Askep Homecare (DM) Marinda

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HOMECARE PADA KLIEN DENGAN MASALAH


DIABETES MELITUS DI WILIYAH KERJA PUSKESMAS OEBOBO

OLEH:
MARINDA MANIMALAI
20201676

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
2021
A. KONSEP DASAR TEORI KELUARGA
1. Pengertian
 BKKBN (1992), keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
 Friedman (1998), keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui tipe keluarga, diantaranya:
1. Tipe keluarga tradisional
 Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak (kandung atau angkat)
 Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, keponakan, bibi,
paman
 Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak
 “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga terdiri dari satu orang tua (ayah
atau ibu) dengan anak (kandung /angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian
 “Single Adullt” yaitu suatu rumah tangga hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja/kuliah)
2. Tipe keluarga non tradisional
 The unmerriedteenege mather yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
 The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri
 Commune family merupakan beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sam, pengalaman yang sama: sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama
 The non marital heterosexual cohibitang family merupakan keluarga yang
hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
 Gay and lesbian family merupakan seseorang yang mempunyai persamaan
sex hidup bersama sebagaimana suami-istri
 Cohibitng couple merupakan orang dewasa yang hidup bersama diluar`
ikatan perkawinan karena beberapa alas an tertentu
 Group-marriage family merupakan beberapa orang dewasa menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah,
berbagi sesuatu termasuk sexual dan memperbesarkan anaknya
 Group network family merupakan keluarga inti yang dibatasi set aturan
atau nilai-nilai, hiduo bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
tangggung jawab membesarkan anaknya
 Foster family merupakan keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang
tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya
 Homeless family merupakan keluarga yan terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
 Gang merupakan sebuah bentuk keluarga yang bersifat destruktif dari
orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal
dalam kehidupannya

3. Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap I (pasangan keluarga baru atau keluarga pemula)
Dimulai saat individu (pria dan wanita) membentuk keluarga melalui
perkawinan. Tugas perkembangannya adalah
 Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan lain-lain
 Keluarga berencana
2) Tahap II (Keluarga dengan anak Pertama/ Child bearing)
Tahap ini dimulai saat anak pertama lahir sampai berusia kurang dari 30 bulan.
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangannya:
 Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
 Membagi peran dan tanggung jawab
 Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
 Menata ruang untuk anak
 Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
3) Tahap III (keluarga dengan Anak prasekolah)
Tahap ini dimulai dari anak pertama berusia 2,5 tahun sampai 5 tahun. Pada
tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, bergaul dengan
teman sebaya, sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan, sangat rawan
dalam masalah kesehatan, karena tidak tau mana yang kotor dan bersih. Tugas
perkembangannya:
 Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
 Membantu anak bersosialisasi
 Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi
 Mempertahankan hubunga di dalam maupun di luar
 Pembagian waktu individu, pasangan dan anak
 Pembagian tanggung jawab
 Merencanakan waktu stimulus tumbuh dan kembang anak.
4) Tahap IV (keluarga dengan anak usia sekolah)
Dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan mulai sekolah dasar dan
berakhir pada usia 13 tahun dimana merupakan awal dari masa remaja. Tugas
perkembangannya:
 Keluarga beradaptasi terhadap pengaruh teman dan sekolah anak
 Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan diluar rumah, sekolah, dan
lingkungan yang lebih luas.
 Mendorong anak untuk mencapai pengembangan dan intelektual.
 Menyediakan aktivitas untuk anak.
 Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga
 Meningkatkan komunikasi terbuka.
5) Tahap V (keluarga dengan anak remaja)
Dimulai sejak anak berusia 13 tahun sampai 20 tahun. Tahap ini adalah tahap
yang paling rawan karena anak akan mencari identitasnya dalam membentuk
kepribadiannya, menghendaki kebebasan, mengalami perubahan kognitif dan
biologi, menyita banyak perhatian budaya orang muda, oleh karena itu teladan
dari kedua orang tua sangat diperlukan. Tugas perkembangannya:
 Pengembangan terhadap remaja
 Memelihara komunikasi terbuka
 Memelihara hubungan intim dengan keluarga
 Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga
6) Tahap VI (keluarga dengan anak dewasa muda/tahap pelepasan)
Dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah orang tua sampai dengan
anak terakhir. Tugas perkembangannya:
 Memperluas keluarga inti jadi keluarga besar
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
 Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
 Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergiannya
 Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit atau memasuki masa tua
 Orang tua berperan suami dan istri, kakek nenek
 Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya
7) Tahap VII (keluarga usia pertengahan)
Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangannya adalah:
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
 Mempertahankan kesehatan
 Meningkatkan keakraban pasangan
 Mempertahankan kesehatan dengan olaraga, pengontrolan BB, diet
seimbang, istirahat yang cukup.
 Mempunyai lebih banyak waktu dalam mengolah minat sosial dan waktu
santai
 Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua
 Keakraban pasangan
 Persiapan masa tua
8) Tahap VIII (keluarga usia lanjut)
Dimulai saat salah satu atau kedua pasangan ini memasuki masa pensiun
sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangannya adalah:
 Mempertahankan susana rumah yang menyenagkan
 Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
 Mempertahan keakraban suami istri yang saling merawat
 Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
 Melakukan life riview (Dion dan Betan, 2013).

