun datang ke


rumah sakit dengan keluhan utama mual dan muntah tidak mau makan/ tidak
nafsu makan, bengkak pada tangan dan kaki, lemah/ lesu tidak bisa beraktifitas,
terbaring ditempat tidur berkepanjangan mulai masuk rumah sakit hingga
sekarang. Pembahasan ini sesuai dengan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan dan discharge planning.

4.1. Tahap Pengkajian


Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data secara sistematis
yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan serta untuk menentukan pola
respon klien saat ini dan waktu sebelumnya. (Potter & Perrry, 2014).
Proses pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2016. Pada
tahap pengkajian penulis mengumpulkan data dasar melalui wawancara kepada
klien, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis klien. Pengkajian
pasien GGK ( Gagal Ginjal Kronik) terdiri dari anamnesa, pemeriksaan fisik
berupa tanda – tanda vital dan pemeriksaan Head to Toe.
Pengkajian keperawatan dimulai dari pengkajian fisik inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. (Black & Hawks, 2011).

4.2. Tahap Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap maslah kesehatan atau proses kehidupan aktual
atau potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan (Rohmah, 2012).
Penegakan diagnosa keperawatan didasarkan pada data pengkajian.
Adapun beberapa diagnosa yang mencul pada pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik)
adalah sebagai berikut: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

51
52

Kelebihan volume cairan, Intoleransi aktifitas.


4.2.1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data bahwa klien mual muntah, tidak
nafsu makan dan berat badan pasien menurun 5 kg. Suatu keadaan dimana
individu yang tidak mengalami puasa atau yang berisiko mengalami penurunan
berat badan yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat atau
metabolisme nutrisi yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Herdman &
Kamitsuru, 2015).
4.2.2. Kelebihan Volume Cairan
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data bahwa bengkak (edema) pada
daerah tangan dan kaki klien. Peningkatan retensi cairan isotonik/ kelebihan
asupan cairan (Herdman & Kamitsuru, 2015).
4.2.3. Intoleransi Aktivitas
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data bahwa klien merasa lelah dan
lemah tidak mampu melakukan aktifitas. Ketidakcukupan energi psikologis atau
fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
hari yang harus atau yang ingin dilakukan (Herdman & Kamitsuru, 2015).
4.3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan/NIC adalah suatu standart klasifikasi intervensi yang
komprehensif yang dilakukan oleh perawat. NIC ini bermanfaat dalam
perencanaan asuhan keperawatan, dokumentasi klinik, komunikasi antar tatanan
yang berbeda, integritas yang terkait data yang ada dalam sistem dan tatanan yang
berbeda, penelitian yang efektif, pengukuran produktifitas, evaluasi kompetensi.
Klasifikasi ini meliputi intervensi dimana perawat melakukan (intervensi) pada
pasien, baik intervensi mandiri, kolaboratif, maupun perwatan langsung dan tidak
langsung (Bulechek, dkk, 2016).
Intervensi yang dilakukan pada pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik)
mengacu pada konsep Nanda, NIC dan NOC. Beberapa tindakan yang dilakukan
pada pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik) didasari oleh diagnosa keperawatan
yaitu : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Kelebihan
volume cairan, Intoleransi aktifitas.
53

4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Perry & Potter, 2013).
Pelaksanaan implementasi keperawatan yang dilakukan berdasarkan
intervensi yang telah dirumuskan dan penerapan EBN. Implementasi yang
menggunakan penerapan EBN pada kasus GGK ( Gagal Ginjal Kronik) Tn. A
hanya dilakukan pada diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
Implementasi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa
keperawatan yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena
tidak nafsu makan, mual dan muntah efek dari HD (hemodialisa), maka dilakukan
implementasi dengan cara menganjurkan klien menghirup aroma terapi lemon.
Aroma terapi lemon diteteskan sebanyak 2 tetes pada selembar tissue, kemudian
diberikan kepada klien untuk dihirup dengan jarak 5 cm dari hidung dan setinggi
dagu selama 15 menit pemberian ini dilakukan selama 1 hari (Sherly, dkk, 2016).
Implementasi selanjutnya adalah berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat antimual (antiemetik).

4.5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi merupakan tahap terakhir
dari proses keperawatan (Perry & Potter, 2013).
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 2x12 jam, didapatkan
dari keluhan klien bahwa masalah keperawatan belum teratasi.
65

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa penyakit GGK (Gagal Ginjal Kronik) merupakan
kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi ginjal struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolik (toksis uremik)
didalam darah.
2. Penyebab GGK (Gagal Ginjal Kronik) dibagi berdasarkan 2 kategori yaitu:
Morfologi dan Etiologi.
3. Tanda dan gejala yang di tunjukan oleh gagal ginjal kronis adalah Ginjal dan
Gastrointestinal, Kardiovaskuler, Respiratoriy system, Gastrointestinal,
Integumen, Neurologis, Endokrin, Hematopoitiec, Muskuloskeletal.
4. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan melibatkan pasien,
keluarga pasien dan data penunjang, maka terdapat 3 diagnosa keperawatan
dengan prioritas masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh, Kelebihan Volume Cairan, Intoleransi Aktifitas.

5. 2. Saran
1. Diharapkan kepada keluarga agar rutin memantau dan memberi klien nutrisi
yang adekuat.
2. Menganjurkan kepada klien dan keluarga untuk memantau intake dan output
pasien untuk mencegah terjadinya bengkak (edema), dan agar klien rutin
melaksanakan HD ( Hemodialisa).
3. Mengajurkan kepada pasien untuk untuk melakukan ADL ( aktifitas sehari-
hari ) utuk mencegah terjadinya kekakuan pada sendi dan mencegah timbulnya
luka dekubitus.
4. Perawat dan penulis khususnya harus lebih meningkatkan pengetahuan agar
dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang lebih baik untuk klien
dan keluarga.

65
67

DAFTAR PUSTAKA

Black, Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis Untuk


Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 Buku 2. Indonesia :PT Salemba Emban
Patria

Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.


Indonesia.

Herdman, Kamitsuru. 2015. Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Moorrhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan Edisi 5. Indonesia.

Nurmaguphita, Deasti, dkk. 2016. Jurnal Tentang Hubungan Dukungan Keluarga


Dengan Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis. Yogyakarta :
Keperawatan Universitas Aisyiyah.

Price, Sylvia, dkk. 2012. Patofiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Edisi 6 Vol 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Rika. 2016. Jurnal tentang Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Perkemihan : Cronicc Kidney Diseasa (CKD). Jawa Barat : Fk. STIKes
Muhammadiyah.

Sherly. 2016. Jurnal Tentang Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas
Mual Dan Muntah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa. Jawa Tengah : Fk.Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.

Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC.
66

RESUME I

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Alamat : Jln. Karya jaya Lk.II No. 25 Binjai
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tggl masuk : 08/ 08 / 2023
NO RM : 00.70.55.88
Ruangan / kelas / bed : Ruangan HD RSU Latersia Binjai
Tggl Pengkajian : 16/08/ 2023
Diagnosa medis : Batu Ginjal
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hub. Dgn Klien : Istri Klien
Alamat : Jln. Karya jaya Lk.II No. 25 Binjai

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mangatakan nyeri pada daerah perut bagian bawah dan pinggang
bagian belakang, terdapat darah pada urin ketika BAK, badan terasa lemah
terbaring ditempat tidur , mudah lelah tidak bisa melakukan aktifitas.
67

3. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan penyakit yang pernah dialami yaitu Hipertensi dengan
TD : 170/100 mmHg.
B. Pernah dirawat/ dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah di operasi, dan pernah dirawat di rumah
sakit swasta dengan diagnosa hipertensi.
C. Lama dirawat
Klien mengatakan, lama dirawat yaitu ± 3 minggu.
D. Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
E. Imunisasi
Klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi yang pernah di terima
sewaktu kecil.

4. RIWAYAT KELUARGA
A. Orang tua
Klien mengatakan bahwa orang tua klien tidak ada yang menderita
penyakit yang sama, hanya ayah klien yang memiliki riwayat hipertensi.
B. Saudara Kandung
Klien mengatakan bahwa saudara klien tidak ada yang menderita penyakit
yang sama.
C. Penyakit Keturunan
Klien mengatakan bahwa ada penyakit keturunan didalam keluarga
mereka.
D. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan bahwa ada anggota keluarga klien yang sudah
meninggal.

5. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


l. Bahasa yang digunakan: bahasa Indonesia dan bahasa batak
68

m. Persepsi klien tentang penyakitnya: Pasien berharap penyakitnya akan cepat


sembuh.
n. Konsep Diri
6. Body Image : Klien dapat menerima keadaan saat ini
7. Ideal Diri : Berharap agar cepat sembuh
8. Harga Diri : Tidak malu dengan keadaannya sekarang
9. Peran Diri : Klien merupakan seorang kepala keluarga
10. Personal Identity : Klien anak ke 3 dari 5 bersaudara
o. Keadaan Emosi: Stabil dan terkontrol
p. Perhatian terhadap orang lain/ lawan bicara: Baik, klien memberi respon
dengan baik jika ditanya perawat
q. Hubungan dengan keluarga: Baik dan harmonis
r. Hubungan dengan saudara: Baik dan harmonis
s. Hubungan dengan oranglain: Baik, tetangga klien datang menjenguk klien
t. Kegemaran: Membaca
u. Daya adaptasi: Baik, klien dapat beradaptasi dengan baik
v. Mekanisme pertahanan diri: Pasrah dan berdoa kepada tuhan untuk
kesembuhannya.

6. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kadaan umum
Nyeri pada daerah perut bagian bawah dan pinggang bagian belakang,
terdapat darah pada urin ketika BAK, badan terasa lemah terbaring ditempat
tidur , mudah lelah tidak bisa melakukan aktifitas.
B. Tanda-tanda vital
6. TB/BB : TB: 170cm/BB: 60 kg
7. Tekanan darah : 150/90 mmHg
8. Suhu : 360C
9. Nadi / Pols : 80x / menit
10. RR : 20 x / menit
69

C. Pemeriksaan Head To Toe


1) Kepala dan rambut
a. Bentuk : Simetris
b. Kebersihan : Kulit kepala terlihat bersih
c. Jenis dan struktur rambut : Ikal dan menyebar
2) Wajah
a. Warna kulit : Sawo matang
b. Struktur Wajah : Oval
3) Mata
a. Bentuk : Simetris kanan/kiri
b. Palpebra : Tidak ada kelainan
c. Pupil : Isokor
d. Konjungtiva : Baik/Tidak anemis
e. Sklera : Tidak ada masalah
d. Kornea : Tidak ada kelainan
e. Visus : Tidak ada kelainan penglihatan
f. Alat bantu lihat : Tidak ada alat bantu lihat
4) Hidung
a. Tulang hidung dan poosisi septum : Simetris
b. Kebersihan : Keadaan bersih
c. Passege udara : Normal
d. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
5) Telinga
a. Bentuk : Simetris kanan/kiri
b. Ketajaman : Mampu mendengar dengan baik
c. Kebersihan : Keadaan bersih
d. Alat bantu dengar : Tidak ada alat bantu dengar
6) Mulut
a. Mukosa mulut : Kering
b. Keadaan gigi : Tidak lengkap
c. Kebersihan mulut : Bersih
70

7) Leher
a. Posisi Trakea : Normal
b. Kelenjar tiroid : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
c. Kelenjar limfe : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
d. Vena jugulasi : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
e. Proses menelan : Tidak ada masalah
8) Dada
a. Bentuk thoraks : Simetris
b. Pengembangan : Normal (kembang kempis)
c. Palpasi getaran : Bergetar dengan normal
d. Perkusi : Suara paru-paru sonor
e. Auskultasi : Bunyi nafas vasikuler
d. Suara paru : Normal
f. Kelainan : Tidak ada kelainan
g. Bunyi jantung
BJ I : LUPH
BJ II : DUPH
h. Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
i. Kelainan : Tidak ada kelainan
j. Heart Rate : 80x/i (Tidak ada masalah)
9) Abdomen
a. Bentuk : Simetris
b. Bekas tanda : Tidak ada bekas operasi
c. Peristaltik usus : ±35x/i
d. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
e. Benjolan massa : Tidak ada benjolan massa
f. Hepar : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
g. Lien : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
h. Suara : Timpani
10) Pemeriksaan Kulit/ Integumen
a. Kebersihan : Bersih
71

b. Kehangatan : Hangat
c. Turgor : Kulit ditarik kembali dalam 4 detik
d. Warna : Sawo matang
e. Kelembutan : Kering
f. Kelainan kulit : Bekas alergi pada seluruh kulit
11) Genitalia
a. Genetalia : Bersih
b. Lubang uretra : Tidak ada kelainan
d. Kelainan pada genetalia : Tidak ada kelainan
12) Status Neurologis
7. Tingkat kesadaran (GCS) : 15 Compos mentis
8. Meningeal sign : Tidak ditemukan adanya kaku
9. Status mental
g. Kondisi emosi : Stabil, klien dapat memgontrol emosi
h. Orientasi :Baik, klien dapat mengenal orang, tempat
danwaktu
i. Proses berpikir :Baik, tidak mengalami gangguan
j. Motivasi : Mempunyai motivasi untuk sembuh
k. Persepsi : Klien yakin akan sembuh
l. Bahasa : Bahasa indonesia
10. Fungsi motorik
d. Cara berjalan : Klien tidak dapat berjalan dengan baik dan harus
menggunakan bantuan
e. Test jari-hiduung : Dapat menunjuk hidung
f. Pronasi-supinasi : Normal, tanpa bantuan
11. Fungsi sensori
h. Identifikasi Sentuhan Ringan : Dapat merasakan sentuhan
i. Test Tajam-tumpul : Dapat membedakan tajam dan tumpul
j. Test Panas-dingin : Dapat membedakan panas dan dingin
k. Test Getaran : Dapat merasakan getaran
l. Sterognosis Test : Dapat membedakan objek
72

m. Membedakan Titik : Dapat membedakan dua titik


n. Topognosis Test :Dapat membedakan bagian tubuh yang
diberi sentuhan
12. Reflek Refleks bisep : Kontraksi dan fleksi siklus pasien (+)
f. Refleks Trisep : Ekstensi siku pasien(+)
g. Refleks Brachioradialis : Respon telapak tangan (+)
h. Refleks Patellar : Tidak ada dilakukan pemeriksaan
i. Refleks Tendon achiles : Ada kontraksi pada telapak
j. Refleks Plantar : Kontraksi pada jari (+)
13. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola tidur
a. Waktu tidur : ± 3xsehari
b. Waktu bangun : Tidak dapat ditentukan
c. Masalah tidur : mengalami masalah tidur
d. Hal yang memperbaiki tidur :-
2. Makan
a. Pola Makan : Tidak teratur
b. Jenis Diet : TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
c. Jumlah porsi yang dihabiskan : ± ½ dari porsi yang disajikan
d.Masalah gangguan makan : Mengalami masalah tidak selera makan,
mual muntah
e. Upaya yang dilakukan : Mengikuti kemauan pasien
3. Minum
a. Pola minum : Tidak teratur
b. Jenis minuman : Air putih
c. Masalah/kesulitan : Sering merasa haus
d. Upaya yang dilakukan : Memberikan cukup air mineral/dibatasi
4. BAK
a. Pola berkemih : Menggunakan kateter
b. Frekuensi : 500 ml/hari
c. Warna : Kuning keruh
73

e. Penggunaan obat perangsang : Tidak ada


f. Masalah/ gangguan : susah buang air kecil
5. BAB
a. Pola BAB : Tidak ada masalah
b. Frekuensi : 1x sehari
c. Konsistensi : Lunak
d. Warna : Kuning
e. Penggunaan obat perangsang : Tidak ada penggunaan obat perangsang

13. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


a. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin (HGB) 10 g/dL 12-16 g/dL
Eritrosit 4.17 Juta/µL 4.10-5.10 Juta/µL
Leukosit 14.340/µL 4.000-11.000/µL
Hematokrit 38% 36-47 %
Trombosit 144.000/µL 150.000-450.000/µL
Albumin 3.4 g/dL 3.6-5.0 g/dL
Ureum 101 mg/dL 10-50 mg/dL
Kreatinin 11.23 mg/dL 0.6-1.2 mg/dL
Natrium (Na) 132 mEq/L 135- 155 mEq/L
Kalium (K) 2.8 mEq/L 3.6- 5.5 mEq/L
Klorida (Cl) 99 mEq/L 96- 106 mEq/L

b. Terapi Farmakologi
No Nama Obat Dosis Efek terapi
Sebagai obat antigulan
1 Heparin 500-1000 IU/mg
(pengencer darah)
Sebagai obat untuk
mengatasi tekana darah
2 Valsartan 1x10 mg
tinggi (hipertensi) dan
gagal jantung
Untuk memenuhi cairan
3 Infus Nacl 0,9 % 10 gtt / i
elektrolit
Untuk membuang cairan
4 Furosemid 1 amp/jam
berlebih di dalam tubuh
Obat analgetik untuk
5 Keterolac 1 amp/8 jam
penghilang rasa nyeri
74

8. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ds: Obstruktif saluran Nyeri Akut
Pasien mengatakan kemih
nyeri pada daerah
perut bagian bawah Tekanan hidrostatik
dan pinggang bagian meningkat
belakang.
Do: Distensi pada piala
a. Meringis kesakitan ginjal serta ureter
seperti tertusuk- proksimal
tusuk
b. Skala nyeri: 6 Frekuensi/ dorongan
(sedang) kontraksi ureteral
. meningkat

Trauma pada ginjal

Pelepasan mediator
nyeri

Disampaikan ke saraf
afferent NE

Hipotalamus

Nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut
75

2.
Ds: Obstruktif saluran Resiko Infeksi
kemih
Klien mengatakan
sulit saat BAK dan
urine bercampur
darah. Retensi Urin

Do :
Urine berdarah Batu Besar dan Kasar

Hematuria

Iritasi/ Cedera

Resiko Infeksi

3. DS: Sekresi Eritropoetin IntoleransiAktifitas


Klien mengatakan Menurun
badan terasa lemah
tidak mampu Produksi Hb Menurun
melakukan aktifitas Oksihemoglobin
Turun
DO:
Klien tampak lemah Suplai O₂ DalamSel
dan terbaring ditempat Darah Merah
tidur , tidak mampu
melakukan aktifitas. Lemah/Letih

Intoleransi Aktifitas

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi
3. Intoleransi Aktifitas
76
77

10. INTERVENSI KEPERAWATAN


NOC (NURSING OUTCOMES NIC (NURSING INTERVENTIONS
No DIAGNOSA KEPERAWATAN
CLASSIFICATION) CLASSIFICATION)

1 NYERI AKUT Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI


Definisi: Sensori yang tidak keperawatan selama 2x12 jam Klien a. Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan dan pengalaman dapat mengontrol nyeri dengan komprehensif termasuk lokasi,
emosional yang muncul secara kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
aktual atau potensial, kerusakan q. Mengenali gejala-gejala nyeri dan faktor presipitasi
jaringan atau menggambarkan r. Melaporkan adanya nyeri b. Observasi reaksi non verbal dari
adanya kerusakan. s. Frekuensi nyeri ketidaknyamanan
t. Panjangnya episode nyeri c. Kontrol lingkungan yang dapat
Batasan karakteristik : u. Ekspresi nyeri pada wajah mempengaruhi nyeri seperti suhu
k. Laporan secara verbal atau non v. keringat berlebih ruangan, pencahayaan dan kebisingan
verbal d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
l. Fakta dan observasi (non farmakologi) yaitu distraksi
m. Gerakan melindungi (pengalihan) seperti mendengarkan
n. Tingkah laku berhati-hati musik dan mengajarkan pasien
o. Gangguan tidur (mata sayu, melakukan tehnik relaksasi nafas
tampak capek, sulit atau gerakan dalam.
kacau, menyeringai)
p. Tingkah laku distraksi (jalan-
jalan, menemui orang lain,
aktivitas berulang-ulang)
q. Respon autonom (diaphoresis,
perubahan tekanan darah,
perubahan pola nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
r. Tingkah laku ekspresif (gelisah,
marah, menangis, merintih,
78

waspada, napas panjang,


iritabel)
s. Berfokus pada diri sendiri
t. Fokus menyempit (penurunan
persepsi pada waktu, kerusakan
proses berfikir, penurunan
interaksi dengan orang dan
lingkungan)

2 RESIKO INFEKSI Setelah dilakuakan tindakan a. Kontrol penularan infeksi


Definisi: rentan mengalami invasi keperawatan selama 2x12 jam b. Pantau lingkungan yang
dan multiplikasi organisme diharapakan infeksi teratasi dengan memungkinkan penyebaran infeksi
patogenik yang dapat mengganggu kriteria hasil : c. Berikan informasi tentang perlindungan
kesehatan a. Kontrol resiko : proeses infeksi infeksi
b. Kontrol resiko : penyakit menular d. Berikan informasi tentang
Faktor risiko : seksual (PMS) imunisasi/vaksinasi untuk pencegahan
a. Kurang pengetahuan untuk c. Integritas jaringan : kulit dan infeksi
menhindari pemajanan patogen membran mukosa
b. Malnutrisi
c. Obesitas
d. Penyakit kronis (misalnya:
diabetes militus)
e. Prosedur infasi
79

INTOLERANSI AKTIFITAS Setelah dilakuakan tindakan TERAPI AKTIFITAS


3 keperawatan selama 2x12 jam i. Bantu perawatan diri: personal hygiene
Definisi: Ketidakcukupan energi jam diharapakan intoleransi klien
psikologis atau fisiologis untuk aktivitas klien dapat teratasi j. Bantu latihan: ambulasi (seperti: dari
mempertahankan atau dengan kriteria hasil : tempat tidur ke kursi roda, dan dari
menyelesaikan aktivitas kehidupan i. Status perwatan diri kursi roda berdiri, hingga berjalan).
sehari-hari yang harus atau yang j. Perawatan diri : aktivitas sehari-
ingin dilakukan. hari (ADL)
k. Tanda-tanda vital
Batasan karakteristik: l. Ambulasi : kursi roda
d. Dispnea setelah beraktivitas m. Perilaku patuh : aktivitas yang
e. Keletihan disarankan partisipasi latihan
f. Ketidaknyamanan setelah
beraktivitas

Faktor yang berhubungan:


e. Gaya hidup kurang gerak
f. Imobilitas
g. Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
h. Tirah baring
80

11. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI (CATATAN


PERKEMBANGAN)
No Tgl/ Dx Implementasi Evaluasi
Waktu
1 Kamis 1 a. Melakukan S:
16/08/23 pengkajian nyeri Os mengatakan nyeri
secara komprehensif pada pinggang
09.00 termasuk lokasi, O:
karakteristik, durasi, tampak meringis seperti
frekuensi, kualitas tertusuk-tusuk, skala
dan faktor nyeri: 6 (sedang)
presipitasi A:
b. Mengobservasi Nyeri Akut
reaksi non verbal P:
dari a. lakukan pengkajian
09.15 ketidaknyamanan nyeri secara
c. Mengontrol komprehensif
lingkungan yang termasuk lokasi,
dapat karakteristik, durasi,
mempengaruhi nyeri frekuensi, kualitas
seperti suhu dan faktor presipitasi
ruangan, b. observasi reaksi non
pencahayaan dan verbal dari
kebisingan ketidaknyamanan
d. Memilih dan c. kontrol lingkungan
melakukan yang dapat
penanganan nyeri mempengaruhi nyeri
(non farmakologi) seperti suhu ruangan,
yaitu distraksi pencahayaan dan
(pengalihan) seperti kebisingan
mendengarkan d. pilih dan lakukan
musik dan penanganan nyeri
mengajarkan pasien (non farmakologi)
melakukan tehnik yaitu distraksi
relaksasi nafas (pengalihan) seperti
dalam. mendengarkan musik
dan mengajarkan
pasien melakukan
tehnik relaksasi nafas
dalam.
09.30 2 a. Mengontrol S:
penularan infeksi
b. Memantau Os mengatakan BAK
lingkungan yang berdarah
memungkinkan
O:
penyebaran infeksi
c. Memberikan
81

09.45 informasi tentang tampak urine berdarah


perlindungan infeksi
d. Memberikan A:
informasi tentang
Resiko Infeksi
imunisasi/vaksinasi
untuk pencegahan P:
infeksi
a. Kontrol penularan
infeksi
b. Pantau lingkungan
yang memungkinkan
penyebaran infeksi
c. Berikan informasi
tentang perlindungan
infeksi
d. Berikan informasi
tentang
imunisasi/vaksinasi
untuk pencegahan
infeksi

10.00 3 a. Membantu S:
perawatan diri: Os mengatakan lemah
personal hygiene tidak bisa beraktifitas,
klien berbaring di tempat tidur
10.15 b. Membantu latihan: O:
ambulasi (seperti: tampak lemah tirah baring
dari tempat tidur ke di tempat tidur
kursi roda, dan dari
kursi roda berdiri, A:
hingga berjalan). Intoleransi Aktifitas
P:
a. Bantu perawatan diri:
personal hygiene
klien
b. Bantu latihan:
ambulasi (seperti: dari
tempat tidur ke kursi
roda, dan dari kursi
roda berdiri, hingga
berjalan).
2 Jum’at 1 a. Melakukan S:
pengkajian nyeri Os mengatakan masih
17/08/23 secara komprehensif nyeri pada pinggang
termasuk lokasi, O:
09.15
karakteristik, durasi, tampak meringis seperti
frekuensi, kualitas tertusuk-tusuk, skala
82

dan faktor nyeri: 6 (sedang)


presipitasi A:
b. Mengobservasi Nyeri Akut
reaksi non verbal P:
09.30
dari Intervensi masih
ketidaknyamanan dilanjutkan
c. Mengontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
d. Memilih dan
melakukan
penanganan nyeri
(non farmakologi)
yaitu distraksi
(pengalihan) seperti
mendengarkan
musik dan
mengajarkan pasien
melakukan tehnik
relaksasi nafas
dalam.
09.45 2 a. Mengontrol S:
penularan infeksi Os mengatakan BAK
b. Memantau masih berdarah
lingkungan yang O:
memungkinkan tampak urine berdarah
10.00 penyebaran infeksi A:
c. Memberikan Resiko Infeksi
informasi tentang P:
perlindungan infeksi Intervensi masih
d. Memberikan dilanjutkan
informasi tentang
imunisasi/vaksinasi
untuk pencegahan
infeksi

09.00 3 a. Membantu S:
perawatan diri: Os mengatakan masih
personal hygiene lemah tidak bisa
klien beraktifitas, berbaring di
b. Membantu latihan: tempat tidur
ambulasi (seperti: O:
83

dari tempat tidur ke tampak lemah tirah baring


kursi roda, dan dari di tempat tidur
kursi roda berdiri, A:
hingga berjalan). Intoleransi Aktifitas
12.00
P:
Intervensi masih
dilanjutkan

3 Senin 1 a. Melakukan S:
20/08/23 pengkajian nyeri Os mengatakan
secara komprehensif masih nyeri pada
09.15 termasuk lokasi, pinggang
karakteristik, durasi, O:
frekuensi, kualitas tampak meringis
dan faktor seperti tertusuk-
09.30 presipitasi tusuk, skala nyeri:
b. Mengobservasi 6 (sedang)
reaksi non verbal A:
dari Masalah belum
ketidaknyamanan teratasi
c. Mengontrol P:
lingkungan yang Intervensi
dapat dilanjutkan oleh
mempengaruhi nyeri perawat ruangan
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
d. Memilih dan
melakukan
penanganan nyeri
(non farmakologi)
yaitu distraksi
(pengalihan) seperti
mendengarkan
musik dan
mengajarkan pasien
melakukan tehnik
relaksasi nafas
dalam.

