Makalah Praktikum Iut Kel 6 Finish

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS ILMU USAHATANI KOMODITI WORTEL

(Studi Kasus: Desa Surbakti, Kec. Simpang Empat, Kab. Karo, Prov. Sumatera

Utara)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU USAHATANI

OLEH:

KELOMPOK 6

TIO OCTAVIA HUTAPEA (220304071)

DWI SUCI RAMADHANI LUBIS (220304116)

HENA ULAN SALSABILA BR BARUS (220304118)

RIBKA fATRICIA SIMANJUNTAK (220304120)

ANGEL RIVANA (220304152)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang ada di Indonesia. Sektor
pertanian sangat strategis sebagai basis ekonomi rakyat pedesaan, menguasai hajat hidup
sebagian besar penduduk, menyerap tenaga kerja dan memberikan kontribusi sebesar 12,
40% (2022) dari PDB nasional. Apabila pertanian dianggap sebagai sumber kehidupan dan
lapangan kerja maka sebaiknya diperjelas arti pertanian itu sendiri. Pertanian dapat
mengandung dua arti yaitu (1) dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam
dan (2) dalam arti luas diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut proses produksi untuk
menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang dapat berasal dari tumbuhan maupun
hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak (reproduksi) dan
mempertimbangan faktor ekonomis. Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor yang
meliputi tanaman bahan makanan, peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan
holtikultura.

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi
untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Salah satu tanaman
hortikultura yang banyak dibudidayakan adalah wortel. Wortel memiliki kandungan gizi yang
tinggi, seperti karoten dan antioksidan yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit yang
menyerang tubuh. Selain itu, wortel juga dapat menjadi asupan sehat di berbagai jenis
makanan. Oleh karena itu, produksi wortel sebagai komoditi hortikultur di Indonesia sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Wortel merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki potensi untuk
dikembangkan dan menjadi peluang usaha bagi petani. Dengan memahami cara
membudidayak wortel dan mengetahui pasar, petani dapat menciptakan peluang bisnis yang
lebih menjanjikan. Wortel juga salah satu produk tanaman hortikultura yang potensial untuk
dikembangkan di kembangkan di berbagai daerah. Salah satu daerah yang memiliki potensial
dalam mengembangkan tanaman wortel yaitu daerah Kabupaten Karo tepatnya di Desa
Surbakti, Kec. Simpang Empat, Kab. Karo. Menurut data dari BPS tahun 2020 sampai
dengan 2022, usahatani wortel merupakan usahatani yang produksinya tertinggi
dibandingkan dengan usahatani sayuran lain di Kecamatan Simpang Empat. Produksi wortel
mencapai 29.919 Ton pada tahun 2020, 34.349 Ton pada tahun 2021 dan 43.708 Ton pada
tahun 2022. (BPS KABUPATEN KARO, 2023).
Dalam usahatani wortel, pada umumnya petani menggunakan faktor produksi secara
berlebihan dengan harapan akan memperoleh hasil yang maksimal. Padahal penggunaan
faktor produksi yang berlebihan akan meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya akan
mengurangi pendapatan usahatani jika tambahan biaya yang dikeluarkan lebih tinggi daripada
tambahan penerimaan karena di dalam pertanian dikenal dengan hukum Kenaikan Hasil yang
Semakin Berkurang (The Law of Deminishing Return). Oleh karena itu, dalam kegiatan
observasi usahatani komoditi wortel kali ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya dan
pendapatan usahatani wortel seorang petani dan untuk menganalisis apakah usaha tani yang
dilakukan petani sudah efisien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Wortel (Daucus carota L.) adalah jenis tanaman sayur umbi yang sifatnya tanaman
semusim (annual). Wortel digolongkan sebagai tanaman semusim karena siklus hidupnya
hanya sekali dan kemudian tumbuhannya mati dan tidak dapat berproduksi lagi, kecuali
ditanam ulang. Tanaman wortel berumur pendek, siklus hidupnya berkisar 70-120 hari.
Tanaman wortel berbentuk semak (perdu) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30
cm – 100 cm atau lebih, tergantung jenis dan varietasnya. Tanaman wortel dapat tumbuh
optimal daerah beriklim dingin atau berada di daerah pengunungan dengan ketinggian
1200 meter daiatas permukaan laut (mdpl). Wortel merupakan salah satu pangan berjenis
umbi-umbian, cadangan makanan pada wortel terletak pada umbi akarnya, itulah sebabnya
bagian yang dapat dikonsumsi berada pada bagian umbi akar pada wortel.

