Askep Retardasi MentalL
Askep Retardasi MentalL
Askep Retardasi MentalL
OLEH
KELOMPOK 2
1. DORATEA KALLI
2. EKAWATI RAMBU JATI
3. SRIYANTI MONA
KUPANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahma-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan Retardasi Mental”.
Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan,motivasi,dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak.Untuk itu,penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihakyang telah
turut membantu dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari peranan berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan kepada penulis. Untuk itu,dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima
kasih kepada :
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………………………i.
Kata Pengantar………………………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..iii
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………………..1
Bab IV Penutup………………………………………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara
berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3 % dari seluruh
populasi , dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70. Sebagai sumber daya manusia tentunya
mereka tidak bisa dimanfaatkan,karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan
perawatan,bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya (Swaiman KF,1989).Sehingga
retardasi mental masih merupakan dilemma,sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat.
Demikian pula dengan diagnosis,pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah
yang tidak kecil.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat dan mengaplikasikan proses pemberian asuhan
keperawatan pada anak retardasi mental.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian retardasi mental
b. Mengetahui klasifikasi retardasi mental
c. Mengetahui etiologi retardasi mental
d. Mengetahui diagnosis dan gejala klinis
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien retardasi mental
f. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien retardasi mental
g. Mengetahui pencegahan terjadinya retardasi mental
h. Memahami asuhan keperawatan komprehensif pada anak dengan retardasi
mental
BAB II
TINJAUAN TEORI
Carter CH(dikutip dari Toback C.) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan
yang dianggap normal.
Menurut nilai IQ-nya maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut
(dikutip dari Swaiman 2018) :
Nilai IQ
Sangat superior 130 atau lebih
Superior 120-129
Diatas rata-rata 110-119
Rata-rata 90-110
Dibawah rata-rata 80-89
Retardasi mental borderline 70-79
Retardasi mental ringan(mampu didik) 52-69
Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51
Retardasi mental berat 20-35
Retardasi mental sangat berat Dibawah 20
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70,retardasi mental tipe ringan
masih mampu didik,retardasi mental tipe sedang mampu latih,sedangkan retardasi
mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur
hidupnya.Bila ditinjau dari gejalanya,maka Melly Budhiman membagi :
a. Tipe Klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini,karena
kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat penyebabnya sering kelainan
organic,kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus-menerus dan
kelainan ini dapat terjadi pada kelas social tinggi ataupun yang
rendah.Orangtua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini
cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada
anaknya.
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental,penyebab dari retardasi
mental sangat kompleks dan multifaktorial.Namun,ada beberapa factor potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental yang dinyatakan oleh Taft LT (2019)
dan Shonkoff JP (2019) antara lain
1) Non-organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b. Faktor sosiokultural
c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d. Penelantaran anak
2) Organik
2.1. Faktor Prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,kelainan
neurocutaneos)
b. Kelainan kromosom (X-linked,translokasi,fragile-X) – sindrom polygenic
familial
Penentu kemampuan pada setiap individu adalah kompleks dan banyak faktor. Tanpa
memandang tingkat kemampuannya, kemampuan setiap anak dipengaruhi oleh status integritas
maupun maturasi sistem saraf dan oleh sifat serta kualitas pengalaman hidupnya. Bebearap anak
terus menerus mangalami gangguan neurologis yang berarti dan kemampuannya berkembang
normal. Yang lain menampakan gangguan kognitif berat meskipun tidak ada tanda-tanda
neurologis setempat yang dapat dikenali atau bukti adanya riwayat faktor resiko disfungsi sistem
saraf sentral yang bermakna. Sebab-sebab neurologis retardasi mental mungkin terdapat pada
berbagai faktor seperti malformasi struktural otak, kelainan metabolik, dan defisoit sistem saraf
sentral yang terkait dengan infeksi, malnutrisi atau jejas hipoksik-iskemik. Berdasarkan
pengalaman tanda-tanda retardasi dapat dikenali dengan adanya riwayat disfungsi penyedia
perawatan yang terkait dengan psikopatologi orangtua, disorganisasi keluarga yang ekstrim, atau
kesulitan ekonomi. Anak yang hidup dalam kemiskinan biasanya rentan terhadap beban stres
sosial yang kumulatif maupun kerentanan biologis yang lebih besar yang terkait dengan faktor-
faktor resiko lebih tinggi seperti komplikasi perinatal dan defisiensi nutrisi.
Gangguan Prakonsepsi
Kelainan gena tunggal (misalnya: kesalahan metabolisme bawaan, gangguan neurokutan)
Kelainan kromosom (misanya: gangguan terkait-X, translokasi, X fragile)
Sindrom poligenik familial.