09.45 2 a. Mengontrol S:
penularan infeksi
b. Memantau Os mengatakan BAK
lingkungan yang masih berdarah
memungkinkan
84

10.00 penyebaran infeksi O:


c. Memberikan
informasi tentang tampak urine berdarah
perlindungan infeksi
A:
d. Memberikan
informasi tentang Masalah belum teratasi
imunisasi/vaksinasi
untuk pencegahan P:
infeksi
Intervensi dilanjutkan
oleh perawat ruangan

10.15 3 a. Membantu S:
perawatan diri: Os mengatakan masih
personal hygiene lemah tidak bisa
klien beraktifitas, berbaring di
10.30 b. Membantu latihan: tempat tidur
ambulasi (seperti: O:
dari tempat tidur ke tampak lemah tirah baring
kursi roda, dan dari di tempat tidur
kursi roda berdiri, A:
hingga berjalan). Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
oleh perawat ruangan
85

RESUME II

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. K
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sei Binge Binjai
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggl masuk : 15/08/23
No. RM : 00.69.24.20
Ruangan / kelas / bed : Ruangan HD RSU Latersia Binjai
Taggl Pengkajian : 04/08/2021
Dx Medis : GGA (Gagal Ginjal Akut)
Penggung jawab : Ny. E
Hub. dgn klien : Istri
Alamat : Sei Binge Binjai

2. Keluhan utama
Pasien mangatakan bengkak/ edema seluruh tubuh, mual muntah tidak
nafsu makan dan telah mengalami penurunan BB hingga 2 kg mulai dari sebelum
masuk rumah sakit sampai selama dirawat.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


1) Provocative/ Paliative
c. Apa penyebabnya: Klien tidak tahu pasti penyebab bengkak seluruh tubuh
dan mual muntah tidak nafsu makan.
d. Hal-hal apa yang memperbaiki keadaan: Istirahat tidur dan minum obat

2) Quantity/ quality
c. Bagaimana: Mual muntah tidak mau makan
d. Bagaimana klien dilihat: Tampak meringis
3) Region
c. Dimana lokasinya: Mual muntah dirasakan dari abdomen
d. Apakah menyebar: Tidak ada penyebaran
4) Severity (mengganggu aktivitas)
Nyeri yang dirasakan, menganggu istirahat klien
5) Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
b. Nyeri yang di alami mulai sebelum masuk rumah sakit hingga sekarang
86

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang pernah dialami.
c. Pernah dirawat/ dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah di operasi, dan belum pernah dirawat di
rumah sakit.
d. Lama dirawat
Klien mengatakan, belum pernah dirawat di rumah sakit.
5. Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi obat.
6. Imunisasi
Klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi yang pernah di terima
sewaktu kecil.

7. Riwayat Keluarga
1) Orang tua
Klien mengatakan bahwa orang tua klien tidak ada yang menderita
penyakit yang sama.
2) Saudara Kandung
Klien mengatakan bahwa saudara klien tidak ada yang menderita penyakit
yang sama.
3) Penyakit Keturunan
Klien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan didalam keluarga
mereka.
4) Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan bahwa belum ada anggota keluarga klien yang sudah
meninggal.
8. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Bahasa yang digunakan: bahasa Indonesia dan Jawa
b. Persepsi klien tentang penyakitnya: Pasien berharap penyakitnya akan cepat
sembuh.
c. Konsep diri
11. Body image : Klien dapat menerima keadaan saat ini
12. Ideal diri : Berharap agar cepat sembuh
13. Harga diri : Tidak malu dengan keadaannya sekarang
14. Peran diri : Klien merupakan seorang kepala keluarga
15. Personal identity : Klien anak ke 3 dari 5 bersaudara
d. Keadaan emosi: Stabil dan terkontrol
87

e. Perhatian terhadap orang lain/ lawan bicara: Baik, klien memberi respon
dengan baik jika ditanya perawat.
f. Hubungan dengan keluarga: Baik dan harmonis
g. Hubungan dengan saudara: Baik dan harmonis
h. Hubungan dengan orang lain: Baik, tetangga klien datang menjenguk klien
i. Kegemaran: Memancing
j. Daya adaptasi: Baik, klien dapat beradaptasi dengan baik
k. Mekanisme pertahanan diri: Pasrah dan berdoa kepada tuhan untuk
kesembuhannya.
B. Pemeriksaan fisik
1. Kadaan umum
Bengkak/ edema seluruh tubuh, mual muntah tidak nafsu makan dan telah
mengalami penurunan BB hingga 2 kg mulai dari sebelum masuk RS BB 60 kg
sampai selama dirawat BB 58 kg.
2. Tanda-tanda vital
1. TB/BB : TB: 150 cm, BB sebelumnya: 60 kg, BB sekarang:
58 kg
2. Tekanan darah : 130/70 mmHg
3. Suhu : 360C
4. Nadi / Pols : 82x / menit
5. RR : 20 x / menit
3. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk : Simetris
b. Kebersihan : Kulit kepala terlihat bersih
c. Jenis dan struktur rambut : Ikal dan menyebar
2.Wajah
a. Warna kulit : Sawo matang
b. Struktur Wajah : Oval
3. Mata
a. Bentuk : Simetris kanan/kiri
b. Palpebra : Tidak ada kelainan
c. Pupil : Isokor
d. Konjungtiva : Baik/Tidak anemis
e. Sklera : Tidak ada masalah
d. Kornea : Tidak ada kelainan
e. Visus : Tidak ada kelainan penglihatan
f. Alat bantu lihat : Tidak ada
4. Hidung
a. Tulang hidung dan poosisi septum : Simetris
b. Kebersihan : Keadaan bersih
88

c. Passege udara : Normal


d. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
5. Telinga
a. Bentuk : Simetris kanan/kiri
b. Ketajaman : Mampu mendengar dengan baik
c. Kebersihan : Keadaan bersih
d. Alat bantu dengar : Tidak ada alat bantu dengar
6. Mulut
a. Mukosa mulut : Kering
b. Keadaan gigi : Lengkap
c. Kebersihan mulut : Bersih
7. Leher
a. Posisi trakea : Normal
b. Kelenjar tiroid : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
c. Kelenjar limfe : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
d. Vena jugulasi : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
e. Proses menelan : Tidak bermasalah
8. Dada
a. Bentuk thoraks : Simetris
b. Pengembangan : Normal (kembang kempis)
c. Palpasi getaran : Bergetar dengan normal
d. Perkusi : Suara paru-paru sonor
e. Auskultasi : Bunyi nafas vasikuler
d. Suara paru : Normal
f. Kelainan : Tidak ada kelainan
g. Bunyi jantung
BJ I : LUPH
BJ II : DUPH
h. Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
i. Kelainan : Tidak ada kelainan
j. Heart Rate : 82x/i (Tidak ada masalah)
9. Abdomen
a. Bentuk : Simetris
b. Bekas tanda : Tidak ada bekas operasi
c. Peristaltik usus : ±35x/i
d. Nyeri tekan : ada nyeri tekan pada bagian pinggang
e. Benjolan massa : Tidak ada benjolan massa
f. Hepar : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
g. Lien : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
h. Suara : Timpani
10. Pemeriksaan Kulit/ Integumen
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Turgor : (Normal) Kulit ditarik kembali dalam 5
detik
d. Warna : Sawo matang
e. Kelembutan : Tidak ada masalah
f. Kelainan kulit : Tidak ada kelainan
89

11. Genitalia
1. Genetalia : Bersih
Lubang uretra : Tidak ada kelainan
Kelainan pada genetalia : Tidak ada kelainan
2. Anus perineum
Lubang anus : Normal
Kelainan pada anus : Tidak ada kelainan
Perineum : Normal
12. Status Neurologis
1. Tingkat kesadaran (GCS) : 15 (compos mentis)
2. Meningeal sign : Tidak ditemukan adanya kaku
3. Status mental
m. Kondisi emosi : Stabil, klien dapat memgontrol emosi
n. Orientasi : Baik, klien dapat mengenal orang, tempat
dan waktu
o. Proses berpikir : Baik, tidak mengalami gangguan
p. Motivasi : Mempunyai motivasi untuk
sembuh
q. Persepsi : Klien yakin akan sembuh
r. Bahasa : Bahasa indonesia dan Jawa
4. Fungsi motorik
g. Cara berjalan : Klien dapat berjalan
h. Test jari-hiduung : Dapat menunjuk hidung
i. Pronasi-supinasi : Normal, tanpa bantuan
5. Fungsi sensori
o. Identifikasi sentuhan ringan : Dapat merasakan sentuhan
p. Test tajam-tumpul : Dapat membedakan tajam dan
tumpul
q. Test panas-dingin : Dapat membedakan panas dan
dingin
r. Test getaran : Dapat merasakan getaran
s. Sterognosis test : Dapat membedakan objek
t. Membedakan titik : Dapat membedakan dua titik
u. Topognosis test : Dapat membedakan bagian tubuh
yang diberi sentuhan
6. Reflek Refleks bisep : Kontraksi dan fleksi siklus pasien
(+)
k. Refleks strisep : Ekstensi siku pasien(+)
l. Refleks Brachioradialis : Respon telapak tangan (+)
m. Refleks Patellar : Tidak ada dilakukan pemeriksaan
n. Refleks Tendon achiles : Ada kontraksi pada telapak
o. Refleks plantar : Kontraksi pada jari (+)
13. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola tidur
a. Waktu tidur : Tidak teratur
b. Waktu bangun : Tidak dapat ditentukan
c. Masalah tidur : Tidak mengalami masalah tidur
d. Hal yang memperbaiki tidur : -
90

2. Makan
a. Pola makan : Tidak teratur
b. Jenis diet : TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
c. Jumlah porsi yang dihabiskan: ± ½ dari porsi yang disajikan
d.Masalah gangguan makan : Tidak mengalami masalah
e. Upaya yang dilakukan : Mengikuti kemauan pasien
3. Minum
a. Pola minum : Tidak teratur/ Baik ± 2000 ml/ hari
b. Jenis minuman : Air putih
c. Masalah/kesulitan : Tidak ada masalah
d. Upaya yang dilakukan :-
4. BAK
a. Pola berkemih : Tidak teratur, terganggu
b. Frekuensi : ± 300 ml/ hari yang dikeluarkan
c. Warna : Kuning keruh
d. Bau : Amoniak
e. Penggunaan obat perangsang : Ada
f. Masalah/ gangguan : Ada masalah, jarang BAK
5. BAB
a. Pola BAB : Terganggu
b. Frekuensi : 1 x/ 2 hari
c. Konsistensi : Encer
d. Warna : Kuning
e. Penggunaan obat perangsang : Ketorolac sub
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin (HGB) 12.0 g/Dl 12-16 g/dL
Eritrosit 4.18 Juta/µL 4.10-5.10 Juta/µL
Leukosit 14.330/µL 4.000-11.000/µL
Hematokrit 37% 36-47 %
Trombosit 143.000/µL 150.000-450.000/µL
Blood Urea Nitrogen 22 mg/Dl 10-20 mg/dL
(BUN)
Ureum 47 mg/dL 21-43 mg/dL
Kreatinin 3.27 mg/dL 0.7-1,1 mg/dL
Natrium (Na) 131 mEq/L 135- 155 mEq/L
Kalium (K) 2.9 mEq/L 3.6- 5.5 mEq/L
Klorida (Cl) 98 mEq/L 96- 106 mEq/L
91

2. Terapi Farmakologi
Nama Obat Dosis Efek Terapi
Ceftriaxon 500 mg/12 jam Antibiotik
Untuk sakit maag yang
terjadi peningkatan asam
Ranitidine 1 amp/8 jam
lambung dan luka pada
lambung
Furosemid 1 amp/8 jam Untuk membuang cairan
berlebih di dalam tubuh
Keterolac 1 amp/8 jam Obat analgetik untuk
penghilang nyeri

D. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Ds: Os mengatakan Ketidakmampuan ginjal Kelebihan Volume
bengkak/ edema mengeksresikan urine/ Cairan
seluruh tubuh Disfungsi ginjal
Do: Tampak
bengkak/ edema Retensi cairan, Natrium
seluruh tubuh dan elektrolit

Cairan tubuh meningkat,


edema

Kelebihan volume cairan


2 Ds: Os mengatakan Peningkatan ureum Ketidakseimbangan
mual muntah, dalam saluran cerna nutrisi kurang dari
tidak nafsu kebutuhan tubuh
makan
Peradangan mukosa
Do: saluran cerna

a. Mual muntah (+) Ulkus lambung


b. ± ¼ porsi yang
dihabiskan Mual, muntah
c. BB sebelumnya:
60 kg, BB Anoreksia
sekarang: 58 kg
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
92

E. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


1. Kelebihan volume cairan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
93

F. Intervensi Keperawatan

Nama : Tn. K Dx Medis : GGA (Gagal Ginjal Akut)

Umur : 50 tahun Ruangan : Hemodialisa

No DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC (NURSING OUTCOMES NIC (NURSING INTERVENTIONS


CLASSIFICATION) CLASSIFICATION)
1 KELEBIHAN VOLUME Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN CAIRAN
CAIRAN selama 2x12 jam keseimbangan cairan a. Pantau intake dan output cairan klien
Defenisi: Peningkatan retensi klien normal dengan indikator: agar sesuai pemasukan dan pengeluaran
cairan isotonik a. Keseimbangan elektrolit b. Catat secara akurat intake dan output
Batasan Karakteristik: b. Eliminasi urine (seperti volume air putih yang diminum
a. Edema os dan BAK yang dikeluarkan os)
Faktor yang berhubungan:
a. Kelebihan asupan cairan
b. Kelebihan asupan natrium
2 KETIDAKSEIMBANGAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NUTRISI
NUTRISI KURANG DARI selama 2x12 jam status nutrisi klien a. Timbang Berat badan pasien (BB
KEBUTUHAN TUBUH normal dengan kriteria hasil: sebelumnya 60 kg dan sekarang 58 kg)
Definisi: keadaan dimana individu i. Intake nutrien normal b. Bantu pasien berjalan kekamar mandi
mengalami intake nutrisi yang j. Intake makanan dan cairan normal dan lingkungan ruangan
kurang dari kebutuhan tubuh k. Berat badan normal c. Pantau klien selama makan untuk
untuk memenuhi kebutuhan l. Massa tubuh normal melihat jumlah porsi yang dihabiskan
metabolik. d. Tanyakan klien tentang makanan
kesukaannya untuk meperbaiki nafsu
94