Menurut Cahyono, (2006) varietas wortel dibedakan atas 3 jenis, diantaranya yang
pertama adalah Imperator, wortel jenis ini bentuk umbinya bulat panjang dengan bagian
ujung yang runcing. Kemudian yang kedua adalah wortel tipe Chantenay, bentuk umbinya
bulat dan panjang dengan ujung yang tumpul, rasnya manis dan sangat disukai konsumen.
Dan yang ketiga adalah wortel tipe Nantes, brntuk umbinya bulat pendek dengan ukuran
yang tidak terlalu panjang. Ada beberapa macam varietas wortel, tetapi hanya dua macam
yang ditanam dia Indonesia (Devi, 2018).

Biaya adalah semua yang dikeluarakan petani untuk memperoleh input (faktor
produksi) guna menghasilkan output ( hasil produksi/produk). Dengan kata lain, biaya
usahatani wortel merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan produksi wortel. Menurut Suratiyah (2008) biaya adalah nilai korbanan yang
dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Biaya usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah
pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga kerja, dan intensitas
pengolahan usahatani. Biaya adalah total pengeluaran dalam bentuk uang yang digunakan
untuk menghasilkan suatu produk selama satu periode (Gumilar, 2022).

Dalam usahatani, biaya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak habis dipakai dalam satu
kali proses produksi dan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksinya. Jadi, besarnya
biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh
biaya tetap antara lain adalah sewa lahan, pajak, alat pertanian, dan lain-lain.
b. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang habis dipakai dalam satu
kali proses produksi. Jadi, besar kecilnya biaya ini dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh, sehingga jumlahnya berubah-ubah, tergantung besar kecilnya produksi
yang diinginkan. Contoh biaya variabel antara lain adalah tenaga kerja, pupuk,
bibit, pestisida, dan lain-lain. Kemudian, jumlah keseluruhan antara biaya total
dengan biaya variabel dinamakan sebagai Biaya Total.
Produksi adalah kegiatan yang menghasilkan suatu produk. Dalam kegiatan
usahatani wortel, dapat dihasilkan atau diproduksi wortel dari input-input produksi yang
dikorbankan. Produksi memiliki arti aktivitas untuk memahami manfaat dari suatu barang
maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan khalayak umum. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa seluruh kegiatan yang menambah kegunaan dari suatu barang dapat
dikatakan sebagai proses produksi (Rahmadhani, 2021). Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi produksi di dalam usahatani adalah lahan, tenaga kerja, modal, benih,
pupuk, dan pestisida.

Penerimaan dalan usahatani merupakan total pemasukan yang diterima oleh


produsen atau petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan kemudian
menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan selama
produksi. Penerimaan juga sering disebut dengan pendapatan kotor petani, karena jumlah
penerimaan tersebut belum dikurangi dengan biaya-biaya yang dia keluarkan untuk proses
produksi. Dengan kata lain, penerimaan atau (TR) adalah banyaknya produksi total
dikalikan dengan harga penerimaan total (Purnamasari, 2019).

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi. Jadi, pendapatan merupakan penghasilan bersih yang
diterima oleh petani. Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi. Adapun fungsi dari pendapatan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan
kegiatan usahatani selanjutnya (Devi, 2018).

Analisis kelayakan dalam usahatani adalah upaya untuk mengetahui tingkat


kelayakan atau pantasnya sebuah usahatani dipertahankan. Kelayakan menunjukkan
kepada petani seberapa lama sebuah usahatani itu kiranya dapat bertahan jika dikerjakan.
Analisis kelayakan usahtani dilakukan dengan melihat beberapa parameter atau kriteria
kelayakan tertentu. Dengan demikian, suatu usahatani dikatakan layak apabila hasil yang
diperoleh dapat menutupi seluruh biaya-biaya yang diakeluarkan, baik biaya tetap maupun
variabel. Jadi, jangan sampai terjadi suatu pembiayaan diluncurkan tanpa ada analisis
kelayakan. Maka dari itu jika suatu usaha tidak layak, khususnya ditinjau dari segi
ekonomi tetap dibiayai, maka resiko yang akan timbul adalah kemacetan usaha akibat dari
kerugian (Devi, 2018).

Untuk menganalisis kelayakan suatu usahatani, adapun kriteria pengambilan


keputusan adalah sebagai berikut :

o Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan


lebih besar dari biaya.
o b) Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan
lebih kecil dari biaya.
o c) Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama
dengan biaya. Dimana pada peristiwa tersebut, petani tidak merugi maupun
mendapatakan laba. Hal ini disebut Break Event Point.
2.2 Penelitian Terdahulu dari Jurnal
Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan kajian terdahulu atau penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Adapun tujuan dari pemaparan kajian
terdahulu ini adalah untuk menentukan posisi penelitian serta menjelaskan perbedaanya.
Selain itu penelitian terdahulu ini sangat berguna untuk perbandingan. Dengan demikian
penelitian yang peneliti lakukan ini benar-benar dilakukan secara orisinil. Penelitian
terdahulu dimaksud adalah penelitian yang dilakukan oleh Dedi Kusbiantoro pada
Desember 2022 dengan mengambil judul “Pendapatan Usahatani Wortel Di Desa
Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten karo”.

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah produktivitas petani wortel
yang ada di Desa Surbakti belum maksimal dan harga wortel tidak menentu, hal ini yang
mempengaruhi produktivitas dan pendapatan yang di peroleh oleh petani. Populasi dalam
penelitian ini adalah petani wortel yang ada di Desa Surbakti. Penelitian ini menggunakan
10eknik purposive sampling dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan sekunder.
Metode penelitian menggunakan data yang yang diperoleh dari hasil wawancara
kepada petani. Analisis data menggunakan analisis pendapatan dan analisis R/C ratio.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian Dedi Kusbiantoro adalah :
 Pendapatan rata-rata usahatani wortel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Karo adalah sebesar Rp. 14.996.308,4/ha/MT. Total biaya rata-
rata yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani adalah sebesar Rp.
11.439.494,68/ha/MT. Rata-rata penerimaan dalam usahatani wortel adalah sebesar
Rp. 26.435.803,5B/ha/MT. Hal ini berarti usahatani wortel di Desa Surbakti masih
menguntungkan karena penerimaan petani masih dapat menutupi total biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi usahatani wortel tersebut.
 R/C ratio pada usahatani wortel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo adalah sebesar 2, 31 yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan
petani wortel akan menghasilkan pendapatan sebesar 2, 31 rupiah. Dengan
demikian usahatani wortel tersebut efesien untuk dijalankan.
 Pendapatan usahatani wortel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo diharapkan petani agar dapat lebih memperhatikan usahatani
wortelnya terutama pada manajemen usahataninya, sehingga diharapkan usahatani
di Desa Surbakti tersebut lebih efektif dan efesien.
Alasan peneliti menggambil kajian terdahulu dari saudara Dedi Kusbiantoro,
dikarenakan adanya kesamaan antara yang dilakukan beliau dan penelitian ini yaitu :
 Objek yang diteliti adalah komiditi wortel yang ada di Desa Surbakti, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo.
 Jenis dan metode pendekatan penelitian yang digunakan sama-sama dengan
wawancara kepada petani dan menganalisis R/C ratio.
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut :

 Pada penelitian saudara Dedi Kusbiantoro menghitung biaya bibit, sedangkan


penelitian kami tidak menghitung biaya bibit karena bibit milik sendiri. Bibit
yang digunakan Bapak Oktavianta hasil tanam sendiri dan dikenal dengan
varietas wortel Berastagi.
 Pada penelitian saudara Dedi Kusbiantoro, petani sebagai objek harus
membayar sewa lahan, sedangkan Bapak Oktavianta yang merupakan objek
kami tidak membayar sewa lahan. Lahan yang digunakan merupakan hasil
warisan dari orangtua beliau.
 Harga jual komoditi wartel saat ini lebih tinggi dibandingkan harga jual pada
tahun dilaksanakannya penelitian saudara (2022). Hal ini menyebabkan
perbedaan harga yang berbeda dengan data yang di lampirkan.
Sebagaimana yang kami jelaskan di awal bahwa dengan adanya penelitian terlebih
dahulu ini, dimaksudkan untuk memperjelas posisi penelitian yang peneliti lakukan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Break Even Point (BEP) atau titik impas


Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah titik di mana pengusaha atau
produsen tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. Titik impas digunakan untuk
mempelajari hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, dan rugi laba.

