394 Article Text

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

e-ISSN 2776-6314 Volume 02, Nomor 03 Tahun 2022

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal)


e-ISSN 2776-6314
https://jom.htp.ac.id/index.php/rmik

Pengaruh Ketepatan Kodefikasi Penyakit Terhadap Validasi


Laporan Morbiditas Rawat Jalan Di RSUD Petala Bumi Pekanbaru
Tahun 2021

Kenisha Tiara Widodo 1, Haryani Octaria 2


1,2
Program Studi DIII Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru
Email: 1 [email protected], 2 [email protected]

Histori artikel Abstrak


RL4b merupakan suatu laporan yang sangat penting bagi Rumah
Received :
Sakit. RL4b adalah pelaporan tentang data keadaan morbiditas
09 Agustus 2021
pasien rawat jalan yang merupakan formulir rekapitulasi dari
Accepted :
jumlah kasus baru dan jumlah kunjungan yang terdapat pada unit
16 Desember 2022
rawat jalan Rumah Sakit untuk Tahunan. Hasil survei awal di
Published :
RSUD Petala Bumi ditemukan Data Laporan 10 Penyakit
27 Desember 2022
Terbanyak yaitu penyakit pulpa dan periapical, gangguang infraksi
dan akomodasi, konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivita,
strok tak menyebut pendarahan atau infark, nyeri punggung
bawah, diabetes mallitus tidak bergantung insulin, amenare,
migrain dan sinrom nyeri kepala lainnya, katarak dan gangguan
lain lensa, gagal jantung/ Tujuan penelitian untuk mengetahui
pengaruh ketepatan kodefikasi penyakit terhadap validasi laporan
morbiditas rawat jalan. Jenis dan desain penelitian ini
menggunkan metode kuantitatif dengan desain “Crossectional”.
Hasil analisis hubungan ketepatan kodefikasi penyakit dengan
validasi laporan morbiditas rawat jalan di RSUD Petala Bumi
diperoleh bahwa ada sebanyak 15 (15,3%) kode diagnosa yang

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal) 303


e-ISSN 2776-6314 Volume 02, Nomor 03 Tahun 2022

tidak akurat, dan kode diagnosa akurat sebanyak 83 (84,7%),


validasi laporan morbiditas rawat jalan diperoleh bahwa ada
sebanyak 17 (17,3%) laporan yang tidak valid, dan laporan valid
sebanyak 81 (82,7%). Hasil uji statistik dengan chi square
diperoleh Pvalue 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara ketepatan kodefikasi penyakit dengan validasi
laporan morbiditas rawat jalan. Dari hasil analisis diperoleh pula
OR = 128.375, artinya berkas RM yang tidak akurat mempunyai
peluang 128.375 kali untuk tidak valid dalam pengisian laporan
morbiditas rawat jalan. Kesimpulan penelitian ada hubungan
ketepatan kodefikasi terhadap validasi laporan morbiditas rawat
jalan
Kata Kunci : Ketepatan kode, Validasi laporan, Laporan
morbiditas rawat jalan

Latar Belakang

Untuk mendukung tercapainya mutu pelayanan tersebut diperlukannya tenaga PMIK.


Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang PMIK adalah mampu melakukan
kodefikasi terhadap penyakit. Kompetensi perekam medis yaitu perekam medis diharuskan
mampu melakukan tugas dalam memberikan pelayanan rekam medis dan informasi
kesehatan yang bermutu tinggi dengan memperhatikan beberapa kompetensi, salah satunya
klasifikasi dan kode klasifikasi penyakit. yang didalamnya dijelaskan bahwasanya seorang
petugas rekam medis harus mampu menentukan kode diagnosis pasien sesuai petunjuk dan
peraturan pada pedoman buku International Statistical Classification of Disease (ICD) yang
berlaku, serta mampu mengklasifikasikan data kode diagnosis yang akurat bagi kepentingan
informasi morbiditas (Rustiyanto, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004 pelaksanaan pengkodean
harus lengkap dan akurat sesuai arahan ICD10. Keakuratan kode dipengaruhi oleh
penetapan atau penentuan diagnosis pasien. Apabila dalam mengode diagnosis tidak akurat
maka akan berpengaruh pada jumlah kasus dalam pembuatan laporan morbiditas, mortalitas
serta penghitungan berbagai angka statistik rumah sakit (WHO, 2004).
Morbiditas adalah berasal dari kata morbidities dan dalam bahasa Indonesia menjadi
morbidity yang menurut bahasa artinya keadaan tidak sehat. Sedangkan Morbiditas menurut
istilah adalah gambaran kesakitan diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya berasal dari

