Modul Praktikum Kimia Organik 2023
Modul Praktikum Kimia Organik 2023
Modul Praktikum Kimia Organik 2023
BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
PENYUSUN :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Panuntun Praktikum Kimia Organik ini
dapat diseleisaikan dengan lancar. Modul ini merupakan hasil suntingan dari
panduan praktikum yang telah dibuat sebelumnya, dengan perubahan, perbaikan
dan penambahan dibeberapa bagiannya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan modul ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Kami menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu kami selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk perbaikan buku
penuntun Praktikum Kimia Organik ini. Semoga buku pedoman ini dapat
bermanfaat bagi yang menggunakannya, khususnya mahasiswa semester II Jurusan
Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang.
Tim Penyusun
EKSTRAKSI PADAT-CAIR................................................................................ 20
LAMPIRAN .......................................................................................................... 39
PENGENALAN PELARUT
ORGANIK
Tujuan Percobaan
1. Mengenal berbagai pelarut organik
2. Menjelaskan sifat kelarutan pelarut-pelarut organik terhadap air
3. Menjelaskan sifat kelarutan pelarut organik satu terhadap yang lainnya
Dasar Teori
Senyawa organik merupakan senyawa yang dibentuk oleh unsur karbon
yang memiliki sifat kimia dan fisika yang khas. Sifat fisika senyawa organik
meliputi titik leleh, titik didih, putaran optis, dan kelarutan. Sifat-sifat tersebut
sangat tergantung pada struktur molekul,atom-atom yang menyusun, dan ukuran
molekul (dalam hal ini bobot molekul) senyawa organik.
Kelarutan merupakan kadar jenuh suatu zat terlarut dalam suatu pelarut
pada suhu tertentu dan membentuk dispersi molekuler yang homogen. Kelarutan
antara dua senyawa dipengaruhi oleh tarik-menarik antara partikel yang sejenis
(gaya kohesi) dan tarik menarik partikel-partikel yang berbeda (gaya adesi). Jika
gaya kohesi lebih besar daripada gaya adesinya, kecenderungan untuk larut akan
lebih kecil; sebaliknya jika gaya kohesi lebih kecil daripada gaya adesi,
kecenderungan larut akan lebih besar. Kelarutan suatu zat terlarut dalam pelarut
tertentu digambarkan sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya
menyerupai akan saling melarutkan. Hal ini didasarkan atas polaritas antara zat
terlarut dan pelarut yang dinyatakan dengan tetapan dielektrik, atau momen dipol,
ikatan hidrogen, ikatan Van Der Waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain.
Pelarut organik adalah suatu pelarut dengan struktur molekul berpusat pada
satu atom karbon atau lebih yang membentuk kerangka molekul. Kelarutan pelarut
organik di dalam air dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
a. Ada atau tidaknya bagian molekul organik yang dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan air, yang lebih dikenal dengan sebagai bagian hidrofil.
b. Kerangka hirokarbon yang merupakan penyebab ketidak larutan atau lebih
dikenal sebagai bagian hidrofob.
Kedua faktor itu saling bersaing untuk menentukan kelarutan pelarut organik
di dalam air. Jika bagian hidrofob (gugus alkil) berukuran kecil, biasanya pelarut
tersebut dapat larut dalam air. Sebaliknya jika bagian hidrofob itu cukup besar
(rantai alkil panjang atau gugus aril) dapat menyebabkan kelarutan pelarut organik
tersebut menjadi terbatas. Jika pelarut organik hanya terdiri atas atom hidrogen dan
karbon saja tidak dapat larut dalam air.
Kelarutan suatu pelarut organik dalam pelarut organik lainnya ditentukan
oleh kesamaan gugus fungsinya. Sesama hidrokarbon dapat larut. Pelarut
hidrokarbon dapat melarutkan pelarut organik lain yang kerangka hidrokarbonnya
cukup dominan.
Bahan:
• Akuades
• Benzena, toluena,
• n-heksan, sikloheksan,
• Metanol, etanol, isopropil alkohol, butil alkohol
• Kloroform, karbon tetraklorida,
• Aseton
Prosedur
a. Kelarutan pelarut organik dalam air.
1) Siapkan beberapa tabung reaksi yang bersih dan kering dalam rak tabung
reaksi.
2) Isi masing-masing tabung reaksi dengan akuades + 2 ml. Berilah tanda
masing-masing tabung.
3) Tambahkan tetes demi tetes salah satu pelarut organik ke dalam tabung
reaksi, sampai mencapai volume total + 2 ml. Lakukan pengamatan selama
percobaan, dan catat hasilnya.
4) Ulangi langkah (3) terhadap tabung reaksi yang lainnya dengan
menggunakan pelarut organik yang lain.
Tugas:
Buatlah rangkuman MSDS masing-masing pelarut organik yang digunakan
pada percobaan ini!
Gambarkan struktur molekul masing-masing pelarut.
Diskusikan mengapa dua pelarut saling larut atau saling tidak larut atau larut
sebagian.
KELARUTAN SENYAWA
ORGANIK
Tujuan Percobaan
1. Menyebutkan sifat kelarutan beberapa senyawa organik di dalam air dan
pelarut organik.
2. Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa pelarut
3. Mendeskripsikan sebab terjadinya kelarutan/ketidak-larutan bahan organik
dalam pelarut-pelarut.
Dasar Teori
Kelarutan suatu senyawa organik sangat tergantung kepada ada tidaknya
interaksi antara senyawa tersebut dengan pelarut yang digunakan. Interaksi dapat
berupa terbentuknya ikatan hidrogen, gaya van der Waals, atau gaya London,
bahkan sifat tolak menolak antara molekul senyawa dan molekul pelarut. Gaya-
gaya tersebut dipengaruhi oleh susunan dan struktur molekul masing-masing, yang
akan menyebabkan senyawa/pelarut bersifat polar, semi polar, atau non polar.
Selain itu dipengaruhi pula faktor temperatur, tekanan, pH larutan. Kelarutan suatu
zat juga tergantung pada struktur molekulnya seperti perbandingan gugus polar dan
gugus non polar dari dari molekul.
Salah satu faktor yang menentukan kelarutan adalah ”like dissoves like”. Zat-
zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan
baik, sedangkan zat-zat yang stuktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat
saling campur (like disolve like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut
dalam pelarut polar, sedangkan senyawa non polar akan mudah larut dalam pelarut
non polar.
Pelarut-pelarut polar akan melarutkan senyawa ionik serta senyawa-senyawa
lainya. Dalam senyawa kovalen seperti H2O, HCl, CH3OH atau H2C=O, satu atom
Gambar Alat:
Prosedur
1) Siapkan sejumlah tabung reaksi yang bersih dan kering, tempatkan pada rak
tabung.
2) Isilah masing-masing tabung dengan sedikit (menggunakan ujung spatula)
dari salah satu bahan organik yang akan diamati (misalnya, lilin).
3) Tambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 2 mL pelarut,
pelarut yang berbeda.
4) Jika tidak larut kocok/aduklah, jika perlu panaskan dalam penangas air
(waterbath).
5) Amati kelarutannya, catat semua hasil pengamatan saudara.
6) Ulangi langkah (2) hingga (5) dengan mengganti bahan organik.
Tugas:
1. Gambarkan struktur molekul setiap senyawa organik yang digunakan dalam
percobaan ini.
2. Diskusikan mengapa bahan-bahan itu dapat/tidak dapat larut.
EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Tujuan Percobaan
1. Mengetahui prinsip dasar metode ekstraksi cair-cair.
2. Menentukan koefisien distribusi bahan terlarut dalam dua pelarut yang
berbeda fasa.
Dasar Teori
a. Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi merupakan metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan
senyawa-senyawa dalam berbagai pelarut. Ekstraksi untuk campuran yang
berbentuk cair disebut ekstraksi cair-cair. Pelarut-pelarut yang digunakan dalam
ekstraksi cair-cair harus tidak saling campur. Suatu campuran dua senyawa dapat
larut dalam salah satu pelarut ditempatkan pada corong pisah dan kemudian
dikocok (diekstraksi) dengan pelarut kedua yang tidak bercampur dengan pelarut
pertama. Salah satu senyawa yang kelarutannya lebih mudah pada pelarut kedua
akan terekstrak sedangkan senyawa yang lainnya akan tetap berada di pelarut
pertama. Pelarut tersebut selanjutnya dipisahkan dari pelarut pertama.