3.2 BEP Produksi


BEP Produksi, dinyatakan dengan rumus :
FC
BEP Produksi=
p−AVC

Keterangan ; AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp/MT)

3.3 BEP Harga


BEP harga, dinyatakan dengan rumus :
TC
BEP Harga=
Q

Hasil analisis BEP akan menunjukkan tingkat penerimaan, produksi, dan harga di mana
produsen atau pengusaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian

3.4 R/C Ratio (Revenue-Cost Ratio)


R/C Ratio merupakan rasio atau nisbah antara penerimaan total dan biaya produksi
total yang secara matematis dinyatakan dengan rumus :
R TR
ratio=
C TC

Usaha atau bisnis dinyatakan layak (feasible) jika R/C Ratio > 0. Jika R/C Ratio < 0
usaha atau bisnis dinyatakan tidak layang, sedangkan jika R/C Ratio = 0 usaha dinyatakan
impas. Semakin besar nilai R?C Ratio maka usaha atau bisnis akan semakin menguntungkan,
sebab penerimaan yang diperoleh produsen dari setiap pengeluaran biaya produksi sebesar 1
unit akan semakin besar (Fitriadi dan Nurmalina, 2008).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

I. Identitas Petani
a. Nama kepala keluarga : Oktavianta Surbakti
b. Umur : 32 tahun
c. Pendidikan formal : STM
d. Tempat tinggal
• Desa : Surbakti
• Kecamatan : Simpang Empat
• Kabupaten/kota : Karo
• Provinsi : SumatraUtara
e. Mata pencaharian
• Utama : Petani
• Sampingan :-
f. Daerah asal : Bogor
g. Suku : Karo
h. Lama Bertani : 14 tahun
II. Susunan Keluarga
Status belum menikah

III. Karakteristik Usaha


1. Status kepemilikan lahan : Milik sendiri
2. Luas lahan total yang digunakan
 Milik sediri : 2700 m
 Modal berasal dari : Warisan
 Komoditas apa saja yang ditanam : Wortel
3. Komoditas yang diusahakan : Wortel

1. Jenis bibit yang digunakan:

a. Bibit lokal, varietas : Berastagi


2. Sumber bibit:
a. Disediakan sendiri.
3. Jarak tanam yang digunakan: 7cm x 7cm
4. Apakah pernah areal pertanaman tersebut diserang hama
penyakit? Jika ada, apa jenis hama dan penyakit yang
menyerang areal pertanaman?
Dari informasi yang telah kami dapatkan melalui petani,
tanaman tidak diserang oleh hama dan penyakit, tetapi tetap
digunakan pestisida sebagai tindak pencegahan
IV. Biaya Tetap / Musim Tanam
Uraian Jlh Nilai Nilai Umur Jlh Biaya
Beli Sisa Ekonomis (Rp)
1. Alat-alat
pertanian
- Pompa air 1 Rp 500.000 Rp 50.000 5 tahun 500.000
2. PBB/ - - - - 50.000/tahun
sewa lahan