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal) 304


e-ISSN 2776-6314 Volume 02, Nomor 03 Tahun 2022

laporan rutin (SP2TP, SST, SPRS), laporan eksekutif Kakanwil Depkes, Profil kesehatan
propinsi dan Profil Kesehatan Kabupaten/Kodya, laporan yang berasal dari masyarakat hasil
survei seperti SDKI, SKRT, SUSENAS serta sumber-sumber lain yang dianggap perlu.
RL4b merupakan suatu laporan yang sangat penting bagi Rumah Sakit. RL4b adalah
pelaporan tentang data keadaan morbiditas pasien rawat jalan yang merupakan formulir
rekapitulasi dari jumlah kasus baru dan jumlah kunjungan yang terdapat pada unit rawat
jalan Rumah Sakit untuk Tahunan (Permenkes No. 1171/MENKES/PER/VI/2011). RL4b
disusun berdasarkan data dari Health Information System (HIS) rumah sakit dan Indeks
Penyakit dan tindakan pasien rawat jalan. Indeks penyakit dan tindakan pasien disusun
berdasarkan diagnosis penyakit dan tindakan oleh dokter yang tertulis di rekam medis dalam
bentuk kode diagnosa penyakit dan Tindakan (SIRS revisi VI, 2011).
RL4b haruslah di isi dengan lengkap dan akurat. Salah satunya adalah pengkodean
diagnosa penyakit dimana RL4b ini digunakan untuk mengetahui 10 besar penyakit. Oleh
karena itu, Rumah Sakit harus memperhatikan dan menyediakan sarana dan prasarana
yang lengkap demi terciptanya keakuratan pengkodean morbiditas yang bermanfaat dalam
pengambilan kebijakan bagi Rumah Sakit.
Validasi data merupakan salah satu upaya yang sangat penting untuk bisa
menghasilkan data yang berkualitas sehingga bisa menghasilkan informasi yang benar dan
tidak meresahkan, dapat mempengaruhi administrasi Rumah Sakit. Contoh kegiatan validasi
yang dilakukan di Rumah Sakit adalah mengecek kembali kode diagnosa penyakit yang
dilakukan petugas pengkodean dengan ICD 10.
Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi merupakan rumah sakit umum daerah yang
berlokasi di Kota Pekanbaru. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit tipe C pada tahun
2011 melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK 03.05/1/8000/2010
tentang penetapan kelas Rumah Sakit Umum Daearah Petala Bumi Kota Pekanbaru
Provinsi Riau dengan tugas dan fungsi mencakup upaya pelayanan Kesehatan perorangan,
pusat rujukan serta merupakan tempat Pendidikan institusi pelayanan Kesehatan. Rumah
Sakit Umum Daerah Petala Bumi merupakan suatu badan usaha yang bergerak dibidang
pengobatan dan pelayanan Kesehatan, khusus untuk pegawai beserta keluarganya di dalam
Sekretariat Wilayah/Daerah tingkat I Riau yang pada dasarnya bersifat sebagai suatu usaha
sosial yang memberikan pelayanan baik Rawat Jalan, Rawat Inap, dan IGD. RSUD Petala
Bumi Pekanbaru telah melaksanakan pelaporan morbiditas penyakit namun masih perlu
pembedahan terkait keakuratan kode diagnose penyakitnya.

