Makalah Praktikum Iut Kel 6 Finish
Makalah Praktikum Iut Kel 6 Finish
Makalah Praktikum Iut Kel 6 Finish
(Studi Kasus: Desa Surbakti, Kec. Simpang Empat, Kab. Karo, Prov. Sumatera
Utara)
OLEH:
KELOMPOK 6
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
2023
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang ada di Indonesia. Sektor
pertanian sangat strategis sebagai basis ekonomi rakyat pedesaan, menguasai hajat hidup
sebagian besar penduduk, menyerap tenaga kerja dan memberikan kontribusi sebesar 12,
40% (2022) dari PDB nasional. Apabila pertanian dianggap sebagai sumber kehidupan dan
lapangan kerja maka sebaiknya diperjelas arti pertanian itu sendiri. Pertanian dapat
mengandung dua arti yaitu (1) dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam
dan (2) dalam arti luas diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut proses produksi untuk
menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang dapat berasal dari tumbuhan maupun
hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak (reproduksi) dan
mempertimbangan faktor ekonomis. Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor yang
meliputi tanaman bahan makanan, peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan
holtikultura.
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi
untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Salah satu tanaman
hortikultura yang banyak dibudidayakan adalah wortel. Wortel memiliki kandungan gizi yang
tinggi, seperti karoten dan antioksidan yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit yang
menyerang tubuh. Selain itu, wortel juga dapat menjadi asupan sehat di berbagai jenis
makanan. Oleh karena itu, produksi wortel sebagai komoditi hortikultur di Indonesia sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Wortel merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki potensi untuk
dikembangkan dan menjadi peluang usaha bagi petani. Dengan memahami cara
membudidayak wortel dan mengetahui pasar, petani dapat menciptakan peluang bisnis yang
lebih menjanjikan. Wortel juga salah satu produk tanaman hortikultura yang potensial untuk
dikembangkan di kembangkan di berbagai daerah. Salah satu daerah yang memiliki potensial
dalam mengembangkan tanaman wortel yaitu daerah Kabupaten Karo tepatnya di Desa
Surbakti, Kec. Simpang Empat, Kab. Karo. Menurut data dari BPS tahun 2020 sampai
dengan 2022, usahatani wortel merupakan usahatani yang produksinya tertinggi
dibandingkan dengan usahatani sayuran lain di Kecamatan Simpang Empat. Produksi wortel
mencapai 29.919 Ton pada tahun 2020, 34.349 Ton pada tahun 2021 dan 43.708 Ton pada
tahun 2022. (BPS KABUPATEN KARO, 2023).
Dalam usahatani wortel, pada umumnya petani menggunakan faktor produksi secara
berlebihan dengan harapan akan memperoleh hasil yang maksimal. Padahal penggunaan
faktor produksi yang berlebihan akan meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya akan
mengurangi pendapatan usahatani jika tambahan biaya yang dikeluarkan lebih tinggi daripada
tambahan penerimaan karena di dalam pertanian dikenal dengan hukum Kenaikan Hasil yang
Semakin Berkurang (The Law of Deminishing Return). Oleh karena itu, dalam kegiatan
observasi usahatani komoditi wortel kali ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya dan
pendapatan usahatani wortel seorang petani dan untuk menganalisis apakah usaha tani yang
dilakukan petani sudah efisien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Wortel (Daucus carota L.) adalah jenis tanaman sayur umbi yang sifatnya tanaman
semusim (annual). Wortel digolongkan sebagai tanaman semusim karena siklus hidupnya
hanya sekali dan kemudian tumbuhannya mati dan tidak dapat berproduksi lagi, kecuali
ditanam ulang. Tanaman wortel berumur pendek, siklus hidupnya berkisar 70-120 hari.