Jumlah 550.000
V. Biaya Variabel

A. Biaya Tenaga Kerja / Musim Tanam

Tenaga Kerja Yang Dibutuhkan


Waktu… Dalam Keluarga Luar Keluarga
N Kegiatan
s/d… P/W/Anak Nilai P/W/Anak Nilai (Rp)
o
(HKP) (Rp) (HKP)
1 Memperisapkan 8 jam - - 5 Pria 900.000
Lahan
2 Mempersiapkan - - - - -
bibit (Persemaian)
3 Pengolahan Tanah 8 jam - - 1 Pria 1.200.000
4 Penanaman 8 jam - - 3 Pria & 2 900.000
Wanita
5 Penyiangan: 8 jam - - 5 Pria & 5 1.000.000
I: 45 hari Wanita
6 Pemupukan 2 jam 1 - - -
I: 45 hari
7 Pemberantasan 2 jam 1 - - -
Penyakit
8 Panen - - - - -
9 Pengolahan Hasil - - - - -
Jumlah 4.000.000
B. Biaya Sarana Produksi / Musim Tanam
Uraian Satuan Jlh Harga Total
(Rp) Biaya (Rp)
1. Bibit - - - -
2. Pupuk
a. NPK kg 25 17.000 425.000
b. PxB kg 25 13.000 325.000
c. Agil ml 250 90.000 90.000
d. Zenicore kg 0,1 67.000 67.000
3. Insektisida
a.ZPT ml 250 85.000 85.000
4.Fungisida
a.Antracol kg 1 118.000 18.000
Sewa Traktor 2 3.240.000 6.480.000
Jumlah 7.490.000

VI. Produksi
Jumlah Produksi/musim tanam : 10 ton (10.000 kg)
Harga Produksi : Rp 7.000/kg

No Uraian Nilai (Rp)

Penerimaan - Rp 70.000.000
1 Biaya-Biaya
a. Biaya Tetap -Rp 550.000
b. BiayaVariabel -Rp 11.490.000

Pendapatan -Rp 57.960.000

FC 550.000
𝑩𝑬𝑷 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 = = = 94,001
p− AVC 7.000−5.851
TC 12.040.000
𝑩𝑬𝑷 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 = = = 1.204
Q 10000
TR 70.000.000
𝑹/𝑪 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 (𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 − 𝑪𝒐𝒔𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐) = = = 5 , 81
TC 12.040.000
4.2 Pembahasan
Oktavianta Surbakti merupakan salah satu petani wortel yang ada di desa
Surbakti, Kec. Simpang Empat, Kab. Karo Sumatera Utara. Bapak Oktavianta
Surbakti sendiri berusia 32 tahun dan memiliki pendidikan terakhir STM. Beliau
berasal dari Bogor dan dari suku karo. Bapak Syahputra sudah bertani selama 14
tahun. Beliau memiliki tanah dengan luas 2700 m yang ditanami wortel, dimana
bibit yang akan digunakan adalah bibit lokal, varietas berastagi. Bibit wortel
tersebut akan di tanam di bedengan dengan jarak tanam 7 cm x 7 cm. Tanaman
wortel tersebut akan panen dalam jangka waktu 90-100 hari, hal ini sesuai dengan
pernyataan Devi (2018), dimana wortel merupakan tanaman semusim karena
siklus hidupnya hanya sekali, berumur pendek,siklus hidupnya berkisar 70-120
hari.

Dalam usahatani wortel, Bapak Oktavianta mengeluarkan biaya-biaya


yang dikorbankan untuk usahataninya, diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari alat-alat pertanian dan PBB/sewa lahan.
Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja, dan biaya sarana
produksi per musim tanamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gumilar (2022),
yaitu dalam usahatani, biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu; biaya tetap (fixed
cost) dan biaya variabel (variable cost).

Dari budidaya wortel di lahan dengan luas 2700 m, didapatkan produksi


(Q) yaitu 10 ton yang dimana harga produksi sebesar Rp 7.000/kg. produksi
tersebut dapat bertambah atau berkurang dipengaruhi oleh bibit yang digunakan,
luas lahan, modal, tenaga kerja, pupuk, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan
pernyatan Rahmadani (2021), yang menyatakan bahwa dalam kegiatan usahatani
wortel, dapat dihasilkan atau diproduksi wortel dari input-input produksi yang
dikorbankan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi produksi di dalam
usahatani adalah lahan, tenaga kerja, modal benih, pupuk, dan pestisida.