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal) 305


e-ISSN 2776-6314 Volume 02, Nomor 03 Tahun 2022

Hasil survei awal di RSUD Petala Bumi ditemukan Data Laporan 10 Penyakit
Terbanyak di RSUD Petala Bumi Pekanbaru periode Bulan Oktober 2020 yang dibuat oleh
petugas pelaporan yaitu penyakit pulpa dan periapical, gangguang infraksi dan akomodasi,
konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivita, strok tak menyebut pendarahan atau infark,
nyeri punggung bawah, diabetes mallitus tidak bergantung insulin, amenare, migrain dan
sinrom nyeri kepala lainnya, katarak dan gangguan lain lensa, gagal jantung.

Metode

Jenis dan desain penelitian ini menggunkan metode kuantitatif dengan desain
“Crossectional”. Dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Ketepatan Kodefikasi
Penyakit Terhadap Validasi Laporan Morbiditas Rawat Jalan di RSUD Petala Bumi
Pekanbaru tahun 2021.Penelitian ini dilakukan di bagian unit Rekam Medis RSUD Petala
Bumi Pekanbaru pada tahun 2021. Waktu dari penelitian ini dilakukan pada bulan November
2020 sampai bulan Maret 2021. Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti
(Notoadmojo, 2012) populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kunjungan pasien selama
bulan Agustus - Oktober 2020 di RSUD Petala Bumi Pekanbaru. Pada bulan Agustus
kunjungan pasien berjumlah 2385 orang, pada bulan September kunjungan pasien
berjumlah 2090 orang, dan pada bulan Oktober kunjungan pasien berjumlah 1625 orang.
Total jumlah kunjungan pasien dalam 3 bulan terakhir adalah 6100 orang. Sampel adalah
Sebagian atau mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2012). Sampel dalam penelitian ini
adalah jumlah kunjungan pasien dalam 3 bulan terakhir di RSUD Petala Bumi Pekanbaru
sebanyak 98 Rekam Medis.

Hasil dan Pembahasan

A. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berkas Rekam Medis dalam Pengisian Kodefikasi


Penyakit dan Pengaruhnya Terhadap Validasi Laporan Morbiditas Rawat Jalan di
RSUD Petala Bumi Pekanbaru tahun 2021

No Karakteristik N %
1 Ketepatan Kode Diagnosa
Tidak akurat 15 15,3
Akurat 83 84,7
Total 98 100,0

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal) 306


e-ISSN 2776-6314 Volume 02, Nomor 03 Tahun 2022

2 Validasi pelaporan
Tidak valid 17 17,3
Valid 81 82,7
Total 98 100,0
Sumber : RSUD Petala Bumi Pekanbaru Tahun 2021

B. Analisis Bivariat

Tabel 2. Hubungan antar Ketepatan Kodefikasi terhadap Validasi Laporan Morbiditas


Rawat Jalan di RSUD Petala Bumi tahun 2021

Validasi Laporan

Ketepatan Tidak Valid Valid Total POR P


Kode N % N % N % (95% CI) Value
Tidak
13 86,7% 2 13,3% 15 100%
Akurat
128.375
Akurat 4 4,8% 79 95,2% 83 100% (21.308- 0,000
773.437)
Total 17 17,3% 81 82,7% 98 100%
Sumber : Data Tabulasi RSUD Petala Bumi Pekanbaru tahun 2021
Pembahasan

1. Ketepatan kodefikasi penyakit di RSUD Petala Bumi Pekanbaru tahun 2021.


Hasil penelitian ketepatan kodefikasi penyakit di RSUD Petala Bumi diperoleh bahwa
ada sebanyak 15 (15,3%) kode diagnose yang tidak akurat. Sedangkan kode diagnosa
yang akurat ada sebanyak 83 (84,7%).
Menurut Depkes RI (2006), coding adalah membuat kode atas diagnosis penyakit
berdasarkan klasifikasi penyakit yang berlaku yang bertujuan untuk mempermudah
pengelompokkan penyakit dan operasi yang dapat dituangkan dalam bentuk angka.
Menurut Depkes RI (2006), coding merupakan pemberian penetapan kode dengan
menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili
komponen data.
Abdelhak dkk (2001) menyebutkan bahwa coding memiliki fungsi yang sangat
penting dalam pelayanan manajemen informasi kesehatan. Data klinis yang terkode
dibutuhkan untuk mendapatkan kembali informasi atas perawatan pasien, penelitian,
perbaikan, pelaksanaan, perencanaan dan fasilitas manajemen dan untuk menentukan
biaya perawatan kepada penyedia pelayanan kesehatan.

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal) 307


e-ISSN 2776-6314 Volume 02, Nomor 03 Tahun 2022

Untuk mendukung tercapainya mutu pelayanan tersebut diperlukannya tenaga PMIK.


Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang PMIK adalah mampu melakukan
kodefikasi terhadap penyakit. Kompetensi perekam medis yaitu perekam medis
diharuskan mampu melakukan tugas dalam memberikan pelayanan rekam medis dan
informasi kesehatan yang bermutu tinggi dengan memperhatikan beberapa kompetensi,
salah satunya klasifikasi dan kode klasifikasi penyakit. yang didalamnya dijelaskan
bahwasanya seorang petugas rekam medis harus mampu menentukan kode diagnosis
pasien sesuai petunjuk dan peraturan pada pedoman buku ICD (International Statistical
Classification of Disease) yang berlaku, serta mampu mengklasifikasikan data kode
diagnosis yang akurat bagi kepentingan informasi morbiditas (Rustiyanto, 2009).
Menurut Ivana Putri Risyanti dan Syafira Atikah Yudianti (2020) pada penelitian
terdahulu, Dari 573 kode diagnosis rawat jalan di RS X diketahui bahwa kode diagnosis
rawat jalan yang tepat sejumlah 362 (63,2%) dan yang tidak tepat sejumlah 211 (36,8%).
Berdasarkan hasil penelitian dari teori yang ada , maka penulis berpendapat bahwa
Keakuratan kode diagnosa sangat berdampak terhadap pelaporan, sebaiknya petugas
lebih teliti dalam melakukan pengkodean sehingga dapat merealisasikan pelaporan
Rumah Sakit yang baik.

2. Validasi laporan morbiditas rawat jalan di RSUD Petala Bumi Pekanbaru tahun 2021.
Hasil penelitian validasi laporan morbiditas rawat jalan di RSUD Petala Bumi
diperoleh bahwa ada sebanyak 17 (17,3%) laporan yang tidak valid. Sedangkan laporan
yang valid ada sebanyak 81 (82,7%).
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian atau pengesahan/keabsahan. artinya
validasi merupakan suatu pekerjaan “dokumentasi”. Validasi laporan morbiditas rawat
jalan adalah kesesuaian pengisian laporan morbiditas rawat jalan bahwa diagnosis rawat
jalan yang sudah dikodefikasi dimasukkan kedalam laporan morbiditas rawat jalan sesuai
dengan kolom yang sudah tersedia. Pengaruh kodefikasi penyakit rawat jalan dengan
validasi laporan morbiditas rawat jalanadalah Adanya pengaruh antara hasil kodefikasi
rawat jalan dengan kesesuaian pengisian laporan morbiditas rawat jalan
(http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id).
Validasi data merupakan salah satu upaya yang sangat penting untuk bisa
menghasilkan data yang berkualitas sehingga bisa menghasilkan informasi yang benar
dan tidak meresahkan, dapat mempengaruhi administrasi Rumah Sakit. Contoh kegiatan
validasi yang dilakukan di Rumah Sakit adalah mengecek kembali kode diagnosa
penyakit yang dilakukan petugas pengkodean dengan ICD 10.

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal) 308


e-ISSN 2776-6314 Volume 02, Nomor 03 Tahun 2022

Menurut Ivana Putri Risyanti dan Syafira Atikah Yudianti (2020) pada penelitian
terdahulu, Pengisian laporan morbiditas yang sesuai sebanyak 527 (92%) dan yang tidak
sesuai sebanyak 46 (8%) dari 573 kasus penyakit dalam rawat jalan.
Berdasarkan hasil penelitian dari teori yang ada, maka penulis berpendapat bahwa
Hal ini akan berakibat terhadap pelaporan 10 besar penyakit , sehingga akan
menyulitkan petugas dalam mengambil tren penyakit dalam setiap bulannya.

3. Hubungan antara ketepatan kodefikasi penyakit dengan validasi laporan morbiditas


rawat jalan di RSUD Petala Bumi Pekanbaru tahun 2021.
Hasil analisis hubungan ketepatan kodefikasi terhadap validasi laporan morbiditas
rawat jalan diperoleh kodefikasi akurat dengan laporan tidak valid sebanyak 4 (4,8%),
kodefikasi akurat dengan laporan valid sebanyak 79 (95,2%), kodefikasi tidak akurat
dengan laporan tidak valid sebanyak 13 (86,7%), dan kodefikasi tidak akurat dengan
laporan valid sebanyak 2 (13,3%). Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh Pvalue
0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara ketepatan kodefikasi
penyakit dengan validasi laporan morbiditas rawat jalan. Dari hasil analisis diperoleh pula
OR = 128.375, artinya berkas RM yang tidak akurat mempunyai peluang 128.375 kali
untuk tidak valid dalam pengisian laporan morbiditas rawat jalan.
Morbiditas adalah berasal dari kata morbidities dan dalam bahasa Indonesia menjadi
morbidity yang menurut bahasa artinya keadaan tidak sehat. Sedangkan Morbiditas
menurut istilah adalah gambaran kesakitan diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya
berasal dari laporan rutin (SP2TP, SST, SPRS), laporan eksekutif Kakanwil Depkes,
Profil kesehatan propinsi dan Profil Kesehatan Kabupaten/Kodya, laporan yang berasal
dari masyarakat hasil survei seperti SDKI, SKRT, SUSENAS serta sumber-sumber lain
yang dianggap perlu.
RL4b merupakan suatu laporan yang sangat penting bagi Rumah Sakit. RL4b adalah
pelaporan tentang data keadaan morbiditas pasien rawat jalan yang merupakan formulir
rekapitulasi dari jumlah kasus baru dan jumlah kunjungan yang terdapat pada unit rawat
jalan Rumah Sakit untuk Tahunan (Permenkes No. 1171/MENKES/PER/VI/2011). RL4b
disusun berdasarkan data dari Health Information System (HIS) rumah sakit dan Indeks
Penyakit dan tindakan pasien rawat jalan. Indeks penyakit dan tindakan pasien disusun
berdasarkan diagnosis penyakit dan tindakan oleh dokter yang tertulis di rekam medis
dalam bentuk kode diagnosa penyakit dan Tindakan (SIRS revisi VI, 2011).
RL4b haruslah di isi dengan lengkap dan akurat. Salah satunya adalah pengkodean
diagnosa penyakit dimana RL4b ini digunakan untuk mengetahui 10 besar penyakit. Oleh

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal) 309


e-ISSN 2776-6314 Volume 02, Nomor 03 Tahun 2022

karena itu, Rumah Sakit harus memperhatikan dan menyediakan sarana dan prasarana
yang lengkap demi terciptanya keakuratan pengkodean morbiditas yang bermanfaat
dalam pengambilan kebijakan bagi Rumah Sakit.
Menurut WHO tahun 2004 pelaksanaan pengkodean harus lengkap dan akurat
sesuai arahan ICD10. Keakuratan kode dipengaruhi oleh penetapan atau penentuan
diagnosis pasien. Apabila dalam mengode diagnosis tidak akurat maka akan
berpengaruh pada jumlah kasus dalam pembuatan laporan morbiditas, mortalitas serta
penghitungan berbagai angka statistik rumah sakit.
Menurut Ivana Putri Risyanti dan Syafira Atikah Yudianti (2020) pada penelitian
terdahulu, Dari 573 kode diagnosis rawat jalan di RS X diketahui bahwa kode diagnosis
rawat jalan yang tepat sejumlah 362 (63,2%) dan yang tidak tepat sejumlah 211 (36,8%).
Pengisian laporan morbiditas yang sesuai sebanyak 527 (92%) dan yang tidak sesuai
sebanyak 46 (8%) dari 573 kasus penyakit dalam rawat jalan. Terdapat pengaruh antara
ketepatan kode penyakit rawat jalan dengan laporan morbiditas rawat jalan di RS X yaitu
dengan nilai p= 0,000.
Berdasarkan hasil penelitian dari teori yang ada, maka penulis berpendapat bahwa
Diharapkan petugas dapat terus meningkatkan kinerja yang sudah baik dan tetap
memperhatikan koding dengan ICD 10.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Ketepatan Kodefikasi Penyakit Terhdap Validasi
Laporan Morbiditas Rawat Jalan di RSUD Petala Bumi Pekanbaru, peneliti menyimpulkan
bahwa :
1. Hasil penelitian ketepatan kodefikasi penyakit di RSUD Petala Bumi diperoleh bahwa ada
sebanyak 15 (15,3%) kode diagnose yang tidak akurat. Sedangkan kode diagnosa yang
akurat ada sebanyak 83 (84,7%).
2. Hasil penelitian validasi laporan morbiditas rawat jalan di RSUD Petala Bumi diperoleh
bahwa ada sebanyak 17 (17,3%) laporan yang tidak valid. Sedangkan laporan yang valid
ada sebanyak 81 (82,7%).
3. Hasil analisis hubungan ketepatan kodefikasi terhadap validasi laporan morbiditas rawat
jalan diperoleh kodefikasi akurat dengan laporan tidak valid sebanyak 4 (4,8%),
kodefikasi akurat dengan laporan valid sebanyak 79 (95,2%), kodefikasi tidak akurat
dengan laporan tidak valid sebanyak 13 (86,7%), dan kodefikasi tidak akurat dengan
laporan valid sebanyak 2 (13,3%). Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh Pvalue
0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara ketepatan kodefikasi

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal) 310


e-ISSN 2776-6314 Volume 02, Nomor 03 Tahun 2022

penyakit dengan validasi laporan morbiditas rawat jalan. Dari hasil analisis diperoleh pula
OR = 128.375, artinya berkas RM yang tidak akurat mempunyai peluang 128.375 kali
untuk tidak valid dalam pengisian laporan morbiditas rawat jalan.

Daftar Pustaka

Depkes, RI (2006). Pedoman Pengolahan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.


Revisi II, Dirjen Yanmed. Jakarta.
Hatta, G. (2008). No 171. Definisi Diagnosis Dalam ICD-10. Jakarta.
Hatta, G. (2008). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Ivana, P.R. & Syafira, A.Y. (2020). Pengaruh Ketepatan Kodefikasi Penyakit
Terhadap Validasi Laporan Morbiditas Rawat Jalan di RS X. Semarang: Ejournal
Poltekkes Kemenkes, 2622-7614
Juknis SIRS (2011). Sistem Informasi Rumah Sakit. Internet:
https://sardjito.co.id/sardjitowp/wp-content/uploads/2018/05/Juknis-SIRS-
2011.pdf
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 377/Menkes /Per/III/2007 tentang
Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. 2007. Jakarta: Menkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/Menkes/SK /III/2008
tentang Rekam Medis. 2008. Jakarta: Menkes RI.
Rustiyanto, E. (2009). Etika Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suyitno. (2007). Membangun Sistem Casemix Tingkat Rumah Sakit (Experience Sharing).
Kumpulan Makalah Seminar dan Pelatihan Sistem Casemix INADRG’s Yogyakarta.
T. Razali Rasyid. (2017). Bunga Rampai Kependudukan: Kelahiran, Kematian, Migrasi, dan
Pembangunan Berwawasan Kependudukan. Banda Aceh: Syiah Kuala University
Press
Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
WHO, (2004). International Statistical Classification of Disease and Related health Problems
Tenth Revision Volume 2 second edition. Geneva: World Health Organization.

Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal) 311

Anda mungkin juga menyukai