4. Struktur Keluarga
Parad dan Caplan yang diadopsi oleh Friedman 1965 mengatakan ada 4 elemen
struktur keluarga yaitu:
1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan peran di lingkungan masyrakat atau peran
formal dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan
anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku
keluarga yang mendukung kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
1. Fungsi Afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebbutuhan resiko
social. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah
 Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung anatar anggotakeluarga, mendapatkan kasih saying dan
dukungan dari anggota yang lain. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/masyarakat.
 Saling menghargai.
 Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.

Fungsi afektif merupakan sumber energy yang menentukan kebahagiaan


keluarga . keretakan keluarga kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul
karena fungsi afektif didalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan
social (Friedman 1986). Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang disekitarnya. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-
norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
memenuhi kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998):
1. Mengenal masalah kesehatan
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Member perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat

6. Keluarga Sebagai System


Keluarga merupakan system social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau
lebih yang mempunyai peran social yang berbeda dengan ciri saling berhubungan
dan tergantung antar individu. Alasan keluarga disebut sebagai system adalah sbb:
1. Keluarga mempunyai subsistem: anggota, fungsi, peran, aturan, budaya dan
lainnya yang dipelajari dan dipertahakan dalam kehidupan keluarga
2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar subsistem
3. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi
supra-sistemnya.
Keluarga sebagai system mempunyai karakteristik dasar yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Keluarga sebagai system terbuka. Suatu system yang mempunyai kesempatan
dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan (masyrakat) sekitarnya
2. Keluarga sebagai system tertutup. Suatu system yang kurang mempunyai
kesempatan, kurang mau menerima atau member perhatian kepada lingkungan
(masyarakat) sekitarnya.
B. KONSEP DASAR TEORI PENYAKIT
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun,
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Kusuma dan
Nuratif, 2015).
Menurut smeltzer et al (2009) dalam Kusniawati, 2011 DM merupakan suatu
penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multisistem dan mempunyai
karakteristik hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang
tidak adekuat. Sedangkan Black dan Hawks (2009) DM merupakan suatu penyakit
kronis yang ditandai oleh ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein sehingga menyebabkan hiperglikemia (peningkatan
kadar gula darah).

2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM) (Kusuma dan Nuratif, 2015).

3. Etiologi
1). Diabetes tipe I:
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh:
(a). Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I.
(b). Faktor-faktor imunologi (autoimun)
(c). Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2). Diabetes Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor
resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga, (Kusuma dan Nuratif, 2015).

4. Pathway
Inadekuat insulin

Gg. metabolisme insulin

Defisiensi insulin metabolisme lemak & protein

Hiper/hipo glikemia fungsi leukosit BB lipolisin

Batas melebihi kemampuan selera makan OS lemak


ambang ginjal fagosit luekosit bebas
turun

Dieresis osmotik ketidakseimbangan


invasi MO nutrisi

Poliuria Resiko infeksi


p.bentukan
p.bentukan
asam aseto
Defisit volume lipoproton
neuropati sensori asetat
cairan perifer

Dehidrasi dan klien tidak merasa


kehilangan p.bentukan Asidosis
sakit badan keton
elektrolit

nekrosis luka
Syok hipovolemi badan keton

gangrene
Suplsi O2 ke
ketosis dibuang
otak turun
Gg integritas kulit

Ginjal paru
Koma

Urin keton nafas bau


Intoleransi aktivitas aseton
5. Tanda dan Gejala
Timbul gejala khas berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemas dan berat
badan menurun. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, luka yang lama sembuh (Kusuma dan Nuratif, 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu <140 mg/dl
2. Kadar glukosa darah puasa 70-110 mg/dl.
3. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skring atau
evaluasi pengobatan bukan diagnostik
4. Tes toleransi glukosa digunakan jika TTGO tidak bermakna.
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
(1). Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
(2). Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
(3). Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
(World Health Organization, Diabetes Melitus, Report of a WHO study group. Teach Repor Series No. 727, 1985)
kutipan dalam Brunner & Suddarth (2002)

7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan DM adalah menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Lima pilar utama dalam pengelolaan DM yaitu pengaturan pola
makan (diet), latihan fisik, monitoring gula darah, obat berkhasiat hipoglikemik dan
penyuluhan (Brunner dan Suddarth, 2009 dalam Kusniawati 2011). Kelima pilar
pengelolaan DM ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaturan pola makan (diet)
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi atau dihindari yaitu
makanan yang banyak mengandung gula sederhana (seperti gula pasir, sirop, es
krim, kue – kue manis), mengandung banyak lemak (seperti cake, goring –
gorengan, fast food), serta makanan yang banyak mengandung natrium
(makanan yang diawetkan, telur asin dan lain sebagainya) (Almaitsier, 2006).
2. Latihan fisik
Latihan fisik dianjurkan dilakukan secara teratur minimal 3 – 5 kali
seminggu, lamanya kurang lebih 30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE
(continous rhythmical, interval, progressive, endurance training). Latihan fisik
diupayakan agar mencapai zona latihan yaitu 75 – 80% denyut nadi maksimal
(220 – umur) (ADA, 2010). Jenis latihan yang dapat dilakukan oleh klien DM
tipe 2 adalah olahraga ringan dengan cara berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olahraga sedang dengan cara berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga cepat
misalnya jogging. Klien dengan kadar glukosa darah >250 mg/dL, tidak
dianjurkan untuk melakukan latihan fisik karena akan meningkatkan kadar
glukosa darah dan benda keton.
Beberapa kegunaan latihan fisik secara teratur setiap hari bagi klien DM
adalah :
a) Meningkatkan kepekaan insulin (glucose uptake), apabila dilakukan setiap 1
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada klien
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.
c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplay oksigen.
d) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein.
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka dengan latihan fisik
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigeliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Pemantauan (monitoring) gula darah
Monitoring kadar gula darah secara teratur merupakan salah satu bagian
dari penatalaksanaan DM yang penting dilakukan oleh klien DM. Oleh karena
itu klien DM harus memahami alasan dan tujuan dari pemantauan kadar gula
darah secara teratur tersebut sehingga akan meningkatkan keterlibatan klien
secara langsung dalam pengelolaan penyakitnya. Pemeriksaan kadar glukosa
darah secara teratur ini merupakan evaluasi dari penatalaksanaan DM yang
dilakukan oleh klien seperti diet, latihan fisik dan minum obat secara teratur.
Klien DM diperbolehkan untuk mengukur kadar glukosa darahnya seacar
mandiri minimal dua sampai tiga kali per minggu (Brunner & Suddarth, 2009).
4. Pengobatan
a. Obat Hipoglikemik Oral
1). Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh
sel – sel beta pancreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita
DM tipe dengan berat badan berlebihan.
2). Golongan Binguanad / metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai
obat tunggal pada pasien kelebihan berat badan.
3). Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Obat ini mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula disaluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Pemberian Insulin
1). Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml
ijeksi) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat diberikan
kepada DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang
tidak berhasil dengan penggunaan obat–obatan anti DM dengan dosis
maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat–obatan tersebut.
Bila mangalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktak, stress berat
karena infeksi sistemik, pasien operasoi berat, wanita hamil dengan
gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2). Jenis insulin
a. Insulin kerja cepat : jenisnya adalah regular insulin cristalin zink,
dan semilente.
b. Insulin kerja sedang : jenisnya adalah NPH ( Netral Protamine
Hagerdon).
c. Insulin kerja lambat : jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin).
5. Penyuluhan
Penyuluhan diperlukan bagi klien diabetes karena penyakit DM tipe 2
berhubungan dengan gaya hidup. Penyuluhan yang diberikan kepada klien
adalah program edukasi diabetes yang merupakan pendidikan dan pelatihan
tentang pengetahuan dan keterampilan bagi klien diabetes. Penyuluhan
kesehatan tentang bagaimana memilih jenis makanan (biasanya pembatasan
karbohidrat), pelaksanaan olahraga, aturan minum obat, perawatan kaki dan
menggunakan hasil pemeriksaan glukosa darah untuk memonitor dan
mengevaluasi efektifitas manajemen diabetes jangka pendek merupakan
komponen penting yang harus diperhatikan pada manajemen klien DM tipe 2.

8. Komplikasi Diabetes Melitus


1. Komplikasi Akut
Komplikasi metabolik Diabetes Mellitus disebabkan oleh perubahan relatif akut
dari konsentrasi glukosa plasma yang meliputi :
a. Hipoglikemia
b. Hiperglikemia
2. Komplikasi kronik
Terdapat banyak komplikasi jangka panjang pada DM. Sebagian besar
disebabkan langsung oleh tingginya konsentrasi glukosa darah. Komplikasi DM
tersebut hampir mengenai semua organ tubuh. Komplikasi kronis ini berkaitan
dengan gangguan vaskular, yaitu: komplikasi mikrovaskular dan komplikasi
makrovaskular.
a. Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati Diabetik (kerusakan mata),
Nefropati Diabetik (Kerusakan Ginjal), Neuropati Diabetik (Kerusakan
Saraf),
b. Komplikasi makrovaskuler akan mengakibatkan penyumbatan vaskular.
Jika mengenai arteri-arteri perifer, maka dapat mengakibatkan insufisiensi
vaskular perifer yang disertai klaudikasio intermitten dan ganggren pada
ekstremitas serta insufisiensi serebral dan stroke. Jika yang terkena adalah
arteri koronaria dan aorta maka dapat mengakibatkan angina dan infark
miokardiun.
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
 Identitas (usia, jenis kelamin)
 Keluhan utama (polidipsi, poliuria, polifagia)
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
 Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
 Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
 Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
 Integritas Ego
Stress, ansietas
 Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
 Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
 Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
 Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
 Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /tidak)
 Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Masalah Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorbsi
2. Defisit volume cairan b/d diuretik osmotic
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
4. Resiko infeksi b/d perlukaan jaringan

3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan NIC
1 Ketidakseimban Goal: Ketidakseimbangan NIC Label 1 : Monitor Nutrisi
gan nutrisi nutrisi kurang dari keb.
1). Kaji adanya alergi makanan
kurang dari keb. Tubuh teratasi
Tubuh b.d 2). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Objectif: gangguan absorbsi
gangguan menentukan jumlah kalori nutrisi yang
teratasi
absorbsi dibutuhkan pasien
Outcomes: setelah
3). Anjurkan pasien meningkatkan protein
perawatan:
dan vit. C
1). Mampu menidentifikasi
4). Berikan informasi tentang jumlah
kebutuhan nutrisi
nutrisi
2). Tidak ada tanda-tanda
5). Kaji kemampuan pasien untuk
malnutrisi
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
3). Penurunan BB
6). Monitor adanya penurunan BB
7). Jadwalkan pengobatan dan tindakan
selama makan
8). Monitor turgor kulit
9). Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
10). Monitor kadar albumin, Hb, Ht dan
total protein
2 Defisit volume Goal: Defisit volume cairan NIC Label 1: Manajemen Nutrisi dan
cairan b.d teratasi Cairan
diuretik osmotic
Objectif: diuretik osmotic 1). Pertahankan cairan intake dan output
Outcomes:selama perawatan 2). Monitor status dehidrasi
kriteria hasil:
3). Monitor TTV
1). Mempertahankan urin
4). Monitor asupan makanan/minuman
output sesuai usia, BB,
BJ urin normal, HT 5). Kolaborasi pemberian cairan
normal
6). Monitor status nutrisi
2). TTV dalam batas normal
7). Anjurkan keluarga membantu pasien
3). Tidak ada tanda-tanda makan
dehidrasi
8). Anjurkan pasien banyak minum
9). Kolaborasi dengan dokter jika terdapat
cairan berlebih muncul memburuk
10). Persiapan untuk tranfusi
4. Implementasi keperawatan
Pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan untk mencapai tujuanrencana
tindakan yang telah disusun setiap tindakan keperawatan agar tindakan keperawatan
berlanjut baik tindakan independen, dependen dan interdependepen
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. (2002). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2.


Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
American Diabetes Association. 2010. Standards Of Medical Care In Diabetes.

Bullechek, Gloria, Butcher, Howard, dkk. (2013). Nursing Invention Classifications


(NIC), Edition 6, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press,
2004.
Dion, yohanes dan Betan, Yasinta. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep
dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika

Kusniawati. 2011. Analisis Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Self Care Diabetes
Pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Tanggerang.
Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan
Universitas Indonesia.
Kusuma, Hardhi dan Nuratif, Huda, Amin. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan
Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardhi.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. (2013). Nursing Out Comes (NOC), Edition 5.
United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Smeltzer, C.S dan Bare, G.B. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth. Vol.2. Ed.8. Jakarta:EGC

T, Heather, Herdman. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:


definisi & Klasifikasi Ed. 10. 2015-2017. Penerbit buku kedokteran EGC :
Jakarta
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Jl. Manafe No.17 Kota Baru, Oebufu
Telp/faks (62-0380) 8553961/8553590
Kupang – NTT Indonesia

FORMAT PENGKAJIAN HOME CARE


Instansi Kesehatan : Puskesmas Oebobo Kupang
Mahasiswa/NIM : Marinda Manimalai
Pembimbing Institusi : Ns. Meriyanti, S.Kep ttd:
Pembimbing Klinik : ttd:
Tanggal Pengkajian : Sabtu, 29 Mei 2021 Jam Pengkajian: 09.30

A. IDENTITASKELUARGA
1. Identitas kepala keluarga
Nama : Tn. D.S
Umur : 82 tahun
No. HP :
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan polisi
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Oetete RT 026/ Rw 008

2. Komposisi keluarga
Umu L/ Hubunga Status Ke
No Nama Pendidikan Pekerjaan
r P n Kesehatan t

1 Tn. D.S 82 L Suami SMA Pensiunan Stroke


Polisi

2 Ny. S 71 P Istri SMP IRT DM


3. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan : Pasien
: Meninggal : garis keturunan : Tinggal serumah

B. Tahap Perkembangan dan Riwayat Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Tahap VIII yaitu tahap keluarga usia lanjut, dimana Tn D.S adalah kepala
keluarga yang mengalami stroke dan Istrinya Ny. S.S sebagai Ibu rumah tangga.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah Ny. S.S dan suaminya. Ny.
S.S mengalami diabetes yang tidak terkontrol
2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
U Jenis Tindakan yang
N Keadaan Masalah
Nama mu BB Imunisas telah
o. Kesehatan Kesehatan
r i dilakukan

1 Tn. D.S 82 48 Sedang Lengkap Kelumpuhan Minum obat


sakit dengan otot
Tidak kontrol
Stroke yang lemah,
kesulitan
berjalan

2 Ny. S.S 71 60 Sedang Lengkap Kadar gula -Minum obat:


sakit DM darah yang -Menghindari
tidak makanan yang
manis,
seimbang
berminyak,
pedas dan asin.
C. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah:
Luas rumah Ny. S.S +90 m2, tipe rumah Ny. S.S adalah tipe rumah sederhana
dimana rumah tersebut dirancang secara efektif untuk memenuhi kebutuhan
penghuni dilahan terbatas. Rumah Ny. S.S kurang mendapat sinar matahari,
karena banyak pohon disamping dan ventiasi kecil kemudian jendela jarang
dibuka serta terdapat barang-barang yang berserakan di ruang tamu. Keluarga
Ny. S.S menggunakan air PDAM.
2. Karakteristik lingkungan rumah (tetangga dan komunitas)
Ny. S.S tinggal di kelurahan Oetete RT 026/ RW 008, dan dikelilingi oleh
beberapa rumah yang merupakan tetangga terdekatnya. Interaksi antar tetangga
baik dan sering mengikuti kegiatan yang melibatkan tetangga terdekat. Fasilitas
kesehatan yang dekat dengan rumah Ny. S.S yaitu puskesmas Oebobo dan RS
Bhayangkara. Ny. S.S Mengatakan sering melakukan kontrol di RS
Bhayangkara