Gangguan Embrio Awal
Gangguan kromosom (misalnya: trisomi, mosaiks)
Infeksi (misanya: sitomegalovirus, rubella, toksoplasmosis, virus imunodefisiensi manusia)
Teratogens (misalnya: alkohol, radiasi)
Disfungsi plasenta
Malformasi sistem saraf sentral kongenital (idiopatik)
Gangguan Otak Janin
Infeksi (misanya: virus imunodefisiensi manusia, toksoplasmosis, sitomegalovirus, herpes
simpleks)
Toksin (misalnya: alkohol, kokain, timah hitam, fenilketonuria pada ibu)
Insufisiensi plasenta /malnutrisi intrauteri
Kesukaran Perinatal
Prematur ekstrim
Jejak hipoksik – iskemik
Perdarahan intrakranium
Gangguan metabolik (misalnya : hipoglikemia, hiperbilirubinemia)
Infeksi misalnya herpes simpleks, meningitis bakteria)
Gangguan Otak Pascahlahir
Infeksi (misalnya ensefalitis, meningitis)
Trauma (misalnya jejas kepala berat)
Asfiksia (misalnya hampir tenggelam, apneu lama, tercekik)
Gangguan metabolisme (misalnya hipoglikemia, hepernatremia,)
Toksin (misalnya : tima hitam)
Perdarahan intrakranium
Malnutrisi
Gangguan Berdasarkan Pengalaman Pascahlahir
Kemiskinan dan disorganisasi keluarga
Disfungsi interaksi penyedia perawatan
Psikopatologi orang tua
Orang tua yang menyalahgunakan obat
Pengaruh – pengaruh yang belum diketahui
Behrman, dkk.2018
Tabel di atas merupakan daftar faktor – faktor yang berpotensi turut menimbulkan patogenesis
retardasi mental dari prakonsepsi sampai awal tahun – tahun masa kanak – kanak. Hanya sedikit
faktor etiologi yang termasuk dalam tabel ini, namun memberikan kejelasan sempurna mengenai
fenomena retardasi pada setiap individu agaknya ketidakmampuan perkembangan
menggambarkan interaksi yang kompleks antara berbagai faktor risiko dan faktor protektif.
2.4 Diagnosis dan Gejala Klinis Retardasi Mental
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata congenital,yang kadang-kadang gambaran stigmata
mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu.Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan
gejala yang sering disertai retardasi mental yaitu (Swaiman,2019):
1. Kelainan pada mata
1.1. Katarak
a. Sindrom Cockayne
b. Sindrom Lowe
c. Galaktosemia
d. Sindrom down
e. Kretin
f. Rubella prenatal
1.3. Korioretinitis
a. Lues Kongenital
b. Penyakit sitomegalo virus
c. Rubela prenatal
2. Kejang
2.1. Kejang umum tonik klonik
a. Defisiensi glikogen shintetase
b. Hiperlisinemia
c. Hipoglikemia,terutama yang disertai glycogen storage disease
I,III,IV,VI
d. Phenyl ketonuria
e. Sindrom malabsorbsi methionin
3. Kelainan kulit
Bintik café-au-lait
a. Ataksia – telengiektasia
b. Sindrom Bloom
c. Neurofibromatosis
d. Tuberous sclerosis
4. Kelainan rambut
4.1. Rambut rontok
a. Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopatik
4.2. Rambut cepat memutih
a. Atrofi progresif serebral hemisfer
b. Ataksia telangiektasia
c. Sindrom malabsorbsi methionin
4.3. Rambut halus
a. Hipotiroid
b. Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
c. Hidrosefalus
d. Mucopolisakaridase
e. Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-wili
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya adalah sebagai berikut :
Anak dengan temuan-temuan fisik yang menunjukan sindrom-sindrom yang dapat dikenali yang
disertai dengan retardasi mental harus diidentifikasi pada saat lahir atau selama awal masa bayi.
Sindrom down dan mikrosefali primer merupakan contoh keadaan- keadaan demikian. Namun,
gangguan ini mewakili sebagian kecil anak kecil dengan gangguan intelektual. Sebagian besar
anak diidentifikasi karena kegagalannya dalam memenuhi harapan – harapan sesuai dengan
umurnya.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemerisaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental yaitu ( Shonkoff JP,2018):
1. Kromosom kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan congenital
d. Genitalia abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT(Cranial Computed Tomography) atau MRI(Magnetic Resonance Imaging )
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang local
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi congenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intracranial
g. mikrosefali
5. Serum asam urat (uric acid serum)
a. Choreoatetosis
b. Gout
c. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolic
b. Kejang mioklonik
c. Kelemahan yang progresif
d. Ataksia
e. Degenerasi retina
f. Ophtalmoplegia
g. Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degenerasi retina
e. Opthalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
a. Acrodermatotis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan yang involunter
b. Sirosis
c. Cincin Kayser-Fleischer
11. Serum asam amino atau asam organic
a. Kejang yang tidak diketahui penyebabnya
b. Gagal tumbuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Mikrosefali
f. Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma ammonia
a.Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit
a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
b. Atrofi N.Optikus
c. Degenerasi retina
d. Serebelar ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
i. Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
b. Anggota gerak yang pendek
c. Badan yang pendek
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
g. Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. kejang
16. Urin ketoacid
a. Kejang
b. Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
a. Muntah-muntah
b. Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
c. Gejala disfungsi autonomic
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual
oleh sebab itu sebaiknya :
a. Dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual
untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin
b. Melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama
kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis
penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada,pekerja social
diperlukan untuk menilai situasi keluarganya.
c. Melibatkan ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi,cerebral palsy
d. Melibatkan psikiater bila anak menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila
orangtuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga
e. Melibatkan ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang
perkembangan motorik dan sensoriknya
f. Melibatkan ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk
merangsang perkembangan bicaranya serta diperlukan guru pendidikan luar biasa
untuk anak-anak yang retardasi mental.
g. Bagi orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan serta diperlukan
kerjasama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi
kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak di sekolah dan di
rumah,anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak
diejek atau dikucilkan
h. Masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar mereka
dapat menerima anak tersebut dengan wajar
i. Diberikan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan taraf IQ-nya mereka
digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang
mampu dilatih untuk anak dengan retardasi mental sedang,
j. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental adalah SLB-C di sekolah ini
diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri
dikemudian hari diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu
sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji sperti
mencuri,merampas,kejahatan seksual
k. Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya.
l. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan