Makalah Ilmu Hadits

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU HADITS

Disajikan pada mata kuliah Ilmu Hadits

Dengan Dosen Pengampu :

Yuliana Dethan, M.Ag

Disusun Oleh :

Yulia Citra (10123005 )

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR'AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU SHUFFAH AL QUR'AN ABDULLAH BIN

MAS'UD ONLINE

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan

kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan

hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Ilmu hadits tepat

waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Yuliana

Dethan, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Hadits. Selain itu, kami juga

berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang (Ilmu

Hadits).

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuliana Dethan, M.Ag. selaku

dosen pengampu mata kuliah Ilmu Hadits. Tugas yang telah diberikan ini dapat

menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Saya juga

mengucapkan terima kasih pada semua

pihak yang membantu proses penyusunan makalah ini hingga selesai.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Lampung, September 2023


Daftar isi

Halaman judul.................................................... i

Daftar isi...................................................................... ii

Kata pengantar.................................................... iii

Bab 1 :pendahuluan

A.Latar belakang.......................................... i

B.Rumus masalah........................................... ii

C. Tujuan...................................................... iii

Bab 2 :pembahasan

A. Keutamaan Ilmu hadits, sejarah, dan pembukuan....

B. Hadits diroyah, riwayah dan istilah ilmu hadits menurut ulama


C. Pembagian hadits secara kuantitas dari segi makbul dan mardud seperti
seperti (shahih hasan, dhaif................

D. Hadits secara kuantitas dari segi banyak dan sedikit nya riwayat (hadits
mutawatir, aziz dan ahad........................

E. Memahami hadits masyhur, aziz dan ghorif...................

F. Hadits Qudsi, karfu, mauqur dan maqtu.....................


Bab 3

kesimpulan................................................................
BAB I

PEBAHASAN

A.Latar Belakang Masalah.

Ilmu hadis merupakan bagian khazanah keilmuan Islam yang


senantiasa
terus digali dan dikaji oleh para penuntut ilmu. Ia bagai berlian dari untaian
berlian
yang berharga. Ilmu ini termasuk salah satu ilmu penting yang disusun dan
dibangun dalam sejarah keilmuan Islam guna memilah dan memilih suatu
informasi
yang disandarkan ke Nabi ‫ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬hingga dikenal mana hadis-hadis
yang sahih dan mana hadis-hadis yang daif di saat perkara ini pada umat yang
lain tidak diperhatikan hingga mereka menerima segala informasi dari apa saja
yang mereka suka dan menolak apa saja yang tidak disuka tanpa alat yang
bisa mereka jadikan ukuran untuk menyerap informasi tersebut. Terlebih
bagaimana jika informasi itu berhubungan dengan agama atau aqidah.
B. Rumus masalah

1 . pengertian hadits

2 . sejarah hadits

3. istilah istilah dalam hadits


4. pembagian hadits dari segi kuantitas

A. Pengertian Hadits

Kata haditst telah menjadi salah satu kosa kata bahasa indonesia. Haditst
adalah kata yang berasal dari bahasa Arab ; yaitu , jama`nya Al-hadits, Al
hisan dan Al hudsan; dan memiliki banyak arti diantaranya, adalah al-jadid (yang
baru) lawan dari al-qadim (yang lama) dan Al-khabar (Kabar atau berita).

Kata hadits dalam Al-quran digunakan sebanyak dua puluh tiga kali, yang

secara garis besar dapat dicontohkan dalam empat macam antar Lain:

1. Berarti pesan atau perkataan (Al-quran).

2. Berarti cerita mengenaii masalah duniawi

3. Berarti cerita Historis

4. Berarti cerita atau perbincangan yang masih hangat

Dengan Demikian, Menurut ulama` Hadits, esensi hadits adalah segala berita
yang berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ikhwal Nabi Muhammad
SAW., yang dimaksud ikhwal adalah segala sifat dan keadaan pribadi Nabi SAW.

Keutamaan:

(1). Lebih tinggi dari ilmu yang lain karena mengetahui hadits yg di tolak dan hadits yg

di Terima . (2) hukum ke 2 setelah alqur'an

(Sejarah hadits di bukukan)

1.pada masa Rasulullah belum di bukukan karna takut tercampur dengan Al Qur'an
2.Sahabat (Orang yang berada pada zaman Rasulullah dan masuk islam) Pada masa
sahabat belum di catat masih terbentuk Lembaran lembaran (Shohifah) umar bin
Khattab

3.Tabi’in (orang yang hidup setelah sahabat) masa Abdullah bin umar

4.tabi’in -tabi'in (orang yang hidup setelah tabi’in) umar bin abdul aziz Mulai
membukukan hadits.

Muhammad Shihab azzuhri :Yang menulis kitab kitab hadits yang di kenal dengan
kitab mustholahul Hadits.

Ilmu Hadis Riwayah ialah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan
Nabi Muhammad saw dan perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya, dan
penguraian lafadz-lafadznya. Inti dari ilmu ini memang membahas tentang
pemindahan riwayat, penukilan riwayat, baik secara lisan maupun tulisan. Kitab
Kuning yang banyak dipelajari di pesantren mengulas masalah ini dengan sebutan
, dan atau .
Syarah atau interpretasi hadis banyak ditulis oleh para ulama yang muncul sekarang,
dalam bentuk buku atau kitab dengan bahasa yang beraneka macam. Perintis
pertama ilmu hadis Riwayah ini adalah Muhammad bin Syihab Az-Zuhry yang wafat
pada tahun 124 Hijriyah.

Sedangkan Ilmu Hadis Dirayah ialah ilmu yang membahas tentang


seperangkat kaidah atau teori mengenai Sanad Hadis (mata rantai periwayatan)
berdasarkan penelitian sosio-historis, yang dilakukan oleh seorang ahli hadis.

Ahli hadis tersebut menyatakan, bahwa guru dan murid itu bertemu atau tidak,
dan apakah setiap satu dari guru dan murid tadi memiliki kredebilitas dan ingatan
yang kuat (adil dlabith) atau tidak. Selain itu, apakah dalam penelitian sanad tadi ada
illat (nilai negatif) atau tidak, dan begitulah seterusnya.

Jika guru dan murid itu betul-betul bertemu, maka sanad hadis disebut
Muttashil. Jika tidak bertemu, maka sanad hadis disebut Mursal, Munqathi’, Mu’
dlal, atau penilaian lainnya.

(Istilah-istilah Dalam Ilmu Hadist)

a) Sunnah
Secara etimologis sunnah dapat diartikan sebagai jalan (al-tariqah), yaitu jalan

religious yang ditempuh oleh nabi SAW dalam perjalanan hidupnya yang suci.

Adapun arti sunnah menurut istilah, para ulama’ berbeda pendapat.

Menurut Ahli Hadist

Sunnah ialah : Segala yang dilakukan dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan,

taqrir, pengajaran, sifat, keadaan, maupun perjalanan hidup beliau, baik dengan

demikian itu terjadi sebelum dan sesudah dibangkit menjadi Rasul. Menurut

Ahli Ushul

Sunnah ialah : Segala yang dilakukan dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan,

perbuatan, maupun taqrir (pengakuan), yang mempunyai hubungan dengan

hukum. Menurut Ahli Fiqih

Sunnah ialah : Suatu amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan dan tidak

diberi siksa apabila ditinggalkan.

b) Khabar

Menurut bahasa, Khabar berarti berita.

Adapun menurit istilah, ada dua pendapat :

Sebagian Ulama’ menyatakan, bahwa khabar itu sama dengan hadist. Oleh

karena itu mereka menyatakan, bahwa khabar adalah apa yang datang dari

nabi, baik yang Marfu’ (yang disandarkan kepada Nabi), yang Mauquf

(yang disandarkan kepada sahabat), maupun yang maqthu’ (yang

disandarkan pada tabi’ in). Dengan kata lain, bahwa Khabar itu mencakup

apa yang datang dari Rasul, dari sahabat, dan dari tabi’ in.

Sebagian Ulama’ Hadist membedakan pengertian Khabar dengan Hadist. Dr.

Muhammad Ajjaj Al-Khatib dalam kitabnya Ushulul Hadist menjelaskan :

Sebagian pendapat menyatakan, bahwa Hadist adalah apa yag yang

berasal dari Nabi, sedang Khabar adalah apa yang berasal dari selainnya.

Oleh karena itu dikatakan, orang yang tekun (menyibukkan diri) pada Hadist
disebut dengan “ Muhaddist” , sedang orang yang teku pada sejarah atau

semacamnya disebut dengan “ Akhbary” .

Sebagian pendapat menyatakan, bahwa Hadist bersifat khusus, sedang

khabar bersifat umum. Oleh karena itu tiap-tiap hadist adalah Khabar dan

tidak setiap Khabar adalah Hadist.

c) Atsar
Menurut bahasa, Atsar berarti : bekas atau sisa sesuatu, dapat juga berarti

nukilan atau yang dinukilkan. Karena itu, doa yang dinukilkan dari Nabi dinamai

“ Doa Ma’ tsur” adapun menurut istilah, dapat disimpulkan pada dua

pendapat :

Atsar sama atau sinonim dengan Hadist.

Karena itu ahli Hadist disebut dengan Atsary.

At-Thabary, memakai kata-kata Atsar untuk apa yang datang dari Nabi.

At-Thahawi, memasukkan juga yang dari sahabat.

Atsar, tidak sama artinya dengan istilah Hadist.

Menurut fuqaha, atsar adalah perkataan-perkataan Ulama’ Salaf,

Sahabat, Tabi’ in dan lain-lain.

Menurut fuqaha Khurasan, Atsar adalah perkataan sahabat. Khabar,

adalah Hadist Nabi

Az-Zarkasyi, memakai istilah Atsar untuk Hadist Mauquf, tetapi

membolehkan juga untuk memakai istilah Atsar untuk memakai istilah

Atsar untuk Hadist Marfu’ .

d) Sanad
Secara bahasa, sanad diartikan sebagai sandaran (mu’ tamad) atau sesuatu

yang dijadikan sandaran. Hal ini dimaksudkan karena hadits Nabi disandarkan

padanya. Secara istilah, terdapat beberapa pengertian mengenai sanad. Jalal

al-Din al-Suyuti misalnya, mengartikan sanad sebagai “ jalan menuju matan

(tariq al-matan). Maksudnya adalah rangkaian nama– nama rawi yang

menyampaikan sebuah matan hadits dari sumbernya yang pertama. Rangkaian

nama– nama inilah yang kemudian disebut dengan sanad.

Dengan demikian, terlihat bahwa fungsi sanad ada dua.

Sebagai sandaran matan sebuah hadits Nabi

Sebagai salah satu barometer untuk menguji akurasi informasi hadist yang

ada dalam jalur sanad tertentu.

Dalam hubungan dengan istilah sanad, dikenaljuga dengan istilah – istilah:

Musnid, Musnad, Isnad.

“ Musnid” ialah orang yang menerangkan hadits dengan menyebutkan

sanadnya. “ Musnad” ialah hadits yang disebut dengan diterangkan

seluruh sanadnya yang sampai kepada Nabi SAW.

“ Isnad” ialah: menerangkan atau menjelaskan sanadnya hadits (jalan

datangnya hadist). Atau jalan menyandarkan hadits.

e) Matan
Dari segi bahasa, matan berarti: punggung jalan (muka jalan) atau tanah yang
keras dan tinggi.
Dari segi istilah, matan (matnul hadits) berarti materi berita yang berupa sabda,
perbuatan, atau taqrir Nabi SAW. yang terletak setelah sanad yang terakhir.
Secara umum, matan dapat diartikam selain sesuatu pembicaraan yang berasa
/ tentang Nabi, juga berasal tentang Sahabat atau Tabi’ in.

f) Rawi (Periwayatan)
Yang dimaksud dengan Rawi ialah: orang yang menyampaikan atau

menuliskan alam suatu kitab apa yang pernah didengar atau diterimanya dari

seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya: Ruwat, perbuatan menyampaikan

Hadits tersebut dinmakan me-rawi (riwayat) kan Hadits.

