Skripsi Rivaldi
Skripsi Rivaldi
Skripsi Rivaldi
SKRIPSI
Oleh:
Kata Kunci : Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan
Pertumbuhan Laba.
i
ABSTRACT
This study aims to: (1) determine the effect of current ratio on return on
assets, (2) determine the effect of debt to equity ratio on return on assets, (3)
determine the effect of current ratio on profit growth, (4) determine the effect of
debt to equity ratio on profit growth, (5) determine the effect of return on assets
on profit growth, (6) determine the effect of the current ratio on profit growth with
return on assets as an intervening variable, (7) determine the effect of debt to
equity ratio on profit growth with return on assets as intervening variables in food
and beverage sub-sector companies listed on the Indonesian stock exchange for
the 2018-2022 period. This research method uses a type of quantitative research.
Data analysis techniques in this study used panel data regression, classic
assumption test, t test, f test and the coefficient of determination. Data processing
in this study uses eviews 12. Based on the results of the study it can be concluded
that the current ratio has no significant effect on return on assets, the debt to
equity ratio has no significant effect on return on assets, the current ratio has no
significant effect on profit growth, the debt to equity ratio has no significant effect
on profit growth, return on assets has no significant effect on profit growth, return
on assets mediates the effect of the current ratio on profit growth and return on
assets mediates the effect of the debt to equity ratio on profit growth.
Keywords : Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, And Profit
Growth.
ii
KATA PENGANTAR
skripsi yang berjudul “Pengaruh Current Ratio Dan Debt To Equity Ratio
semoga kita dapat berpegang teguh pada ajarannya sehingga dapat menghantarkan
skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program
Spiritualitas Strata Satu (S1) guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, sudah selayaknya segala keindahan hati mengucapkan
terima kasih yang tulus kepada pihak-pihak yang telah benyak membantu. Kepada
yang terhormat
1. Ayahanda tercinta Andri Fachriza Tarigan dan Ibunda tercinta Nurdeliani Br.
mendidik dan mengasuh dengan seluruh curahan kasih sayang hingga saya
iii
2. Bapak Prof Dr. Agussani, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
3. Bapak Assoc. Prof. Dr. H. Januri, SE, M.M., M.Si. selaku Dekan Fakultas
4. Bapak Assoc. Prof Dr. Ade Gunawan, S.E., M.Si. selaku Wakil Dekan I
5. Bapak Dr. Hasrudy Tanjung, S.E, M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas
6. Bapak Jasman Saripuddin Hasibuan S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi
Sumatera Utara.
7. Bapak Assoc. Prof Dr. Jufrizen SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Sumatera Utara.
8. Ibu Assoc. Prof. Julita, S.E., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
menyusun skripsi.
9. Terima kasih juga saya ucapakan kepada seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi
10. Terima kasih juga saya ucapakan seluruh Staff Pegawai Fakultas Ekonomi
Dalam skripsi ini, masih banyak kekurangan baik dari segi isi, penyajian
iv
kemampuan, pengalaman ilmu yang dimiliki penulis masih terbatas. Diharapkan
kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga skripsi ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca dan semoga Allah SWT selalu
Amin Ya Rabbal’alamin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
vi
2.2.Kerangka Konseptual ............................................................................... 34
2.3.Hipotesis .................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 4.15 Hasil Uji Hausman Model II …………………………………….…..68
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB 1
PENDAHULUAN
positif melalui peningkatan harga saham perusahaan jika kondisi keuangan dan
dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi
keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi
perusahaan bekerja dengan tingkat efektivitas tinggi, sehingga laba yang diperoleh
Pihak manajemen selalu merencanakan besar perolehan laba setiap periode, yang
ditentukan melalui target yang harus dicapai. Penentuan target besarnya laba ini
1
2
sehingga memberikan peluang yang baik untuk menghasilkan laba yang besar.
Pertumbuhan laba yang baik akan memberikan nilai bagi perusahaan serta
demikian juga bagi manajemen yang akan mendapatkan bonus atas pencapaian
mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai
perusahaan, karena besarnya dividen yang akan dibayar di masa akan datang
kondisi keuangan di perlukan alat analisis keuangan. Salah satu alat analisis
keuangan yang paling digunakan adalah rasio keuangan (Siregar dkk., 2020)
Laba yang menjadi tujuan utama perusahaan dapat dicapai dengan penjualan
barang dan jasa. Semakin besar volume penjualan barang dan jasa, maka laba
yang dihasilkan oleh perusahaan juga akan semakin besar, ada beberapa
jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan (Munawir, 2017)
Tujuan jangka pendek perusahaan secara umum adalah mencapai laba yang
tinggi akan mencerminkan nilai perusahaan juga baik. Semakin tinggi nilai
Sari, 2019).
Tabel 1.1 Laba bersih Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode 2018-2022 (dalam Jutaan Rupiah)
Laba Bersih
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 92.649 215.459 181.812 187.066 220.704 179.538
2 CLEO 63.261 130.756 132.772 180.711 195.598 140.620
3 DLTA 338.129 317.815 123.465 187.992 230.065 239.493
4 ICBP 4.658.781 5.360.029 7.418.574 7.911.943 5.722.194 6.214.304
5 INDF 4.961.851 5.902.729 8.752.066 11.229.695 9.192.569 8.007.782
6 MLBI 1.224.807 1.206.059 285.617 665.850 924,906 676.652
7 MYOR 1.760.434 2.051.404 2.098.168 1.211.052 1.970.064 1.818.224
8 ROTI 127.171 236.518 168.610 283.602 432.247 249.630
9 STTP 255.088 482.590 628.628 617.573 624.524 521.681
10 ULTJ 701.607 1.035.865 1.109.666 1.276.793 965.486 1.017.883
Jumlah 14.183.778 16.939.224 20.899.378 23.752.277 19.554.376 19.065.807
Rata rata 1.418.378 1.693.922 2.089.938 2.375.228 1.955.438 1.906.581
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2023)
perusahaan sub sektor makanan dan minuman dari tahun 2018-2022 yang
mengalami peningkatan laba tertinggi ada di perusahaan INDF dengan rata rata
laba bersih 8.007.782, laba bersih yang stabil pada perusahaan MYOR dengan
rata rata laba bersih 1.818.224 dan rata-rata laba terendah ada pada perusahaan
penggunaan seluruh laba yang dimilikinya sangat begitu baik. Hal ini terlihat dari
semakin menaiknya laba bersih yang diterima tiap tahunnya. Walaupun di tengah
pandemic covid 19 akan tetapi perusahaan makanan dan minuman tidak terganggu
4
sama sekali dalam meraih laba bersih. Laba merupakan hasil aktivitas operasi
yang mengukur perubahan kekayaan pemegang saham selama satu periode dan
keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu,
harus selalu berada dalam keadaan menguntungkan agar dapat menarik modal dari
luar, setiap perusahaan yang berorientasi pada profit maka diharapkan untuk
Rasio profitabilitas terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah Return
On Asset (ROA). Return On Asset adalah rasio yang menunjukkan hasil (return)
atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2018). Aset
tersebut bisa berasal dari milik sendiri atau berasal dari penanaman modal
investor. Return On Asset merupakan sebuah rasio yang dapat menarik minat
suatu investor untuk berinvestasi pada sebuah perusahaan, karena nilai Return On
5
dan kesempatan investasi. Nilai Return On Asset yang semakin mendekati satu,
berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat
mengahasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai Return On Asset maka
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencari nilai rasio
Return On Asset perlu membandingkan laba bersih dan total aset yang terdapat
didalam laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar rasio
besar.
dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba”. Total aktiva dipilih sebagai proksi
stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan. Semakin besar
aktiva suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula modal yang ditanam,
semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak juga
perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
Tabel 1.2 Total Aktiva Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode 2018-2022 (dalam Jutaan Rupiah)
Total Aktiva
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 1.168.956 1.393.079 1.566.673 1.697.387 1.718.287 1.508.876
2 CLEO 833.933 1.245.144 1.310.940 1.348.181 1.693.523 1.286.344
3 DLTA 1.523.517 1.425.983 1.225.580 1.308.722 1.307.186 1.358.198
4 ICBP 34.367.153 38.709.314 103.502.626 118.015.311 115.305.536 81.979.988
5 INDF 96.537.796 96.198.559 163.011.780 179.271.840 180.433.300 143.090.655
6 MLBI 2.889.501 2.896.950 2.907.425 2.922.017 3.374.502 2.998.079
7 MYOR 17.591.706 19.037.918 19.777.500 19.917.653 22.276.160 19.720.187
8 ROTI 4.393.810 4.682.083 4.452.166 4.191.284 4.130.321 4.369.933
9 STTP 2.631.189 2.881.563 3.448.995 3.919.243 4.590.737 3.494.345
10 ULTJ 5.555.871 6.608.422 8.754.116 7.406.856 7.376.375 7.140.328
Jumlah 167.493.432 175.079.015 309.957.801 339.998.494 342.205.927 266.946.933
Rata rata 16.749.343 17.507.902 30.995.780 33.999.849 34.220.593 26.694.693
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2023)
perusahaan sub sektor makanan dan minuman dari tahun 2018-2022 yang
rata-rata total aktiva 143.090.655, total aktiva yang stabil pada perusahaan MYOR
dengan rata rata total aktiva 19.720.187 dan rata-rata total aktiva terendah ada
Secara umum rata rata total aktiva meningkat dimana total aktiva dari
perusahaan tersebut. Aktiva yang ada juga dapat digunakan sebagai jaminan bagi
perusahaan dalam mengatur penggunaan aktiva, maka semakin baik pula keadaan
perusahaan.
7
Salah satu jenis rasio likuiditas adalah Curret Ratio atau disebut juga aset
lancar. Current Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai bagaimana
Rasio ini adalah rasio yang paling umum digunakan dalam menganalisa laporan
Selain total utang, laba dan total aktiva, perusahaan juga harus
utang.