Suatu pelarut cair dapat melarutkan berbagai zat di dalamnya, sebaliknya
suatu zat tertentu dapat larut dalam berbagai pelarut. Akan tetapi banyaknya suatu
zat yang dapat larut dalam sejumlah volume pelarut tertentu berbeda dengan jika
digunakan pelarut lain. Ekstraksi cair-cair adalah cara pemisahan yang berdasarkan
perbedaan kemampuan berbagai pelarut dalam melarutkan berbagai zat terlarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan secara ekstraksi yaitu:
1. Sifat dari solut yang dipisahkan (keasaman, kemampan bereaksi dan
kepolaran)
2. pH operasional
Setelah dua kali ekstraksi maka yang tinggal dalam pelarut air adalah W2,
𝑊2⁄
𝐾𝑑 = 𝑉
(𝑊1 − 𝑊2 )⁄
𝑉′
atau
Setelah n kali ekstraksi maka yang tinggal dalam lapisan adalah Wn gram
𝑛
𝐾𝑑 × 𝑉
𝑊𝑛 = 𝑊0 × ( )
𝐾𝑑 × 𝑉 + 𝑉′
b. Ekstraksi Asam Basa
Pada ekstraksi cair-cair, suatu senyawa dipartisikan diantara dua fase
(pelarut). Pemisahan tejadi dengan adanya perbedaan kelarutan senyawa ke dalam
dua pelarut. Pada umumnya senyawa yang akan diekstraksi tidak larut atau sedikit
larut dalam satu pelarut dan sangat larut dalam pelarut lain yang berbeda fasa. Air
merupakan pelarut yang umum digunakan dalam ekstraksi cair-cair, dan pealrut
kedua merupakan pelarut organik yang tidak saling campur dengan air, sehingga
akan terbentuk dua lapisan yang terpisah dan terlihat jelas perbedaan fasenya.
Syarat pelarut organik yang biasanya digunakan memiliki titik didih yang lebih
rendah dari senyawa yang diekstrak dan kurang dari 1000C, serta tidak beracun dan
tidak mahal.
Dari koefisien distribusi asam benzoat dalam pelarut-pelarut toluena air yang
diperoleh dari Percobaan B dapat diketahui bahwa asam benzoat sedikit sekali larut
dalam air. Untuk dapat memisahkan asam benzoat dari pelarut toluena ke dalam
pelarut air dalam jumlah lebih banyak diperlukan berkali-kali ekstraksi (Prosedur
b).
Ekstraksi ini akan lebih efisien jika kita dapat mengubah karakter zat yang
akan diekstraksi, misalnya dengan mengubah asam benzoat menjadi garamnya
sehingga mudah larut dalam air. Garam natrium-benzoat lebih mudah larut dalam
air dari pada dalam toluen. Hal ini disebabkan karena garam itu mempunyai
polaritas yang lebih tinggi, sesuai dengan air yang jauh lebih polar dari pada toluen.
Ekstraksi larutan asam benzoat dalam toluena dengan larutan NaOH akan
menyebabkan asam benzoat berubah menjadi garam. Fraksi air yang mengandung
garam natrium-benzoat apabila diasamkan sampai pH di bawah 4,0 akan mengubah
garam kembali menjadi asam (asam benzoat) yang akan segera membentuk
endapan putih karena tidak dapat larut dalam air. Endapan yang terbentuk dapat
dipisahkan dari air dengan melakukan penyaringan.
Gambar Alat:
Prosedur
a. Penentuan koefisien distribusi asam benzoat dalam air - toluena
1) Buatlah larutan 1 gram asam benzoat dalam 50 mL toluena
2) Masukkan 50 mL larutan diatas ke dalam corong pisah, tambahkan 100 mL
akuades lalu kocok selama 4 menit. Diamkan agar membentuk
kesetimbangan.
EKSTRAKSI PADAT-CAIR
Tujuan Percobaan
1. Melakukan ekstraksi suatu zat dari bahan padat yang terdapat di alam dengan
ekstraksi soxhlet
Dasar Teori
Ekstraksi padat cair banyak digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
hasil alam seperti minyak dalam kemiri, biji kapas, bunga mawar, pala, kencur dan
eugenol dari cengkeh. Dalam laboratorium, ekstraksi ini dapat dilakukan dengan
ekstraktor soxhlet dan ekstraksinya dikenal sebagai ekstraksi soxhlet. Prinsip dari
ekstraksi soxhlet adalah minyak dan pelarut dipisahkan dengan cara destilasi.