Hadits tersebut diatas, kita temukan pada kitab Hadits yang disusun oleh Imam

Bukhari yang bernama: al- Jami’ us Shahih atau lebih dikenal dengan:

Shohibul Bukhari. Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh beberapa orang rawi,

yakni:

Ibnu Umar r.a. sebagai: Rawi pertama

Ikrimah bin Khalid, sebagai: Rawi kedua

Handhalah bin Abi Sufyan, sebagai: Rawi ketiga

Ubaidullah bin Musa, sebagai: Rawi keempat

Imam Bukhari, sebagai: Rawi kelima atau Rawi terakhir.


Imam Bukhari disini, selain disebut sebagai Rawi kelim atau terkahir,

juga disebut sebagai “ Mukharrij” yakni orang yang telah menukil / mencatat

Hadits tersebut pada kitabnya yang bernama Al – Jami’ us Shahih. Dengan

kata lain, Imam Bukharilah sebagai pentakhrij dari Hadits tersebut.

“ Memindahkan Hadits dari seorang guru kepada orang lai, atau

mendewankan/membukanya kedalam dewan Hadits” menurut istilah Ahli

Hadits disebut: Riwayat. Kata – kata riwayat, dari segi bahasa berarti

“ memindahkan dan menukilkan berita dari seseorang kepada orang lain.

e) Sunnah
Secara etimologis sunnah dapat diartikan sebagai jalan (al-tariqah), yaitu jalan

religious yang ditempuh oleh nabi SAW dalam perjalanan hidupnya yang suci.

Adapun arti sunnah menurut istilah, para ulama’ berbeda pendapat.

Menurut Ahli Hadist


Sunnah ialah : Segala yang dilakukan dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan,

taqrir, pengajaran, sifat, keadaan, maupun perjalanan hidup beliau, baik dengan

demikian itu terjadi sebelum dan sesudah dibangkit menjadi Rasul. Menurut

Ahli Ushul

Sunnah ialah : Segala yang dilakukan dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan,

perbuatan, maupun taqrir (pengakuan), yang mempunyai hubungan dengan

hukum. Menurut Ahli Fiqih

Sunnah ialah : Suatu amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan dan tidak

diberi siksa apabila ditinggalkan.

f) Khabar

Menurut bahasa, Khabar berarti berita.

Adapun menurit istilah, ada dua pendapat :

Sebagian Ulama’ menyatakan, bahwa khabar itu sama dengan hadist. Oleh

karena itu mereka menyatakan, bahwa khabar adalah apa yang datang dari

nabi, baik yang Marfu’ (yang disandarkan kepada Nabi), yang Mauquf

(yang disandarkan kepada sahabat), maupun yang maqthu’ (yang

disandarkan pada tabi’ in). Dengan kata lain, bahwa Khabar itu mencakup

apa yang datang dari Rasul, dari sahabat, dan dari tabi’ in.

Sebagian Ulama’ Hadist membedakan pengertian Khabar dengan Hadist. Dr.

Muhammad Ajjaj Al-Khatib dalam kitabnya Ushulul Hadist menjelaskan :

Sebagian pendapat menyatakan, bahwa Hadist adalah apa yag yang

berasal dari Nabi, sedang Khabar adalah apa yang berasal dari selainnya.

Oleh karena itu dikatakan, orang yang tekun (menyibukkan diri) pada Hadist

disebut dengan “ Muhaddist” , sedang orang yang teku pada sejarah atau

semacamnya disebut dengan “ Akhbary” .


Sebagian pendapat menyatakan, bahwa Hadist bersifat khusus, sedang

khabar bersifat umum. Oleh karena itu tiap-tiap hadist adalah Khabar dan

tidak setiap Khabar adalah Hadist.

g) Atsar

Menurut bahasa, Atsar berarti : bekas atau sisa sesuatu, dapat juga berarti

nukilan atau yang dinukilkan. Karena itu, doa yang dinukilkan dari Nabi dinamai

“ Doa Ma’ tsur” adapun menurut istilah, dapat disimpulkan pada dua

pendapat :

Atsar sama atau sinonim dengan Hadist.

Karena itu ahli Hadist disebut dengan Atsary.

At-Thabary, memakai kata-kata Atsar untuk apa yang datang dari Nabi.

At-Thahawi, memasukkan juga yang dari sahabat.

Atsar, tidak sama artinya dengan istilah Hadist.

Menurut fuqaha, atsar adalah perkataan-perkataan Ulama’ Salaf,

Sahabat, Tabi’ in dan lain-lain.

Menurut fuqaha Khurasan, Atsar adalah perkataan sahabat. Khabar,


adalah Hadist Nabi

Az-Zarkasyi, memakai istilah Atsar untuk Hadist Mauquf, tetapi

membolehkan juga untuk memakai istilah Atsar untuk memakai istilah

Atsar untuk Hadist Marfu’ .

h) Sanad

Secara bahasa, sanad diartikan sebagai sandaran (mu’ tamad) atau sesuatu

yang dijadikan sandaran. Hal ini dimaksudkan karena hadits Nabi disandarkan

padanya. Secara istilah, terdapat beberapa pengertian mengenai sanad. Jalal

al-Din al-Suyuti misalnya, mengartikan sanad sebagai “ jalan menuju matan

(tariq al-matan). Maksudnya adalah rangkaian nama– nama rawi yang


menyampaikan sebuah matan hadits dari sumbernya yang pertama. Rangkaian

nama– nama inilah yang kemudian disebut dengan sanad.

Dengan demikian, terlihat bahwa fungsi sanad ada dua.

Sebagai sandaran matan sebuah hadits Nabi

Sebagai salah satu barometer untuk menguji akurasi informasi hadist yang

ada dalam jalur sanad tertentu.

Dalam hubungan dengan istilah sanad, dikenaljuga dengan istilah – istilah:

Musnid, Musnad, Isnad.

“ Musnid” ialah orang yang menerangkan hadits dengan menyebutkan

sanadnya. “ Musnad” ialah hadits yang disebut dengan diterangkan

seluruh sanadnya yang sampai kepada Nabi SAW.

“ Isnad” ialah: menerangkan atau menjelaskan sanadnya hadits (jalan

datangnya hadist). Atau jalan menyandarkan hadits.

e) Matan

Dari segi bahasa, matan berarti: punggung jalan (muka jalan) atau tanah yang
keras dan tinggi.
Dari segi istilah, matan (matnul hadits) berarti materi berita yang berupa sabda,
perbuatan, atau taqrir Nabi SAW. yang terletak setelah sanad yang terakhir.

Secara umum, matan dapat diartikam selain sesuatu pembicaraan yang berasa
/ tentang Nabi, juga berasal tentang Sahabat atau Tabi’ in.

f) Rawi (Periwayatan)

Yang dimaksud dengan Rawi ialah: orang yang menyampaikan atau

menuliskan alam suatu kitab apa yang pernah didengar atau diterimanya dari
seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya: Ruwat, perbuatan menyampaikan

Hadits tersebut dinmakan me-rawi (riwayat) kan Hadits.

Hadits tersebut diatas, kita temukan pada kitab Hadits yang disusun oleh Imam

Bukhari yang bernama: al- Jami’ us Shahih atau lebih dikenal dengan:

Shohibul Bukhari. Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh beberapa orang rawi,

yakni:

Ibnu Umar r.a. sebagai: Rawi pertama

Ikrimah bin Khalid, sebagai: Rawi kedua

Handhalah bin Abi Sufyan, sebagai: Rawi ketiga

Ubaidullah bin Musa, sebagai: Rawi keempat

Imam Bukhari, sebagai: Rawi kelima atau Rawi terakhir.


Imam Bukhari disini, selain disebut sebagai Rawi kelim atau terkahir,

juga disebut sebagai “ Mukharrij” yakni orang yang telah menukil / mencatat

Hadits tersebut pada kitabnya yang bernama Al – Jami’ us Shahih. Dengan

kata lain, Imam Bukharilah sebagai pentakhrij dari Hadits tersebut.

“ Memindahkan Hadits dari seorang guru kepada orang lai, atau


mendewankan/membukanya kedalam dewan Hadits” menurut istilah Ahli
Hadits
disebut: Riwayat. Kata – kata riwayat, dari segi bahasa berarti “ memindahkan
dan menukilkan berita dari seseorang kepada orang llain

(Pembagian hadits dari segi kuantitas nya)


Hadits adalah setiap perkataan, perbuataan, atau ketetapan yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam bahasa lain, hadits ialah setiap informasi yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Misalnya, ketika kita mengatakan
“Rasulullah SAW pernah berkata” atau “Rasulullah SAW pernah melakukan..”, secara
tidak langsung pernyataan tersebut sudah bisa dikatakan hadits.
Dalam memelajari hadits, yang sering menjadi persoalan adalah tentang
kebenaran isi serta sumbernya. Benarkah Rasul pernah melakukan atau
mengucapkannya? Sebab itu, mengetahui kebenaran sebuah informasi yang
mengatasnamakan Rasulullah (hadits) sangatlah penting. Para ulama hadits
membagi hadits berdasarkan kualitasnya dalam tiga kategori, yaitu hadits shahih,
hadits hasan, hadits dhaif.
Hadits Shahih
Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya
tidak ada syadz dan illat. Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits
menjelaskan hadits shahih adalah:
‫ﻣﺎ اﺗﺼﻞ ﺳﻨﺪه ﺑﻨﻘﻞ اﻟﻌﺪل اﻟﻈﺎﺑﻂ ﻋﻦ ﻣﺜﻠﻪ إﻟﻰ ﻣﻨﺘﻬﺎه ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﺬوذ وﻻ ﻋﻞ ة‬

Hadits Hasan
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang rangkaian
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat
syadz dan ‘illah. Perbedaan dari kedua jenis hadits ini adalah kualitas hafalan perawi
hadits hasan tidak sekuat hadits shahih. Ulama hadits sebenarnya berbeda-beda
dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut Mahmud Thahhan, defenisi yang
mendekati kebenaran adalah definisi yang dibuat Ibnu Hajar. Menurut beliau hadits
hasan ialah: ‫ﻫﻮ ﻣﺎ اﺗﺼﻞ ﺳﻨﺪه ﺑﻨﻘﻞ اﻟﻌﺪل اﻟﺬ ي ﺧﻒ ﺿﺒﻄﻪ ﻋﻦ ﻣﺜﻠﻪ إﻟﻰ ﻣﻨﺘﻬﺎه ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﺬوذ وﻻ ﻋﻠﺔ‬

Hadits Dhaif
Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan
hadits hasan. Dalam Mandzumah Bayquni disebutkan hadits hasan adalah:
‫ ﻓﻬﻮ اﻟﻀﻌﻴﻒ وﻫﻮ اﻗﺴﺎم ﻛﺚ ر‬# ‫وﻛﻞ ﻣﺎ ﻋﻦ رﺗﺒﺔ اﻟﺤﺴﻦ ﻗﺼﺮ‬
Dilihat dari definisinya, dapat dipahami bahwa hadits shahih adalah hadits yang
kualitasnya paling tinggi, kemudian di bawahnya adalah hadits hasan. Para ulama
sepakat bahwa hadits shahih dan hasan dapat dijadikan sebagai sumber hukum.
Sementara hadits dhaif ialah hadits yang lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai
sumber hukum. Namun dalam beberapa kasus, menurut ulama hadits, hadits dhaif
boleh diamalkan selama tidak terlalu lemah dan untuk fadhail amal.

(Hadist ditinjau dari kuantitasnya terbagi menjadi dua, yaitu ) mutawatir dan
hadist ahad.

Hadist mutawatir adalah hadist yang memiliki sanad yang pada


tingkatanya terdiri atas perawi dengan jumlah yang banyak yang menurut
hukum adat atau akal tidak mungkin bersepakat untuk melakukan kebohongan
terhadap hadist yang sudah mereka riwayatkan.

Hadist ahad adalah hadist yang telah diriwayatkan oleh satu orang saja atau
hadist tidak memenuhi syarat hadist mutawatir.

Hadits ahad terbagi menjadi dua, yaitu masyhur dan ghairu masyhur.
Dan hadist masyhur tidak terbagi, sedangkan hadist ghairu masyhur dibagi
menjadi dua, yaitu aziz dan gharib.

Hadits ditinjau kuantitasnya berjumlah 2, yaitu mutawatir dan ahad. Menurut ulama
hadits, mutawatir mempunyai pengertian sebagai berikut:

‫ﻣﺎ رواه ﺟﻤﻊ ﺗﺤﻴﻞ اﻟﻌﺎدة ﺗﻮﻃﺌﻬﻢ ﻋﻠﻰ اﻟﻜﺬب‬

Sedangkan Imam Nawawi mengemukakan definisi dari hadist mutawatir, yaitu “hadis
shahih yang sejumlah besar orang menurut akal dan adat mustahil mereka bersepakat
untuk berdusta, sejak awal sanad, tengah dan akhirnya”

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasanya hadist mutawatir


adalah hadist yang memiliki sanad yang pada tingkatanya terdiri atas perawi dengan
jumlah yang banyak yang menurut hukum adat atau akal tidak mungkin bersepakat
untuk melakukan kebohongan terhadap hadist yang sudah mereka riwayatkan.[2]
(Hadits,aziz)

Kata ‘Aziz berasal dari kata ‘Azza-Ya’izzu yang mempunyai arti yaitu sedikit atau
jarang adanya, dan juga bida berasal dari kata ‘AzzaYa’azzu yang berarti kuat.[9]

Sedangkan menurut istilah hadist aziz adalah :

‫ﺛﻢ راوه ﺑﻌﺪ ذاﻟﻚ ﺟﻤﺎﻋﺔ‬,‫ﻣﺎ راوه اﺛﻨﺎن وﻟﻮ ﻛﻨﺎ ﻓﻰ ﻃﺒﻘﺔ واﺣﺪه‬

Berdasar pengertian tersebut bahwa hadist Azis bukan hanya diriwayatkan oleh dua
orang rawi saja pada setiap thabaqahnya, akan tetapi pada salah satu thabaqah , jika
sudah terdapat dua orang rawi sudah bisa dikatakan sebagai hadist Azis.[10]

Contoh dari hadist Aziz:

‫ﻻ ﻳﺆﻣﻦ اﺣﺪﻛﻢ ﺣﺘﻰ اﻛﻮن اﺣﺐ اﻟﯩﻪ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪ وواﻟﺪﻫﻮاﻟﻨﺲ اﺟﻤﻌﻴﻦ‬

[1

(Hadist ahad adalah hadist yang telah diriwayatkan oleh satu orang saja.) Dan
definisi hadist ahad oleh para ulam sebagai berikut:
‫ﻣﺎﻟﻢ ﺗﺒﻠﻎ ﻧﻘﻠﺘﻪ ﻓﻰ ال ﻛﺜﺮة ﻣﺒﻠﻎ اﻟﺨﺒﺮ اﻟﻤﺘﻮاﺗﺮ‬
‫ﺳﻮاء آان اﻟﻤﺨﺒﺮ واﺣﺪا او إﺛﻨﻴﻦ أو ﺛﻼث أو أرﺑﻌﺔ أو ﺧﻤﺴﺔ أو اﻟﻰ ﻏﻴﺮ ذاﻟﻚ ﻣﻦ اﻷﻋﺪاد اﻟﺘﻰ ﻻ‬
‫ن اﻟﺨﺐ ر اﻟﻤﺘﻮاﺗﺮ‬
ّ ‫ﺗﺸﻌﺮ ﺑﺄ‬

Artinya: “Khabar yang jumlah perawinya tidak sampai jumlah perawi


Hadits mutawatir, baik perawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima dan
seterusnya yang tidakmemberikan pengertian bahwa jumlah perawi
tersebut tidak sampai kepada jumlah perawi Hadits mutawatir.”[5]

Dan ada pula yang medefinisakan bahwa hadist ahad adalah “Hadist yang
tidak memenuhi syarat mutawatir” pendapat tersebut menurut ilmu
hadist.[6]
Sedangkan Hadist Ahad secara garis besar oleh ulama-ulama hadits dibagi
menjadi dua macam, yaitu hadist masyhur dan hadist ghairu masyhur. Ghairu
masyhur terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu hadist aziz dan hadist gharib.

Pengertian Hadist Aziz

Secara bahasa, ‘aziz berarti mulia atau kuat. Sedangkan secara istilah, hadis
aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua perawi saja, meskipun dalam satu
thabaqah (tingkatan) Dari definisi tersebut kami menyimpulkan bahwasannya suatu
hadis dapat dikatakan hadis ‘ aziz jika pada hadis tersebut diriwayatkan oleh dua
orang perawi pada thabaqat(tingkatan) pertama dan thabaqat seterusnya.Namun, jika
perawi melebihi dari ketentuan tersebut maka tidak dikatakan hadis aziz. Dan hadis
aziz ini adalah yang paling kuat seperti yang ditetapkanoleh Al-Hafidh Ibnu Hajar.
Sebagian Ulama berpendapat bahwa hadis aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh
orang atau tiga orang. Mereka tidak membeda-bedakan kasus ini dengan hadis
masyhur.

C.Pengertian Hadist Ghorif

Gharib menurut bahasa berarti al-munfarid (menyendiri) atau al-ba’id an


aqaribihi (jauh dari kerabtnya). Sedangkan menurut ulama ahli hadis, hadis gharib
adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang menyendiri dalam
menriwayatkannya.

A. Hadits Qudsi

Hadits Qudsisecara etimologiberarti Hadits yang di nisbatkan kepadaDzat yang


Maha Suci yaitu Allah Subhanahu wa Ta`ala. Secara istilah, Hadits Qudsi dipahami
sebagai Hadits yang yang di sabdakan Rasulullah, berdasarkan firman Allah SWT.
Dengan kata lain, matan Hadits tersebut adalah mengandung firman Allah SWT. Hadits
Qudsi sama dengan Hadits-Hadits lain tentang keadaan sanad dan rawirawinya, yaitu
ada yang shahih, hasan, juga dlaif. Perbedaan umum antara Al Qur`anul Karim, Hadits
Nabi,dan Hadits Qudsidiantaranya;

1. Al Qur`anul Karim mempunyai lafadz dan makna dari Allah SWT dan diturunkan
secara berkala.
2. Sedangkan Hadits Nabi memiliki lafadz yang bersumber dari Nabi SAW tetapi
maknanya dari Allah SWT, dan diturunkan tidak secara berkala serta dinitsbatkan
kepada Rasulullah SAW.
3. Serta Hadits Qudsi, lafadz Hadits berasal dari Nabi Muhammad tetapi maknanya
dari Allah SWT, tidakberkala,dinitsbatkankepada Allah
HaditsMarfu

Secara etimologiMarfu berasal berarti“ yang diangkat,yang dimajukan, yang


diambil,yang dirangkaikan, yang disampaikan” ,yaitu ditujukan kepada Rasulullah
SAW.
Secara istilah,Hadits Marfu dapatdipahamisebagaiHadits yang sandarkan
terhadap Nabi Muhammad SAW dari ucapan, perbuatan,taqrir,dan sifatBeliau.

C. Hadits,Mauquf
Secara etimologi Mauquf adalah ‘ yang terhenti’ . Dalam istilah, Hadits
Mauquf berartiHadits yang disandarkan kepada Sahabat,berupa ucapan,perbuatanatau
Taqrir. Contoh-contoh:

1. Ucapan

2. Perbuatan

3. Taqrir

D. Hadits,Maqthu

Maqthu artinya: yang diputuskan atau yang terputus; yang dipotong atau yang
terpotong. Menurut ilmu Hadits, Maqthu adalah “ perkataan, perbuatan atau taqrir yang
disandarkan kepada tabi`in atau orang yang berada pada tingakat dibawahnya” . Hadits
Maqthu tidak bisa dipergunakan sebagai landasan hukum, karena Hadits Maqthu
hanyalah ucapan dan perbuatan seorang muslim. Tetapi jika didalamnya terdapat
qarinah yang baik,maka,bisa,diterima.

Anda mungkin juga menyukai