Menurut (Munawir, 2015) Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya
yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual
Tabel 1.3 Aktiva Lancar Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode 2018-2022 (dalam Jutaan Rupiah)
Aktiva Lancar
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 809.166 1.067.652 1.266.586 1.358.085 1.383.998 1.177.097
2 CLEO 198.544 240.755 254.187 279.804 380.268 270.712
3 DLTA 1.384.227 1.292.805 1.103.831 1.174.393 1.165.412 1.224.134
4 ICBP 14.121.568 16.624.925 20.716.223 33.997.637 31.070.365 23.306.144
5 INDF 33.272.618 31.403.445 38.418.238 54.183.399 54.876.668 42.430.874
6 MLBI 1.228.961 1.162.802 1.189.261 1.241.112 1.649.257 1.294.279
7 MYOR 12.647.858 12.776.102 12.838.729 12.969.783 14.772.623 13.201.019
8 ROTI 1.876.409 1.874.411 1.549.617 1.282.057 1.285.672 1.573.633
9 STTP 1.250.806 1.165.406 1.505.872 1.979.855 2.575.390 1.695.466
10 ULTJ 2.793.521 3.716.641 5.593.421 4.844.821 4.618.390 4.313.359
Jumlah 69.583.678 71.324.944 84.435.965 113.310.946 113.778.043 90.486.715
Rata rata 6.958.368 7.132.494 8.443.597 11.331.095 11.377.804 9.048.672
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2023)
8
perusahaan sub sektor makanan dan minuman dari tahun 2018-2022 yang
rata rata aktiva lancar 42.430.874, aktiva lancar yang stabil pada perusahaan
MYOR dengan rata rata aktiva lancar 13.201.019 dan rata-rata aktiva lancar
terendah ada pada perusahaan CLEO dengan rata rata aktiva lancar 270.712.
Selain aktiva lancar unsur lain untuk menghitung nilai dari Current Ratio
adalah utang lancar . Menurut (Munawir, 2015) Utang lancar atau utang jangka
akan dilakukan dalam jangak waktu pendek (satu tahun sejak tanggal neraca)
Tabel 1.4 Utang Lancar Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode 2018-2022 (dalam Jutaan Rupiah)
Utang Lancar
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 158.255 222.440 271.641 283.104 139.037 214.895
2 CLEO 121.061 204.953 147.545 182.882 209.828 173.254
3 DLTA 192.299 160.587 147.207 244.206 255.354 199.931
4 ICBP 7.235.398 6.556.359 9.176.164 18.896.133 10.033.935 10.379.598
5 INDF 31.204.102 24.686.862 27.975.875 40.403.404 30.725.942 30.999.237
6 MLBI 1.578.919 1.588.693 1.338.441 1.682.700 2.154.777 1.668.706
7 MYOR 4.764.510 3.714.359 3.475.323 5.570.773 5.636.627 4.632.318
8 ROTI 525.422 1.106.938 404.567 483.213 612.417 626.511
9 STTP 676.673 408.490 626.131 475.372 530.693 543.472
10 ULTJ 635.161 836.314 2.327.339 1.556.539 1.456.898 1.362.450
Jumlah 47.091.800 39.485.995 45.890.233 69.778.326 51.755.508 50.800.372
Rata rata 4.709.180 3.948.600 4.589.023 6.977.833 5.175.551 5.080.037
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2023)
perusahaan sub sektor makanan dan minuman dari tahun 2018-2022 yang
rata rata utang lancar 30.999.237, utang lancar yang stabil pada perusahaan
MYOR dengan rata rata utang lancar 4.632.318 dan rata-rata utang lancar
terendah ada pada perusahaan CLEO dengan rata rata utang lancar 173.254.
Maka dapat dilihat berdasarkan tabel 1.4 di atas dari tahun 2018 sampai
dalam membayar utang. Semakin besar utang lancar menandakan struktur utang
memiliki dana untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh
tempo. Artinya Current Ratio perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di
Debt to equity ratio adalah salah satu jenis rasio solvabilitas. Debt to equity
dengan hanya modal sendiri karena biaya dan kebutuhan perusahaan sangatlah
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang
dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara
keseluruhan hutang, yaitu hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna
10
pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengetahui setiap
Total utang atau liabilitas adalah kewajiban yang harus dibayar perusahaan
secara tunai dalam jangka waktu tertentu. Liabilitas ini terbagi menjadi tiga
Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai total utang, total modal dan debt to
equity ratio (DER) pada perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang
Tabel 1.5 Total Hutang Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode 2018-2022 (dalam Jutaan Rupiah)
Total Hutang
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 192.308 261.784 305.958 310.020 168.244 247.663
2 CLEO 198.455 478.844 416.194 346.601 508.372 389.693
3 DLTA 239.353 212.420 205.681 298.548 306.410 252.482
4 ICBP 11.660.003 12.038.210 52.842.783 63.074.704 57.832.529 39.489.646
5 INDF 46.620.996 41.996.071 83.357.830 92.285.331 86.810.262 70.214.098
6 MLBI 1.721.965 1.750.943 1.474.019 1.822.860 2.301.227 1.814.203
7 MYOR 9.049.161 9.125.978 8.506.032 8.557.621 9.441.466 8.936.052
8 ROTI 1.476.909 1.589.486 1.205.569 1.321.693 1.449.163 1.408.564
9 STTP 948.801 733.556 775.696 618.395 662.339 747.757
10 ULTJ 780.915 953.283 3.972.379 2.268.730 1.553.696 1.905.801
Jumlah 72.888.866 69.140.575 153.062.141 170.904.503 161.033.708 125.405.959
Rata rata 7.288.887 6.914.058 15.306.214 17.090.450 16.103.371 12.540.596
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2023)
perusahaan sub sektor makanan dan minuman dari tahun 2018-2022 yang
rata rata total hutang 70.214.098, total hutang yang stabil pada perusahaan MYOR
11
dengan rata rata total hutang 8.936.052 dan rata-rata total hutang terendah ada
Selain total utang, unsur lain untuk menghitung nilai dari debt to equity
Tabel 1.6 Total Modal Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode 2018-2022 (dalam Jutaan Rupiah)
Total Modal
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 976.647 1.131.294 1.260.714 1.387.366 1.550.042 1.261.213
2 CLEO 635.478 766.299 894.746 1.001.579 1.185.150 896.650
3 DLTA 1.284.163 1.213.563 1.019.898 1.010.174 1.000.775 1.105.715
4 ICBP 22.707.150 26.671.104 50.659.843 54.940.607 57.473.007 42.490.342
5 INDF 49.916.800 54.202.488 79.653.950 86.986.509 93.623.038 72.876.557
6 MLBI 1.167.536 1.146.007 14.334.060 1.099.157 1.073.275 3.764.007
7 MYOR 8.542.544 9.911.940 11.271.468 11.360.031 12.834.694 10.784.135
8 ROTI 2.916.901 3.092.597 3.246.596 2.869.591 2.681.158 2.961.369
9 STTP 1.646.387 2.148.007 2.673.298 3.300.848 3.928.398 2.739.388
10 ULTJ 4.774.956 5.655.139 4.781.737 5.138.126 5.822.679 5.234.527
Jumlah 94.568.562 105.938.438 169.796.310 169.093.988 181.172.216 144.113.903
Rata rata 9.456.856 10.593.844 16.979.631 16.909.399 18.117.222 14.411.390
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2023)
perusahaan sub sektor makanan dan minuman dari tahun 2018-2022 yang
mengalami peningkatan total modal tertinggi ada di perusahaan INDF dengan rata
rata total modal 72.876.557, total modal yang stabil pada perusahaan MYOR
dengan rata rata total modal 10.784.135 dan rata-rata total modal terendah ada
sumber pendanaan. Perusahaan yang memiliki utang yang tinggi akan mengalami
yang ada di perusahaan. Hal ini tentunya sangat tidak baik bagi perusahaan.
diperoleh dari utang tersebut dapat menjadi sumber pendanaan yang tepat bagi
Manager harus dapat menentukan penggunaan modal yang sesuai untuk aktivitas
pendanaan perusahaan.
aset sangat tinggi dalam satu periode. Total aset diperlukan perusahaan, baik
Sub sektor makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sub sektor
industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempunyai peluang untuk tumbuh
dan berkembang. Kondisi ini membuat persaingan semakin ketat sehingga para
karena kondisi perusahaan merupakan yang paling tahan dengan krisis moneter
dan beberapa masalah dalam perekonomian lainnya jika dibandingkan dengan sub
sektor lainnya karena kondisi apapun sebagian produk makanan dan minuman
tetap dibutuhkan karena merupakan kebutuhan primer selain pakaian dan tempat
2. Terjadinya penurunan nilai laba bersih dan total aktiva perusahaan yang lebih
3. Terjadinya penurunan nilai aktiva lancer dan hutang lancer yang lebih kecil
4. Terjadinya penurunan nilai total hutang dan total modal yang lebih kecil dapat
laba yang berhubungan dengan laba bersih dan total aset dan selanjutnya current
ratio yang berhubungan dengan aktiva lancar dan hutang lancar, Debt to equity
ratio yang berhubungan dengan total hutang dan total ekuitas dan juga return on
14
asset yang berhubungan dengan laba bersih bersih dan total aset pada perusahaan
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2018-2022?
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2018-2022?
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
on asset pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
return on asset pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
pertumbuhan laba perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar
pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
asset pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
return on asset pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
pertumbuhan laba melalui return on asset pada perusahaan sub sektor makanan
pertumbuhan laba melalui return on asset pada perusahaan sub sektor makanan
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah teori atau wawasan mengenai pengaruh current ratio dan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang
ratio dan debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba melalui return on
asset pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
BEI.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan
pendapatan tersebut.
ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penurunan
peranan modal. Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba
suatu perusahaan. Pertumbuhan laba menjadi informasi yang sangat penting bagi
banyak orang. Yang antara lain adalah pengusaha, analisis keuangan, pemegang
dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain laba merupakan dasar
pengambilan keputusan.
17
18
selalu merencanakan besar perolehan laba setiap periode, yang ditentukan melalui
pertumbuhan yaitu membandingkan pos yang sama didalam periode, dimana pos
penurunan laba per tahun yang diperoleh perusahaan sehingga dapat menentukan
pemanfaatan barang modal secara efisien, namun hal ini sama sekali tidak
berikut:
1. Untuk mengetahui penyebab naik atau turunnya penjualan dan ataupun harga
pokok penjualan
3. Sebagai salah satu alat ukur untuk menilai kinerja manajemen. Artinya hasil
3. Biaya tetap
4. Biaya variabel.
1. Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per unit.
2. Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok penjualan ini
dipengaruhi oleh jmlah unit yang dibeli atau diproduksi atau dijual dan harga
3. Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang
4. Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual,
variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi
operasi perusahaan.
5. Naik turunnya pos penghasilan atau biaya non operasional yang dipengaruhi
oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahan
mengurangkan laba bersih tahun sekarang dengan laba bersih tahun lalu dan
Return on asset merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap total
aktiva. Aktiva tersebut berasal dari modal sendiri maupun modal yang berasal dari
luar seperti investasi yang telah dirubah menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang
adalah rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh
dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu digunakan angka laba
setelah pajak dan rata-rata setelah pajak dan rata-rata kekayaan perusahaan.
operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak.
21
laba yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan meneruskan
Return on asset adalah rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih
yang diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, maka dari itu
digunakan angka laba setelah pajak dan rata-rata kekayaan perusahaan dan juga
atau aset yang dimiliki perusahaan. Return on asset adalah rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva atau aset yang digunakan didalam
on asset merupakan rasio yang menjelaskan banyaknya jumlah laba bersih yang
bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan dan rasio yang ini
menghasilkan laba bersih setelah pajak dengan asset dan investasi yang
dimilikinya.
Return on asset adalah salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan
mampu perusahaan menghasilkan laba dari kekayaan yang dimilikinya. Rasio ini
aktiva perusahaan (Sudana, 2019) Selain penting, rasio ini juga memiliki tujuan
dan manfaat bagi perusahaan. Tujuan dan manfaat return on asset atau rasio
sekarang.
3. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah kena pajak dengan modal sendiri.
4. Untuk menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.
2. Untuk mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
sekarang.
4. Untuk mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
disimpulkan bahwa semakin rendah rasio ini, maka kinerja perusahaan akan
23
semakin tidak baik, karena semakin kecil pula laba yang dihasilkan perusahaan
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu
sekarang
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
periode
mendatang
10. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
11. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
2015) besarnya return on asset dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sebagai
berikut.
1. Profit Margin, yaitu perbandingan antara Assets Operating Income dengan Net
Sales.
penjualan
dilakukan dengan antara berbagai komponen yang ada didalam laporan laporan
laba rugi atau neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode
dilakukan terhadap target yang telah ditetapkan sebelumnya, atau bisa juga
Dalam hal ini standar pengukuran yang akan penulis kemukakan adalah
berikut :
Asset dapat diukur dengan mencari perbandingan antara laba bersih atau laba
Menurut pengertian lain, Current ratio (rasio lancar) adalah rasio yang
yang segara jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia (Hery,
2017).
26
tinggi current ratio ini maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk
jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Semakin besar rasio ini maka
jangka pendeknya. Tetapi, menurut pendapat lain apabila rasio lancar rendah,
dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun,
apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu juga kondisi perusahaan sedang
baik. Alasannya bisa terjadi karena kas tidak digunakan dengan sebaik mungkin
(Kasmir, 2018).
Perhitungan rasio likuiditas yang salah satunya adalah current ratio ternyata
memiliki banyak tujuan dan manfaat bagi pihak yang berkepentingan. Current
1. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
hutang.
piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan dan utang yang
yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan
segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar
kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah
6. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
hutang lancar atau hutang jangka pendek. Aktiva lancar terdiri dari kas, rekening
pada bank, deposito berjangka, efek, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka
28
dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang lancar terdiri dari utang dagang,
utang wesel, utang bank, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, utang
berikut :
2. Data trend dari pada aktiva lancar dan hutang lancar, untuk jangka waktu 5
menjual harganya.
4. Present value atau nilai sekarang dari aktiva lancar, sebab ada kemungkinan
perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup besar tetapi piutang tersebut
sudah lama dan sulit ditagih sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil
rendah (deflasi) maka aktiva lancar yang besar (terutama ditunjukkan dalam
atau dimasa yang akan datang, yang mungkin adanya over investment dalam
persediaan.
modal kerja di masa yang akan datang maka dibutuhkan adanya rasio yang
besar pula.
29
8. Tipe atau jenis perusahaan yang memproduksi sendiri barang yang dijual,
Rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang
lancar secara umum menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan
aktiva tetap dan komponen aktiva lancar (kas, piutang dan persediaan).
30
kepada pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi rendah
pendanaan yang disediakan oleh pemegang saham. Tetapi jika dilihat dari
perspektif membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio ini maka
Debt to equity ratio adalah salah satu jenis rasio solvabilitas, yang berfungsi
2014).
modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar (Harahap, 2018).
karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas
yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang
stabil. Bagi bank semakin besar rasio ini, maka semakin tidak menguntungkan.
Sedangkan bagi perusahaan justru semakin besar rasio ini semakin baik (Wahyuni
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai ekuitas dan hutang. Berguna
untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan oleh kreditur dengan pemilik
31
perusahaan. Bagi perusahaan, semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya,
dengan rasio yang rendah akan semakin besar batas bagi peminjam jika terjadi
Dari uraian pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa debt to
dari para kreditor dan investor, hal ini akan mempermudah perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan dengan maksimal. Menurut (Kasmir, 2018) tujuan ini
adalah untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari utang, dan
sebagai berikut :
pihak lainnya.
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan
modal.
aktiva.
6. Untuk menilai berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian
Sementara itu, manfaat debt to equity ratio menurut (Kasmir, 2018) adalah:
pihak lainnya.
dengan modal.
pengelolaan aktiva.
6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada
komposisi dana dan sumber dari dana itu sendiri yang akan digunakan oleh
perusahaan. Setiap akibat dari penggunaan komponen dana tertentu. Untuk itu
33
berikut :
1. Tingkat penjualan, penjualan yang relative stabil berarti memiliki aliran kas
2. Struktur Aset, perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena dari
dana.
tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. debt to equity ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini
dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar
Equity Ratio (DER) merupakan persentase total dana yang disediakan oleh
kreditor dan oleh pemilik. Hubungan antara dana kreditor dan dana pemilik
adalah rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan membayar utang jangka
panjangnya.
sejumlah hutang jangka pendek, umunya kurang dari satu tahun. Current ratio ini
juga dapat diukur menggunakan aktiva lancar dibagi hutang lancar Adapun yang
kelebihan aktiva lancar yang dapat menutupi kewajiban lancar perusahaan karena
semakin tinggi current ratio maka berdampak baik bagi perusahaan karena
hasil yaitu variabel current ratio berpengaruh positif secara signifikan terhadap
2017) didapatkan hasil bahwa current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
35
antara jumlah hutang dengan ekuitas. Semakin besar debt to equity ratio maka
semakin besar modal pinjaman yang berasal dari beban hutang yang harus
ditanggung perusahaan, semakin besar beban hutang maka jumlah laba akan
debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba
(Krisnandi dkk., 2019). Namun, hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan (Gunawan & Wahyuni, 2014) yang menyatakan bahwa tidak
pertumbuhan laba.
yang diperoleh entitas atas aset yang semakin meningkat sehingga memperluas
pengembalian asset semakin rendah keuntungan dari total aset sehingga akan
Oktaviani, 2022).
36
oleh (Handayani dkk., 2021) didapatkan hasil yaitu return on asset tidak
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih penuh atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. keseluruhan.
Berapa banyak aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek
yang akan segera jatuh tempo. Current ratio juga bisa dikatakan sebagai bentuk
untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan (Siregar & Harahap, 2021)
Bila nilai Current ratio meningkat, otomatis aktiva lancar dan utang lancar
rendah. Begitu juga sebaliknya, bila nilai Current ratio menurun, otomatis aktiva
ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return on asset
(Irsan & Rambe, 2021), (Gultom dkk., 2020), (Batubara dkk., 2020), dan (Saragih
yang positif dan tidak signifikan antara current ratio dan retun on asset (Supardi
dkk., 2018). Namun, hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang
37
dilakukan (Ardhefani dkk., 2021) dengan hasil yaitu current ratio secara parsial
menghitung dan menilai utang dengan ekuitas dari setiap jumlah yang dijadikan
Bila nilai debt to equity ratio meningkat, otomatis total utang dan total
semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai debt to equity ratio
menurun, otomatis total hutang dan total ekuitas menurun, maka kemampuan
dibanding dengan modal sendiri, sehingga akan berdampak dengan semakin besar
beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditor) hal ini disebabkan karena akan
Hasil penelitian (Wartono, 2018) dan (Julita, 2008) menyatakan bahwa debt
to equity ratio tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap return on asset.