Selain ekstraksi, dalam ekstraktor soxhlet melalui tahap-tahap evaporasi,
kondensasi dan pengekstraksian. Campuran yang diperoleh dipisahkan dari pelarut
dengan evaporator vakum, kemudian zat hasil yang berupa cairan ditimbang dan
ditentukan berat jenis minyak yang sudah diuapkan di bawah 103oC.
Metode ekstraksi lain yang lebih sederhana adalah maserasi. Ekstraksi
maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik
pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel,
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa
bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan
Data Pengamatan
1. Massa kertas saring kosong = ... gram
2. Massa (kertas saring + bahan) = ... gram
3. Massa bahan = ... gram
4. Massa ekstrak padat = ... gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 (𝑔)
5. Randemen hasil = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝑔)
Tugas
1. Catat semua pekerjaan dan pengamatan
2. Tulis yang rapi dan kumpulkan kopinya sebagai laporan.
DISTILASI SEDERHANA
Tujuan Percobaan
1. Mempraktekkan metode distilasi
2. Mempelari prinsip dasar distilasi
Dasar Teori
Distilasi merupakan salah satu cara pemurnian campuran berdasarkan
perbedaan titik didih, dimana campuran yang dipisahkan mempunyai perbedaan
tekanan uap. Prosesnya meliputi penguapan cairan melalui pemanasan dan
pendinginan uap di dalam kondensor. Dalam distilasi campuran akan terpisahkan
menjadi dua bagian, uap yang terembunkan disebut distilat yang kaya akan
komponen yang mudah menguap, dan cairan yang tertinggal disebut residu yang
kaya akan komponen yang lebih sukar menguap.
Proses distilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondensor
(pendingin), sehingga uap yang dihasilkan akan dikondensasikan kembali menjadi
cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh
senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.
Istilah distilasi sederhana umumnya berkaitan dengan pemisahan suatu
campuran yang terdiri dari dua atau lebih cairan melalui pemanasan. Ada 4 jenis
distilasi yang sering digunakan: distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi
uap, dan distilasi vakum. Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah
perbedaan titik didih yang cukup jauh dengan salah satu komponen yang dipisahkan
bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Distilasi fraksinasi merupakan
metode distilasi untuk memisahkan dua komponen atau lebih yang memiliki
perbedaan titik didih kurang dari 200C. Distilasi uap digunakan pada campuran
Tugas
1. Jelaskan prinsip kerja distilasi sederhana
2. Hitung massa ekstrak bahan alam yang sudah dipisahkan dari pelarutnya
ANGKA PENYABUNAN
Tujuan Percobaan
1. Memahami arti angka penyabunan.
2. Menentukan angka penyabunan suatu minyak
Dasar Teori
Minyak dan lemak adalah bahan organik produk alami yang banyak
diperlukan dalam kehidupan manusia. Secara kimia minyak dan lemak adalah
senyawa dari jenis dan golongan yang sama. Keduanya adalah ester dari gliserol
dan nama kimianya adalah trigliserida. Yang disebut minyak pada umumnya adalah
trigliserida yang pada suhu kamar berwujud cair, dan berasal dari tumbuhan.
Biasanya disebut sebagai minyak nabati. Sedangkan yang disebut lemak adalah
trigliserida yang pada suhu kamar berwujud padat dan umumnya berasal dari
binatang dan disebut sebagai minyak hewani. Perbedaan wujud fisik ini disebabkan
karena kerangka karbon dari sisa asam lemak sebuah trigliserida yang berasal dari
hewan tidak mengandung ikatan rangkap. Keadaan ini menyebabkan interaksi van
der Waals antar kerangka dalam satu molekul atau antar molekul dapat terjadi
secara lebih merata, dan lekuk-lekuk kerangka yang sama menyebabkan molekul-
molekul lemak tertata lebih rapi. Akibatnya bentuk fisik trigliserida jenuh seperti
lemak ini pada umumnya adalah padat. Sebaliknya pada trigliserida yang berasal
dari tumbuhan terdapat ketidak jenuhan pada kerangka karbonnya, yang dapat
menyebabkan kurang teraturnya susunan atau lay out molekul sehingga antaraksi
van der Waals pun menjadi lebih lemah. Minyak nabati pada umumnya berbentuk
cair.