Tanaman wortel berbentuk semak (perdu) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30
cm – 100 cm atau lebih, tergantung jenis dan varietasnya. Tanaman wortel dapat tumbuh
optimal daerah beriklim dingin atau berada di daerah pengunungan dengan ketinggian
1200 meter daiatas permukaan laut (mdpl). Wortel merupakan salah satu pangan berjenis
umbi-umbian, cadangan makanan pada wortel terletak pada umbi akarnya, itulah sebabnya
bagian yang dapat dikonsumsi berada pada bagian umbi akar pada wortel.
Menurut Cahyono, (2006) varietas wortel dibedakan atas 3 jenis, diantaranya yang
pertama adalah Imperator, wortel jenis ini bentuk umbinya bulat panjang dengan bagian
ujung yang runcing. Kemudian yang kedua adalah wortel tipe Chantenay, bentuk umbinya
bulat dan panjang dengan ujung yang tumpul, rasnya manis dan sangat disukai konsumen.
Dan yang ketiga adalah wortel tipe Nantes, brntuk umbinya bulat pendek dengan ukuran
yang tidak terlalu panjang. Ada beberapa macam varietas wortel, tetapi hanya dua macam
yang ditanam dia Indonesia (Devi, 2018).
Biaya adalah semua yang dikeluarakan petani untuk memperoleh input (faktor
produksi) guna menghasilkan output ( hasil produksi/produk). Dengan kata lain, biaya
usahatani wortel merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan produksi wortel. Menurut Suratiyah (2008) biaya adalah nilai korbanan yang
dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Biaya usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah
pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga kerja, dan intensitas
pengolahan usahatani. Biaya adalah total pengeluaran dalam bentuk uang yang digunakan
untuk menghasilkan suatu produk selama satu periode (Gumilar, 2022).
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi. Jadi, pendapatan merupakan penghasilan bersih yang
diterima oleh petani. Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi. Adapun fungsi dari pendapatan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan
kegiatan usahatani selanjutnya (Devi, 2018).
Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah produktivitas petani wortel
yang ada di Desa Surbakti belum maksimal dan harga wortel tidak menentu, hal ini yang
mempengaruhi produktivitas dan pendapatan yang di peroleh oleh petani. Populasi dalam
penelitian ini adalah petani wortel yang ada di Desa Surbakti. Penelitian ini menggunakan
10eknik purposive sampling dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan sekunder.
Metode penelitian menggunakan data yang yang diperoleh dari hasil wawancara
kepada petani. Analisis data menggunakan analisis pendapatan dan analisis R/C ratio.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian Dedi Kusbiantoro adalah :
Pendapatan rata-rata usahatani wortel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Karo adalah sebesar Rp. 14.996.308,4/ha/MT. Total biaya rata-
rata yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani adalah sebesar Rp.
11.439.494,68/ha/MT. Rata-rata penerimaan dalam usahatani wortel adalah sebesar
Rp. 26.435.803,5B/ha/MT. Hal ini berarti usahatani wortel di Desa Surbakti masih
menguntungkan karena penerimaan petani masih dapat menutupi total biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi usahatani wortel tersebut.
R/C ratio pada usahatani wortel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo adalah sebesar 2, 31 yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan
petani wortel akan menghasilkan pendapatan sebesar 2, 31 rupiah. Dengan
demikian usahatani wortel tersebut efesien untuk dijalankan.
Pendapatan usahatani wortel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo diharapkan petani agar dapat lebih memperhatikan usahatani
wortelnya terutama pada manajemen usahataninya, sehingga diharapkan usahatani
di Desa Surbakti tersebut lebih efektif dan efesien.
Alasan peneliti menggambil kajian terdahulu dari saudara Dedi Kusbiantoro,
dikarenakan adanya kesamaan antara yang dilakukan beliau dan penelitian ini yaitu :
Objek yang diteliti adalah komiditi wortel yang ada di Desa Surbakti, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo.
Jenis dan metode pendekatan penelitian yang digunakan sama-sama dengan
wawancara kepada petani dan menganalisis R/C ratio.