Sedangkan penelitian (Rambe dkk., 2021) menjelaskan bahwa debt to equity ratio
Return On Asset
Return on asset adalah rasio antara pendapatan sebelum pajak dengan total
memperoleh laba atas aktiva yang ditanamkan pada perusahaan. Rasio ini
Rasio ini diperoleh dari laba bersih setelah pajak dibagi total aktiva (Siregar &
Delia, 2022).
sedikit hutang dan meningkatnya current ratio dan pertumbuhan laba akan
meningkat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Rambe dkk., 2021), dan (Gultom
dkk., 2020) didapatkan hasil yang menyatakan bahwa curent ratio, debt to equity
Return On Asset
kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana agar perusahaan dapat berjalan
sebagian dari biaya yang diperlukan. Dana juga dibutuhkan untuk melakukan
ekspansi atau perluasan usaha atau investasi baru. Artinya di dalam perusahaan
harus selalu tersedia dana dalam jumlah tertentu sehingga tersedia pada saat
dalam menghasilkan laba bersih. Maka laba perusahaan dapat meningkat (Hafiz
dkk., 2019).
mengukur seberapa besar modal sendiri dibiayai oleh hutang. Semakin besar rasio
ini menunjukkan semakin besar pula penggunaan utang yang digunakan untuk
bunganya, dengan perusahaan membayar pokok utang dan bunga nya maka akan
didapatkan hasil yaitu return on asset merupakan variabel intervening dari debt to
Cureent Ratio
Pertumbuhan
Return On Laba
Asset
Debt To
Equity Ratio
2.3. Hipotesis
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
(Sugiyono, 2019).
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2018-2022.
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2018-2022.
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2018-2022.
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2018-2022.
41
Asset pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
On Asset pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
METODE PENELITIAN
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan
data sekunder dan bersifat empiris, dimana data yang diperoleh dari dokumen
dengan cara melakukan Browsing pada situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI),
Varibel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan
laba. Pertumbuhan laba adalah kenaikan laba atau penurunan laba per tahun yang
42
43
Varibel penghubung (Z) yang digunakan dalam penelitian ini adalah return
menghasilkan keuntungan.
Variabel bebas (X1) yang digunakan dalam penelitian ini adalah current
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
berikut :
Variabel bebas (X2) yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to
hutang lancar dan ekuitas. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2023 sampai dengan bulan
Juli 2023.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
2023
2 Prariset
Penelitian
3 Penyusunan
Proposal
4 Bimbingan
Proposal
5 Seminar Proposal
6 Revisi Proposal
7 Penyusunan
Skripsi
8 Bimbingan
Skripsi
9 Sidang Meja
Hijau
3.4.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan Sub Sektor Makanan
dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni sejumlah 33
perusahaan.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
1. Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek
2022).
2018-2022).
5. Rata rata Laba yang di dapatkan selama periode 2018-2022 minimal Rp.
100.000.000.000
Tabel 3.3
Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan KODE
1 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk CEKA
2 Sariguna Primatirta Tbk CLEO
3 Delta Djakarta Tbk DLTA
4 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
5 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
6 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
7 Mayora Indah TbK MYOR
8 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI
9 Siantar Top Tbk STTP
10 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2023)
Menurut (Juliadi dkk., 2015) Data adalah bahan mentah yang perlu diolah
mengambil data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
bersumber dari data sekunder yang seseuai dengan penelitian yang ada pada data
dengan menggunakan data Eksternal. Data Eksternal adalah data yang dicari
secara stimulant dengan cara mendapatkan dari luar perusahaan. Pada penelitian
ini, pengumpulan data yang di lakukan adalah dengan teknik studi dokumentasi,
dimana penguumpul data diperoleh dari media internet dengan cara mendownload
melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia dan Laporan Keuangan Perusahaan
Data yang ada di dalam penelitian ini akan dianalisis dengan pendekatan
kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang diuji dan dianalisis dengan
menggunakan alat regresi data panel. Data panel adalah gabungan antara data time
Common effect model merupakan pendekatan model data panel yang paling
section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu,
kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square
(OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel (Basuki
panel diamana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan
49
(ECM) atau teknik Generalized Least Square (Basuki & Prawoto, 2016).
Untuk memilih model yang tepat digunakan dalam mengelola data panel,
1. Uji Chow
Fixed Effect atau Common Effect yang paling tepat digunakan dalam
mengestimasi data panel. Perhitungan F statistik pada uji Chow dapat dihitung
Keterangan:
Apabila nilai F lebih besar dengan F tabel maka H0 ditolak yang artinya
model tepat regresi data panel adalah model fixed effect. Menurut (Somantri &
Sukardi, 2019) Hipotesis yang dibentuk dalam uji chow adalah sebagai berikut.
2. Uji Hausman
yang terpilih fixed effect atau random effect yang paling tepat digunakan. Apabila
nilai statistik hausman lebih besar dari nilai kritis chi-square maka artinya model
yang tepat untuk regresi data panel adalah model fixed effect. Hipotesis yang
dibentuk dalam uji Hausman adalah sebagai berikut (Somantri & Sukardi, 2019).
Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik daripada metode
Common Effect maka digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Maka rumus
𝐿𝑀 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑛𝑇 [𝑇 2 ∑ 𝑒 2]
2(𝑇 − 1) [∑ 𝑒 2 ]
Keterangan:
n : Jumlah perusahaan
T : Periode waktu
Apabila nilai LM hitung > Chi square tabel maka artinya model yang tepat
untuk regresi data panel adalah model Random Effect. Kemudian apabila nilai
probabilitas lebih besar dari 0,05 maka model yang tepat untuk dipilih adalah
commen effect model (Somantri & Sukardi, 2019). Hipotesis dalam uji ini adalah
sebagai berikut.
regresi yang dilakukan memiliki ketepatan estimasi. Uji asumsi klasik yang
1. Uji Multikoliearitas
Untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-
variabel bebas dalam suatu model regresi linear dinamakan dengan uji
nya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
korelasi dari variabel bebas, jika terjadii korelasi lebih dari 0,80 maka terdapat
2. Uji Heteroskedastiitas
yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varian dari residual
Model yang digunakan untuk uji heteroskedastisitas adalah uji white, glesjer,
seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat. Path analysis atau analisis
(Juliandi dkk., 2015) ada banyak model yang digunakan untuk melakukan analisis
jalur akan tetapi penelitian ini menggunakan model analisis dua jalur.
Untuk mengetahui signifikan analisis jalur maka antara nilai current ratio
(CR) dan debt to equity ratio (DER) 0,05 dengan pertumbuhan laba sig dengan
signifikan.
3. Jika nilai DER 0,05 ≤ sig maka H0 diterima Ha ditolak, artinya tidak
signifikan.
4. Jika nilai DER 0,05 ≥ sig maka H0 ditolak Ha diterima, artinya signifikan.
5. Jika nilai pertumbuhan laba 0,05 ≤ sig maka H0 diterima Ha ditolak, artinya
tidak signifikan.
6. Jika nilai pertumbuhan laba 0,05 ≥ sig maka H0 ditolak Ha diterima artinya
signifikan.
7. Jika nilai ROA 0,05 ≤ sig maka H0 diterima Ha ditolak, artinya tidak
signifikan.
8. Jika nilai ROA 0,05 ≥ sig maka H0 ditolak Ha diterima, artinya signifikan.
53
Uji hipotesis adalah uji yang memeriksa apakah koefisien regresi yang di
dapat signifikan atau tidak, sehingga ada dua jenis koefisien regresi yang dapat
bebas (X) secara individu mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak
𝑡 = 𝑟√𝑛 − 2
√1 − 𝑟 2
Keterangan:
t = Nilai Hitung
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
Apabila probabilitas nilai atau signifikan < 0,05 atau thitung > ttabel maka
sebaliknya apabila nilat t > 0,05 atau thitung < ttabel maka variabel bebas tidak
2. Uji f
variabel bebas (X) secara simultan mempunyai hubungan yang signifikan atau
tidak terhadap variabel terkait (Y), untuk menghitung uji F dengan rumus sebagai
berikut.
54
𝐹ℎ = 𝑅2
(1 − 𝑅2)/(𝑛 − 𝑘 − 1)
Keterangan:
Fh = Nilai F hitung
n = Jumlah sampel
lebih besar atau sama dengan Ftabel, maka artinya terdapat pengaruh yang
Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka tidak pengaruh signifikan antara variabel bebas
3. Koefisien Determinasi
Hal ini dapat terlihat dari nilai koefisien determinasi yang tinggi maka semakin
dinyatakan dalam persentase (%) dengan rumus sebagai berikut: (Juliandi dkk.,
2015)
𝐾𝐷 = 𝑅 2 𝑥 100%
Keterangan:
KD = Determinasi
(ROA). Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan uji sobel (sobel test).
Sobel test digunakan untuk menguji apakah pengaruh variabel mediasi yang
signifikan atau tidak. Uji sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh
tidak langsung variabel independen (X) ke variabel dependen (Y) melalui variabel
HASIL PENELETIAN
Objek penelitian yang digunakan yaitu perusahaan sub sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2018-2022 dengan
current ratio (CR) dan debt to equity ratio (DER) terhadap pertumbuhan laba
antara laba bersih tahun sekarang dengan laba bersih tahun lalu.
Berikut ini adalah hasil dari perhitungan pertumbuhan laba pada perusahaan
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2018-2022.
Tabel 4.1
Pertumbuhan laba perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022
Kode Pertumbuhan Laba
No Rata-rata
Perusahaan 2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA -0,14 1,33 -0,16 0,03 0,18 0,25
2 CLEO 0,26 1,07 0,02 0,36 0,08 0,36
3 DLTA 0,21 -0,06 -0,61 0,52 0,22 0,06
4 ICBP 0,31 0,15 0,38 0,07 -0,28 0,13
5 INDF -0,03 0,19 0,45 0,31 -0,18 0,15
6 MLBI -0,07 -0,02 -0,76 1,33 0,39 0,17
7 MYOR 0,08 0,17 0,02 -0,42 0,63 0,09
8 ROTI -0,06 0,86 -0,29 0,68 0,52 0,34
9 STTP 0,18 0,89 0,30 -0,02 0,01 0,27
10 ULTJ -0,02 0,48 0,07 0,15 -0,24 0,09
Rata-rata 0,07 0,51 -0,06 0,30 0,13 0,19
Sumber : Data diolah dari Bursa Efek Indonesia (2023)
56
57
pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode
2018-2022 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2018 rata-rata nilai pertumbuhan laba
Kemudian pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi -0,06, namun pada
tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 0,30 dan terakhir pada tahun 2022 rata-
rata nilai pertumbuhan laba mengalami kenaikan menjadi 0,13. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perusahaan yang memiliki nilai
peluang yang baik dalam menghasilkan laba yang besar. Pertumbuhan laba yang
baik akan memberikan nilai bagi perusahaan serta keuntungan bagi pemegang
saham dikarenakan dividen yang akan didapatkan, demikian juga bagi manajemen
Variabel intervening (Z) dalam penelitian ini adalah return on asset. Return
on asset merupakan salah satu jenis rasio profitabilitas yang dimaksud untuk
menghasilkan keuntungan.
Berikut ini adalah hasil dari perhitungan return on asset pada perusahaan
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2018-2022.
58
Tabel 4.2
Return on asset perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022
Kode Return On Asset
No Rata-rata
Perusahaan 2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 0,08 0,15 0,12 0,11 0,13 0,12
2 CLEO 0,08 0,11 0,10 0,13 0,12 0,11
3 DLTA 0,22 0,22 0,10 0,14 0,18 0,17
4 ICBP 0,14 0,14 0,07 0,07 0,05 0,09
5 INDF 0,05 0,06 0,05 0,06 0,05 0,06
6 MLBI 0,42 0,42 0,10 0,23 0,27 0,29
7 MYOR 0,10 0,11 0,11 0,06 0,09 0,09
8 ROTI 0,03 0,05 0,04 0,07 0,10 0,06
9 STTP 0,10 0,17 0,18 0,16 0,14 0,15
10 ULTJ 0,13 0,16 0,13 0,17 0,13 0,14
Rata-rata 0,13 0,16 0,10 0,12 0,13 0,13
Sumber : Data diolah dari Bursa Efek Indonesia (2023)
asset pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode 2018-2022
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2018 rata-rata nilai return on asset sebesar 0,13
kemudian di tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi 0,16. Kemudian pada tahun
2020 mengalami penurunan menjadi 0,10, namun pada tahun 2021 dan 2022 rata-
rata nilai return on asset mengalami kenaikan menjadi 0,12 dan 0,13. Berdasarkan
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki nilai return on
asset di atas rata-rata selama 5 tahun yaitu perusahaan dengan kode DLTA,
tinggi nilai rasio ini, maka akan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah current ratio. Current ratio
sebuah perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya. Rasio ini adalah
rasio yang paling umum digunakan dalam menganalisa laporan keuangan karena
Berikut ini adalah hasil perhitungan current Ratio pada perusahaan sub
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2018-2022.
Tabel 4.3
Current ratio perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022
Kode Current ratio
No Rata-rata
Perusahaan 2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 5,11 4,80 4,66 4,80 9,95 5,87
2 CLEO 1,64 1,17 1,72 1,53 1,81 1,58
3 DLTA 7,20 8,05 7,50 4,81 4,56 6,42
4 ICBP 1,95 2,54 2,26 1,80 3,10 2,33
5 INDF 1,07 1,27 1,37 1,34 1,79 1,37
6 MLBI 0,78 0,73 0,89 0,74 0,77 0,78
7 MYOR 2,65 3,44 3,69 2,33 2,62 2,95
8 ROTI 3,57 1,69 3,83 2,65 2,10 2,77
9 STTP 1,85 2,85 2,41 4,16 4,85 3,22
10 ULTJ 4,40 4,44 2,40 3,11 3,17 3,51
Rata-rata 3,02 3,10 3,07 2,73 3,47 3,08
Sumber : Data diolah dari Bursa Efek Indonesia (2023)
ratio pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode 2018-2022
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2018 rata-rata nilai current ratio sebesar 3,20
pada tahun 2020 dan 2021 mengalami penurunan menjadi 3,07 dan 2,73. Dan
terakhir pada tahun 2022 rata-rata nilai current ratio mengalami peningkatan
yang memiliki nilai return on asset di atas rata-rata selama 5 tahun yaitu
perusahaan dengan kode CEKA dan DLTA. Nilai current ratio yang cenderung
rendah, akan sulit dalam memenuhi kewajiban perusahaan terutama utang jangka
60
pendek perusahaan, sedangkan nilai current ratio yang cenderung tinggi, maka
Dalam penelitian ini, variabel bebas kedua yang digunakan adalah debt to
equity ratio. Debt to equity ratio adalah salah satu jenis rasio solvabilitas. Debt to
Berikut ini adalah hasil perhitungan debt to equity ratio pada perusahaan
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2018-2022.
Tabel 4.4
Debt to equity ratio perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022
Kode Debt To Equity Ratio
No Rata-rata
Perusahaan 2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 0,20 0,23 0,24 0,22 0,11 0,20
2 CLEO 0,31 0,62 0,47 0,35 0,43 0,44
3 DLTA 0,19 0,18 0,20 0,30 0,31 0,23
4 ICBP 0,51 0,45 1,04 1,15 1,01 0,83
5 INDF 0,93 0,77 1,05 1,06 0,93 0,95
6 MLBI 1,47 1,53 1,03 1,66 2,14 1,57
7 MYOR 1,06 0,92 0,75 0,75 0,74 0,84
8 ROTI 0,51 0,51 0,37 0,46 0,54 0,48
9 STTP 0,58 0,34 0,29 0,19 0,17 0,31
10 ULTJ 0,16 0,17 0,83 0,44 0,27 0,37
Rata-rata 0,59 0,57 0,63 0,66 0,67 0,62
Sumber : Data diolah dari Bursa Efek Indonesia (2023)
equity ratio pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode 2018-
2022 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2018 rata-rata nilai debt to equity ratio
Kemudian pada tahun 2020, 2021, dan 2022 mengalami peningkatan menjadi
61
0,63, 0,66, dan 0,67. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang memiliki nilai debt to equit ratio di atas rata-rata selama 5 tahun
yaitu perusahaan dengan kode INDF, MLBI, dan MYOR. Semakin besar nilai
debt to equity ratio, maka akan semakin besar pula modal pinjaman yang berasal
dari beban hutang yang harus ditanggung perusahaan. Semakin besar beban
Regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga model yaitu common effect
model, fixed effect model dan random effect model. Masing-masing model
secara statistik. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah
Common effect model merupakan pendekatan model data panel yang paling
sederhana karena hanya mengkombinasikan data series dan cross section. Metode
ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary least square (OLS) atau teknik
Berdasarkan hasil estimasi untuk model regresi data panel common effect
terhadap ROA (Z), dimana nilai prob. CR sebesar 0,0812 lebih besar dari α =
62
0,05. Namun, variabel DER (X2) berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan
Tabel 4.5
Hasil Regresi CEM Model I
Dependent Variable: Z
Method: Panel Least Squares
Date: 06/06/23 Time: 17:51
Sample: 2018 2022
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Tabel 4.6
Hasil Regresi CEM Model II
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 06/06/23 Time: 17:42
Sample: 2018 2022
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Berdasarkan hasil estimasi untuk model regresi data panel common effect
model di atas, secara statistik variabel CR (X1), DER (X2), dan ROA (Z) tidak
63
sebesar 0,1466 lebih besar dari α = 0,05, Selanjutnya nilai prob. DER sebesar
0,4207 lebih besar dari α = 0,05, dan nilai prob. ROA sebesar 0,3488 lebih besar
dari α = 0,05.
Tabel 4.7
Hasil Regresi FEM Model I
Dependent Variable: Z
Method: Panel Least Squares
Date: 06/06/23 Time: 17:49
Sample: 2018 2022
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Effects Specification
Berdasarkan hasil estimasi untuk model regresi data panel fixed effect model
ROA (Z) dengan nilai prob. CR sebesar 0,7885 lebih besar dari α = 0,05.
Selanjutnya, variabel DER (X2) juga tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA
(Z) dengan nilai prob. DER sebesar 0,9044 lebih besar dari α = 0,05.
64
Tabel 4.8
Hasil Regresi FEM Model II
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 06/06/23 Time: 17:45
Sample: 2018 2022
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Effects Specification
Berdasarkan hasil estimasi untuk model regresi data panel fixed effect model
secara statistik variabel CR (X1), DER (X2), dan ROA (Z) tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Y), dimana nilai prob. CR sebesar 0,1768,
selanjutnya nilai prob. DER sebesar 0,1874, dan nilai prob. ROA sebesar 0,0872
gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada
model random effects perbedaan intersep diakomodasi oleh error term masing-
Tabel 4.9
Hasil Regresi REM Model I
Dependent Variable: Z
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/06/23 Time: 17:49
Sample: 2018 2022
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Swamy and Arora estimator of component variances
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
Berdasarkan hasil estimasi untuk model regresi data panel random effect
ROA (Z), dimana nilai prob. CR sebesar 0,5531 lebih besar dari α = 0,05.
Selanjutnya, variabel DER (X2) juga tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA
(Z), dengan nilai prob. DER sebesar 0,3209 lebih besar dari α = 0,05.
random effect model pada tabel 4.10 di bawah, secara statistik variabel CR (X1),
DER (X2), dan ROA (Z) tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
Laba (Y), dengan nilai prob. CR sebesar 0,1490, selajutnya nilai prob. DER
66
sebesar 0,4235, dan terakhir nilai prob. ROA sebesar 0,3517 lebih besar dari α =
0,05.
