Hakikat Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Abdul Rahman, M.Pd

Mata Kuliah : Dasar-Dasar Pendidikan

Kelompok II

Disusun Oleh:
Yuli Epriana (2023010104181)
Mardiana (2023010104167)
Risna (2023010104168)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaiakan tugas mata kuliah ” DASAR-DASAR PENDIDIKAN” dengan judul makalah “HAKIKAT
PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN”.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.
Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

KENDARI, 10 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan .............................................................................. 4
B. Ilmu Pendidikan ................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada dasarnya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya sekedar
pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam hakekat pendidikan banyak hal menarik
untuk dipelajari contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam ilmu
pendidikan. Hal-hal menarik inilah yang mendorong kami untuk mempelajari lebih dalam
mengenai hakikat pendidikan diluar dari tugas yang telah ditentukan.
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya.
Sedangkan manusia, hidup menggunakan akal pikiran yang dimilikinya dalam setiap berperilaku.
Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha manusiauntuk meningkatkan ilmu pengetahuan,
yang didapat dari lembaga formal maupun nonformal.
Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan
mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal
sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur
tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui
interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga jenis
pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: logika yang dapat
membedakan antara benar dan salah; etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk;
serta estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki,
merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim
dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan
dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu
koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan
benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam
pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?
2. Apa itu definisi dan konsep dari Pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pendidikan?
4. Apa Peran dalam Ilmu Pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari hakikat pendidikan
2. Mengetahui definisi dan konsep dari pendidikan
3. Mengetahui pengertian ilmu pendidikan
4. Mengetahui peran dalam ilmu pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HAKIKAT PENDIDIKAN


Hakikat pendidikan adalah pendidikan untuk manusia dan dapat diperoleh selama manusia
lahir hingga dewasa. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan,pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Achmad Munib, 2004: 142).
Hakikat Pendidikan Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang hakikat pendidikan,
terlebih dahulu penulis mengemukakan beberapa variabel terkait dengan pendidikan itu sendiri
sebagai berikut:
1. Definisi dan Konsep Pendidikan
Perkataan pendidikan dalam Bahasa Melayu ialah kata nama terbitan daripada kata akar
didik yang membawa maksud jaga, pelihara dan ajar. Perkataan pendidikan juga bersinonim
dengan ajaran, latihan, tarbiah, pelajaran, bimbingan, asuhan dan tunjuk ajar. Dalam Bahasa
Inggris, pendidikan disebut sebagai education (Simpson dan Weiner 1989) yang dikatakan
berasal daripada cantuman dua kalimah dalam bahasa latin yaitu e’ex dan ducereduc berarti
‘memimpin’ yang dapat diinterpretasikan sebagai mengumpul maklumat ke dalam diri bagi
membentuk bakat (Abdullah Ishak 1995). Dalam bahasa Arab pula terdapat beberapa kalimah
yang merujuk kepada pendidikan. Antara kalimah yang selalu digunakan ialah (Rosnani Hashim
2006; al-Attas 1979):
a. Tarbiyyah.
Istilah tarbiyah berasal dari kata rabba. Menurut Ibrahim Anis, kata rabb bermakna
tumbuh dan berkembang (Ibrahim Anis, 1972: 321). Selain itu menurut al-Qurṭubi, rabba
juga menunjukkan makna menguasai, memperbaharui, mengatur dan memelihara (Al-
Qurtubi, 2005: 138). Sementara itu, menurut al-Ragib al-Aṣfahani, kata al-rabba bisa
berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan dengan bertahap atau membuat
sesuatu untuk mencapai kesempurnaan secara bertahap.
Di dalam Tafsir al-Maragi dikemukakan bahwa kata rabba dalam surat
al-Fātiḥah/1:2, mengandung arti memelihara dan menumbuhkan. Pemeliharaan Allah
Swt. terhadap manusia ada dua macam, yaitu pemeliharaan terhadap eksistensi
manusia
3
dengan jalan menumbuhkan sejak kecil hingga dewasa, dan adanya peningkatkan
kekuatan jiwa dan akalnya, serta pemeliharaan terhadap agama dan akhlaknya melalui
wahyu yang diturunkan kepada salah seorang (nabi) agar menyampaikan risalah yang
akan menyempurnakan akal dan membersihkan jiwa mereka (AlMaraghi, 1973:30).
Dengan demikian, dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang
terkandung dalam kata tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu: 1)
Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa. 2) Mengembangkan
seluruh potensi menuju kesempurnaan. 3) Mengarahkan seluruh fitrah menuju
kesempurnaan. 4) Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
b. Ta’lim.
Istilah ta`līm berasal dari kata ‘alima. Dalam Lisān al-`Arab, kata ini bisa memiliki
beberapa arti, seperti mengetahui atau merasa, dan memberi kabar kepadanya
(Jamaluddin Muhammad, Juz IX: 371). Menurut Rasyid Riḍa (1273 H: 262), ta’līm
merupakan proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan
dan ketentuan tertentu.
Pendapat tersebut berdasarkan ayat Alquran surat al-Baqarah/2: 31 yang artinya:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat…” Dan ayat Alquran surat al-Baqarah/2: 151
yang artinya: “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasūl di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitāb dan al-
Ḥikmah, serta mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.”
Pada ayat tersebut dijelaskan tentang aktivitas kependidikan yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw. yang tidak hanya terbatas pada mengajarkan tilāwah al-Qurān tetapi juga
mengupayakan proses penyucian al-jism dan arrūh (tazkiyah), sehingga dengan kesucian
diri itu manusia dapat memahami al-Kitāb dan al-Ḥikmah serta meraih pengetahuan-
pengetahuan lain yang belum mereka ketahui. (Al-Rasyidin, 2008: 111). Bukan hanya
sekedar pandai membaca apa yang tertulis, namun Rasulullah Saw. juga membuat umat
Islam dapat membaca dengan renungan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan
amanah.
c. Ta’dib.
Dalam Lisan al-`Arab dijelaskan bahwa arti dasar kata addaba adalah ad- du`a’ yang
4
berarti undangan. Dengan demikian kata ini diartikan sebagai undangan seseorang
untuk menghadiri suatu pesta atau perjamuan. (Ibnu Manżur, t.th. 93). Sementara
dalam Mu’jam al-Wasīṭ karya Ibrahim Anis kata addaba diartikan:
1) Melatihkan perilaku yang baik dan sopan santun.
2) Mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku
sopan,pelatihan atau pembiasaan.
3) Mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplinkan dan memberi tindakan. (Ibrahin
Anis, 1972: 9) Menurut Naquib al-Attas (1984: 75), kata ta’dīb merupakan istilah
yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam Islam.
Pendapat ini sesuai dengan pendapat Hasan Langgulung (1992: 5) dengan alasan
bahwa kata ta`līm terlalu dangkal karena ini berarti mengajari (pengajaran),
sedangkan tarbiyah terlalu luas karena kata ini dipakai juga untuk binatang dan
tumbuh-tumbuhan.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 1 (2003: 4) diungkapkan bahwa, “Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Secara umumnya, ketiga kalimat ini membawa maksud pendidikan tetapi jika diteliti secara
lebih mendalam ternyata ketiga istilah ini membawa maksud yang berlainan. Menurut al-Attas
(1992), antara ketiga kalimah tersebut, kalimah ta’dib lebih tepat kerana ia mempunyai makna
yang lebih spesifik untuk menggambarkan proses pendidikan manusia berbanding dengan
kalimah tarbiyyah yang mempunyai maksud yang lebih luas sehingga meliputi haiwan, di
samping penekanannya kepada pengasuhan fizikal lebih daripada penyuburan mental dan
rohani (al-Attas 1992; Rosnani 2006). Hujahnya diperkuatkan lagi dengan mengambil contoh
Rasulullah Saw yang telah menggunakan perkataan ta’dib untuk merujuk tentang pendidikan
yang diberikan oleh Allah kepada baginda Rasulullah.

Dalam konteks Islam pula, pendidikan merupakan satu pelajaran atau pendidikan bagi
kognitif, fizikal dan roh untuk melahirkan insan yang berperikemanusiaan. Definisi falsafah ini
merujuk kepada pembentukan individu sehingga menjadi seorang manusia yang benar-benar
sempurna bukan saja dari segi pertambahan ilmu bahkan dari segi pembentukan akhlak dan
rohani (Kurshid 1975). Menurut Thoha (1996), pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah
dan tujuan serta teori-teorinya dibangun untuk melaksanakan praktik pendidikan yang
didasarkan kepada nilai-nilai Islam yang terkandung dalam al-Quran dan hadis Nabi.
5

Al-Attas (1992) pula memberikan pengertian bahawa pendidikan Islam adalah usaha yang
dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat
yang benar dari segala sesuatu dari aturan penciptaan sehingga membimbing mereka ke arah
kebaikan.

Walau bagaimanapun, Islam tidaklah melihat pendidikan dari skop yang sempit, ia tidak
terbatas kepada pendidikan duniawi semata-mata bahkan meliputi dua lapangan yaitu di dunia
dan akhirat. Dalam konteks ini, Ibn Khaldun (2000) telah membagi ilmu kepada dua bahagian
yang utama. Pertama, ilmu yang berbentuk fardhu ain yang dituntut ke atas setiap orang supaya
mengetahui dan mempelajarinya dalam melaksanakan tuntutan agama seperti ilmu tauhid, fiqh,
akhlak, akidah dan sebagainya; yang kedua ialah ilmu fardhu kifayah yaitu ilmu yang mesti ada
pada sekumpulan orang dalam masyarakat tanpa melihat kepada individu tertentu seperti ilmu
pertukangan, kemahiran, perniagaan, kedokteran, ekonomi, fizik, astronomi dan sebagainya
yang boleh mandatangkan manfaat kepada manusia. Ini membuktikan bahwa agama Islam tidak
mementingkan pencapaian intelektual yang tinggi semata-mata bahkan perlu dilengkapi dengan
kefahaman yang jelas mengenai agama Islam itu sendiri untuk menghasilkan manusia yang
cemerlang di dunia mahupun di akhirat.

Jelasnya pendidikan Islam dijadikan sebagai satu proses mengasuh dan mendidik, membela,
melatih, menyucikan, membaikkan, mengawal hawa nafsu, membentuk ketaatan kepada Allah
Swt membentuk sikap sopan dan beradab (mempunyai akhlak yang baik) dan memadamkan
semua sifat tercela yang ada dalam diri manusia. Semua definisi ini memberikan pemahaman
bahwa hampir keseluruhan pendidikan yang dikehendaki dalam Islam ialah merujuk kepada
pendidikan rohani manusia selaku hamba Allah di muka bumi ini bagi memancarkan kejernihan
akhlak dan budi pekerti yang tinggi selain untuk perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri
yang merupakan medium yang amat penting dalam membangunkan ketamadunan manusia
yang hidup di dunia.

2. Hakikat Pendidikan
Pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Semenjak masih di dalam
kandungan hingga dewasa, pendidikan terus berlangsung selama manusia itu hidup. Pendidikan
adalah khas milik dan alat manusia. Pendidikan dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar
oleh manusia. Pendidikan sendiri digunakan sebagai alat untuk bertahan hidup dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UU No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
Secara umum, pendidikan dilakukan semenjak manusia diciptakan. Pendidikan ini merupakan
pendidikan yang bersifat umum pada masyarakat. Pendidikan secara umum didasarkan pada
insting seorang manusia. Mendidik secara insting diikuti oleh mendidik yang bersumber dari
pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara dalam mendidik
karena perkembangan pikirannya. Semakin maju perkembangan pikiran, semakin pula variasi
orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Pendidikan mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan manusia.
Pendidikan bermaksud membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan
6
alamiah menjadi berbudaya. Pendidikan erat kaitannya dengan membudayakan manusia.
Membudayakan manusia sendiri merupakan proses atau upaya meningkatkan hidup dan
kehidupan manusia atau kelompok. Secara sederhana adalah cara hidup yang dikembangkan
oleh masyarakat.Insting, pendidikan, dan kebudayaan saling berkatian. Insting dibawa oleh
manusia sejak lahir. Pendidikan dan kebudayaan didapat melalui proses pembelajaran yang
didasarkan pada insting itu sendiri. Pendidikan dan budaya berjalan bersama untuk saling
memajukan. Makin tinggi kebudayaan, makin tinggi pula pendidikan dan cara mendidiknya.
Pendidikan merupakan aspek dari kehidupan manusia dan ada dalam kebudayaan akan tetapi,
kebudayaan hanya bisa dibentuk melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan diperlukan
untuk membudayakan atau memanusiakan manusia.
1) Pendidikan sebagai suatu ilmu Pendidikan dikatakan sebagai suatu ilmu jika memenuhi
persyaratannya sebagai ilmu itu sendiri yaitu:
a) Memiliki objek
Objek pendidikan ada dua macam, yaitu objek materi dan objek formal. Objek
materi berkaitan dengan peserta didik dan warga belajarnya. Objek formal
merupakan gejala yang tampak, dirasakan, dihayati, dan diekpresikan dalam
kehidupan manusia.
b) Mempunyai metode penyelidikan
Secara umum, pendidikan dikatakan sebagai suatu ilmu jika pendidikan itu
mempunyai metode penyelidikan yang mencakup ruang lingkup, masalah, tujuan,
hipotesis, tempat penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, instrumen
pengambilan data tentang variabel yang diteliti, dan analisis data berserta
simpulannya.
c) Sistematis
Adanya keterkaitan antara pokok-pokok yang terdapat pada pendidikan. Pokok-
pokok itu berbicara mengenai pendidikan sebagai ilmu secara global, bahan dan
proses dalam pendidikan, faktor-faktor yang menjunjang proses pendidikan,
pendidik, penyelenggaraan pendidikan, dan alat-alat yang digunakan untuk
mengembangkan pendidikan itu sendiri. Pokok-pokok pendidikan dibahas secara
sistematis tanpa mengurangi atau memindahkan urutan.
d) Mempunyai tujuan
Pendidikan untuk mengembangkan individu baik jasmani maupun rohani secara
optimal agar mampu meningkatkan hidup dan kehidupan diri, keluarga, dan
masyarakat di sekitarnya, Tujuan pendidikan juga memperhatikan aspek ontologis
(apa), epistimologis (bagaimana), dan aksiologis (untuk apa) agar pendidikan dapat
berjalan secara selaras.

Pengertian ilmu pendidikan.


Pengertian Ilmu Pendidikan
adalah suatu kumpulan ilmu
pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dengan memiliki
metode-metode tertentu yang
ilmiah untuk menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala
perbuatan bantuan atau didikan
yang diberikan oleh orang
<dewasa= kepada orang yang
<belum dewasa= untuk mencapai
kedewasaannya dalam rangka
mempersiapkan dirinya untuk
kehidupan yang bermakna bagi
dirinya, masyarakat
B. ILMU PENDIDIKAN

Pengertian Ilmu Pendidikan adalah suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dengan memiliki metode-metode tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan bantuan atau didikan yang diberikan oleh orang
“dewasa” kepada orang yang “belum dewasa”

7
untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang
bermakna bagi dirinya, masyarakat dan penciptanya.

Menurut Para Tokoh:

1. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan-pembentukan kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
2. Langeveld
Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha bimbingannya supaya menjadi
dewasa. Untuk membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja
antara orang dewasa dan anak-anak.
3. Hoogeveld
Pendidikan membantu anak supaya cukup cakap menyelanggarakan tugas hidupnya atas
tanggung jawabnya sendiri.
4. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang ada pada masa anak-anak, akan tetapi
kita membutuhkan pada waktu dewasa.
5. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
sebagai manusia dan masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
6. SA. Bratanata
Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara tidak
langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.
7. GBHN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

1. Ilmu Pendidikan sebagai ilmu teoritis,empiris,praktis,dan normatif

1) Ilmu Pendidikan sebagai ilmu Normatif


Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah atau
pedoman atau tingkah laku manusia. Sesuatu normatif berarti berbicara masalah baik
atau buruk dari perilaku manusia. Ilmu pendidikan merumuskan peraturan-peraturan
tentang bertingkah laku manusia untuk mencapai keteraturan hidup akan menjamin
kelangsungan keeratan (kohesi) antar manusia untuk mencapai keteraturan hidup.
Karena ilmu pendidikan bersifat normatif berarti pula bersifat praktis karena ilmu
pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan sehingga pendidik bertugas
menanamkan sistem-sistem norma bertingkah laku manusia yang dibanggakan, dihormati,
dan di junjung tinggi oleh masyarakat.
2) Ilmu pendidikan sebagai Ilmu yang bersifat teoritis dan praktis
Ilmu Pendidikan bersifat teoritis dan praktis karena berkaitan dengan strategi tindakan
mendidik atau praktek mendidik. Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai

8
mengatur dan mensistemkan didalam pola pikirnya masalah yang tersusun sebagai pola
pemikiran pendidikan. Jadi, dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran
secara teoritis. Pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang disusun dalam satu sistem
pendidikan yang biasa disebut ilmu pendidikan teoritis.
3) Ilmu pendidikan sebagai Ilmu yang bersifat empiris
Ilmu pendidikan harus bersifat empiris artinya kesimpulan atau konklusi ilmu
pengetahuan yang diambil harus tunduk kepada pemeriksaan indra manusia maka kaidah
logika formal dan hukum sebab akibat harus menjadi dasar kebenaran yang bersifat
realitas, objektif dan netral.

2. Peranan dan kedudukan Ilmu Pendidikan dalam penyelenggaraan Pendidikan

1. Peranan dan Kedudukan Ilmu pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan


Ilmu pendidikan mempunyai peranan sebagai perantara dalam membentuk masyarakat
yang mempunyai landasan individual, sosial dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada
skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil berlangsung dalam skala terbatas
keluarga antara suami dan istri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan
dalam skala mikro diperlukan gara manusia sebagai individu brkembang semua potensinya
dalam arti perangkat pembawaannya yang baik dengan lengkap.

2. Kedudukan Ilmu Pendidikan dalam Penyelenggaraan Pendidikan


Ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses pengubahan sikap
dan tata laku atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan melalui upaya pengajar
dan pelatihan,proses,cara,pembuatan mendidik ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu
harus dapat bersifat:
a. Empiris,karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman.
b. Rokhaniah karena situasi pedidikan berdasar atas tujuan manusia tidak
membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya.
c. Normatif,karena berdasar atas pemelihan antara yang baik dan buruk
d. Histories,karena memberikan uraian teoritis tentang sistem-sistem pendidikan
sepanjang jaman dengan mengigat latar belakang kebudayaan filsafat yang
berpengaruh pada zaman tertentu.
e. Praktis,karena memberikan pemekiran tentang masalah dan ketentuan pendidikan
yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik.

3. Tujuan Ilmu Pendidikan

Adapun tujuan dari adanya Ilmu Pendidikan sendiri adalah untuk memberikan informasi
tentang pendidikan mulai dari dasar-dasar pendidikan, jenis-jenis pendidikan, jalurnya, dan
pembekalan-pembekalan yang mungkin dapat dilakukan oleh orang tua terhadap anak-
anaknya untuk melalui semua proses pendidikan yang ada. Jika semua informasi terkait
pendidikan dapat terserap dengan baik oleh masyarakat, utamanya pendidik dan yang
dididik, tentu proses belajjar mengajar akan lebih cepat sampai dan diserap dengan baik
oleh siswa.

9
Jika ilmu pendidikan yang didapat oleh pendidik masih jauh dari cukup, maka tentu akan
berpengaruh pada cara penyampaian pengajar atau pendidik kepada para murid atau siswa
yang dididiknya.
Dengan tujuan yang demikian, berarti ada beberapa fungsi dengan adanya Ilmu
Pendidikan ini, yakni dapat membantu para pelajar mendapatkan pengetahuan yang lebih
luas. Dengan adanya ilmu pendidikan yang sistematis, maka penyerapan ilmu pengetahuan
juga akan lebih cepat dan terperinci. Dengan penyerapan yang demikian, maka akan
menghasilkan pelajar-pelajar yang memiliki banyak kompetensi, memiliki kecerdasan yang
bisa bermanfaat untuk bangsa dan negaranya.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Semenjak masih di dalam
kandungan hingga dewasa, pendidikan terus berlangsung selama manusia itu hidup. Pendidikan
adalah khas milik dan alat manusia. Hakikat pendidikan adalah pendidikan untuk manusia dan
dapat diperoleh selama manusia lahir hingga dewasa.
Ilmu pendidikan bentuknya yang lebih sistematis termasuk ilmu yang sangat muda atau
masih membentuk dirinya, untuk lebih memperkokoh persyaratan yang dimilikinya sebagai ilmu
yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain Ilmu pendidikan adalah suatu kumpulan pengetahuan
atau konsep yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang
bersifat ilmiah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau
suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.unismuh.ac.id/index.php/alurwatul/article/view/5492
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-padang/dasar-dasar-ilmu-
pendidikan/ilmu-pendidikan/32622470

12

Anda mungkin juga menyukai