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
METODE PENELITIAN
Hasil analisis BEP akan menunjukkan tingkat penerimaan, produksi, dan harga di mana
produsen atau pengusaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian
Usaha atau bisnis dinyatakan layak (feasible) jika R/C Ratio > 0. Jika R/C Ratio < 0
usaha atau bisnis dinyatakan tidak layang, sedangkan jika R/C Ratio = 0 usaha dinyatakan
impas. Semakin besar nilai R?C Ratio maka usaha atau bisnis akan semakin menguntungkan,
sebab penerimaan yang diperoleh produsen dari setiap pengeluaran biaya produksi sebesar 1
unit akan semakin besar (Fitriadi dan Nurmalina, 2008).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
I. Identitas Petani
a. Nama kepala keluarga : Oktavianta Surbakti
b. Umur : 32 tahun
c. Pendidikan formal : STM
d. Tempat tinggal
• Desa : Surbakti
• Kecamatan : Simpang Empat
• Kabupaten/kota : Karo
• Provinsi : SumatraUtara
e. Mata pencaharian
• Utama : Petani
• Sampingan :-
f. Daerah asal : Bogor
g. Suku : Karo
h. Lama Bertani : 14 tahun
II. Susunan Keluarga
Status belum menikah
Jumlah 550.000
V. Biaya Variabel
VI. Produksi
Jumlah Produksi/musim tanam : 10 ton (10.000 kg)
Harga Produksi : Rp 7.000/kg
Penerimaan - Rp 70.000.000
1 Biaya-Biaya
a. Biaya Tetap -Rp 550.000
b. BiayaVariabel -Rp 11.490.000
FC 550.000
𝑩𝑬𝑷 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 = = = 94,001
p− AVC 7.000−5.851
TC 12.040.000
𝑩𝑬𝑷 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 = = = 1.204
Q 10000
TR 70.000.000
𝑹/𝑪 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 (𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 − 𝑪𝒐𝒔𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐) = = = 5 , 81
TC 12.040.000
4.2 Pembahasan
Oktavianta Surbakti merupakan salah satu petani wortel yang ada di desa
Surbakti, Kec. Simpang Empat, Kab. Karo Sumatera Utara. Bapak Oktavianta
Surbakti sendiri berusia 32 tahun dan memiliki pendidikan terakhir STM. Beliau
berasal dari Bogor dan dari suku karo. Bapak Syahputra sudah bertani selama 14
tahun. Beliau memiliki tanah dengan luas 2700 m yang ditanami wortel, dimana
bibit yang akan digunakan adalah bibit lokal, varietas berastagi. Bibit wortel
tersebut akan di tanam di bedengan dengan jarak tanam 7 cm x 7 cm. Tanaman
wortel tersebut akan panen dalam jangka waktu 90-100 hari, hal ini sesuai dengan
pernyataan Devi (2018), dimana wortel merupakan tanaman semusim karena
siklus hidupnya hanya sekali, berumur pendek,siklus hidupnya berkisar 70-120
hari.
Jumlah produksi wortel yang didapat, yaitu 10 ton dan harga jual per kilo
adalah Rp 7.000, maka Bapak Oktavianta Surbakti mendapatkan penerimaan
sebesar Rp 70.000.000,00. Disebut sebagai penerimaan atau pendapatan kotor
karena belum dikurangi biaya input atau biaya yg dikeluarkan selama produksi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnamasari (2019) yaitu penerimaan juga
sering disebut dengan pendapatan kotor petani, karena jumlah penerimaan
tersebut belum dikurangi dengan biaya-biaya yang dia keluarkan untuk proses
produksi. Dengan kata lain, penerimaan (TR) adalah banyaknya produksi total
dikalikan dengan harga penerimaan total.
5.1 Kesimpulan
1. Dalam mengelola usahatani wortel, ada beberapa cara yang dilakukan Bapak
Oktavianta Surbakti yaitu dengan mempersiapakan lahan, mempersiapkan bibit
(persemaian), pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan,
pemberantasan penyakit, panen dan pengolahan hasil.
