Laporan ini menganalisis kebutuhan air tanaman kacang hijau dan sorgum di Kabupaten Wajo menggunakan program Cropwat 8.0. Analisis dilakukan berdasarkan data iklim untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan memahami pengaruh perubahan iklim terhadap tanaman.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
90 tayangan10 halaman
Laporan ini menganalisis kebutuhan air tanaman kacang hijau dan sorgum di Kabupaten Wajo menggunakan program Cropwat 8.0. Analisis dilakukan berdasarkan data iklim untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan memahami pengaruh perubahan iklim terhadap tanaman.
Laporan ini menganalisis kebutuhan air tanaman kacang hijau dan sorgum di Kabupaten Wajo menggunakan program Cropwat 8.0. Analisis dilakukan berdasarkan data iklim untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan memahami pengaruh perubahan iklim terhadap tanaman.
Laporan ini menganalisis kebutuhan air tanaman kacang hijau dan sorgum di Kabupaten Wajo menggunakan program Cropwat 8.0. Analisis dilakukan berdasarkan data iklim untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan memahami pengaruh perubahan iklim terhadap tanaman.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10
Laporan Praktikum
Agroklimatologi
ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN
Nama : Muhammad Suyudi
NIM : G011181101 Kelas : Agroklimatologi G Kelompok : 15 Asisten : Rahmat Nur
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara agraris dimana letaknya diantara dua samudra dan dikenal sebagai Negara kepualauan . Mata pencaharian rakyat dominana atau kebanyakan menjadi Petani. Itulah sebabnya dalam menentukan tanaman petani harus mengetahui berapa banyak kebutuhan air yang dibutuhkan oleha tanaman. Tanaman yang tumbuh tentu membutuhkan air yang cukup sebagai bahan pelarut dalam proses yang terjadi baik ituu transpirasi, respirasi dan bahkan pada saat fotosintesis. Air adalah substansi yang memungkinkan terjadinya kehidupan seperti yang ada di bumi. Seluruh organisme sebagian besar tersusun dari air dan hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh air. Air adalah medium yang biologis di bumi ini (Effendi, 2008). Pertanian merupakan budaya yang pertama kali dikembangkan manusia sebagai respon terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan dialam bebas akibat laju pertambahan manusia. Pengelolahan hamparan tanaman (pertanaman) memadukkan faktor-faktor produksi bahan organic secara sinergi dengan tujuan meningkatkan produksi bahan organik secara optimal baik kuantitatif maupun kualitatif, atau bertujuan untuk meningkatkan penampilan tanaman menurut selera konsumen (tanaman ornament dan tanaman bunga). Pengelolahan pertanaman meliputi kegiatan yang berkaitan dengan efisiensi pemanfaatan radiasi matahari, komponen iklim makro dan mikro lainnya, hara tanaman dan air tanah dapat digunakan oleh tanaman (Nurmala, 2012). Tanaman yang ditanam tentu mempunyai jenis kebutuhan air yang bebeda- beda, karena disebabkan oleh kerja respirasi, transpirasi, evaporasi dan fotosintesis. Tergantung juga pada jenis tumbuhan dan fase pertumbuhannya. Pada musim kemarau, tumbuhan sering mendapatkan cekaman air (water stress) karena kekurangan pasokan air di daerah perakaran dan laju evapotranspirasi yang melebihi laju absorbsi air oleh tumbuhan Sebaliknya pada musim penghujan, tumbuhan sering mengalami kondisi jenuh air. Perakaran tumbuhan tumbuh ke dalam tanah yang lembab dan menarik air sampai tercapai potensial air kritis dalam tanah. Air yang dapat diserap dari tanah oleh akar tumbuhan disebut air yang tersedia (Solichatun, 2010). Kebutuhan air pada saat kapasitas lapang, tentunya air selalu tersedia di dalam tanah. Kondisi itu bisa mempenagruhi banyak atau tidaknya air yang dibutuhkan oleh tanaman dalam fase pertumbuhannya. Air pada kapasitas lapang adalah air yang tetap tersimpan dalam tanah yang tidak mengalir ke bawah karena gaya gravitasi; sedangkan air pada persentase pelayuan permanen adalah apabila pada kelembaban tanah tersebut tumbuhan yang tumbuh diatasnya akan layu dan tidak akan segar kembali dalam atmosfer dengan kelembaban relatif 100%. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi pengembangan sel, sintesis sintesis dinding sel menjadi terhambat (Solichatun, 2010). Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan pengamatan dalam bentuk pengolahan data iklim secara langsung menggunakan perangkat lunak Cropwat for Windows. Dengan memanfaatkan data iklim yang ada sehingga dapat lebih dimengerti bagaimana perubahan fluktuasi iklim sangat mempengaruhi kebutuhan air yang diperlukan tanaman yang sangat berkaitan dengan penanaman dan pemanenan pada tanaman. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Analisis kebutuhan air tanaman dengan menggunakan program Cropwat versi 8.0 ini bertujuan untuk menghitung kebutuhan air tanaman kacang hijau di Kabupaten Wajo berdasarkan kondisi iklimnya dan menghitung kebutuhan air tanaman Sorghum. Kegunaan dari Analisis kebutuhan air tanaman dengan menggunakan program Cropwat versi 8.0 ini adalah agar dapat menggunakan aplikasi cropwat untuk menghitung kebutuhan air tanaman Sorghum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kacang Hijau
Kacang hiajau adalah tanaman pendek bercabang tegak, bagian dari tanaman kacang hijau antara lain akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Kacang hijau adalah tanaman pangan yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Tanaman pangan ini telah dikenal luas dan sudah lama di budidayakan di indonesia. Kelebihan kacang hijau dengan kacang lainya yaitu mampu hidup dan berubah di daerah kering. Bahkan, dimusim kemarau tanaman kacang hijau mampu betahan hidup di musim kering. Kacang hijau juga tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang hijau relatif sedikit. Tetapi dengan mudahnya kacang hijau di tanam di indonesia masih membuat stok kacang hijau di indonesia kurang. Masalah yang dihadapi adalah dalam budidaya kacang hijau di Indonesia masih rendahnya produksi dan produktivitasnya. Umumnya, produk kacang hijau sebesar 0,6 ton ditingkat petani, hal ini disebabkan sistem budidaya yang diterapkan prtani masih bersifat tradisional dan belum mengadopsi sisitem teknologi budidaya yang tepat dengan pengunaan bibit unggul (Hartono, 2012). Kacang hijau (Vigna radiata) adalah sejenis palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Dalam dunia tumbuh – tumbuhan taksonomi kacang hijau dapat di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Vigna Spesies : V. Radiata Nama binomial : Vigna Radiata Kacang hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yangtumbuh tegak. Umumnya kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi antara 30-60 cm tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu. Daunnya trifoliat (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Kacang hijau (mung bean) terdiri dari berbagai jenis. Jenis kacang hijau yang paling umum mempunyai warna kulit hijau. Namun terdapat varietas kacang hijau lainya yang berwarna kuning, coklat, ungu, dan putih. Kacang hijau merupakan sumber protein, mineral, kalsium, asam folat, potasium dan magnesium yang sangat baik. Kacang hijau juga mengandung tiamin, asam pantotenat, zat besi, fosfor, seng dan tembaga. Dari kandungan gizi dari kacang hijau, kacang hijau sering di buat produk olahan seperti bubur kacang hijau, minuan sari kacang hijau dan bisa di kembangkan menjadi minuman instan kacang hijau. Di cina tepung kacang hijau digunakan pada pembuatan mi isntan (Wirakusumah, 2002). 