Lemak dan minyak apabila dipanaskan dalam suasana alkali, akan
membebaskan asam lemak bebas dan gliserol. Adanya kelebihan basa akan beraksi
CH2CO2(CH2)nCH3 CH2OH
CHCO2(CH2)nCH3 + 3 OH– → CHOH + 3 CH3(CH2)nCOO–
CH2CO2 (CH2)nCH3 CH2OH
Trigliserida
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai Gliserol Sabun
hidrokarbon panjang yang ujungnya
bermuatan (sebagai ion). Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik.
Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik. Sabun mudah tersuspensi dalam air karena
membentuk misel yaitu sekelompok rantai hidrokarbon dengan ujung-ujung ionnya
menghadap ke air. Kegunaan sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Dalam percobaan ini akan
ditentukan angka penyabunan yaitu suatu angka yang menunjukkan jumlah mgr
KOH yang dibutuhkan untuk menghidrolisis satu gram lemak atau minyak. Angka
penyabunan ini digunakan untuk mengetahui berat molekul rata-rata lemak atau
minyak dan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk membuat sabun.
Alat dan Bahan
Alat:
1. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
2. Gelas piala 400 ml 1 buah
3. Labu takar 500 liter 1 buah
4. Set alat refluks
5. Buret 50 ml 1 unit
Bahan:
1. Kristal KOH
2. Etanol
Jurusan Teknik Kimia – Politeknik Negeri Malang 26
3. Minyak goreng
4. HCl
5. Na-Boraks
6. Indikator fenolphthalein
Prosedur
1) Buat larutan KOH dalam etanol dengan melarutkan 14 gram KOH
dalam 500 mL etanol (untuk semua kelompok).
2) Timbang 2 gram minyak dalam labu Erlenmeyer.
3) Tambahkan 25 mL larutan KOH dalam etanol ke dalam labu
Erlenmeyer tersebut.
4) Refluks campuran yang ada dalam Erlenmeyer dengan pendingin balik
selama 60 menit.
5) Buat larutan HCl 0,25 N sebanyak 1 L (untuk semua kelompok).
6) Standarisasi larutan HCl dengan Na-boraks dengan konsentrasi sama
dengan larutan yang akan distandarkan.
7) Dinginkan dan titrasi dengan HCl 0,25 N. Gunakan indikator PP (± 1
ml). Catat volume HCl yang diperlukan (a ml)
8) Lakukan titrasi larutan KOH dalam etanol (b ml)
9) Angka penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya mg KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak secara
sempurna
Perhitungan :
(𝑏 − 𝑎) × 𝑁𝐻𝐶𝑙 × 𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 1
𝑛𝐾𝑂𝐻 = 𝑛𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 𝑛𝐾𝑂𝐻
𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻 3
𝑚𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑛𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
Asam butirat
Asam Palmitat
Asam stearat
Asam Palmitoleat
Asam Oleat
Asam Linoleat
Asam Linolenat
2. Asam lemak manakah yang mendekati dengan hasil perhitungan berat molekul
asam lemak dari percobaan yang anda lakukan?
Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan arti bilangan asam suatu minyak/lemak
2. Menentukan bilangan asam suatu minyak/lemak
3. Menjelaskan pengertian asam lemak bebas
4. Menentukan kandungan asam lemak bebas dalam suatu minyak/lemak
Dasar Teori
a. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, yang dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak . Bilangan
asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
Apabila kandungan asam lemak bebas dalam jumlah kecil artinya minyak memiliki
mutu baik. Sebagian besar asam lemak terikat dalam bentuk ester atau bentuk
trigliserida. Asam lemak bebas yang besar bisa jadi berasal dari hidrolisa minyak
atau lemak, ataupun karena adanya proses pengolahan yang kurang baik. Makin
tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya.
Asam lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang terdapat
paling banyak dalam minyak tertentu. Dengan demikian asam lemak bebas berikut
ini dipakai sebagai tolok ukur jenis minyak tertentu:
Sawit
Inti sawit Laurat 200
Kelapa
Jagung
Kedele Linoleat 278
Kacang, dll.
O
O dst
O interaksi v.d.Waals (kuat)
dst O
O dst
O
trigliserida jenuh
O
O
O
O interaksi v.d.Waals (lemah)
O
Prosedur
a. Penentuan Bilangan Asam
1) Timbang ± 5 gram lemak atau minyak, masukkan ke dalam elenmeyer asah,
dan tambahkan 20 mL etanol netral 95% . sambungkan dengan kondensor,
panaskan 30 menit dan dikocok kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak
bebasnya.