2. Adapun total biaya variabel sebesar Rp 11.940.000,00 total biaya tetap sebesar Rp
550.000, dan total wortel yang dihasilkan dalam satu kali musim tanam adalah 10
ton (10.000 kg) serta dengan total penerimaan sebesar Rp 70.000.000 dengan harga
Rp 7.000 /kilogram.
3. Pendapatan yang didapatkan Bapak Oktavianta Surbakti adalah Rp
57.960.000 dalam satu kali musim tanam dengan luas lahan 2700 m.
4. Usahatani wortel yang dilakukan Bapak Oktavianta Surbakti masih
menguntungkan karena penerimaan petani masih dapat menutupi total biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi usahatani wortel tersebut.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan penyuluhan pertanian agar petani tahu apa penyebab wortel
retak sehingga usahatani yang dilakukan dapat meningkatkan pendapatan petani.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Fahmi Gumilar. 2022. Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Padi
Sawah ( Oriza Sativa L ). Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
Annisa. 2022. Karakter Morfologi Dan Fisiologi Baby Carrot (Daucus Carota L.) Pada
Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Jenis Pupuk Kandang Yang Ditanam
Secara Vertikultur. Program Kekhususan Agroteknologi Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nasional. Jakarta.
Devi, Sri. 2018. Analisis Usahatani Wortel Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia
Kabupaten Jeneponto. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Fitriadi, F., & R, N. (2008). Analisis Pendapatan dan PEmasaran Padi Organik Metode
System of Rice Intensification (SRI) : Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan
Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, 11 (1) : 94-103.
Kusbiantoro , D., Nasution, K., Hendrawan, D., Asbur, Y., & Purwaningrum, Y. (2022).
Pendapatan Usahatani Wortel Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Mamondol, M. R. (2016). Analisis Kelayakn Ekonomi Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Pamona Puselemba. Jurnal Envira.
Rahmadhani, Suci Nur (2021) Analisis Produksi Rengginang Ditinjau Dari Produksi
Dalam Islam (Studi Kasus pada Sentra Produksi Rengginang di Desa Kayunan,
Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri). Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Kediri. Kediri
LAMPIRAN
A. Kuesioner
I. Identitas Petani
1. Nama Kepala Keluarga : Oktavianta Surbakti
2. Umur : 32 tahun
3. Pendidikan Formal : STM
4. Tempat Tinggal
Desa : Surbakti
Kecamatan : Simpang Empat
Kabupaten/kota : Karo
Provinsi : Sumatra Utara
5. Mata Pencaharian
Utama : Petani
Sampingan :-
2. Sumber bibit :
a. Disediakan sendiri
Jumlah 550.000
V. Biaya Variabel
a. Biaya Tenaga Kerja/ Musim Tanam
Tenaga Kerja Yang Dibutuhkan
Waktu Dalam Keluarga Luar Keluarga
No Kegiatan
S/D P/W/Anak Nilai P/W/Anak Nilai
(HKP) (Rp) (HKP) (Rp)
1. Mempersiapkan 8 jam/hari - - 5 pria 900.000
Lahan
2. Mempersiapkan - - - - -
bibit (Persemaian)
3. Pengolahan Tanah 8 jam/hari - - 1 pria 1.200.000
4. Penanaman 8 jam/hari - - 3 pria & 2 wanita 900.000
5. Penyiangan : 8 jam/hari - - 5 pria & 5 wanita 1.000.000
I : 45 hari
6. Pemupukan : 2 jam/hari 1 pria - - -
I : 45 hari
7. Pemberantasan 2 jam/hari 1 pria - - -
Penyakit
8. Panen - - - - -
9. Pengolahan Hasil - - - - -
Jumlah 4.000.000
VI. Produksi
1. Penerimaan - Rp 70.000.000
2. Biaya-Biaya
a. Biaya Tetap - Rp 550.000
b. BiayaVariabel - Rp 11.490.000
Pendapatan - Rp 57.960.000
B. Jurnal