Tabel 4.10
Hasil Regresi REM Model II
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/06/23 Time: 17:47
Sample: 2018 2022
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Swamy and Arora estimator of component variances
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
Setelah didapatkan hasil dari model yang tepat dalam mengelola data panel,
Tabel 4.11
Kriteria Pemilihan Model
No Pengujian Hasil Keputusan
Prob. > 0,05 CEM
1 Uji Chow
Prob. < 0,05 FEM
Prob. > 0,05 REM
2 Uji Hausman
Prob. < 0,05 FEM
Uji Legrange Prob. > 0,05 CEM
3
Multiplier Prob. < 0,05 REM
67
1. Uji chow
Uji chow digunakan untuk menentukan model apa yang akan dipilih antara
common effect model atau fixed effect model. Kriteria uji chow yaitu :
Tabel 4.12
Hasil Uji Chow Model I
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Hasil dari uji chow pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas
sebesar 0,0000 < 0.05. Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan yaitu Fixed
Effect Model (FEM) adalah model yang lebih tepat digunakan untuk model I.
Tabel 4.13
Hasil Uji Chow Model II
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Hasil dari uji chow pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
probabilitas sebesar 0,3281 > 0.05. Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan
yaitu Common Effect Model (CEM) adalah model yang lebih tepat digunakan
2. Uji Hausman
model yang paling tepat untuk digunakan antara fixed effect atau random effect.
Tabel 4.14
Hasil Uji Hausman Model I
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Hasil dari uji hausman pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
probabilitas sebesar 0,3300 > 0.05. Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan
yaitu Random Effect Model (REM) adalah model yang lebih tepat digunakan
untuk model I.
Tabel 4.15
Hasil Uji Hausman Model II
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Hasil dari uji hausman pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
probabilitas sebesar 0,0775 > 0.05. Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan
yaitu Random Effect Model (REM) adalah model yang lebih tepat digunakan
Uji lagrange multiplier ini adalah untuk mengetahui apakah suatu model
random effect lebih baik digunakan dari pada metode common effect maka
digunakan uji lagrange multiplier (LM). Kriteria uji Lagrange Multiplier yaitu:
Tabel 4.16
Hasil Uji Lagrange Multiplier Model I
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Hasil dari uji lagrange multiplier pada tabel di atas menunjukkan bahwa
nilai probabilitas sebesar 0,0000 < 0.05. Dari hasil tersebut, dapat ditarik
kesimpulan yaitu Random Effect Model (REM) adalah model yang lebih tepat
Tabel 4.17
Hasil Uji Lagrange Multiplier Model II
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Hasil dari uji lagrange multiplier pada tabel di atas menunjukkan bahwa
nilai probabilitas sebesar 0,0813 > 0.05. Dari hasil tersebut, dapat ditarik
kesimpulan yaitu Common Effect Model (CEM) merupakan model yang lebih
berikut.
1. Random Effect Model (REM) merupakan model regresi terbaik yang digunakan
untuk model I.
Uji asumsi klasik bertujuan untuk menganalisis apakah model regresi yang
klasik yang dapat digunakan yaitu uji multikolonieritas dan uji heterokedastisitas.
1. Uji Multikolinearitas
yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear. Pada
Pada pemilihan model I, model yang terpilih adalah Random Effect Model
Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolinearitas Model II
X1 X2 Z
X1 1 -0,6500986 -0,0075410
X2 -0,6500986 1 0,29278740
Z -0,0075410 0,29278740 1
Dari hasil output Eviews pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada
variabel bebas yang memiliki koefisien korelasi diatas 0,80 sehingga dapat
multikolonieritas.
2. Uji Heterokedastisitas.
pengamatan yang lain. Penelitian ini menggunakan uji glejser yaitu untuk
Pada pemilihan model I, model yang terpilih adalah Random Effect Model
Tabel 4.19
Hasil Uji Heteroskedastisitas Model II
Dependent Variable: ABS(RESID)
Method: Panel Least Squares
Date: 06/06/23 Time: 21:42
Sample: 2018 2022
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Dan terakhir nilai probabilitas Z sebesar 0,7055 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa
model II dalam peneletian secara keseluruhan tidak terdapat masalah pada uji
heteroskedastisitas.
analisis data, baik secara parsial ataupun simultan memiliki hubungan antara X1,
X2 dan Z berpengaruh terhadap Y. Ada dua jenis koefisien regresi yang dapat
Tabel 4.20
Hasil Uji Parsial (Uji t) Model I
Dependent Variable: Z
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/06/23 Time: 19:50
Sample: 2018 2022
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Swamy and Arora estimator of component variances
a. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, yang artinya
b. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya
c. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% atau 0,05 dengan kata lain jika
p (probabilitas) > 0,05 maka dinyatakan tidak signifikan dan sebaliknya jika p
a. H0 diterima jika : nilai probabilitas > 0,05, yang artinya tidak ada pengaruh
antara variabel bebas (Current Ratio) terhadap variabel terikat (Return On Asset).
b. Ha diterima jika : nilai probabilitas < 0,05, yang artinya ada pengaruh antara
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pada Tabel 4.20 didapatkan hasil
bahwa nilai probabilitas CR (X1) 0,5531 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Artinya, Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).
a. H0 diterima jika : nilai probabilitas > 0,05, yang artinya tidak ada pengaruh
antara variabel bebas (Debt To Equity Ratio) terhadap variabel terikat (Return On
Asset).
b. Ha diterima jika : nilai probabilitas < 0,05, yang artinya ada pengaruh antara
variabel bebas (Debt To Equity Ratio) terhadap variabel terikat (Return On Asset).
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pada tabel 4.20 didapatkan hasil
bahwa nilai probabilitas DER (X2) 0,3209 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa Debt To Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh
Tabel 4.21
Hasil Uji Parsial (Uji t) Model II
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 06/06/23 Time: 21:54
Sample: 2018 2022
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Pertumbuhan Laba.
a. H0 diterima jika : nilai probabilitas > 0,05, yang artinya tidak ada pengaruh
Laba).
b. Ha diterima jika : nilai probabilitas < 0,05, yang artinya ada pengaruh antara
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pada tabel 4.21 didapatkan hasil
bahwa nilai probabilitas CR (X1) 0,1466 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Pertumbuhan Laba.
76
a. H0 diterima jika : nilai probabilitas > 0,05, yang artinya tidak ada pengaruh
(Pertumbuhan Laba).
b. Ha diterima jika : nilai probabilitas < 0,05, yang artinya ada pengaruh antara
Laba).
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pada tabel 4.21 didapatkan hasil
bahwa nilai probabilitas DER (X2) 0,4207 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa Debt To Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh
a. H0 diterima jika : nilai probabilitas > 0,05, yang artinya tidak ada pengaruh
Laba).
b. Ha diterima jika : nilai probabilitas < 0,05, yang artinya ada pengaruh antara
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pada tabel 4.21 didapatkan hasil
bahwa nilai probabilitas ROA (Z) 0,3488 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha
77
intervening.
a. Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung maka
variabel Z adalah variabel moderasi, atau dengan kata lain pengaruh yang
b. Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung maka
variabel Z adalah bukan variabel moderasi, atau dengan kata lain yang sebenarnya
adalah langsung.
langsung > pengaruh langsung yaitu 0,003329 > -0,060296 maka X1 berpengaruh
a. Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung maka
variabel Z adalah variabel moderasi, atau dengan kata lain pengaruh yang
b. Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung maka
variabel Z adalah bukan variabel moderasi, atau dengan kata lain yang sebenarnya
adalah langsung.
langsung > pengaruh langsung yaitu 0,027358 > -0,155688 maka X2 berpengaruh
2. Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (X) secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat (Y)
a. H0 diterima jika : nilai probabilitas > 0,05, yang artinya tidak ada pengaruh
b. Ha diterima jika : nilai probabilitas < 0,05, yang artinya ada pengaruh antara
Tabel 4.22
Hasil Uji Simultan (Uji F) Model I
R-squared 0.021375
Adjusted R-squared -0.020269
S.E. of regression 0.053055
F-statistic 0.513273
Prob(F-statistic) 0.601849
> 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel
current ratio dan debt to equity ratio secara simultan tidak berpengaruh terhadap
return on asset.
Tabel 4.23
Hasil Uji Simultan (Uji F) Model II
R-squared 0.056118
Adjusted R-squared -0.005440
S.E. of regression 0.423307
Sum squared resid 8.242703
Log likelihood -25.87956
F-statistic 0.911634
Prob(F-statistic) 0.442754
80
a. H0 diterima jika : nilai probabilitas > 0,05, yang artinya tidak ada pengaruh
b. Ha diterima jika : nilai probabilitas < 0,05, yang artinya ada pengaruh antara
> 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel
current ratio, debt to equity ratio dan return on asset secara simultan tidak
terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas. Koefisien determinasi ini
Tabel 4.24
Koefisien Determinasi Model I
R-squared 0.021375
Adjusted R-squared -0.020269
S.E. of regression 0.053055
F-statistic 0.513273
Prob(F-statistic) 0.601849
terlihat bahwa nilai R-square yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,02
atau sama dengan 2%. Hal ini berarti bahwa 2% diberikan kepada variabel current
ratio dan debt to equity ratio secara bersama-sama terhadap return on asset,
81
sedangkan sisanya 98% dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak
Tabel 4.25
Koefisien Determinasi Model II
R-squared 0.056118
Adjusted R-squared -0.005440
S.E. of regression 0.423307
Sum squared resid 8.242703
Log likelihood -25.87956
F-statistic 0.911634
Prob(F-statistic) 0.442754
terlihat bahwa nilai R-square yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,05
atau sama dengan 5%. Hal ini berarti bahwa 5% diberikan kepada variabel current
ratio, debt to equity ratio, dan return on asset secara bersama-sama terhadap
pertumbuhan laba, sedangkan sisanya 95% dipengaruhi oleh variabel bebas lain
Sobel test digunakan untuk lebih memastikan hubungan langsung dan tidak
moderating. Berikut ini perhitungan uji sobel pada pengaruh current ratio
𝑎𝑏
𝑡=
√ 𝑏 𝑆𝐸𝑎 𝑎 𝑆𝐸𝑏
𝑥
𝑡=
√ 𝑥 𝑥
𝑡=
√ 𝑥 𝑥
𝑡=
√
82
𝑡=
√
𝑡=
𝑡=
current ratio terhadap pertumbuhan laba dengan return on asset sebagai variabel
intervening, dengan nilai thitung < ttabel (0,51 < 2,01) sehingga dapat disimpulkan
bahwa current ratio tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba melalui
return on asset.
Berikut ini perhitungan uji sobel pada pengaruh debt to equity ratio terhadap
𝑎𝑏
𝑡=
√ 𝑏 𝑆𝐸𝑎 𝑎 𝑆𝐸𝑏
𝑥
𝑡=
√ 𝑥 𝑥
𝑡=
√ 𝑥 𝑥
𝑡=
√
𝑡=
√
𝑡=
𝑡=
debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba dengan return on asset sebagai
83
variabel intervening, dengan nilai thitung < ttabel (0,69 < 2,01) sehingga dapat
eviews 12 melalui metode Random Effect Model mengenai pengaruh current ratio
terhadap return on asset, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,5531 > 0,05.
menunjukkan bahwa current ratio baik naik ataupun turun tidak akan
(Ardhefani dkk., 2021) dengan hasil yaitu current ratio secara parsial tidak
terhadap return on asset, maka penulis menyimpulkan bahwa current ratio tidak
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-
2022.
equity ratio terhadap return on asset, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,3209 >
0,05. Dapat disimpulkan bahwa H0 dierima dan Ha ditolak, Maka debt to equity
ratio tidak berpengaruh terhadap return on asset. Hal ini menunjukkan bahwa
tinggi rendahnya nilai debt to equity ratio tidak akan menentukan pertumbuhan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh (Wartono, 2018) dan (Julita, 2008) yang menyatakan bahwa debt to equity
ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on asset. Namun,
hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rambe dkk.,
2021) dengan hasil bahwa debt to equity ratio mempunyai pengaruh signifikan
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2018-2022.
ratio terhadap pertumbuhan laba, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,1466 >
0,05. Dengan hasil tersebut, maka H0 diterima dan Ha ditolak, dapat disimpulkan
bahwa current ratio tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal ini
(Puspasari dkk., 2017) didapatkan hasil bahwa current ratio tidak berpengaruh
dilakukan penulis secara teori, pendapat maupun penelitian terdahulu yang telah
sektor makanan dan minumann yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2018-2022.
equity ratio ratio terhadap pertumbuhan laba, diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,4207 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, artinya
debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh terhadap nilai
pertumbuhan laba.
(Gunawan & Wahyuni, 2014) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
asset terhadap pertumbuhan laba, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,3488 >
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak artinya return on
(Handayani dkk., 2021) dengan hasil yaitu return on asset tidak berpengaruh
pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa current ratio
melalui return on asset. Hal ini dibuktikan dengan hasil, nilai t hitung < ttabel (-0,51 <
87
Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya nilainya current ratio tidak
return on asset, dan setiap penurunan current ratio juga menurunkan nilai
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rambe
dkk., 2021), dan (Gultom dkk., 2020) dengan hasil yang menyatakan bahwa
yang dilakukan penulis secara teori, pendapat maupun penelitian terdahulu yang
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa debt to equity
ratio berpengaruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan laba yang ditandai
laba melalui return on asset. Hal ini dibuktikan dengan hasil, nilai t hitung < ttabel
(0,69 < 2,01) sehingga dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio memiliki
Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya nilai debt to equity ratio tidak
pertumbuhan laba melalui return on asset, dan setiap penurunan debt to equity
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saladin
& Usman, 2019) dengan hasil yaitu return on asset merupakan variabel
intervening dari debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil
asset memediasi pengaruh debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh current ratio dan debt
to equity ratio terhadap pertumbuhan laba dengan return on asset sebagai variabel
intervening pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2018-2022. Kesimpulan dari hasil penelitian ini,
yaitu :
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sub sektor makanan dan
on asset.
2. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sub sektor makanan dan
return on asset.
3. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sub sektor makanan dan
pertumbuhan laba.
4. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sub sektor makanan dan
pertumbuhan laba.
89
90
5. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sub sektor makanan dan
pertumbuhan laba.
6. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sub sektor makanan dan
pertumbuhan laba.
7. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sub sektor makanan dan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka saran yang
1. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah current ratio dan
debt to equity ratio. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik maka
yang lainnya seperti cash ratio, quick ratio, debt to asset ratio dan lain
sebagainya.
3. Bagi para calon investor dan investor apabila ingin melakukan investasi pada
4. Secara umum, perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
pertumbuhan laba dengan menjaga tingkat keuntungan tiap tahunnya agar tetap
meningkat agar calon investor atau para investor memiliki pandangan yang
pertimbangan untuk penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik
1. Penelitian ini terbatas pada variabel rasio keuangan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan laba yaitu current ratio dan debt to equity ratio dengan return on
3. Perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
dari 33 populasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhefani, H., Pakpahan, R., & Djuwarsa, T. (2021). Pengaruh CR dan DER
terhadap ROA pada Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah
Tangga. Indonesian Journal of Economics and Management, 1(2), 341-351.
Arseto, D. D., & Jufrizen, J. (2018). Pengaruh Return On Asset dan Current Ratio
Terhadap Dividen Payout Ratio Dengan Firm Size Sebagai Variabel
Moderating. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 1(1), 15–30.
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi
Dan Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Batubara, H. C., Amirah, A. A., & Astuti, D. D. (2020). Pengaruh Current Ratio
Dan Debt To Assets Ratio Terhadap Return On Assets Pada Perusahaan
Hotel, Restoran Dan Pariwisata Yang Terdaftar Di Bei. Jurnal Keuangan
Dan Bisnis, 18(2), 10–19.
Darsono, & Ashari. (2014). Pedoman Praktis Laporan Keuangan. Penerbit Andi.
Denziana, A., Indrayenti, I., & Fatah, F. (2014). Corporate Financial Performance
Effects Of Macro Economic Factors Against Stock Return. Jurnal Akuntansi
dan keuangan, 5(2).17-40
Gultom, D. K., Manurung, M., & Sipahutar, R. P. (2020). Pengaruh Current Ratio,
Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnover terhadap Return on Assets pada
Perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Humaniora : Jurnal Ilmu
Sosial, Ekonomi Dan Hukum, 4(1), 1–14.
Hafiz, M. S., Radiman, R., Sari, M., & Jufrizen, J. (2019). Analisis Faktor
Determinan Return on Asset pada Bank BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Keuangan, 8(2), 107–122.
92
93
Handayani, F., Hakim, M. Z., & Abbas, D. S. (2021). Pengaruh ROA, ROE, NPM
Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Empiris Perusahaan Sektor Perbankan
Tahun 2017-2019). UM Jember Press, 1(1), 88-97.
Harahap, S. S. (2018). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Cetakan ke). Raja
Grafindo Persada.
Irsan, M., & Rambe, M. F. (2021). Return On Asset: Current Ratio And Debt To
Asset Ratio Companies In Indonesia Stock Exchange. International Journal
of Economic, Technology and Social Sciences (Injects), 2(1), 289–298.
Istiarini, R., & Sukanti, S. (2012). Pengaruh Sertifikasi Guru Dan Motivasi Kerja
Guru Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri 1 Sentolo Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, X(1), 98–113.
Jufrizen, J. dan, & Sari, M. (2019). Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio,
dan Firm Size Terhadap Return On Equity. Jurnal Riset Akuntansi Aksioma,
18(1), 156–191.
Jufrizen, J,, Putri, A. M., Sari, M., Radiman, R., & Muslih, M. (2019). Pengaruh
Debt Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio dan Kepemilikan Institusional
Terhadap Return on Asset pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen
Motivasi, 15(1), 7–18.
Jufrizen, J., & Sari, M. (2019). Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan
Firm Size Terhadap Return On Equity. Jurnal Riset Akuntansi Aksioma,
18(1), 156–191.
Juliandi, A., Irfan, I., & Manurung, S. (2015). Metodologi Penelitian Bisnis :
Konsep & Aplikasi. UMSU PRESS.
Julita, J. (2008). Pengaruh Debt To Equity Ratio Dan Long Term Debt To Equity
Ratio Terhadap Profitabilitas Perusahaan.(Studi Kasus Pada Perusahaan
Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Kumpulan Jurnal
Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 7(2), 1–26.
Julita, J. (2019). Pengaruh Debt To Equity Ratio Dan Debt To Assets Ratio
Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Transformasi Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Kumpulan Jurnal Dosen Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
Krisnandi, H., Awaloedin, D. T., & Saulinda, S. (2019). Pengaruh Current Ratio,
Inventory Turnover, Debt To Equity Ratio Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Rekayasa Informasi, 8(2), 41–60.
Puspasari, M. F., Suseno, Y. D., & Sriwidodo, U. (2017). Pengaruh Current Ratio,
Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Pertumbuhan Laba. Jurnal Manajemen Sumber Daya
Manusia, 11(1).
Rambe, I., Arif, M., & Tupti, Z. (2021). Pengaruh Current Ratio Debt Equity
Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return On Asset yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, 21(2), 147–161.
Rivandi, M., & Oktaviani, F. (2022). Pengaruh Return On Asset Dan Net Profit
Margin Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaa Semen Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2020. JIP (Jurnal Inovasi Penelitian),
2(10), 3539–3548.
Saladin, H., & Usman, B. (2019). Model Pengembangan Rasio Solvabilitas Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Laba Dimediasi Oleh Profitabilitas (Studi Kasus
Pada Perusahaan LQ-45 di BEI). Jurnal Media Wahana Ekonomika, 16(3),
232-247.
95
Sanjaya, S., & Sipahutar, R. P. (2019). Pengaruh Current Ratio, Debt to Asset
Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return on Asset pada Perusahaan
Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Riset Akuntansi Dan Bisnis, 19(2), 136–150.
Siregar, Q. R., & Bahar, Y. I. (2020). Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin,
Gross Profit Margin Dan Total Asset Turnover Terhadap Pertumbuhan Laba
Pada Perusahaan Sub sektor Hotel, Restoran Dan Pariwisata Yang Terdaftar
Dibursa Efek Indonesia. Jurnal SALMAN (Sosial Dan Manajemen), 1(3), 57–
67.
Siregar, Q. R., & Delia, M. (2022). Pengaruh Capital Adequancy Ratio, Non
Performing Loan, Biaya Operasional Pendapatan Operasional, Loan To
Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal SALMAN (Sosial Dan
Manajemen), 3(1), 36–48.
Siregar, Q. R., & Farisi, S. (2018). Pengaruh Return On Assets Dan Earning Per
Share Terhadap Harga Saham. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister
Manajemen, 1(1), 81–89.
Siregar, Q. R., & Harahap, D. D. (2021). Influence Current Ratio, Debt to Equity
Ratio and Total Asset Turnover on Return on Equity in the Transportation
Sector Industry. International Journal of Business Economics (IJBE), 2(2),
99–112.
Siregar, Q. R., Rambe, R., & Simatupang, J. (2021). Pengaruh Debt to Equity
Ratio, Net Profit Margin dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal AKMAMI (Akuntansi Manajemen Ekonomi), 2(1), 17–31.
Sugiono, A., & Untung, E. (2016). Panduan praktis dasar analisa laporan
keuangan (revisi). Grasindo.
Supardi, H., Suratno, H. S. H., & Suyanto, S. (2018). Pengaruh Current Ratio,
Debt to Asset Ratio, Total Asset Turnover dan Inflasi Terhadap Return on
Asset. JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi), 2(2), 16–27.
Wahyuni, S. F., & Hafiz, M. S. (2018). Pengaruh CR, DER dan ROA terhadap
DPR pada perusahaan manufaktur di BEI. Jesya (Jurnal Ekonomi Dan
Ekonomi Syariah), 1(2), 25–42.
Wartono, T. (2018). Pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio
(DER) Terhadap Return On Asset (ROA) (Studi pada PT Astra International,
Tbk). Jurnal Kreatif : Pemasaran, Sumberdaya Manusia Dan Keuangan,
6(2), 78–79.
Wijaya, C. (2015). Finon (Finance for Non Finance) Manajemen Keuangan untuk
Non Keuangan. Raja Grafindo Persada.
Tabulasi Data Keuangan Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan Minuman
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-2022
Laba Bersih
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 92.649 215.459 181.812 187.066 220.704 179.538
2 CLEO 63.261 130.756 132.772 180.711 195.598 140.620
3 DLTA 338.129 317.815 123.465 187.992 230.065 239.493
4 ICBP 4.658.781 5.360.029 7.418.574 7.911.943 5.722.194 6.214.304
5 INDF 4.961.851 5.902.729 8.752.066 11.229.695 9.192.569 8.007.782
6 MLBI 1.224.807 1.206.059 285.617 665.850 924,906 676.652
7 MYOR 1.760.434 2.051.404 2.098.168 1.211.052 1.970.064 1.818.224
8 ROTI 127.171 236.518 168.610 283.602 432.247 249.630
9 STTP 255.088 482.590 628.628 617.573 624.524 521.681
10 ULTJ 701.607 1.035.865 1.109.666 1.276.793 965.486 1.017.883
Jumlah 14.183.778 16.939.224 20.899.378 23.752.277 19.554.376 19.065.807
Rata rata 1.418.378 1.693.922 2.089.938 2.375.228 1.955.438 1.906.581
Total Aktiva
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 1.168.956 1.393.079 1.566.673 1.697.387 1.718.287 1.508.876
2 CLEO 833.933 1.245.144 1.310.940 1.348.181 1.693.523 1.286.344
3 DLTA 1.523.517 1.425.983 1.225.580 1.308.722 1.307.186 1.358.198
4 ICBP 34.367.153 38.709.314 103.502.626 118.015.311 115.305.536 81.979.988
5 INDF 96.537.796 96.198.559 163.011.780 179.271.840 180.433.300 143.090.655
6 MLBI 2.889.501 2.896.950 2.907.425 2.922.017 3.374.502 2.998.079
7 MYOR 17.591.706 19.037.918 19.777.500 19.917.653 22.276.160 19.720.187
8 ROTI 4.393.810 4.682.083 4.452.166 4.191.284 4.130.321 4.369.933
9 STTP 2.631.189 2.881.563 3.448.995 3.919.243 4.590.737 3.494.345
10 ULTJ 5.555.871 6.608.422 8.754.116 7.406.856 7.376.375 7.140.328
Jumlah 167.493.432 175.079.015 309.957.801 339.998.494 342.205.927 266.946.933
Rata rata 16.749.343 17.507.902 30.995.780 33.999.849 34.220.593 26.694.693
Aktiva Lancar
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 809.166 1.067.652 1.266.586 1.358.085 1.383.998 1.177.097
2 CLEO 198.544 240.755 254.187 279.804 380.268 270.712
3 DLTA 1.384.227 1.292.805 1.103.831 1.174.393 1.165.412 1.224.134
4 ICBP 14.121.568 16.624.925 20.716.223 33.997.637 31.070.365 23.306.144
5 INDF 33.272.618 31.403.445 38.418.238 54.183.399 54.876.668 42.430.874
6 MLBI 1.228.961 1.162.802 1.189.261 1.241.112 1.649.257 1.294.279
7 MYOR 12.647.858 12.776.102 12.838.729 12.969.783 14.772.623 13.201.019
8 ROTI 1.876.409 1.874.411 1.549.617 1.282.057 1.285.672 1.573.633
9 STTP 1.250.806 1.165.406 1.505.872 1.979.855 2.575.390 1.695.466
10 ULTJ 2.793.521 3.716.641 5.593.421 4.844.821 4.618.390 4.313.359
Jumlah 69.583.678 71.324.944 84.435.965 113.310.946 113.778.043 90.486.715
Rata rata 6.958.368 7.132.494 8.443.597 11.331.095 11.377.804 9.048.672
Utang Lancar
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 158.255 222.440 271.641 283.104 139.037 214.895
2 CLEO 121.061 204.953 147.545 182.882 209.828 173.254
3 DLTA 192.299 160.587 147.207 244.206 255.354 199.931
4 ICBP 7.235.398 6.556.359 9.176.164 18.896.133 10.033.935 10.379.598
5 INDF 31.204.102 24.686.862 27.975.875 40.403.404 30.725.942 30.999.237
6 MLBI 1.578.919 1.588.693 1.338.441 1.682.700 2.154.777 1.668.706
7 MYOR 4.764.510 3.714.359 3.475.323 5.570.773 5.636.627 4.632.318
8 ROTI 525.422 1.106.938 404.567 483.213 612.417 626.511
9 STTP 676.673 408.490 626.131 475.372 530.693 543.472
10 ULTJ 635.161 836.314 2.327.339 1.556.539 1.456.898 1.362.450
Jumlah 47.091.800 39.485.995 45.890.233 69.778.326 51.755.508 50.800.372
Rata rata 4.709.180 3.948.600 4.589.023 6.977.833 5.175.551 5.080.037
Total Hutang
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 192.308 261.784 305.958 310.020 168.244 247.663
2 CLEO 198.455 478.844 416.194 346.601 508.372 389.693
3 DLTA 239.353 212.420 205.681 298.548 306.410 252.482
4 ICBP 11.660.003 12.038.210 52.842.783 63.074.704 57.832.529 39.489.646
5 INDF 46.620.996 41.996.071 83.357.830 92.285.331 86.810.262 70.214.098
6 MLBI 1.721.965 1.750.943 1.474.019 1.822.860 2.301.227 1.814.203
7 MYOR 9.049.161 9.125.978 8.506.032 8.557.621 9.441.466 8.936.052
8 ROTI 1.476.909 1.589.486 1.205.569 1.321.693 1.449.163 1.408.564
9 STTP 948.801 733.556 775.696 618.395 662.339 747.757
10 ULTJ 780.915 953.283 3.972.379 2.268.730 1.553.696 1.905.801
Jumlah 72.888.866 69.140.575 153.062.141 170.904.503 161.033.708 125.405.959
Rata rata 7.288.887 6.914.058 15.306.214 17.090.450 16.103.371 12.540.596
Total Modal
NO KODE Rata Rata
2018 2019 2020 2021 2022
1 CEKA 976.647 1.131.294 1.260.714 1.387.366 1.550.042 1.261.213
2 CLEO 635.478 766.299 894.746 1.001.579 1.185.150 896.650
3 DLTA 1.284.163 1.213.563 1.019.898 1.010.174 1.000.775 1.105.715
4 ICBP 22.707.150 26.671.104 50.659.843 54.940.607 57.473.007 42.490.342
5 INDF 49.916.800 54.202.488 79.653.950 86.986.509 93.623.038 72.876.557
6 MLBI 1.167.536 1.146.007 14.334.060 1.099.157 1.073.275 3.764.007
7 MYOR 8.542.544 9.911.940 11.271.468 11.360.031 12.834.694 10.784.135
8 ROTI 2.916.901 3.092.597 3.246.596 2.869.591 2.681.158 2.961.369
9 STTP 1.646.387 2.148.007 2.673.298 3.300.848 3.928.398 2.739.388
10 ULTJ 4.774.956 5.655.139 4.781.737 5.138.126 5.822.679 5.234.527
Jumlah 94.568.562 105.938.438 169.796.310 169.093.988 181.172.216 144.113.903
Rata rata 9.456.856 10.593.844 16.979.631 16.909.399 18.117.222 14.411.390
Data Perhitungan Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-2022
Effects Specification
Effects Specification
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
R-squared 0.021375
Adjusted R-squared -0.020269
S.E. of regression 0.053055
F-statistic 0.513273
Prob(F-statistic) 0.601849
R-squared 0.056118
Adjusted R-squared -0.005440
S.E. of regression 0.423307
Sum squared resid 8.242703
Log likelihood -25.87956
F-statistic 0.911634
Prob(F-statistic) 0.442754