Jumlah produksi wortel yang didapat, yaitu 10 ton dan harga jual per kilo
adalah Rp 7.000, maka Bapak Oktavianta Surbakti mendapatkan penerimaan
sebesar Rp 70.000.000,00. Disebut sebagai penerimaan atau pendapatan kotor
karena belum dikurangi biaya input atau biaya yg dikeluarkan selama produksi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnamasari (2019) yaitu penerimaan juga
sering disebut dengan pendapatan kotor petani, karena jumlah penerimaan
tersebut belum dikurangi dengan biaya-biaya yang dia keluarkan untuk proses
produksi. Dengan kata lain, penerimaan (TR) adalah banyaknya produksi total
dikalikan dengan harga penerimaan total.

Untuk mencari jumlah pendapatan dari Bapak Oktavianta Surbakti, dapat


dilihat dari penerimaan dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel, maka setelah dikurang,
hasil pendapatan bersih yaitu Rp 57.960.000,00. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Devi (2018), yang menyatakan pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Jadi, pendapatan merupakan penghasilan bersih yang diterima oleh petani.

Untuk melakukan suatu usahatani, perlu dilihat apakah usahatani tersebut


layak dilakukan atau apakah usaha tersebut menjanjikan keuntungannya. Dengan
kata lain, usaha tersebut haruslah dapat dipertahankan, dan hasilnya dapat
menutupi biaya-biaya produksi. Adapun kelayakan suatu usahatani dapat dilihat
dengan menghitung BEP produksi, BEP harga, dan R/C yaitu rasio antara
penerimaan total dan biaya total. Dari data yang ada, makan didapatkan BEP
harga 1.204, BEP produksi 94,001 dan R/C 5,81. Sesuai dengan kriteria kelayakan
usahatani, dapat disimpulkan bahwa usahatani wortel oleh Bapak Oktavianta
Surbakti layak karena R/C > 1, dimana usahatani mengalami keuntungan karena
total penerimaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Devi (2018), yang menyatakan untuk menganalisis kelayakan suatu
usahatani, adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih
besar dari biaya; Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena
penerimaan lebih kecil dari biaya ;Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami
impas karena penerimaan sama dengan biaya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dalam mengelola usahatani wortel, ada beberapa cara yang dilakukan Bapak
Oktavianta Surbakti yaitu dengan mempersiapakan lahan, mempersiapkan bibit
(persemaian), pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan,
pemberantasan penyakit, panen dan pengolahan hasil.
2. Adapun total biaya variabel sebesar Rp 11.940.000,00 total biaya tetap sebesar Rp
550.000, dan total wortel yang dihasilkan dalam satu kali musim tanam adalah 10
ton (10.000 kg) serta dengan total penerimaan sebesar Rp 70.000.000 dengan harga
Rp 7.000 /kilogram.
3. Pendapatan yang didapatkan Bapak Oktavianta Surbakti adalah Rp
57.960.000 dalam satu kali musim tanam dengan luas lahan 2700 m.
4. Usahatani wortel yang dilakukan Bapak Oktavianta Surbakti masih
menguntungkan karena penerimaan petani masih dapat menutupi total biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi usahatani wortel tersebut.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan penyuluhan pertanian agar petani tahu apa penyebab wortel
retak sehingga usahatani yang dilakukan dapat meningkatkan pendapatan petani.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Fahmi Gumilar. 2022. Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Padi
Sawah ( Oriza Sativa L ). Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
Annisa. 2022. Karakter Morfologi Dan Fisiologi Baby Carrot (Daucus Carota L.) Pada
Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Jenis Pupuk Kandang Yang Ditanam
Secara Vertikultur. Program Kekhususan Agroteknologi Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nasional. Jakarta.

Devi, Sri. 2018. Analisis Usahatani Wortel Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia
Kabupaten Jeneponto. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Fitriadi, F., & R, N. (2008). Analisis Pendapatan dan PEmasaran Padi Organik Metode
System of Rice Intensification (SRI) : Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan
Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, 11 (1) : 94-103.

Kusbiantoro , D., Nasution, K., Hendrawan, D., Asbur, Y., & Purwaningrum, Y. (2022).
Pendapatan Usahatani Wortel Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Mamondol, M. R. (2016). Analisis Kelayakn Ekonomi Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Pamona Puselemba. Jurnal Envira.

Purnamasari, Yanti S. 2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan


Usahatani Wortel Di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Program Studi
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar.