2.2 Kebutuhan Air Tanaman Kacang Hijau Kacang hijau memiliki kelebihan dibandingkan tanaman pangan lainnya, yaitu: (1) berumur genjah (55-65 hari), (2) lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air untuk pertumbuhan kacang hijau relatif kecil, yakni 700-900 mm/tahun. Pada curah hujan yang lebih rendah dari itu masih dapat tumbuh karena ia berakar dalam, (3) dapat ditanam pada lahan yang kurang subur dan penyubur tanah karena bersimbiose dengan rhizobium dan menghasilkan biomasa banyak (11-12 t/ha), (4) cara budidayanya mudah, cukup olah tanah minimal dan biji disebar, (5) hama yang menyerang relatif sedikit dan (6) harga jual tinggi dan stabil (Rp. 4200- Rp. 5000) dalam periode tahun 2000-2005, harga tersebut lebih tinggi dari harga kedelai, namun lebih rendah dari harga kacang tanah periode yang sama. Karena kelebihan tersebut kacang hijau dapat dipandang sebagai komoditas alternatif untuk dikembangkan di lahan kering, khususnya yang memiliki indeks panen rendah (Kasno, 2007). Kacang hijau meskipun dikenal sebagai tanaman toleran kekeringan, pertumbuhannya juga akan terpengaruh apabila ketersediaan air tanah tidak mencukupi bagi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat menekan pertumbuhan vegetatif tanaman, dimana ukuran daun, diameter batang, dan ukuran bagian tanaman lainnya menjadi lebih kecil, dan pada fase generatif, kekeringan akan berpengaruh pada proses pembentukan polong, sehingga hasilnya akan berkurang (Kuswantoro 2007). Pertumbuhan tanaman kacang hijau yang disiram dengan air hujan pertumbuhanya subur dan tidak ada hama yang menyerang pada tanaman kacang hijau. Biji kacang hijau yang disiram dengan air hujan setiap harinya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat baik. Didapatkan bahwa tanaman tumbuh subur setiap harinya dan tidak ada cacat pada morfologi tanaman kacang hijau semua tumbuh dan berkembang normal. Kandungan dari air hujan berasal dari reaksi pelarutan mineral yang ada di atmosfer, butiran air bereaksi dengan gas di atmosfer. Air hujan pada dasarnyan mengandung H2CO, ion hidrogen, dan ion bikarbonat. Walau air hujan tidak banyak memiliki kandungan yang banyak tetapi air hujan dapat melarutkan banyak zat hara. Air hujan dapat membuat tanaman tumbuh subur untuk tanaman kacang hujau karena air hujan mengandung banyak unsur N (Nitrogen) yang bebas udara (Arhan, 2016). 2.3 Neraca Air Neraca air merupakan pengukuran besaran tiap komponen siklus aliran air yang masuk dan ke luar lapisan perakaran tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman yang berbeda memerlukan neraca air yang berbeda pula. Karena itu matra ruang, waktu dan kebutuhan air bagi tanaman sangat menonjol dalam pengelolaan sumberdaya air. Sebagian besar air yang diabsorbsi oleh tanaman dikeluarkan lagi ke atmosfer lewat proses transpirasi. Kehilangan air dari tanah selain terjadi lewat proses transpirasi, juga lewat permukaan tanah yang disebut evaporasi (Mardawilis, dkk 2011). Model neraca air cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga model, antara lain: 1. Model Neraca Air Umum. Model ini menggunakan data-data klimatologis dan bermanfaat untuk mengetahui berlangsungnya bulan-bulan basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air untuk penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi maupun penguapan dari sistem tanaman atau transpirasi, penggabungan keduanta dikenal sebagai evapotranspirasi). 2. Model Neraca Air Lahan. Model ini merupakan penggabungan data-data klimatologis dengan data-data tanah terutama data kadar air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik Layu Permanen (TLP), dan Air Tersedia (WHC = Water Holding Capacity). a) Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah tersebut akan terus-menerus diserap akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak lagi mampu menyerap air sehingga tanaman menjadi layu. Kandungan air pada kapasitas lapang diukur pada tegangan 1/3 bar atau 33 kPa atau pF 2,53 atau 346 cm kolom air. b) Titik layu permanen adalah kondisi kadar air tanah dimana akar-kar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman layu. Tanaman akan tetap layu pada siang atau malam hari. Kandungan air pada titik layu permanen diukur pada tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau 15.849 cm tinggi kolom air. c) Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kapasitas lapang dan titik layu permanen. 3. Model Neraca Air Tanaman. Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah, dan data tanaman. Neraca air ini dibuat untuk tujuan khusus pada jenis tanaman tertentu. Data tanaman yang digunakan adalah data koefisien tanaman pada komponen keluaran dari neraca air. 2.4 Cropwat Cropwat adalah decision support system yang dikembangkan oleh Divisi Land and Water Development FAO berdasarkan metode Penman-Monteith, untuk merencanakan dan mengatur irigasi. Cropwat dimaksudkan sebagai alat yang praktis untuk menghitung laju evapotranspirasi standar, kebutuhan air tanaman dan pengaturan irigasi tanaman. Dari beberapa studi didapatkan bahwa model Penmann-Monteith memberikan pendugaan yang akurat sehingga FAO merekomendasikan penggunaannya untuk pendugaan laju evapotranspirasi standar dalam menduga kebutuhan air bagi tanaman (Priyonugroho, 2015) Penggunaan Cropwat sangat membantu dalam perencanaan pengelolaan irigasi yang baik. Sebagai model, Cropwat dapat membantu untuk memperkirakan evapotranspirasi, perencanaan dan manajemen irigasi serta jadwal tanam. Bahkan model ini juga dapat digunakan untuk merencanakan pengelolaan irigasi dan jadwal tanam ketika data yang diperoleh tidak lengkap atau tidak dapat diukur secara langsung, misalnya data tanaman atau sifat fisik tanah. Untuk melengkapi data tersebut, pengguna dapat menggunakan data yang telah tersedia pada default di dalam Cropwat. Data tersebut sesuai dengan karakteristik tanaman atau wilayah yang secara umum direkomendasikan oleh FAO (Prastowo, 2016). Cropwat telah banyak digunakan oleh beberapa peneliti untuk menduga kebutuhan air irigasi. Di antaranya, menggunakannya untuk penjadwalan irigasi dan dapat mengurangi jumlah pemberian air irigasi tanpa terjadi penurunan hasil produksi untuk tanaman Cotton dengan sistem irigasi furrow. Kebutuhan air dan penjadwalan irigasi untuk pola tanam beberapa jenis tanaman secara efektif dan efisien (Priyonugroho, 2015). BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan praktikum analisis kebutuhan air tanaman menggunakan software cropwat 8.0 dilakukan pada hari Kamis 25 April 2019 di Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika, Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian,Universitas Hasanuddin. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada pelaksanaan pengolahan data analisis kebutuhan air tanaman adalah laptop dan proyektor atau LCD sebagai alat persentase. Bahan yang digunakan adalah data iklim mentah Kabupaten Sinjai yang diperoleh dalam bentuk hardcopy.. 3.3 Pengolahan Data Adapun metode pelaksanaan praktikum Analisis kebutuhan air tanaman adalah sebagai berikut : 1. Menginput data iklim Kabupaten Wajo tahun 2004-2014 ke dalam microsoft excel. 2. Mengolah data iklim yang telah terinput menjadi beberapa bagaian seperti suhu max, suhu mix, kelembaban, lama penyinaran, kecepatan angin dan curah hujan. 3. Memasukkan data iklim yang telah diolah kedalam program cropwat 8.0 4. Mengisi tabel climate dari data iklim yang telah diolah. 5. Mengisi tabel rain data iklim yang telah diolah. 6. Menentukan jenis tanah yang terdapat pada Kabupaten Barru. 7. Menentukan jenis tanaman yang akan ditanam di Kabupaten Barru. 8. Membuat grafik untuk curah hujan, curah hujan efektif, Eto, Irr req dan CWR. 9. Program cropwat akan menunjukkan jumlah air isigasi yang dibutuhkan tanaman dan jadwal irigasi. 10. Menentukan prakiraan jadwal penanaman yang efektif dengan melihat perbandingan grafik hujan efektif dan grafik Eto. DAFTAR PUSTAKA
Prastowo, Danny Riandika. Tumiar K. Manik, R.A. Bustomi Rosadi. 2016.
Penggunaan Model Cropwat Untuk Menduga Evapotranspirasi Standar Dan Penyusunan Neraca Air Tanaman Kedelai (Glycine Max (L) Merrill) Di Dua Lokasi Berbeda. Fakultas Pertanian : Universitas Lampung. Priyonugroho, Anton. 2015. Analisis Kebutuhan Air Irigasi (Studi Kasus Pada Daerah Irigasi Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat Lawang).Fakultas Teknik : Universitas Sriwijaya.