D. Fungsi Perawatan Kesehatan


a) Mengenal masalah kesehatan
Ny. S mengatakan ia tahu bahwa ia mengalami penyakit diabetes melitus/gula
darah. Penyebabnya karena pola hidup kurang sehat. Keluarga juga tahu
penyakit tersebut, karena salah satu anaknya juga mengalami penyakit gula
darah
b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Ny. S mengatakan jika penyakitnya bertambah parah ia langsung ke RS untuk
memeriksa dan mendapatkan pengobatan. Tapi jika tidak ia tidak ke RS
c) Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Anak Ny.S mengatakan selalu menemani dan mengantar ibunya kontrol saat
sakit di RS. Ny. S dan anaknya juga mengurangi makanan yang manis-manis
untuk mencegah peningkatan kadar glukosa dalam darah
d) Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Ny. S mengatakan biasa berobat ke RSB dan Puskesmas Oebobo saat sakit saja.
Ny. S dan keluarganya tidak kontrol rutin terkait DM yang dialami.
E. ANAMNESE DAN PEMERIKSAAN FISIK (fokus pada penderita)
1. Inisial Pasien : Ny. S.S
2. Umur : 71 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : IRT
7. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
8. Status perkawinan : Menikah
9. Alamat : Oetete RT 026/ Rw 008

F. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1. Keluhan utama: klien mengatakan tidak rutin kontrol gula darah
2. Riwayat penyakit saat ini: klien mengatakan mempunyai riwayat DM dan baru
kontrol 1 minggu yang lalu hasilnya normal dan klien tidak mengonsumsi obat
rutin hanya mengonsumsi di saat gula darahnya tinggi saja. Kontrol terakhir 1
minggu yang lalu gula darah 130 mg/dl
3. Penyakit yang pernah diderita: Klien mengatakan punya riwayat Hipertensi,
maag dan operasi mata
4. Penyakit yang pernah diderita keluarga: klien mengatakan tidak ada penyakit
turunan atau penyakit kronis lainnya
5. Riwayat alergi: Klien mengatakan alergi minyak goreng
6. Diagnosa medik saat ini: DM
7. Lainnya: tidak ada

G. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum: baik
2. Kesadaran: compos metis
3. Usia: 71 tahun, TB: 155 cm, BB: 60 kg, BB Ideal: 46,7 kg
4. Suhu: 36,5 ºC
5. Denyut nadi: 78 x/mnt, teratur.
6. Tekanan darah: 150/80 mmHg, duduk
7. Frekuensi nafas: 24 x/menit
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
1) B1 (Breathing)/Pernafasan:
 Irama pola nafas : teratur
 Suara nafas : vesikuler
 Sesak nafas : tidak ada
 Batuk : tidak ada
 Auskultasi :
 Lobus kanan atas: vesikuler
 Lobus kiri atas: vesikuler
 Lobus kanan bawah: vesikuler
 Lobus kiri bawah: vesikuler
 Lainnya
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

2) B2 (Blood)/Kardiovaskuler
 Irama jantung : normal
 Nyeri dada : tidak ada
 Bunyi jantung : Lub-dub
 Capillary Refill Time (CRT): < 3 detik
 Akral : hangat
 Lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

3) B3 (Brain)/persarafan dan Pengindraan


 GCS :eye: 4 , verbal: 5 , motorik: 6 , total: 15
 Refleks fisiologi :
 Refleks patologis :
 Istirahat/tidur : klien mengatakan tidur ± 8 -10 jam per hari
 Gangguan tidur : tidak ada
 Lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

 Pupil : isokor
 Sklera/konjungtiva : tidak ikterik/anemis
 Reaksi terhadap cahaya : +/+
 Gangguan penglihatan : klien bisa membaca tanpa pakai kacamata
 Bentuk telinga : simetris
 Gangguan pendengaran : ya, berbicara dengan klien harus suara keras
 Bentuk hidung : normal, simetris, tidak ada edema dan polip
 Gangguan penciuman : klien bisa membedakan bau
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

4) B4 (Bladder)/Perkemihan
 Kebersihan: bersih
 Jumlah urine:1.200 cc/hari, warna urine : kuning Jernih, bau urine: Amoniak
 Alat bantu (kateter, dll): tidak ada
 Kandung kemih membesar: tidak
 Nyeri tekan: tidak ada
 Gangguan : tidak ada
 Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

5) B5 (Bowel)/Pencernaan
 Nafsu makan : baik
 Porsi makan : 3 kali sehari habis
 Minum : 1.200 cc/hari, jenis yang diminum: air putih
 Mulut : bersih
 Membran mukosa : lembab, tidak ada stomatitis
 Tenggorokan : tidak ada nyeri menelan
 Abdomen : tidak ada nyeri tekan
 Peristaltik : 15 x/menit
 Pembesaran hepar : tidak ada
 Pembesaran lien : tidak ada
 Buang air besar : 2 x/hari, tidak teratur
 Konsistensi: lunak, bau: khas feses, warna: kuning
 Lain-lain : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
6) B6 (Bone)/Muskuloskeletal dan Integumen
 Kemampuan pergerakan sendi: bebas
 Kekuatan otot: 5 5

5 5
 Warna kulit: putih
 Turgor kulit: keriput
 Edema : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

7) Endokrin
 Pembesaran tiroid : tidak ada
 Hiperglikemia : ada
 Hipoglikemia : tidak ada
 Luka gangren : tidak ada
Masalah keperawatan:

8) Personal hygiene
 Mandi : 2 x/hari (mandiri)
 Keramas : 3 x/ seminggu (mandiri)
 Ganti pakaian : 2 x/ hari(mandiri)
 Sikat gigi : 2 x/hari(mandiri)
 Memotong kuku : 1 x/minggu
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

9) Psiko-sosio-spiritual
 Orang yang paling dekat: suami dan cucu
 Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: klien mengatakan
hubungan sosial dengan tetangga baik
 Kegiatan ibadah: klien mengatakan selalu sholat.
 Konsep diri:
 Harga diri: klien mengatakan tetap percaya diri
 Ideal diri: klien mengatakan sudah sembuh
 Identitas diri: klien mengatakan ia seorang IRT
 Gambaran diri: klien mengatakan merasa puas dengan dirinya

Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

THERAPI SAAT INI


Tgl No Jenis Obat Dosis Indikasi Kontra Indikasi

1 Novorapid 6-10 u Terapi atau Pasien yang mengalami


pengobatan
Flexpen hipoglikemia, Alergi atau
untuk Diabetes
Melitus hipersensivitas terhadap obat ini.

H. MASALAH KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan

Kupang, 29 Mei 2021


Mahasiswa (Pengambil Data)

(Marinda Manimalai, S.Kep)


II. ANALISA DATA

No Hari/tanggal Data Etiologi Masalah


Sabtu, DS: Pasien mengatakan Kurang Ketidakefektifan
29/05/2021 punya riwayat DM tapi pengetahuan manajemen
tidak kontrol dan tidak tentang kesehatan
minum obat rutin, gula program
darah kontrol terakhir 1 terapeutik
minggu yang lalu 130
mg/dl
DO :
- RR 24xmenit
- N: 73x/m
- TD 150/80 mmhg

III. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d Kurang pengetahuan tentang program


terapeutik ditandai dengan Pasien mengatakan punya riwayat DM tapi tidak kontrol
dan tidak minum obat rutin, gula darah kontrol terakhir 1 minggu yang lalu 130 mg/dl,
RR 24xmenit, N: 73x/m, TD 150/80 mmhg.

IV. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Ketidakefektifan Goal: Ketidakefektifan manajemen NIC Label 1: Pengajaran:
manajemen kesehatan teratasi Proses Penyakit
kesehatan b.d
Objektive: klien mampu 1. Kaji tingkat
Kurang pengetahuan pasien
mengetahui tentang program
pengetahuan terapeutik terkait dengan penyakit
tentang program 2. Menjelaskan tanda dan
terapeutik ditandai Outcomes: Selama 3x kujungan gejala penyakit
dengan Pasien klien akan menunjukkan: 3. Jelaskan proses
mengatakan punya penyakit
riwayat DM tapi NOC Label 1: Manajemen diri: 4. Edukasi pasien
Diabetes mengenai tidakan
tidak kontrol dan
tidak minum obat mengontrol/minimalka
a. Berpartisipasi dalam program
rutin, gula darah n gejala
edukasi yang dianjurkan (4-5)
NIC Label 2: Konseling
kontrol terakhir 1 b. Melakukan prosedur yang benar
Nutrisi
minggu yang lalu untuk pengecekan kadar glukosa
130 mg/dl, RR darah (4-5) 1. Kaji asupan dan
24xmenit, N: c. Mengikuti diet yang kebiasaan makan
73x/m, TD 150/80 direkomendasikan (4-5) pasien
mmhg. Indikator:
1. Tidak pernah menunjukan 2. Berikan informasi
2. Jarang menunjukan sesuai kebutuhan
3. Kadang-kadang menunjukan tentang diet
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan 3. Evaluasi kemajuan
tujuan modifikasi diet
NOC Label 2: Pengetahuan:
Manajemen Diabetes
a. Tanda dan gejala awal penyakit
(4-5)
b. Faktor-faktor penyebab (4-5)
c. Strategi diet yang dianjurkan (4-
5)
Indikator:
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak

V. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Kunjungan I
Diagnosa Hari/tgl Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Ketidakefektifan Sabtu, 09.40 - Melakukan Pengkajian: S: Klien mengatakan
manajemen 29/05/20 TD 150/80 mmHg; S mengerti dengan
kesehatan b.d 21 36,50C; N 73x/m; RR penjelasan yang
Kurang 24x/m disampaikan
pengetahuan - Mengkaji pengetahuan O: ku: baik, TD 150/80
pasien tentang penyakit mmHg; S 36,50C; N
tentang program
yang dialami 73x/m; RR 24x/m
terapeutik - Menjelaskan proses
ditandai dengan penyakit yang dialami
Pasien A: Masalah belum
serta tanda dan gejalanya
mengatakan - Menganjurkan klien teratasi
punya riwayat mengontrol glukosa darah P: Intervensi
DM tapi tidak rutin ke Faskes terdekat dilanjutkan
kontrol dan tidak - Menganjurkan klien
minum obat rutin, makan makanan yang
gula darah rendah gula
kontrol terakhir 1 - Memberikan penkes
terkait diet bagi pasien
minggu yang lalu
diabetes: kurangi makan
130 mg/dl, RR yang manis-manis
24xmenit, N:
73x/m, TD
150/80 mmhg.

Kunjungan ke-2
Diagnosa Hari/tgl Evaluasi (SOAPIE)
(Jam)
Ketidakefektifan Rabu, S: Klien mengatakan belum paham tentang diet
manajemen 02/06/2021 O: k/u Klien: Baik, RR: 23x/m. TD 140/90 mmHg, N:
kesehatan b.d 72x/m
Kurang A: Masalah belum teratasi
pengetahuan P: Intervensi dilanjutkan
tentang program I:
terapeutik - Menganjurkan Klien untuk mengatur pola makan diet
ditandai dengan rendah gula: kurangi yang manis-manis, makan
makanan yang bernutrisi seprti buah-buahan (apel,
Pasien 12.30 jeruk), kacang merah, ikan, tahu, tempe, nasi merah,
mengatakan jagung, ubi dll
punya riwayat - Menganjurkan klien kontrol glukosa darah ke Faskes
DM tapi tidak terdekat secara rutin tiap bulan
kontrol dan - Menganjurkan klien olaraga ringan
- Menganjurkan klien mengikuti prolanis
tidak minum
obat rutin, gula
E: Klien mengatakan sudah paham tentang diet dan
darah kontrol
akan dilakukan. k/u: Baik
terakhir 1
minggu yang
lalu 130 mg/dl,
RR 24xmenit,
N: 73x/m, TD
150/80 mmhg.

Kunjungan III
Diagnosa Hari/tgl Evaluasi (SOAP)
Ketidakefektifan Kamis S: Klien mengatakan sudah paham tentang diet
manajemen kesehatan 03/06/2021 dan pengobatan diabetes serta kontrol hari
b.d Kurang rabu ke RS. Kartini Glukosa darah 120
pengetahuan tentang 10.20 mg/dL
program terapeutik O: k/u pasien tampak lemah, RR: 24x/m,
ditandai dengan N:86, TD: 140/70 mmHg
Pasien mengatakan A: Masalah teratasi
punya riwayat DM P: Intervensi dilanjutkan klien di rumah
tapi tidak kontrol dan
tidak minum obat
rutin, gula darah
kontrol terakhir 1
minggu yang lalu 130
mg/dl, RR 24xmenit,
N: 73x/m, TD 150/80
mmhg

Anda mungkin juga menyukai