SINTESIS IODOFORM
Tujuan Percobaan
1. Dengan melakukan percobaan ini mahasiswa dapat membuktikan
reaktivitas hidrogen suatu senyawa karbonil dalam reaksi haloform.
2. Mampu menentukan pelarut yang paling umum digunakan untuk
rekristalisasi
Dasar Teori
Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang
farmasi sebagai desinfektan dan antiseptik. Iodoform merupakan senyawa kimia
yang dapat disentesis berdasarkan reaksi halogenasi, dengan bahan dasar Iodium
yang direaksikan dengan aseton yang menggunakan bantuan natrium hidroksida
sebagai katalisator.
Iodoform adalah kristal yang stabil, zat padat yang berwarna kuning,
iodoform yang murni mempunyai titik leleh 119 C dan mempunyai bau yang khas.
Hanya sedikit larut dalam air dan dari sifat ini maka iodoform yang meskipun
jumlahnya hanya sedikit dapat dipisahkan larutannya dalam air. Natrium
hipobromit dan natrium hipoklorit dapat juga mengalami reaksi haloformasi
menghasilkan bromoform dan kloroform.
Reaksi :
O O
(1) H3C-C-CH3 + NaOI H3C-C-CI3 + NaOH
O O
(2) H3C-C-CI3 + NaOH H3C-C-ONa + CHI3
Refluks adalah metode pencampuran senyawa-senyawa yang dilakukan
dengan pemanasan dalam labu alas bulat pada tabung refluks yang dilengkapi
Prosedur
a. Sintesis Iodoform
1) Tempatkan 6 gram KI dalam 100 ml air pada erlenmeyer 250 ml
2) Tambahkan 2 ml aseton.
b. Rekristalisasi hasil:
1) Tempatkan iodoform dalam labu bundar 100 ml yang dilengkapi dengan
kondensor,
2) Tambahkan 10 ml etanol 95%
3) Panaskan diatas penangas air sampai mendidih,
4) Tambahkan lagi etanol sedikit demi sedikit melalui kondensor sampai
seluruh iodoform larut.
5) Selama masih panas saring larutan melalui kertas saring kedalam gelas
piala.
6) Dinginkan filtrat dalam air es.
7) Saring iodoform yang didapat dengan corong Buchner,
8) Keringkan di udara, tentukan titik lelehnya.
Data Pengamatan:
Iodoform yang dihasilkan merupakan kristal berwarna kuning
• Kristal yang didapat = ... gram
• Titik leleh iodoform = ... oC
• Hasil yang harus didapat (teoritis) = ... gram
• Titik leleh menurut literature = ... oC
3. Larutan HCl
a. Untuk membuat 10 liter larutan HCl dalam berbagai normalitas dapat
dilihat pada daftar di bawah ini
Normalitas Volum HCl pekat (ml) dilarutkan menjadi 10 lt
0,01 8,9
0,02 17,8
0,05 44,5
0,10 89,0
0,50 445,0
1,00 890,0
Catatan:
Oleh karena NaOH pellet sangat higroskopis sehingga kondisinya yang
stabil sukar dipertahankan, maka lebih mudah untuk menyiapkan larutan
NaOH dari larutan NaOH jenuh. Larutan jenuh NaOH mempunyai berat
jenis 1,53 dan mengandung 50,1% NaOH. Untuk mengukur larutan jenuh
NaOH digunakan gelas ukur, dan jangan sekali-kali menyedot larutan
tersebut melalui pipet dengan mulut.
b. Standardisasi larutan NaOH 0,1N
- ditimbang dengan teliti ± 0,1 gram asam oksalat (C2H2O4.2H2O) Mr =
126, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan
akuades 25 ml. setelah larut ditambah 2-3 tetes indikator pp dan dititrasi
dengan NaOH yang akan distandardisasi sampai warna merah jambu.
Perhitungan Normalitas NaOH dari rata-rata 3 × ulangan titrasi
2 × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 =
0,126 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
- Larutan NaOH harus disimpan dalam botol tertutup (lebih baik kalau
dilengkapi dengan alat penyaring CO2)
6. Bromothymol Blue (BTB)
BTB sebanyak 1 gram dilarutkan dalam 75 mL etanol 50% dan ditambah
alcohol 50% sampai volume menjadi 100 ml.
A : 25
Volume lart. (ml) Bromine yang digunakan = 800 × ————
B:5