Rahmadhani, Suci Nur (2021) Analisis Produksi Rengginang Ditinjau Dari Produksi
Dalam Islam (Studi Kasus pada Sentra Produksi Rengginang di Desa Kayunan,
Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri). Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Kediri. Kediri
LAMPIRAN

A. Kuesioner

I. Identitas Petani
1. Nama Kepala Keluarga : Oktavianta Surbakti
2. Umur : 32 tahun
3. Pendidikan Formal : STM
4. Tempat Tinggal
 Desa : Surbakti
 Kecamatan : Simpang Empat
 Kabupaten/kota : Karo
 Provinsi : Sumatra Utara

5. Mata Pencaharian
 Utama : Petani
 Sampingan :-

6. Daerah Asal : Bogor


7. Suku : Karo
8. Lama Bertani : 14 tahun

II. Susunan Keluarga


Status belum menikah

III. Karakteristik Usaha


1. Status kepemilikan lahan : Milik sendiri
2. Luas lahan total yang digunakan

 Milik sendiri : 2700 m


 Modal berasal dari : warisan
 Komoditas yang ditanam : wortel
 Komoditas yang diusahakan : wortel
3. Komoditi yang diusahakan : Wortel
1. Jenis bibit yang digunakan:

a. Bibit lokal, varietas : Berastagi

2. Sumber bibit :

a. Disediakan sendiri

3. Jarak tanam yang digunakan : 7cm x 7cm


4. Apakah pernah areal pertanaman tersebut diserang hama
penyakit? Jika ada, apa jenis hama dan penyakit yang menyerang
areal pertanaman?

Dari informasi yan telah kami dapatkan melalui petani, tanaman


tidak diserang oleh hama dan penyakit, tetapi tetap digunakan
pestisida sebagai tindak pencegahan

IV. Biaya Tetap / Musim tanam


Uraian Jumlah Nilai Beli Nilai Sisa Umur Jumlah Biaya
Ekonomis (Rp)
1. Alat-alat
pertanian
- Pompa air 1 Rp 500.000 Rp 50.000 5 tahun 500.000
2. PBB/ sewa lahan - - - - 50.000/tahun

Jumlah 550.000

V. Biaya Variabel
a. Biaya Tenaga Kerja/ Musim Tanam
Tenaga Kerja Yang Dibutuhkan
Waktu Dalam Keluarga Luar Keluarga
No Kegiatan
S/D P/W/Anak Nilai P/W/Anak Nilai
(HKP) (Rp) (HKP) (Rp)
1. Mempersiapkan 8 jam/hari - - 5 pria 900.000
Lahan
2. Mempersiapkan - - - - -
bibit (Persemaian)
3. Pengolahan Tanah 8 jam/hari - - 1 pria 1.200.000
4. Penanaman 8 jam/hari - - 3 pria & 2 wanita 900.000
5. Penyiangan : 8 jam/hari - - 5 pria & 5 wanita 1.000.000
I : 45 hari
6. Pemupukan : 2 jam/hari 1 pria - - -
I : 45 hari
7. Pemberantasan 2 jam/hari 1 pria - - -
Penyakit
8. Panen - - - - -
9. Pengolahan Hasil - - - - -

Jumlah 4.000.000

b. Biaya Sarana Produksi/ Musim Tanam


Uraian Satuan Jlh Harga Total
(Rp) Biaya (Rp)
1. Bibit - - - -
2. Pupuk
a. NPK kg 25 17.000 425.000
b. PxB kg 25 13.000 325.000
c. Agil ml 250 90.000 90.000
d. Zenicore kg 0,1 67.000 67.000
3. Insektisida
a.ZPT ml 250 85.000 85.000
4.Fungisida
a.Antracol kg 1 118.000 18.000
Sewa Traktor 2 3.240.000 6.480.000
Jumlah 7.490.000

VI. Produksi

Jumlah Produksi/musim tanam : 10 ton (10.000 kg)


Harga Produksi : Rp 7.000/kg

No Uraian Nilai (Rp)

1. Penerimaan - Rp 70.000.000
2. Biaya-Biaya
a. Biaya Tetap - Rp 550.000
b. BiayaVariabel - Rp 11.490.000

Pendapatan - Rp 57.960.000
B. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai