Askep Homecare (DM) Marinda
Askep Homecare (DM) Marinda
Askep Homecare (DM) Marinda
OLEH:
MARINDA MANIMALAI
20201676
2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui tipe keluarga, diantaranya:
1. Tipe keluarga tradisional
Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak (kandung atau angkat)
Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, keponakan, bibi,
paman
Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak
“Single Parent” yaitu suatu rumah tangga terdiri dari satu orang tua (ayah
atau ibu) dengan anak (kandung /angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian
“Single Adullt” yaitu suatu rumah tangga hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja/kuliah)
2. Tipe keluarga non tradisional
The unmerriedteenege mather yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri
Commune family merupakan beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sam, pengalaman yang sama: sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama
The non marital heterosexual cohibitang family merupakan keluarga yang
hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
Gay and lesbian family merupakan seseorang yang mempunyai persamaan
sex hidup bersama sebagaimana suami-istri
Cohibitng couple merupakan orang dewasa yang hidup bersama diluar`
ikatan perkawinan karena beberapa alas an tertentu
Group-marriage family merupakan beberapa orang dewasa menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah,
berbagi sesuatu termasuk sexual dan memperbesarkan anaknya
Group network family merupakan keluarga inti yang dibatasi set aturan
atau nilai-nilai, hiduo bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
tangggung jawab membesarkan anaknya
Foster family merupakan keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang
tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya
Homeless family merupakan keluarga yan terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
Gang merupakan sebuah bentuk keluarga yang bersifat destruktif dari
orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal
dalam kehidupannya
4. Struktur Keluarga
Parad dan Caplan yang diadopsi oleh Friedman 1965 mengatakan ada 4 elemen
struktur keluarga yaitu:
1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan peran di lingkungan masyrakat atau peran
formal dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan
anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku
keluarga yang mendukung kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
1. Fungsi Afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebbutuhan resiko
social. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah
Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung anatar anggotakeluarga, mendapatkan kasih saying dan
dukungan dari anggota yang lain. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/masyarakat.
Saling menghargai.
Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM) (Kusuma dan Nuratif, 2015).
3. Etiologi
1). Diabetes tipe I:
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh:
(a). Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I.
(b). Faktor-faktor imunologi (autoimun)
(c). Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2). Diabetes Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor
resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga, (Kusuma dan Nuratif, 2015).
4. Pathway
Inadekuat insulin
nekrosis luka
Syok hipovolemi badan keton
gangrene
Suplsi O2 ke
ketosis dibuang
otak turun
Gg integritas kulit
Ginjal paru
Koma
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan DM adalah menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Lima pilar utama dalam pengelolaan DM yaitu pengaturan pola
makan (diet), latihan fisik, monitoring gula darah, obat berkhasiat hipoglikemik dan
penyuluhan (Brunner dan Suddarth, 2009 dalam Kusniawati 2011). Kelima pilar
pengelolaan DM ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaturan pola makan (diet)
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi atau dihindari yaitu
makanan yang banyak mengandung gula sederhana (seperti gula pasir, sirop, es
krim, kue – kue manis), mengandung banyak lemak (seperti cake, goring –
gorengan, fast food), serta makanan yang banyak mengandung natrium
(makanan yang diawetkan, telur asin dan lain sebagainya) (Almaitsier, 2006).
2. Latihan fisik
Latihan fisik dianjurkan dilakukan secara teratur minimal 3 – 5 kali
seminggu, lamanya kurang lebih 30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE
(continous rhythmical, interval, progressive, endurance training). Latihan fisik
diupayakan agar mencapai zona latihan yaitu 75 – 80% denyut nadi maksimal
(220 – umur) (ADA, 2010). Jenis latihan yang dapat dilakukan oleh klien DM
tipe 2 adalah olahraga ringan dengan cara berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olahraga sedang dengan cara berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga cepat
misalnya jogging. Klien dengan kadar glukosa darah >250 mg/dL, tidak
dianjurkan untuk melakukan latihan fisik karena akan meningkatkan kadar
glukosa darah dan benda keton.