Setelah dilakukan tindakan keperawatan makan klien


Faktor yang berhubungan: selama 2x12 jam status nutrisi: intake e. Berikan informasi tentang kebutuhan
a. Mual nutrient klien adekuat dengan kriteria nutrisi, seperti memberikan penkes
b. Muntah hasil: tentang makanan yang bergizi
c. Hilang nafsu makan a. Intake kalori
b. Intake protein
c. Intake lemak
d. Intake karbohidrat
e. Intake vitamin
f. Intake mineral
g. Intake zat besi
h. Intake kalsium
95

G. Implementasi Keperawatan/ Evaluasi (Catatan Perkembangan)


No Tgl/ Dx Implementasi Evaluasi
Waktu
1 Senin
21/08/23 S:
09.00 1 a. Memantau intake dan Os mengatakan bengkak/
output cairan klien edema seluruh tubuh
agar sesuai O:
pemasukan dan tampak bengkak/
pengeluaran edema seluruh tubuh
A:
Kelebihan volume
09.15 b. Mencatat secara cairan
akurat intake dan P:
output (seperti a. Pantau intake dan
volume air putih yang output cairan klien
diminum os dan BAK agar sesuai
yang dikeluarkan os) pemasukan dan
pengeluaran
b. Catat secara akurat
intake dan output
(seperti volume air
putih yang diminum
os dan BAK yang
dikeluarkan os)

09.30 2 a. Menimbang Berat S:


badan pasien (BB Os mengatakan mual
sebelumnya 60 kg dan muntah, tidak nafsu
sekarang 58 kg) makan
b. Membantu pasien O:
berjalan kekamar
mandi dan lingkungan a. Mual muntah (+)
09.45 ruangan b. ± ¼ porsi yang
c. Memantau klien dihabiskan
selama makan untuk c. BB sebelumnya: 60
melihat jumlah porsi kg, BB sekarang: 58
yang dihabiskan kg
d. Menanyakan klien A:
tentang makanan Ketidakseimbangan nutrisi
kesukaannya untuk kurang dari kebutuhan
meperbaiki nafsu tubuh
makan klien P:
e. Memberikan
a. Timbang Berat badan
informasi tentang
pasien (BB sebelumnya
kebutuhan nutrisi,
60 kg dan sekarang 58
seperti memberikan
kg)
penkes tentang
96

makanan yang bergizi b. Bantu pasien berjalan


kekamar mandi dan
lingkungan ruangan
c. Pantau klien selama
makan untuk melihat
jumlah porsi yang
dihabiskan
d. Tanyakan klien tentang
makanan kesukaannya
untuk meperbaiki nafsu
makan klien
e. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi, seperti
memberikan penkes
tentang makanan yang
bergizi

2 Selasa a. Memantau intake dan


22/08/23 output cairan klien
S:
09.00 1 agar sesuai
pemasukan dan Os mengatakan masih
pengeluaran
bengkak/ edema seluruh
09.15 b. Mencatat secara tubuh
akurat intake dan
O:
output (seperti
volume air putih yang tampak masih bengkak/
diminum os dan BAK
edema seluruh tubuh
yang dikeluarkan os)
A:
Kelebihan volume cairan
P:
Intervensi masih
dilanjutkan
09.30 2 a. Menimbang Berat S:
badan pasien (BB Os mengatakan mual
sebelumnya 60 kg dan muntah, tidak nafsu
sekarang 58 kg) makan
b. Membantu pasien O:
berjalan kekamar
mandi dan lingkungan a. Mual muntah (+)
ruangan b. ± ¼ porsi yang
c. Memantau klien dihabiskan
selama makan untuk c. BB sebelumnya: 60 kg,
97

melihat jumlah porsi BB sekarang: 58 kg


yang dihabiskan A:
d. Menanyakan klien Ketidakseimbangan nutrisi
tentang makanan kurang dari kebutuhan
09.45
kesukaannya untuk tubuh
meperbaiki nafsu P:
makan klien Intervensi masih
e. Memberikan dilanjutkan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi,
seperti memberikan
penkes tentang
makanan yang bergizi
3 Rabu 1 a. Memantau intake dan S:
23/08/23 output cairan klien Os mengatakan masih
agar sesuai bengkak/ edema seluruh
09.00 pemasukan dan tubuh
pengeluaran O:
tampak masih bengkak/
09.15 b. Mencatat secara edema seluruh tubuh
akurat intake dan A:
output (seperti Masalah belum teratasi
volume air putih yang P:
diminum os dan BAK Intervensi dilanjutkan oleh
yang dikeluarkan os) perawat ruangan

09.30 2 a. Menimbang Berat S:


badan pasien (BB Os mengatakan mual
sebelumnya 60 kg dan muntah, tidak nafsu
sekarang 58 kg) makan
b. Membantu pasien O:
berjalan kekamar
mandi dan lingkungan a. Mual muntah (+)
ruangan b. ± ¼ porsi yang
c. Memantau klien dihabiskan
selama makan untuk c. BB sebelumnya: 60 kg,
melihat jumlah porsi BB sekarang: 58 kg
yang dihabiskan A:
09.45 d. Menanyakan klien Masalah belum teratasi
tentang makanan P:
kesukaannya untuk Intervensi dilajutkan oleh
meperbaiki nafsu perawat ruangan
makan klien
e. Memberikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi,
seperti memberikan
penkes tentang
98

makanan yang bergizi

RESUME III

C. Pengkajian
4. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Langkat
Status perkawinan : Menikah
99

Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tggl masuk : 23/08/2023
No. RM : 00.71.25.95
Ruangan / kelas / bed : Hemodialisa
Taggl Pengkajian : 04/08/2021
Dx Medis : ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Penggung jawab : Tn. H
Hub. dgn klien : Suami
Alamat : Langkat

5. Keluhan utama
Pasien mangatakan nyeri yang dirasakan pada saat BAK, dan sering BAK
mendesak secara tiba-tiba serta tidak nyaman di area genitalia/ perineum
(selangkangan).
6. Riwayat Kesehatan Sekarang
6) Provocative/ Paliative
e. Apa penyebabnya: klien tidak tahu pasti penyebab nyeri
f. Hal-hal apa yang memperbaiki keadaan: istirahat tidur dan minum obat
7) Quantity/ quality
e. Bagaimana: Nyeri pada saat BAK
f. Bagaimana klien dilihat: tampak meringis kesakitan
8) Region
e. Dimana lokasinya: perineum, seperti tertusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6
(sedang)
f. Apakah menyebar: tidak ada penyebaran
9) Severity (mengganggu aktivitas)
b. Nyeri yang dirasakan, menganggu istirahat klien
10) Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
e. Nyeri yang di alami mulai sebelum masuk rumah sakit hingga sekarang
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
100

a. Penyakit yang pernah dialami


Klien mengatakan tidak ada penyakit yang pernah dialami.
f. Pernah dirawat/ dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah di operasi, dan belum pernah dirawat di
rumah sakit.
g. Lama dirawat
Klien mengatakan, belum pernah dirawat di rumah sakit.
5. Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi obat.
6. Imunisasi
Klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi yang pernah di terima
sewaktu kecil.
7. Riwayat Keluarga
1) Orang tua
Klien mengatakan bahwa orang tua klien tidak ada yang menderita
penyakit yang sama.
2) Saudara Kandung
Klien mengatakan bahwa saudara klien tidak ada yang menderita penyakit
yang sama.
3) Penyakit Keturunan
Klien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan didalam keluarga
mereka.
4) Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan bahwa belum ada anggota keluarga klien yang sudah
meninggal.
8. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Bahasa yang digunakan: bahasa Indonesia dan mandailing
b. Persepsi klien tentang penyakitnya: pasien berharap penyakitnya akan
cepat sembuh.
c. Konsep diri
1. Body image : klien dapat menerima keadaan saat ini
2. Ideal diri : Berharap agar cepat sembuh
101

3. Harga diri : Tidak malu dengan keadaannya sekarang


4. Peran diri : klien merupakan seorang kepala keluarga
5. Personal identity : klien anak ke 3 dari 5 bersaudara
d. Keadaan emosi: stabil dan terkontrol
e. Perhatian terhadap orang lain/ lawan bicara: Baik, klien memberi respon
dengan baik jika ditanya perawat.
f. Hubungan dengan keluarga: baik dan harmonis
g. Hubungan dengan saudara: baik dan harmonis
h. Hubungan dengan orang lain: baik, tetangga klien datang menjenguk klien
i. Kegemaran: Membaca
j. Daya adaptasi: baik, klien dapat beradaptasi dengan baik
k. Mekanisme pertahanan diri: pasrah dan berdoa kepada tuhan untuk
kesembuhannya.
D. Pemeriksaan fisik
1. Kadaan umum
Lemas karena nyeri yang dirasakan pada saat BAK, dan sering BAK
mendesak secara tiba-tiba serta tidak nyaman di area genitalia/ perineum
(selangkangan).
2. Tanda-tanda vital
1. TB/BB : TB: 155 cm, BB: 55 kg
2. Tekanan darah : 110/80 mmHg
3. Suhu : 370C
4. Nadi / Pols : 80x / menit
5. RR : 20 x / menit
3. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk : Simetris
b. Kebersihan : Kulit kepala terlihat bersih
c. Jenis dan struktur rambut : Ikal dan menyebar
2.Wajah
a. Warna kulit : Sawo matang
b. Struktur Wajah : oval
102

3. Mata
a. Bentuk : Simetris kanan/kiri
b. Palpebra : Tidak ada kelainan
c. Pupil : Isokor
d. Konjungtiva : Baik/Tidak anemis
e. Sklera : Tidak ada masalah
d. Kornea : Tidak ada kelainan
e. Visus : Tidak ada kelainan penglihatan
f. Alat bantu lihat : Tidak ada
4. Hidung
a. Tulang hidung dan poosisi septum : Simetris
b. Kebersihan : Keadaan bersih
c. Passege udara : Normal
d. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
5. Telinga
a. Bentuk : Simetris kanan/kiri
b. Ketajaman : Mampu mendengar dengan baik
c. Kebersihan : Keadaan bersih
d. Alat bantu dengar : Tidak ada alat bantu dengar
6. Mulut
a. Mukosa mulut : Lembab
b. Keadaan gigi : Lengkap
c. Kebersihan mulut : Bersih
7. Leher
a. Posisi trakea : Normal
b. Kelenjar tiroid : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
c. Kelenjar limfe : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
d. Vena jugulasi : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
e. Proses menelan : Tidak bermasalah
8. Dada
a. Bentuk thoraks : Simetris
b. Pengembangan : Normal (kembang kempis)
103

c. Palpasi getaran : Bergetar dengan normal


d. Perkusi : Suara paru-paru sonor
e. Auskultasi : Bunyi nafas vasikuler
d. Suara paru : Normal
f. Kelainan : Tidak ada kelainan
g. Bunyi jantung
BJ I : LUPH
BJ II : DUPH
h. Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
i. Kelainan : Tidak ada kelainan
j. Heart Rate : 80 x/i (Tidak ada masalah)

9. Abdomen
a. Bentuk : Simetris
b. Bekas tanda : Tidak ada bekas operasi
c. Peristaltik usus : ± 28x/i
d. Nyeri tekan : ada nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah
e. Benjolan massa : Tidak ada benjolan massa
f. Hepar : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
g. Lien : Tidak ada tanda-tanda pembesaran
h. Suara : Timpani
10. Pemeriksaan Kulit/ Integumen
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Turgor : Normal (Kulit ditarik kembali dalam 2)
detik
d. Warna : Sawo matang
e. Kelembutan : Tidak ada masalah
f. Kelainan kulit : Tidak ada kelainan
11. Genitalia
1. Genetalia : Tidak bersih
104

Lubang uretra : Tidak ada kelainan


Kelainan pada genetalia : Tidak ada kelainan
2. Anus perineum
Lubang anus : Normal
Kelainan pada anus : Tidak ada kelainan
Perineum : Normal
12. Status Neurologis
1. Tingkat kesadaran (GCS) : 15 (compos mentis)
2. Meningeal sign : Tidak ditemukan adanya kaku
3. Status mental
a. Kondisi emosi : Stabil, klien dapat memgontrol emosi
b. Orientasi : Baik, klien dapat mengenal orang, tempat
dan waktu
c. Proses berpikir : Baik, tidak mengalami gangguan
d. Motivasi : Mempunyai motivasi untuk sembuh
e. Persepsi : Klien yakin akan sembuh
f. Bahasa : Bahasa indonesia dan mandailing
4. Fungsi motorik
a. Cara berjalan : Klien dapat berjalan
b. Test jari-hidung : Dapat menunjuk hidung
c. Pronasi-supinasi : Normal, tanpa bantuan
5. Fungsi sensori
a. Identifikasi sentuhan ringan : Dapat merasakan sentuhan
b. Test tajam-tumpul : Dapat membedakan tajam dan tumpul
c. Test panas-dingin : Dapat membedakan panas dan dingin
d. Test getaran : Dapat merasakan getaran
e. Sterognosis test : Dapat membedakan objek
f. Membedakan titik : Dapat membedakan dua titik
g. Topognosis test : Dapat membedakan bagian tubuh yang
diberi sentuhan
6. Reflek Refleks bisep : Kontraksi dan fleksi siklus pasien (+)
a. Refleks strisep : Ekstensi siku pasien(+)
105

b. Refleks Brachioradialis : Respon telapak tangan (+)


c. Refleks Patellar : Tidak ada dilakukan pemeriksaan
d. Refleks Tendon achiles : Ada kontraksi pada telapak
e. Refleks plantar : Kontraksi pada jari (+)
13. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola tidur
a. Waktu tidur : 1x sehari (malam)
b. Waktu bangun : Tidak dapat ditentukan
c. Masalah tidur : Tidak mengalami masalah tidur
d. Hal yang memperbaiki tidur : -
2. Makan
a. Pola makan : Tidak teratur
b. Jenis diet : TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
c. Jumlah porsi yang dihabiskan : ±½ dari porsi yang disajikan
d.Masalah gangguan makan : Tidak mengalami masalah
e. Upaya yang dilakukan : Mengikuti kemauan pasien
3. Minum
a. Pola minum : Tidak teratur
b. Jenis minuman : Air putih
c. Masalah/kesulitan : Tidak ada masalah
d. Upaya yang dilakukan :-
4. BAK
a. Pola berkemih : Tidak teratur ± 4-5x sehari
b. Frekuensi : ± 2000 ml/hari
c. Warna : Kuning keruh
d. Bau : Amoniak
e. Penggunaan obat perangsang : Tidak ada
f. Masalah/ gangguan : Ada masalah, sering BAK mendesak tiba-
tiba
5. BAB
a. Pola BAB : Terganggu
b. Frekuensi : 1 x/ 2 hari
106

c. Konsistensi : Encer
d. Warna : Kuning
e. Penggunaan obat perangsang : Ketorolac sub

H. Pemeriksaan Diagnostik
3. Hasil Laboratorium
Darah Lengkap Hasil Normal
Hb 13 gr/dL 12-18
Leukosit 17.800/µL 4000-10000/µL
Trombosit 280.000/µL 100.000-400.000/µL
Hematokrit 37% 36-47 %

4. Terapi Farmakologi
Nama Obat Dosis Efek Terapi

Ceftriaxon 500 mg/12 jam Antibiotik

Untuk sakit maag yang terjadi


Ranitidine 1 amp/8 jam peningkatan asam lambung dan
luka pada lambung

Furosemid 1 amp/8 jam Untuk membuang cairan


berlebih di dalam tubuh

Keterolac 1 amp/8 jam Obat analgetik untuk


penghilang nyeri

I. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Ds: Os mengatakan Nyeri Status urine oleh obstruksi Nyeri Akut
pada saat BAK
Do: Urine menjadi alkali
a. Meringis kesakitan
seperti tertusuk-tusuk Media yang baik untuk
b. Skala nyeri: 6 perkembangbiakan bakteri
(sedang)
Trauma jaringan akibat
aktifitas bakteri (iritasi
107

jaringan mukosa kandung


kemih)

Merangsang kontraksi
kandung kemih untuk
berkemih

Iskemia vaskuler

Metabolisme anaerob dan


penimbunan asam laktat

Nyeri Akut
2 Ds: Os mengatakan sering Status urine oleh obstruksi Gangguan
BAK mendesak eliminasi urine
secara tiba-tiba Urine menjadi alkali
Do: Os tampak lemas
Media yang baik untuk
perkembangbiakan bakteri

Trauma jaringan akibat


aktifitas bakteri (iritasi
jaringan mukosa kandung
kemih)

Merangsang kontraksi
kandung kemih untuk
berkemih

Sering berkemih

Gangguan Eliminasi Urine

3 Ds: Os mengatakan tidak Status urine oleh obstruksi Resiko infeksi


nyaman pada area
genitalia/ perineum Refluksi urine ke ginjal/
(selangkangan) hidronefrosis

Do: Tampak tidak nyaman


Penyebaran bakteri ke
ginjal

Bakteri masuk ke dalam


pembuluh darah dan
seluruh tubuh
108

Resiko Infeksi

J. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


c. Nyeri Akut
d. Gangguan Eliminasi Urine
e. Resiko Infeksi
109

K. Intervensi Keperawatan
Nama : Tn. D Dx Medis : ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Umur : 45 Tahun Ruangan : Ruangan HD RSU Latersia Binjai

No DIAGNOSA NOC (NURSING OUTCOMES NIC (NURSING INTERVENTIONS


KEPERAWATAN CLASSIFICATION) CLASSIFICATION)
1 NYERI AKUT Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NYERI
Definisi: Sensori yang tidak selama 2x12 jam Klien dapat mengontrol a. Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan dan nyeri dengan kriteria hasil: komprehensif termasuk lokasi,
pengalaman emosional yang a. Mengenali gejala-gejala nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
muncul secara aktual atau b. Melaporkan adanya nyeri dan faktor presipitasi
potensial, kerusakan jaringan c. Frekuensi nyeri b. Observasi reaksi non verbal dari
atau menggambarkan adanya d. Panjangnya episode nyeri ketidaknyamanan
kerusakan. e. Ekspresi nyeri pada wajah c. Kontrol lingkungan yang dapat
f. keringat berlebih mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Batasan karakteristik : pencahayaan dan kebisingan
a. Laporan secara verbal d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (non
atau non verbal farmakologi) yaitu distraksi (pengalihan)
b. Fakta dan observasi seperti mendengarkan musik dan
c. Gerakan melindungi mengajarkan pasien melakukan tehnik
d. Tingkah laku berhati-hati relaksasi nafas dalam.
e. Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,
menyeringai)
f. Tingkah laku distraksi
110

(jalan-jalan, menemui
orang lain, aktivitas
berulang-ulang)
g. Respon autonom
(diaphoresis, perubahan
tekanan darah,
perubahan pola nafas,
nadi dan dilatasi pupil)
h. Tingkah laku ekspresif
(gelisah, marah,
menangis, merintih,
waspada, napas panjang,
iritabel)
i. Berfokus pada diri
sendiri
j. Fokus menyempit
(penurunan persepsi
pada waktu, kerusakan
proses berfikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)

2 GANGGUAN ELIMINASI Setelah dilakukan tindakan keperawatan BANTUAN PERAWATAN DIRI


URINE selama 2x12 jam Klien dapat mengontrol
Definisi: Disfungsi eliminasi eliminasi urine dengan kriteria hasil: a. Perawatan inkontinensia urine
urine a. Kontinensia urine b. Perawatan retensi urine
Batasan karakteristik: b. Keparahan infeksi c. Bantuan perawatan diri: eliminasi
a. Anyang-anyangan c. Fungsi Ginjal d. Bantuan berkemih
b. Disuria
111

c. Dorongan berkemih
d. Inkontinensia
e. Inkontinensia urine
f. Nokturia
g. Retensi Urine
h. Sering berkemih

Faktor yang berhubungan:


a. Gangguan sensori
motorik
b. Infeksi saluran kemih
c. Obstruksi anatomik
d. Penyebab multiple
3 RESIKO INFEKSI Setelah dilakuakan tindakan keperawatan a. Kontrol penularan infeksi
Definisi: rentan mengalami selama 2x12 jam diharapakan infeksi b. Pantau lingkungan yang memungkinkan
invasi dan multiplikasi teratasi dengan kriteria hasil : penyebaran infeksi
organisme patogenik yang c. Berikan informasi tentang perlindungan
dapat mengganggu kesehatan a. Kontrol resiko : proeses infeksi infeksi
b. Kontrol resiko : penyakit menular d. Berikan informasi tentang
Faktor risiko : seksual (PMS) imunisasi/vaksinasi untuk pencegahan
a. Kurang pengetahuan c. Integritas jaringan : kulit dan infeksi
untuk menhindari membran mukosa
pemajanan patogen
b. Malnutrisi
c. Obesitas
d. Penyakit kronis
(misalnya: diabetes
militus)
e. Prosedur infasi
112

L. Implementasi/ Evaluasi (Catatan Perkembangan)

Nama : Tn. D Dx Medis : ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Umur : 45 Tahun Ruangan : Ruangan HD RSU Latersia


Binjai

Tgl/ Dx Implementasi Evaluasi


No
Waktu
1 Senin
a. Melakukan
21/08/23 1. Nyeri pengkajian nyeri S:
secara
09.00 Akut Os mengatakan Nyeri
komprehensif
pada saat BAK
termasuk lokasi,
O:
karakteristik,
c. Meringis kesakitan
durasi, frekuensi,
seperti tertusuk-tusuk
kualitas dan
d.Skala nyeri: 6
faktor presipitasi
(sedang)
b. Mengobservasi
A:
reaksi non verbal
dari Nyeri akut
ketidaknyamanan
09.15 c. Mengontrol P:
lingkungan yang
dapat a. lakukan pengkajian
mempengaruhi nyeri secara
nyeri seperti suhu komprehensif
ruangan, termasuk lokasi,
pencahayaan dan karakteristik, durasi,
kebisingan frekuensi, kualitas
d. Memilih dan dan faktor presipitasi
melakukan b. observasi reaksi non
penanganan nyeri verbal dari
(non ketidaknyamanan
farmakologi) c. kontrol lingkungan
yaitu distraksi yang dapat
(pengalihan) mempengaruhi nyeri
seperti seperti suhu ruangan,
mendengarkan pencahayaan dan
musik dan kebisingan
mengajarkan d. pilih dan lakukan
pasien melakukan penanganan nyeri
tehnik relaksasi (non farmakologi)
nafas dalam. yaitu distraksi
(pengalihan) seperti
113

mendengarkan musik
dan mengajarkan
pasien melakukan
tehnik relaksasi nafas
dalam
09.30 2. a. Melakukan S:
Ganguan perawatan
inkontinensia Os mengatakan sering
Eliminasi urine BAK mendesak secara
b. Melakukan tiba-tiba
Urine O:
perawatan retensi
urine tampak lemas
09.45 c. Mebantu
A:
perawatan diri:
eliminasi Gangguan eliminasi
d. Membantu urine
berkemih
P:
a. Perawatan
inkontinensia urine
b. Perawatan retensi
urine
c. Bantuan perawatan
diri: eliminasi
d. Bantuan berkemih
10.00 3. Resiko a. Mengontrol S:
Infeksi penularan infeksi
b. Memantau Os mengatakan tidak
lingkungan yang nyaman pada area
memungkinkan genitalia/ perineum
penyebaran (selangkangan)
infeksi O:
10.15 c. Memberikan
tampak tidak nyaman
informasi tentang
perlindungan A:
infeksi
d. Memberikan Resiko infeksi
informasi tentang
imunisasi/vaksina P:
si untuk a. Kontrol penularan
pencegahan infeksi
infeksi b.Memantau
lingkungan yang
memungkinkan
penyebaran infeksi
c. Berikan informasi
tentang perlindungan
114

infeksi
d.Berikan informasi
tentang
imunisasi/vaksinasi
untuk pencegahan
infeksi

2 Selasa
22/08/23 a. Melakukan
pengkajian nyeri
09.00 1. Nyeri S:
secara
Akut komprehensif Mengatakan masih
termasuk lokasi, nyeri pada saat BAK
karakteristik,
durasi, frekuensi, O:
kualitas dan a. Meringis kesakitan
faktor presipitasi seperti tertusuk-
b. Mengobservasi tusuk
reaksi non verbal b. Skala nyeri: 6
dari (sedang)
ketidaknyamanan A:
c. Mengontrol
09.15 Nyeri akut
lingkungan yang
dapat P:
mempengaruhi
nyeri seperti suhu Intervensi masih
ruangan, dilanjutkan
pencahayaan dan
kebisingan
d. Memilih dan
melakukan
penanganan nyeri
(non
farmakologi)
yaitu distraksi
(pengalihan)
seperti
mendengarkan
musik dan
mengajarkan
pasien melakukan
tehnik relaksasi
nafas dalam.

09.30 Dx 2 a. Melakukan S:
115

Ganggua perawatan Os mengatakan masih


n inkontinensia sering BAK mendesak
urine secara tiba-tiba
Eliminasi b. Melakukan O:
perawatan retensi Tampak masih lemas
Urine
urine
A:
09.45
Gangguan eliminasi
c. Mebantuan
urine
perawatan diri:
eliminasi P:
d. Membantu
berkemih Intervensi masih
dilanjutkan

10.00 Dx 3 a. Mengontrol S:
penularan infeksi
Resiko b. Memantau Os mengatakan masih
lingkungan yang tidak nyaman pada area
Infeksi genitalia/ perineum
memungkinkan
penyebaran (selangkangan)
infeksi O:
10.15 c. Memberikan
tampak masih tidak
informasi tentang
nyaman
perlindungan
infeksi A:
d. Memberikan
informasi tentang Resiko infeksi
imunisasi/vaksina
si untuk P:
pencegahan Intervensi masih
infeksi dilanjutkan
3 Rabu 1. Nyeri
a. Melakukan
23/08/23 Akut pengkajian nyeri S:
secara
09.00 mengatakan masih
komprehensif
nyeri pada saat BAK
termasuk lokasi,
karakteristik, O:
durasi, frekuensi, a. Meringis kesakitan
kualitas dan seperti tertusuk-
faktor presipitasi tusuk
b. Mengobservasi b. Skala nyeri: 6
reaksi non verbal (sedang)
dari A:
ketidaknyamanan
c. Mengontrol Masalah belum teratasi
116

lingkungan yang P:
dapat
mempengaruhi Intervensi dilanjutkan
nyeri seperti suhu oleh perawat ruangan
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
09.15 d. Memilih dan
melakukan
penanganan nyeri
(non
farmakologi)
yaitu distraksi
(pengalihan)
seperti
mendengarkan
musik dan
mengajarkan
pasien melakukan
tehnik relaksasi
nafas dalam.
09.30 Dx 2 a. Melakukan S:
perawatann Os mengatakan masih
Ganggua inkontinensia sering BAK mendesak
n urine secara tiba-tiba
b. Melakukan O:
Eliminasi
perawatan retensi Tampak masih lemas
urine A:
09.45 c. Mebantuan Masalah belum teratasi
perawatan diri: P:
eliminasi Intervensi dilanjutkan
d. Membantu oleh perawat ruangan
berkemih
10.00 Dx 3 a. Mengontrol S:
penularan infeksi
Resiko b. Memantau Os mengatakan masih
lingkungan yang tidak nyaman pada area
Infeksi genitalia/ perineum
memungkinkan
penyebaran (selangkangan)
infeksi O:
10.15 c. Memberikan tampak masih tidak
informasi tentang nyaman
perlindungan A:
infeksi Masalah belum teratasi
d. Memberikan P:
informasi tentang Intervensi dilanjutkan
imunisasi/vaksina oleh perawat ruangan
si untuk
117

pencegahan
infeksi
118

EVALUASI PENATALAKSANAAN DISCHARGE PLANNING PADA


PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANGAN RUANGAN
HD RSU LATERSIA BINJAI

1. Pengertian
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Leez,
2012).

2. Tujuan
1. Membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal.
2. Memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan sehingga dapat
mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan
perkembangan kondisi kesehatan pasien.
3. Membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum disebelum
dipulangkan.

3. Manfaat
1. Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan perawatan di
rumah.
2. Meningkatkan kemampuan pasien dalam kesiapan melakukan perawatan
di rumah.
3. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam memperbaiki dan
mempertahankan status kesehatan klien.

4. Prinsip
1. Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana
sumber- sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan
pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat.
119

2. Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan


kualitas tinggi pada semua pasien.
3. Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan
adekuat.
5. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang
terutama.
6. Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara
tim kesehatan dengan pasien/care giver, dan kemampuan terakhir
disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.
7. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan
ketika menyusun discharge planning.

5. Hal-hal yang perlu di perhatikan


Discharge Planning harus disesuaikan dengan:
1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan, dan kemampuan pasien.
2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit dan lakukan evaluasi.

6. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 57 Tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Alamat : Jln. Binjai Km.18
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta
Tggl masuk : 31 / 08 / 2023
NO RM : 71.24.84
Ruangan / kelas / bed : Hemodialisa
Tggl Pengkajian : 01 / 08 / 2023
Diagnosa Medis : GGK (Gagal Ginjal Kronik)
120

Identitas Penanggung Jawab


Penggung jawab : Ny. S
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hub. Dgn Klien : Istri Klien
Alamat : Jln. Binjai Km.18

7. Kesiapan awal pasien menghadapi pemulangan sebelum dilakukan


Discharge Planning
1. Pengetahuan tentang anjuran pengobatan untuk semua jenis obat (dosis,
sebelum/sesudah makan, jadwal pemakaian obat)
2. Keinginan untuk minum obat sesuai (dengan dosis, sebelum/sesudah
makan, jadwal pemakaian obat)
3. Pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya pada pasien yang perlu diketahui
oleh keluarga
4. Pengetahuan tentang diet yang harus diberikan kepada pasien dirumah
5. Keinginan dan motivasi keluarga pasien untuk memantau perkembangan
kesehatan pasien dirumah
6. Pengetahuan keluarga pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan
selama di rumah
7. Keinginan dan motivasi pasien untuk mengikuti anjuran agar menjaga
kesehatan pribadi
8. Pengetahuan keluarga pasien tentang pentingnya terapi pengobatan pada
pasien
9. Keinginan dan motivasi keluarga untuk dilakukannya terapi pada pasien.

8. Kesiapan akhir pasien menghadapi pemulangan sebelum dilakukan


Discharge Planning
1. Pengetahuan pasien tentang anjuran pengobatan untuk semua jenis obat
(dosis, sebelum/sesudah makan, jadwal pemakaian obat)
2. Keinginan pasien untuk minum obat sesuai dengan (dosis,
sebelum/sesudah makan, jadwal pemakaian obat)
121

3. Pengetauan tentang tanda-tanda bahaya pada pasien yang perlu diketahui


oleh keluarga
4. Pengetahuan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada
pasien setelah berada di rumah
5. Pengetahuan keluarga pasien tentang pentingnya terapi pengobatan pada
pasien
6. Keinginan dan motivasi keluarga pasien untuk memantau perkembangan
pasien setelah berada di rumah
7. Pengetahuan keluarga pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan
setelah berada di rumah
8. Keinginan dan motivasi pasien untuk mengikuti anjuran agar menjaga
kesehatan pribadi setelah berada di rumah
9. Pengetahuan keluarga pasien tentang pentingnya terapi pengobatan pada
pasien
10. Keinginan dan motivasi keluarga untuk dilakukannnya terapi pada pasien.
122

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan


Muntah Pada Pasien GGK (Gagal ginjal kronik)
Sub Topik : 1. Pengertian aroma terapi lemon
2. Manfaat aroma terapi lemon
3. Cara penggunaan aroma terapi lemon
Sasaran : Pasien
Tempat : RSU Latersia Binjai
Hari/Tanggal : Senin, 07 Agustus 2023
Waktu : ± 30 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama ± 30 menit, klien dapat
mengerti dan memahami tentang manfaat aroma terapi terhadap intensitas mual
dan muntah pada pasien GGK (gagal ginjal kronik) yang menjalani hempdialisa.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan klien dapat mengerti dan
memahami:
1. Dapat memahami/mengerti pengertian aroma terapi lemon
2. Dapat memahami/mengerti penggunaan aroma terapi lemon
3. Dapat memahami/mengerti manfaat aroma terapi lemon

III. MATERI
Terlampir

IV. MEDIA
Leaflet

V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
123

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan :
Menjawab salam
1. Memberi salam Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan
disampaikan

2. 15 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi Menyimak dan
penyuluhan secara berurutan memperhatikan
dan teratur.
Materi :
1. Pengertian Aroma terapi
lemon
2. Cara penggunaan aroma
terapi lemon
3. Manfaat aroma terapi
lemon

3. 10 menit Evaluasi :
1. Memberi kesempatan Bertanya dan
kepada pasien untuk Menjawab
bertanya
2. Memberi kesempatan
kepada pasien untuk
menjawab pertanyaan yang
dilontarkan

4. 2 menit Penutup :
Menyimpulkan materi Menjawab salam
penyuluhan yang telah
disampaikan
Mengkahiri penyuluhan dengan
salam

VII. LEMBAR EVALUASI


1. Sebutkan pengertian aroma terapi lemon?
2. Sebutkan manfaat aroma terapi lemon terhadap intensitas mual dan
muntah?
3. Coba demontrasikan penggunaan aroma terapi lemon?
124

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Aroma Terapi Lemon


Aroma terapi lemon merupakan jenis aroma terapi berasal dari minyak
essensial kulit lemon dengan nama latinnya Citrus Limonum. Aroma terapi adalah
terapi yang menggunakan zat pengarum atau aroma esensial yang diekstrasi dari
tumbuhan.

B. Manfaat Aroma Terapi Lemon


Manfaat aroma terapi lemon yaitu untuk memberikan mood dan kesehatan
secara keseluruhan penggunaannya dengan dihirup. Adapun manfaat aroma terapi
lemon untuk intensitas mual dan muntah pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani HD (Hemodialisa), yaitu:
1. Ketika dihirup aroma-aroma terapi lemon bekerja pada sistem saraf pusat
2. Merangsang organ-organ pencernaan
3. Meningkatkan aktifitas saraf simpatis dengan mengurangi sekresi saliva
sehingga mengurangi mual

C. Cara Penggunaan Aroma Terapi Lemon


Adapun cara menghirup aroma terapi lemon, sebagai berikut:
1. Aroma terapi lemon diteteskan sebanyak 2 tetes pada selembar tissue
2. Diberikan kepada klien untuk dihirup
3. Kemudian dihirup dengan jarak 5 cm dari hidung dan setinggi dagu
4. Dilakukan selama 15 menit
5. Dan pemberian ini dilakukan selama 1 hari
125

NAMA
NAMA : EKI JUANDA
Makmur
NIM
NIM : 2014901191
2214901220
TEMPAT
TEMPAT :: RSU
RSULATERSIA
LATERSIA BINJAI
BINJAI

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FLORA MEDAN 2023
126
127

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : GGK (Gagal ginjal kronik)


Sub Topik : 1. Definisi Gagal Ginjal Kronik
2. Gejala Gagal Ginjal Kronik
3. Penyebab Gagal Ginjal Kronik
4. Upaya Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal Kronik
5. Petalaksanaan
Sasaran : Pasien
Tempat : RSU Latersia Binjai (Ruang HD)
Hari/Tanggal : Senin, 21 Agustus 2023
Waktu : ± 30 menit

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama ± 30 menit, klien dapat
mengerti dan memahami tentang penyakit GGK (Gagal Ginjal Kronik).

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan klien dapat mengerti dan
memahami:
1. Menyebutkan definisi Gagal Ginjal Kronik
2. Menyebabkan gejala Gagal Ginjal Kronik
3. Menyebabkan penyebab Gagal Ginjal Kronik
4. Menyebutkan upaya pencegahan penyakit Gagal Ginjal Kronik

III. MATERI
Terlampir

IV. MEDIA
Leaflet
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
128

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan :
Menjawab salam
1. Memberi salam Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan
3. Menyebutkan
materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan

2. 15 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. memperhatikan
Materi :
1. Definisi Gagal Ginjal
Kronik
2. Gejala Gagal Ginjal Kronik
3. Penyebab Gagal Ginjal
Kronik
4. Upaya Pencegahan
Penyakit Gagal Ginjal
Kronik
5. Petalaksanaan
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memberi kesempatan Bertanya dan
kepada pasien untuk Menjawab
bertanya
2. Memberi kesempatan
kepada pasien untuk
menjawab pertanyaan yang
dilontarkan

4. 2 menit Penutup :
Menyimpulkan materi Menjawab salam
penyuluhan yang telah
disampaikan
Mengkahiri penyuluhan dengan
salam

VII. LEMBAR EVALUASI


1. Sebutkan Definisi Gagal Ginjal Kronik?
2. Sebutkan gejala Gagal Ginjal Kronik?
3. Sebutkan penyebab Gagal Ginjal Kronik?
4. Sebutkan upaya pencegahan penyakit Gagal Ginjal Kronik?
129

MATERI
GAGAL GINJAL KRONIK

A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irevesibel pada suatu derajat dimana memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Salah
satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. Hal ini
disebabkan karena menurunnya fungsi fungsi ginjal.
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irevesibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampahnitrogen lain dalam darah).

B. GEJALA GAGAL GINJAL KRONIK


Adapun gejala gagal ginjal kronik, antara lain:
a. Gejala Umum
1) Mual dan muntah
2) Bengkak/ edema
3) Nafsu makan hilang
4) Rasa lelah
5) Kulit kering/ Gatal
b. Gejala khusus
1) Peningkatan kadar ureum dari normal (5 mg/dl-25 mg/dl)
2) Peningkatan kadar kreatinin dari normal (0,5 mg/dl- 1,5 mg/ dl)

C. PENYEBAB GAGAL GINJAL KRONIK


1. Pielonefritis (infeksi bakteri pada ginjal)
2. Diabetes mellitus
3. Hipertensi
4. Obstruksi saluran kemih
5. Penyakit ginjal polikistik
6. Gangguan vaskuler
130

7. Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)

D. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK


Adapun upaya pencegahan penyakit gagal ginjal kronik terbagi atas 2
bagian:
1. Primer
a) Minum cukup: ±1,5-2 L/hari
b) Hindari obat yang merusak ginjal (nasihat dokter)
c) Kenali faktor risiko penyakit ginjal: hipertensi, Diabetes mellitus,
Infeksi, dll.
d) Kenali gejala dini penyakit ginjal
e) Segera konsultasi dengan dokter
2. Sekunder
Adapun diagnosis dini upaya pencegahan gagal ginjal kronik, sebagai
berikut:
a) Pengobatan cepat
b) Bila ada gejala dini penyakit ginjal
c) Perubahan urine: merah, keruh, berbusa
d) Tekanan darah, pemeriksaan urin, kreatinin
e) Berobat teratur

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik dibagi
atas 3, yaitu:
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab. Darah
b. Observasi keseimbangan cairan
c. Observasi adanya edema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal dialysis, biasa dilakukan pada kasus-kasus emergency
131

b. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut adalah CAPD (continues ambulatory peritonial dialysis)
3. Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialysis dilakukan melalui daerah
fermoralis nsmun untuk mempermudah, maka dilakukan:
a. AV fistule: menggabungkan vena dan arteri
b. Double lumen: langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
c. Operasi: pengambilan batu, transplantasi ginjal
132

Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. Jakarta:


EGC

Supartondo. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit,
FKUI

Suyono, Slamet. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
133

NAMA : Makmur
NIM : 2214901220
TEMPAT : RSU LATERSIA BINJAI

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FLORA MEDAN 2023
134
135

PENGARUH AROMA TERAPI LEMON TERHADAP


INTENSITAS MUAL DAN MUNTAH PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA
DI RSUD UNGARAN DAN RSUD
AMBARAWA

Yolanda Sherly
Akoit *)
Ns. Zumrotul Choiriyah,S.Kep.,M.Kes**)
Ns. Heni
Purwaningsih,S.Kep.,M.K
ep***)
*) Alumni Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran
**) Dosen Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran
***) Dosen Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran
ABSTRAK

Latar belakang : Pasien gagal ginjal kronik tahap akhir membutuhkan


terapi hemodialisis untuk menghilangkan gejala yang muncul dan secara tidak
langsung memperpanjang hidup. Proses hemodialisa bukan berarti tanpa resiko
dalam pelaksanaannya terdapat komplikasi salah satunya adalah mual muntah
yang dipengaruhi oleh lamanya waktu hemodialisis, kadar ureum dan besarnya
ultrafiltrasi. Mual muntah dapat dicegah dengan menggunakan aromaterapi
lemon dengan cara inhalasi langsung. Ketika dihirup aromaterapi lemon ini
akan memberi efek farmakologis melalui aliran darah dan melalui saraf
olfaktory. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lemon
terhadap penurunan intensitas mual muntah pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.
Metode: Penelitian menggunakan quasi eksperimental. Intensitas mual
muntah diukur dua kali dengan menggunakan Numeric Rating Scale
(NRS). Analisa bivariat menggunakan Uji wilcoxon dan Uji mann whitney.
Hasil : Hasil uji Mann Whitney diperoleh diperoleh p-value =0,000 yang
berarti ada pengaruh yang signifukan aromaterapi lemon terhadap intensitas
mual dan muntah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
RSUD ungaran dan RSUD Ambarawa.
Saran: Menggunakan aromaterapi lemon sebagai terapi non farmakologis
untuk mengurangi mual dan muntah pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.

Kata Kunci : Gagal ginjal kronik, Hemodialisa, mual muntah, aroma terapi
lemon
Kepustakaan: 40 (2005-2016
136

ABSTRACT

Background: Patients with chronic renal failure final stage requires hemodialysis
therapy to relieve symptoms and prolong life indirectly. Hemodialysis process is not
without risk in the implementation of a complication one of which is nausea and
vomiting that are affected by the length of time hemodialysis, urea and the amount of
ultrafiltration. Nausea and vomiting can be prevented by using lemon aromatherapy by
inhalation directly. When inhaled aromatherapy lemon will give the
pharmacological effects through the bloodstream and through the nerves olfaktory.
The purpose of this study to determine the effect of lemon aromatherapy to decrease
the intensity of nausea and vomiting in patients with chronic renal failure undergoing
hemodialysis.
Method: This was a quasi-experimental study with nonequivalent control group
design. The intensity of nausea and vomiting was measured by using Numeric
Rating Scale (NRS). Analysis used Wilcoxon test and Mann Whitney Test.
Result: Mann Whitney test results obtained obtained p-value = 0.000, which means
no significant effect of aromatherapy lemon on the intensity of nausea and vomiting in
patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in hospitals and hospitals
Ambarawa Ungaran.
Suggestion:Lemon aromatherapy can be used as a non-pharmacological
therapy to reduce nausea and vomiting in patients with chronic renal failure
undergoing hemodialysis.
Keywords : Chronic renal failure, Hemodialysis, Nausea, Vomiting, Lemon
Aromatherapy
Bibliographies: 40 (2005-2016)
136

PENDAHULUAN Data IRR tahun 2014, tentang


jumlah pasien baru yang aktif
Penyakit ginjal kronis (GGK) adalah menjalani hemodialisa selama tiga
kondisi saat fungsi ginjal mulai menurun tahun terakhir pada tahun 2012
secara bertahap. Kerusakan ginjal yang berjumlah 19.621 pasien baru dan
berlanjut memerlukan terapi penganti ginjal menurun di tahun 2013 yaitu 15.128
secara terus menerus hal ini akan pasien baru. Peningkatan terjadi di
menyebabkan penyakit ginjal stadium tahun 2014 berjumlah 17.193 pasien
akhir (end stage-renal disease, ERDS). baru yang aktif menjalani hemodialisa.
Penyakit ini cenderung berkembang lebih Jumlah pasien baru yang menjalani
cepat pada pasien yang mengeksresikan hemodialisa di provinsi Jawa tengah
protein dalam jumlah besar atau pada pasien pada tahun 2014 berjumlah 2.192 dan
yang mengalami peningkatan tekanan darah yang aktif menjalani hemodialisa
dibanding dengan pasien yang tidak berjumlah 1.171 pasien (IRR, 2014).
mengalami kondisi tersebut (Bunner &
Suddart, 2013). Prosedur hemodialisis bukan
berarti tanpa resiko. Komplikasi
Badan Kesehatan Dunia (World Health yang sering terjadi adalah mual dan
Organization) menyebutkan pertumbuhan muntah. Hal ini dipengaruhi oleh
jumlah penderita gagal ginjal pada tahun beberapa hal yaitu lamanya waktu
2013 telah meningkat 50% dari tahun hemodialisis, perubahan homeostatis
sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian
selama hemodialisis banyaknya ureum
dan prevalensi gagal ginjal meningkat 50%
yang dikeluarkan dan atau besarnya
di tahun 2014. Di Indonesia prevalensi
ultrafiltrasi. Data dari IRR mengatakan
gagal ginjal kronis sebesar 0,2 %.
mual dan muntah merupakan salah satu
Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah
insiden penyulit pada saat menjalani
sebesar
hemodialisis yaitu sebesar 3.547 kasus
0,5 %, diikuti Jawa Tengah sebesar
(4%) setelah hipertensi, hipotensi dan
0,3 % (Riskesdas, 2014).
sakit kepala (IRR, 2014).
Stadium akhir gagal ginjal kronis (end
Mual dan muntah dapat
stage-renal disease, ESRD) ditandai denga
menganggu aktifitas pasien,
peningkatan mencolok BUN dan kadar
menyebabkan dehidrasi,
kreatinin serum, anemia, ketidakseimbangan
ketidakseimbangan elektrolit dan
elektrolit dan kelebihan beban cairan.
kelelehan, meningkatkan rasa tidak
Biasanya pasien mengalami oliguri.
nyaman, meningkatkan resiko
Gejala uremik muncul dan mencakup mual,
perlukaan mukosa gastrointestinal serta
muntah, anoreksia, perubahan sensorium,
resiko perdarahan. Mual dan muntah
kelemahan dan keletihan. Jika terapi dialisis
juga dapat menimbulkan masalah
atau transplantasi tidak dilakukan pasien
psikologis yaitu meningkatkan
akan mati (Morton, 2011).
kecemasan dan depresi, menimbulkan
koping tidak efektif, meningkatkan
ketidakberdayaan dan tidak kooperatif
dengan terapi sehingga mual dan
muntah saat hemodialisis perlu dicegah
dan diatasi.

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa
137

Tindakan pencegahan mual dan muntah wawancara dengan 4 (empat) orang


dapat dilakukan secara farmakologi dan pasien yang menjalani hemodialisa
nonfarmakologi. Penanganan mual muntah mengatakan mual dan muntah biasanya
nonfarmakologi yang efektif salah satunya
dirasakan sebelum dan selama
dengan terapi komplementer. Aromaterapi
termasuk dalam terapi komplementer yang menjalani hemodialisa, kram otot
diklasifikasi dalam intervensi pikiran tubuh. sering dikeluhkan setelah menjalani
Aromaterapi adalah terapi yang hemodialisa.
menggunakan zat pengarum atau aroma
esensial (valotif) yang diekstrasi dari
Studi pendahuluan di RSUD
tumbuhan digunakan untuk memberikan
Ambarawa di dapatkan data pasien
mood dan kesehatan secara keseluruhan
yang menjalani hemodialisa sebanyak
penggunaannya dengan dihirup atau dipakai
40 pasien. Pasien menjalani
pemijatan (Aklia, 2014).
hemodialisa dua kali setiap minggu dan
Aosima dan Hamamoto menjelaskan lama proses hemodialisa adalah empat
bahwa senyawa-senyawa aroma (citronelal, jam. Berdasarkan wawancara dengan
α-pinen, ciniole, 4- terpionel, α-terpineol) Kepala Ruangan Hemodialisa
berikatan pada alfa dan beta GABA ( γ- mengatakan bahwa pasien mengalami
aminobuctiric acid ) melalui sirkulasi tubuh mual sebelum dan selama menjalani
dan sitem penciuman. Penelitian ini hemodialisa tetapi tergantung
membuktikan bahwa senyawa aroma yang subyektifitas dari pasien.
masuk baik melalui kulit, hidung Penanganannya dengan pemberian
ataupun mulut dapat memudulasi antiemetik tetapi pada pasien yang
transmisi saraf dalam otak pada reseptor mengalami mual muntah berat sampai
GABA hingga mempengaruhi rasa mood menganggu aktititas pasien. Pasien
dan kecerdasan (Muchtaridi, 2014). yang menjalani hemodialisa hanya
untuk mempertahankan hidup, selain
Ketika dihirup aroma-aroma ini bekerja itu saat menjalani hemodialisa pasien
pada sistem saraf pusat dan merangsang juga mengalami mual dan muntah hal
organ-organ pencernaan (Akoso, 2013). ini menimbulkan ketidaknyamanan
Minyak jeruk meningkatkan aktifitas saraf pada pasien dan berpengaruh terhadap
parasimpatis dan menurukan aktivitas proses hemodialisa sehingga peneliti
tertarik untuk memilih penderita gagal
saraf simpatis dengan mengurangi
ginjal kronik yang menjalani
sekresi saliva sehingga mengurangi
hemodialisa untuk diberikan
rasa mual.
aromaterapi lemon meski tidak
Studi pendahuluan telah dilakukan di memperpanjang hidup tetapi dapat
unit hemodialisa RSUD Ungaran bulan meminimalkan komplikasi.
Oktober 2016 jumlah pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa adalah TUJUAN PENULISAN
35 orang. Hasil
Tujuan penulisan skripsi ini adalah
mengetahui pengaruh aroma terapi
lemon terhadap intensitas mual dan
muntah pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa
138

METODE PENELITIAN kelompok intervensi di RSUD


Ambarawa berjumlah 17 sampel dan
Penelitian ini adalah penelitian kelompok kontrol di RSUD Ambarawa
kuatitatif dengan jenis penelitian berjumlah 17 sampel.
menggunakan quasi eksperimental.
Rancangan ini berupaya untuk Penelitian ini menggunakan
mengungkapkan hubungan sebab akibat kuesioner yang telah disiapkan
dengan cara melibatkan kelompok kontrol sebelumnya dan menggunakan
dan kelompok eksperimen. Rancangan Numeric Rating Scale(NRS) sebagai
penelitian menggunakan nonequivalent skala ukur dalam penelitian. NRS dapat
control group design, karena baik kelompok digunakan untuk mengukur tingkat
eksperimen maupun kelompok kontrol, mual muntah dengan skala 0-10 yang
masing-masing kelompok akan terbagi atas 0 tidak mengalami mual
dibandingkan, dua kelompok akan diberi dan muntah, 1-3 mual dan muntah
pre-test kemudian diberi perlakuan, terakhir ringan, 4-6 mual muntah sedang,
diberi post-test. sedangkan 7-10 mual muntah berat
(Elva,2010).
Teknik sampling yang digunakan pada
penelitian ini adalah non probability Analisis univariat bertujuan untuk
sampling yaitu teknik pengambilan menganalisis tiap variabel dari hasil
sampling tidak memberikan penelitian. Adapun variabel yang
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap dianalisis dalam penelitian ini adalah
unsur atau anggota populasi untuk dipilih intensitas mual muntah pada pasien
menjadi sampel dengan menggunakan gagal ginjal kronik yang menjalani
purposive sampling yaitu pengambilan hemoadialisa pada kelompok intervensi
sampel didasarkan pada suatu pertimbangan dan kelompok kontrol sebelum dan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sesudah diberikan perlakuan
sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat Analisis bivariat dilakukan pada dua
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. variabel yaitu variabel dependen dan
Pertimbangan tersebut ditentukan variabel independen yang diduga
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi memiliki pengaruh, yaitu mengetahui
yang telah ditentukan. pengaruh aromaterapi lemon terhadap
intensitas mual muntah pada pasien
Populasi dalam penelitian ini adalah gagal ginjal kronik yang menjalani
semua pasien gagal ginjal kronik yang hemodialisa. uji normalitas data pada
menjalani hemodialisa di RSUD Ungaran kelompok intervensi dan kelompok
dan RSUD Ambarawa. Berdasarkan studi kontrol dibandingkan dengan nilai
pendahuluan pada bulan Oktober jumlah p(>0,05).
pasien yang menjalani hemodialisa di
RSUD Ungaran sebanyak 35 pasien dan di Uji hipotesis dalam penelitian ini
RSUD Ambarawa sebanyak 40 pasien jadi menggunakan uji non parametrik yaitu
jumlah keseluruhan populasi adalah 75 uji wilcoxon dan uji mann whitney
pasien. Besar sampel pada karena data berdistribusi tidak normal.
Satu sampel mempunyai dua data
sebelum dan sesudah
intervensi.Intervensi hasilnya adalah

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa
139

Ho ditolak jika p-value ≤ 0,05 ( Ha yang menjalani hemodialisa di


diterima) dan jika p-value ≥0,05 maka Ha RSUD Ambarawa
ditolak (Ho diterima). Intensitas n Min Max Media
Mual dan n
HASIL
Muntah
1. Intensitas mual dan muntah sebelum dan Sebelum 1 1 5 3,000
sesudah diberikan aromaterapi lemon 7
kelompok intervensi
Sesudah 1 1 4 2,000
Tabel 1. Distribusi frekuensi intensitas 7
mual dan muntah sebelum dan sesudah Berdasarkan tabel 2 dapat
diberikan aromaterapi lemon kelompok diketahui bahwa dari 17 responden
intervensi pada pasien dengan gagal ginjal kelompok kontrol sebelum dilakukan
kronik yang menjalani hemodialisa di penelitian memiliki nilai median
RSUD Ungaran. sebesar 3,000 dengan intensitas
minimal adalah 1 dan maksimal 5
Intensitas n Min Ma Medi Intensitas mual dan muntah pada 17
Mual dan x an responden kelompok kontrol setelah
Muntah dilakukan penelitian memiliki nilai
Sebelum 17 1 4 2,000 median 2,000 dengan intensitas
minimal adalah 1 dan maksimal 4.
Sesudah 17 0 1 0,000
3. Perbedaan intensitas mual dan
muntah sebelum dan sesudah
Berdasarkan tabel 1 dapat diberikan aromaterapi lemon pada
diketahui bahwa dari 17 responden kelompok intervensi
pada kelompok intervensi sebelum
diberikan aromaterapi lemon memiliki Tabel 3 Perbedaan intensitas mual dan
nilai median sebesar 2,000 dengan muntah sebelum dan sesudah
intensitas minimal adalah 1 dan maksimal dilakukan aromaterapi lemon pada
4. Intensitas mual dan muntah pada 17 kelompok intervensi pada pasien
responden kelompok intervensi setelah dengan gagal ginjal kronik yang
diberikan aromaterapi lemon memiliki menjalani hemodialisa di RSUD
nilai median 0,000 dengan intensitas Ungaran danRSUD Ambarawa
minimal adalah 0 dan maksimal 1. Intensitas n Media p-
Z
2. Intensitas mual dan muntah sebelum Mual dan n valu
dan sesudah dilakukan penelitain pada Muntah e
kelompok kontrol
Sebelum 17 2,000 -3,695 0,00
Tabel 2. Distribusi frekuensi intensitas dilakukan 0.000 0
mual dan muntah sebelum dan sesudah dan setelah
dilakukan penelitian pada kelompok dilakukan
kontrol pasien dengan gagal ginjal kronik pada
kelompok
intervensi

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa
140

5. Perbedaan intensitas mual dan muntah


Berdasarkan tabel 3 hasil uji Wilcoxon sesudah diberikan aromaterapi lemon pada
diperoleh p value =0,000 kemudian kelompok intervensi dan kelompok control
dibandingkan dengan nilai α (0,05) dimana p
value<α (0,05). yang berarti ada perbedaan Tabel 4.5 Pengaruh intensitas mual
yang signifikan intensitas mual dan dan muntah sesudah diberikan aromaterapi
muntah sebelum dan sesudah diberikan lemon pada kelompok intervensi dan
aromaterapi lemon pada kelompok kelompok kontrol pada pasien dengan gagal
intervensi di RSUD Ungaran. ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
RSUD Ungaran dan RSUD Ambarawa
4. Perbedaan intensitas mual dan
muntah sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi lemon pada
Intensitas N Mean SD z p-
kelompok kontrol
Mual dan valu
Muntah e
Tabel 4 Perbedaan intensitas mual dan
muntah sebelum dan sesudah diberikan Sesudah 17 0,412 0,1
aromaterapi lemon pada kelompok kontrol dilakukan 84
pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang kelompok
menjalani hemodialisa di RSUD Ungaran intervensi -4,866 0,00
dan RSUD Ambarawa Sesudah 0
dilakukan 17 2,529 0,8
Intensitas N Median Z p- Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui
kelompok 74 bahwa dari
Mual dan value 17 responden
kontrol pada kelompok intervensi setelah
Muntah diberikan aromaterapi lemon memiliki nilai
Sebelum 17 3,000 -2,236 0,025 rata- rata intensitas mual dan muntah sebesar
dilakukan 2,000 0,412 dengan standar devisiasi 0,184. Nilai rata-
dan setelah rata intensitas mual dan muntah pada kelompok
dilakukan kontrol setelah diberikan aromaterapi lemon
pada sebesar
kelompok 2,592 dengan standar devisiasi 0,874. Hasil uji
kontrol Mann Whitney diperoleh diperoleh p-value
=0,000 kemudian dibandingkan dengan nilai α
(0,05) dimana p-value<α (0,05). Hal ini
Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
diperoleh p value =0,025 kemudian signifukan aromaterapi lemon terhadap
dibandingkan dengan nilai α (0,05) dimana intensitas mual dan muntah pada pasien gagal
p value<α (0,05). yang berarti ada ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
perbedaan yang signifikan intensitas mual RSUD ungaran dan RSUD Ambarawa.
dan muntah sebelum dan sesudah diberikan
aromaterapi lemon pada kelompok
kontrol di RSUD Ambarawa.

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa
141

PEMBAHASAN aromatik. Komposisi senyawa yang


terdapat di dalam minyak atsiri yang
Kelompok intervensi di RSUD dihasilkan dari buah tanaman jeruk
Ungaran diantaranya adalah limonen,
citronelal, geraniol, linalol, α-pinen,
Responden berada pada intensitas mirsen, β-pinen, sabinen, geranil
mual dan muntah ringan dan sedang. asetat, geranial, β-kariofilen, dan α-
Jumlah terbanyak yaitu 14 responden terpineol.
(82,4%) yang mengalami mual muntah
ringan. Nausea atau rasa mual merupakan Aromaterapi diteteskan sebanyak 2
perasaan ingin muntah. Keluhan ini dapat tetes pada selembar tissu kemudian
terjadi tanpa diikuti oleh muntah (vomitus) diberikan pada responden yang
atau dapat mendahului atau disertai mengalami mual dan muntah untuk
gejala muntah. Vomitus atau muntah dihirup dengan jarak 5 cm dari hidung
merupakan ekspulsi isi lambung yang dan setinggi dagu, hal ini dilakukan
disemburkan keluar (Kowalak, 2011). selama 15 menit pemberian ini
diberikan dalam waktu 1 hari.
Intensitas mual dan muntah pada Penelitian yang dilakukan oleh
17 responden kelompok intervensi setelah Buchbauer untuk mempelajari efek
diberikan aromaterapi lemon memiliki senyawa aromatik selama inhalasi
nilai median 0,000 dengan intensitas menyimpulkan bahwa senyawa
minimal adalah 0 dan maksimal 1. aromatik dapat diabsobsi dan dapat
Responden yang tidak mengalami mual melewati blood-brain barrier. Setelah
muntah sebanyak 11 responden (64,7%), menghirup senyawa aromatik tertentu
mual dan muntah ringan 6 responden selama 15 menit dapat diuji dan
(35,3%). Responden yang menjalani senyawa kimia dapat didekteksi dalam
hemodialisa di RSUD ungaran darah dan korteks (Muchtaridi, 2015).
sebagaian besar tidak mengalami mual
dan muntah yaitu sebesar 64,7% setelah Secara sederhana, efek
pemberian Aromaterapi lemon. farmakologi dari aromaterapi pada
sistem saraf pusat dapat disimpulkan
Aromaterapi lemon, merupakan jenis melalui dua jalur yaitu jalur pertama
aromaterapi berasal dari minyak disebut jalur langsung. Senyawa yang
essensial kulit lemon dengan nama terinhalasi dengan segera dibawah oleh
latinnya Citrus Limonum (Cook, darah untuk di suplai ke otak.
2008). Menurut Asnaashari (2010) dalam Sedangkan jalur kedua adalah jalur
Wulandari (2015) dikatakan bahwa tidak langsung. Senyawa fragrance
minyak atsiri yang dihasilkan oleh yang terhisap dibawa melalui jalur
tanaman yang berasal dari genus Citrus olfactory nervus sebelum dibawa ke
sebagian besar mengandung terpen, otak (Muchtaridi, 2015).
siskuiterpen, siskuiterpen alifatik,
turunan hidrokarbon teroksigenasi, Aroma terapi lemon termasuk
dan hidrokarbon dalam golongan terpen hodrokarbon
dalam golongan monoterpen (limonen,
α-pinen, β-pinen). Penelitian Aosima
dan Hamamoto menjelaskan bahwa

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa
142

derivat monoterpen umumnya bekerja tekanan darah serta cranial nervus IX,
berdasarkan mekanisme penghambat X, XI, XII. Aroma terapi lemon
musculotropic namun beberapa senyawa menekan kerja cranial nervus tersebut
bekerja pada neurotropic. Muscolotropic sehingga terjadi penurunan mual dan
artinya derivat monterpen akan muntah.
mengahambat enzim aseltikolin –esterase,
dengan menginaktifkan asetil kolin Berdasarkan hasil penelitan yang
spasmogenik. Oleh sebab itu kadar dilakukan oleh peneliti terhadap 17
monoterpen bekerja langsung pada otot responden pada kelompok intervensi di
yaitu pada otot- otot polos pernapasan RSUD Ungaran dapat disimpulkan
yaitu difragma dan otot abdomen sehingga bahwa terdapat perbedaan intensitas
terjadi penurunan mual dan muntah mual dan muntah sebelum dan sesudah
(Muchtaridi, 2015). diberikan aromaterapi lemon. Hasil uji
Mann Whitney diperoleh diperoleh p-
Ketika dihirup aroma-aroma ini value =0,000 kemudian dibandingkan
bekerja pada sistem saraf pusat dan dengan nilai α (0,05) dimana p-
merangsang organ-organ pencernaan value<α (0,05). Hal ini menunjukkan
(Akoso, 2013). Minyak jeruk bahwa ada pengaruh aromaterapi
meningkatkan aktifitas saraf parasimpatis lemon yang signifikan terhadap
dan menurukan aktivitas saraf simpatis intensitas mual dan muntah pada pasien
dengan mengurangi sekresi saliva gagal ginjal kronik yang menjalani
sehingga mengurangi rasa mual.Aroma hemodialisa di RSUD ungaran dan
yang bersifat stimulan seperti bau RSUD Ambarawa. Hal ini sejalan
minyak citrus limon akan mempengaruhi dengan hasil penelitian Dianty (2016)
lokus seruleus yang kemudian melepaskan yang mengemukakan bahwa ada
noradrenalin, serotonin dan endorfin pengaruh pemberian inhalasi
sehingga rasa mual muntah dapat menurun aromaterapi lemon terhadap morning
dikarenakan adanya rasa rileks dan sickness pada ibu hamil dengan p-
emosi yang stabil (Price, value=0,000.
2006).
Kelompok kontrol di RSUD
Emosi dapat mempengaruhi motilitas Ambarawa
lambung dengan bekerja melaui sistem
saraf outonom untuk memengaruhi derajat Dari hasil penelitian yang
ekstitabilitas otot polos lambung dilakukan oleh peneliti pada 17
(Sherwood, 2014). Pada kondisi tanpa responden yaitu kelompok kontrol di
stres, impuls dari serabut- serabut RSUD Ambarawa pre-test memiliki
parasimpatis (kolinergik) yang menonjol, nilai median sebesar 3,000 dengan
menyebabkan tubuh merasa nyaman dan intensitas minimal adalah 1 dan
menekan reflek mual dan muntah (Cook, maksimal 5. Intensitas mual dan
2008). Sistem saraf parasimpatis terletak di muntah pada 17 responden kelompok
batang otak (midbrain dan kontrol pro-test memiliki nilai median
medullaoblongata) dimana mengontrol 2,000 dengan intensitas minimal adalah
jantung dan 1 dan maksimal 4.

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa
143

Kelompok kontrol sebelum dan terbuka, glotis menutup dan palatum


sesudah dilakukan penelitian mole menyekat nasofaring, tekanan
didapatkan hasil bahwa, 15 responden tersebut juga memaksa isi lambung
(88,2%) mengalami mual dan muntah
melewati spingter untuk disemburkan
ringan. Menurut Grauendeman (2005)
faktor –faktor yang berperan dalam keluar melalui mulut (Kowalak, 2011).
mual dan muntah salah satunya penyakit
yaitu uremia. Pada pasien gagal ginjal Hasil uji Wilcoxon diperoleh p
kronis stadium akhir (end stage-renal value =0,025 kemudian dibandingkan
disease, ESRD) muncul gejala uremik dengan nilai α (0,05) dimana p
muncul dan mencakup mual, muntah, value<α (0,05) yang berarti ada
anoreksia, perubahan sensorium, perbedaan yang signifikan intensitas
kelemahan dan keletihan. Jika terapi mual dan muntah sebelum dan sesudah
dialisis atau transplantasi tidak dilakukan diberikan aromaterapi lemon pada
pasien akan mati (Morton, 2011). kelompok kontrol di RSUD
Ambarawa. Hal ini sejalan dengan
Muntah dikontrol oleh dua buah pusat
penelitian yang dilakukan Widagdo
di dalam medula oblangata. pusat muntah
(2014) membuktikan bahwaa ada
dan zona pemicu kemoreseptor
pengaruh aromaterapi lemon dan
(chemoreseptor trigger Zone, CTZ) pusat
relaksasi otot progresif terhadap
muntah memulai muntah yang sebenarnya.
penurunan mual muntah setelah
Pusat ini distimulasi dengan traktus
kemoterapi dengan p value = 0,001.
gastrointestinal dan pusat yang lebih
tinggi di dalam batang otak serta koteks
serebri dan CTZ. Berbagai stimulasi atau
toksin uremik yang terdapat pada mukosa SIMPULAN
gastointestinal meransangsang sel
enterocromaffin dan melepas serotin dapat Berdasarkan hasil penelitian ini
mengaktifkan zona tersebut (Corwin, dapat disimpulkan bahwa aromaterapi
2008). lemon berpengaruh terhadap intensitas
mual dan muntah pada pasien gagal
CTZ yang sudah diaktifkan ini akan ginjal kronik yang menjalani
mengirim implus saraf ke pusat muntah hemodialisa dengan p-value =0,000
dan rangakaian ini mulai terjadi Otot- dimana p-value<α (0,05).
otot abdomen dan diafragma berkontraksi,
gerakan peristaltik terbalik mulai terjadi
dan menyebabkan isi usus mengalir
balik ke dalam lambung serta
menimbulkan distensi lambung, lambung
mendorong diagfragma ke arah kavum
toraks sehingga terjadi kenaikan tekanan
intratorakal, tekanan ini memaksa spingter
esofagus bagian atas untuk

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa
144

DAFTAR PUSTAKA

Aklia, Susila. 2014. Keperawatan Medikal Bedah :Manajemen Klinis


Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi 8 Buku 1. Jakarta : Salemba
Medika
Akoso,Budi Tri. 2013. Bebas Masalah
Pencernaan. Kanisius: Yogyakarta
Astriana.2015. Pengaruh Lemon Inhalasi Aromatherapy Terhadap Mual
Pada kehamilan di BPS Varia Mega Lestari Lampung Selatan. Jurnal
Kebidanan Vol.1 No.3
Armiyati,Yunie. 2009. Tesis Kompolikasi Intradialisis yang dialami Pasien CKD
saat Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Bunner dan Suddart, 2013.


Keperawatan medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Cook, N. 2008 . Aromatherapy: reviewing evidence for its mecahanisme of
action and CNS effects. British Journal of Neuroscience Nursing, , diperoleh
dari www.proquest.com
Corwin E.J. 2008. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Edisi ke 3. Jakarta : EGC
Indonesian Renal Registry (IRR). 2014.
Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Diakses 17 September
2016
Jaelani. 2009. Aromaterapi. Ed.1.
Jakarta:Pustaka Populer Obor.
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buka Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Morton, Patricia Gonce,dkk.
2011.Keperawatan kritis Volume
1.Jakarta: EGC
Muchtaridi danMoelyono. 2015.
Aroma Terapi Tinjauan Aspek Kimia Medisinal. Yogyakarta: Graha Ilmu
Price,S.Lorraine M. 2006.
Patofisiologi, konsep klinis proses- proses penyakit Volume I Edisi 6. Jakarta :
EGC
Riskesdas, 2014. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.Diakses
6 September 2016
Sari, Imelda. 2013. Karakteristik penderita gagal ginjal kronik yang rawat inap

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa
145

di Rumah Sakit Umum Haji. Diakses 30 Januari 2021


Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta:
EGC
Wulandari, Mutiara Juni. 2015. Jenis- Jenis Komponen minyak Atsiri yang
diisolasi dari daun Citrus Aurantifolia and Citrus Nobilis. Pendidikan Biologi
FKIP UNS

Pengaruh Aroma Terapi Lemon Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Ungaran
dan RSUD Ambarawa

Anda mungkin juga menyukai