Beberapa kegunaan latihan fisik secara teratur setiap hari bagi klien DM
adalah :
a) Meningkatkan kepekaan insulin (glucose uptake), apabila dilakukan setiap 1
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada klien
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.
c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplay oksigen.
d) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein.
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka dengan latihan fisik
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigeliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Pemantauan (monitoring) gula darah
Monitoring kadar gula darah secara teratur merupakan salah satu bagian
dari penatalaksanaan DM yang penting dilakukan oleh klien DM. Oleh karena
itu klien DM harus memahami alasan dan tujuan dari pemantauan kadar gula
darah secara teratur tersebut sehingga akan meningkatkan keterlibatan klien
secara langsung dalam pengelolaan penyakitnya. Pemeriksaan kadar glukosa
darah secara teratur ini merupakan evaluasi dari penatalaksanaan DM yang
dilakukan oleh klien seperti diet, latihan fisik dan minum obat secara teratur.
Klien DM diperbolehkan untuk mengukur kadar glukosa darahnya seacar
mandiri minimal dua sampai tiga kali per minggu (Brunner & Suddarth, 2009).
4. Pengobatan
a. Obat Hipoglikemik Oral
1). Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh
sel – sel beta pancreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita
DM tipe dengan berat badan berlebihan.
2). Golongan Binguanad / metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai
obat tunggal pada pasien kelebihan berat badan.
3). Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Obat ini mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula disaluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Pemberian Insulin
1). Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml
ijeksi) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat diberikan
kepada DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang
tidak berhasil dengan penggunaan obat–obatan anti DM dengan dosis
maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat–obatan tersebut.
Bila mangalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktak, stress berat
karena infeksi sistemik, pasien operasoi berat, wanita hamil dengan
gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2). Jenis insulin
a. Insulin kerja cepat : jenisnya adalah regular insulin cristalin zink,
dan semilente.
b. Insulin kerja sedang : jenisnya adalah NPH ( Netral Protamine
Hagerdon).
c. Insulin kerja lambat : jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin).
5. Penyuluhan
Penyuluhan diperlukan bagi klien diabetes karena penyakit DM tipe 2
berhubungan dengan gaya hidup. Penyuluhan yang diberikan kepada klien
adalah program edukasi diabetes yang merupakan pendidikan dan pelatihan
tentang pengetahuan dan keterampilan bagi klien diabetes. Penyuluhan
kesehatan tentang bagaimana memilih jenis makanan (biasanya pembatasan
karbohidrat), pelaksanaan olahraga, aturan minum obat, perawatan kaki dan
menggunakan hasil pemeriksaan glukosa darah untuk memonitor dan
mengevaluasi efektifitas manajemen diabetes jangka pendek merupakan
komponen penting yang harus diperhatikan pada manajemen klien DM tipe 2.
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan NIC
1 Ketidakseimban Goal: Ketidakseimbangan NIC Label 1 : Monitor Nutrisi
gan nutrisi nutrisi kurang dari keb.
1). Kaji adanya alergi makanan
kurang dari keb. Tubuh teratasi
Tubuh b.d 2). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Objectif: gangguan absorbsi
gangguan menentukan jumlah kalori nutrisi yang
teratasi
absorbsi dibutuhkan pasien
Outcomes: setelah
3). Anjurkan pasien meningkatkan protein
perawatan:
dan vit. C
1). Mampu menidentifikasi
4). Berikan informasi tentang jumlah
kebutuhan nutrisi
nutrisi
2). Tidak ada tanda-tanda
5). Kaji kemampuan pasien untuk
malnutrisi
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
3). Penurunan BB
6). Monitor adanya penurunan BB
7). Jadwalkan pengobatan dan tindakan
selama makan
8). Monitor turgor kulit
9). Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
10). Monitor kadar albumin, Hb, Ht dan
total protein
2 Defisit volume Goal: Defisit volume cairan NIC Label 1: Manajemen Nutrisi dan
cairan b.d teratasi Cairan
diuretik osmotic
Objectif: diuretik osmotic 1). Pertahankan cairan intake dan output
Outcomes:selama perawatan 2). Monitor status dehidrasi
kriteria hasil:
3). Monitor TTV
1). Mempertahankan urin
4). Monitor asupan makanan/minuman
output sesuai usia, BB,
BJ urin normal, HT 5). Kolaborasi pemberian cairan
normal
6). Monitor status nutrisi
2). TTV dalam batas normal
7). Anjurkan keluarga membantu pasien
3). Tidak ada tanda-tanda makan
dehidrasi
8). Anjurkan pasien banyak minum
9). Kolaborasi dengan dokter jika terdapat
cairan berlebih muncul memburuk
10). Persiapan untuk tranfusi
4. Implementasi keperawatan
Pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan untk mencapai tujuanrencana
tindakan yang telah disusun setiap tindakan keperawatan agar tindakan keperawatan
berlanjut baik tindakan independen, dependen dan interdependepen
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kusniawati. 2011. Analisis Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Self Care Diabetes
Pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Tanggerang.
Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan
Universitas Indonesia.
Kusuma, Hardhi dan Nuratif, Huda, Amin. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan
Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardhi.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. (2013). Nursing Out Comes (NOC), Edition 5.
United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Smeltzer, C.S dan Bare, G.B. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth. Vol.2. Ed.8. Jakarta:EGC
A. IDENTITASKELUARGA
1. Identitas kepala keluarga
Nama : Tn. D.S
Umur : 82 tahun
No. HP :
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan polisi
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Oetete RT 026/ Rw 008
2. Komposisi keluarga
Umu L/ Hubunga Status Ke
No Nama Pendidikan Pekerjaan
r P n Kesehatan t
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan : Pasien
: Meninggal : garis keturunan : Tinggal serumah
2) B2 (Blood)/Kardiovaskuler
Irama jantung : normal
Nyeri dada : tidak ada
Bunyi jantung : Lub-dub
Capillary Refill Time (CRT): < 3 detik
Akral : hangat
Lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
Pupil : isokor
Sklera/konjungtiva : tidak ikterik/anemis
Reaksi terhadap cahaya : +/+
Gangguan penglihatan : klien bisa membaca tanpa pakai kacamata
Bentuk telinga : simetris
Gangguan pendengaran : ya, berbicara dengan klien harus suara keras
Bentuk hidung : normal, simetris, tidak ada edema dan polip
Gangguan penciuman : klien bisa membedakan bau
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
4) B4 (Bladder)/Perkemihan
Kebersihan: bersih
Jumlah urine:1.200 cc/hari, warna urine : kuning Jernih, bau urine: Amoniak
Alat bantu (kateter, dll): tidak ada
Kandung kemih membesar: tidak
Nyeri tekan: tidak ada
Gangguan : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
5) B5 (Bowel)/Pencernaan
Nafsu makan : baik
Porsi makan : 3 kali sehari habis
Minum : 1.200 cc/hari, jenis yang diminum: air putih
Mulut : bersih
Membran mukosa : lembab, tidak ada stomatitis
Tenggorokan : tidak ada nyeri menelan
Abdomen : tidak ada nyeri tekan
Peristaltik : 15 x/menit
Pembesaran hepar : tidak ada
Pembesaran lien : tidak ada
Buang air besar : 2 x/hari, tidak teratur
Konsistensi: lunak, bau: khas feses, warna: kuning
Lain-lain : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
6) B6 (Bone)/Muskuloskeletal dan Integumen
Kemampuan pergerakan sendi: bebas
Kekuatan otot: 5 5
5 5
Warna kulit: putih
Turgor kulit: keriput
Edema : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
7) Endokrin
Pembesaran tiroid : tidak ada
Hiperglikemia : ada
Hipoglikemia : tidak ada
Luka gangren : tidak ada
Masalah keperawatan:
8) Personal hygiene
Mandi : 2 x/hari (mandiri)
Keramas : 3 x/ seminggu (mandiri)
Ganti pakaian : 2 x/ hari(mandiri)
Sikat gigi : 2 x/hari(mandiri)
Memotong kuku : 1 x/minggu
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
9) Psiko-sosio-spiritual
Orang yang paling dekat: suami dan cucu
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: klien mengatakan
hubungan sosial dengan tetangga baik
Kegiatan ibadah: klien mengatakan selalu sholat.
Konsep diri:
Harga diri: klien mengatakan tetap percaya diri
Ideal diri: klien mengatakan sudah sembuh
Identitas diri: klien mengatakan ia seorang IRT
Gambaran diri: klien mengatakan merasa puas dengan dirinya
H. MASALAH KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan
Kunjungan I
Diagnosa Hari/tgl Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Ketidakefektifan Sabtu, 09.40 - Melakukan Pengkajian: S: Klien mengatakan
manajemen 29/05/20 TD 150/80 mmHg; S mengerti dengan
kesehatan b.d 21 36,50C; N 73x/m; RR penjelasan yang
Kurang 24x/m disampaikan
pengetahuan - Mengkaji pengetahuan O: ku: baik, TD 150/80
pasien tentang penyakit mmHg; S 36,50C; N
tentang program
yang dialami 73x/m; RR 24x/m
terapeutik - Menjelaskan proses
ditandai dengan penyakit yang dialami
Pasien A: Masalah belum
serta tanda dan gejalanya
mengatakan - Menganjurkan klien teratasi
punya riwayat mengontrol glukosa darah P: Intervensi
DM tapi tidak rutin ke Faskes terdekat dilanjutkan
kontrol dan tidak - Menganjurkan klien
minum obat rutin, makan makanan yang
gula darah rendah gula
kontrol terakhir 1 - Memberikan penkes
terkait diet bagi pasien
minggu yang lalu
diabetes: kurangi makan
130 mg/dl, RR yang manis-manis
24xmenit, N:
73x/m, TD
150/80 mmhg.
Kunjungan ke-2
Diagnosa Hari/tgl Evaluasi (SOAPIE)
(Jam)
Ketidakefektifan Rabu, S: Klien mengatakan belum paham tentang diet
manajemen 02/06/2021 O: k/u Klien: Baik, RR: 23x/m. TD 140/90 mmHg, N:
kesehatan b.d 72x/m
Kurang A: Masalah belum teratasi
pengetahuan P: Intervensi dilanjutkan
tentang program I:
terapeutik - Menganjurkan Klien untuk mengatur pola makan diet
ditandai dengan rendah gula: kurangi yang manis-manis, makan
makanan yang bernutrisi seprti buah-buahan (apel,
Pasien 12.30 jeruk), kacang merah, ikan, tahu, tempe, nasi merah,
mengatakan jagung, ubi dll
punya riwayat - Menganjurkan klien kontrol glukosa darah ke Faskes
DM tapi tidak terdekat secara rutin tiap bulan
kontrol dan - Menganjurkan klien olaraga ringan
- Menganjurkan klien mengikuti prolanis
tidak minum
obat rutin, gula
E: Klien mengatakan sudah paham tentang diet dan
darah kontrol
akan dilakukan. k/u: Baik
terakhir 1
minggu yang
lalu 130 mg/dl,
RR 24xmenit,
N: 73x/m, TD
150/80 mmhg.
Kunjungan III
Diagnosa Hari/tgl Evaluasi (SOAP)
Ketidakefektifan Kamis S: Klien mengatakan sudah paham tentang diet
manajemen kesehatan 03/06/2021 dan pengobatan diabetes serta kontrol hari
b.d Kurang rabu ke RS. Kartini Glukosa darah 120
pengetahuan tentang 10.20 mg/dL
program terapeutik O: k/u pasien tampak lemah, RR: 24x/m,
ditandai dengan N:86, TD: 140/70 mmHg
Pasien mengatakan A: Masalah teratasi
punya riwayat DM P: Intervensi dilanjutkan klien di rumah
tapi tidak kontrol dan
tidak minum obat
rutin, gula darah
kontrol terakhir 1
minggu yang lalu 130
mg/dl, RR 24xmenit,
N: 73x/m, TD 150/80
mmhg