Askep Retinoblastoma Semst 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

RETINOBLASTOMA

OLEH :

KELOMPOK 8

1. MARIA ANGGELIA FON


2. BOI LELIK
3. FRIDEMES DEMETRY TEFNAY
4. YUMIMA MARSELINA HUMAU

MATA KULIAH :KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS


DAN TERMINAL
KELAS/SEMESTER : A/V
PRODI : SI-ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAARANATHA


KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa ataas segala rahmat-Nya
sehingga askep ini dapat tersusun sampai dengan selesai. tidak lupa kami menguncapkan
terima kasih terdahap bantuan dari pihak yang telah berkontrabusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. kami sangat berharap semoga askep ini dapat
menambah pengetahuan dan pengelaman bagi paembaca. bahkan kami lebih jauh lagu agar
askep ini lebih bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan askep ini karena
keterbatasan pengetahuan kami.

kupang, oktober-09-2023

penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Tujuan...........................................................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum...........................................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus..........................................................................................................
1.3 Manfaat.........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................
2.1 Pengertian Retinoblastoma.........................................................................................
2.2 Anatomi Fisiologi.........................................................................................................
2.3 Etiologi..........................................................................................................................
2.4 Jenis/Derajat................................................................................................................
2.5 Patofisiologi..................................................................................................................
2.6 Woc...............................................................................................................................
2.7 Manifestasi Klinis........................................................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................
2.9 Penatalaksanaan .........................................................................................................
2.10 Komplikasi.................................................................................................................
2.11 Pencegahan.................................................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................
3.1 Pengkajian....................................................................................................................
3.2 Analisa Data.................................................................................................................
3.3 Intervensi......................................................................................................................
3.4 Implementasi................................................................................................................
3.5 Evaluasi.........................................................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak
berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak. 40 % penderita retinoblastoma
merupakan penyakit herediten. Retinoblastoma merupakan tumor yang bersifat autosomal
dominan dan merupakan tumor embrional.Sebagian besar penderita dengan retinoblastoma
aktif ditemukan pada usia 3 tahun, sedang bila terdapat binokuler biasanya terdapat pada usia
lebih muda atau 10 bulan. Retinoblastoma dapat ditemukan dalam bentuk yang regresi
terutama pada anak-anak. Pada saat terakhir ini terlihat kenaikan jumlah anak menderita
retinoblastoma di Indonesia. Kenaikan insiden tumor ini mungkin sekali akibat sudah
meningkatnya penerangan akan tumor pada anak, sehingga perang orang tua penderita lebih
cepat memeriksakan mata anaknya.
Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai umur
lima tahun. retinoblastoma merupakan salah satu bentuk keganasan/malignansi pada retina
bola mata yang biasanya terjadi sebelum anak berusia 5 tahun. angka kejadinya sekitar 1 dari
20.000 anak (Nina Astika, 2017).
1.2 .TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
agar mahasiswa keperawtan mampu mengetahui dan memahami penyakit
retinoblastoma
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Penyakit Retinoblastoma
2. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologi
3. Untuk Mengetahui Etiologi Dari Retinoblastoma
4. Untuk Mengetahui Jenis Retinoblastoma
5. Untuk Mengetahui Patofisiolog Retinoblastoma
6. Untuk Mengetahui Woc Retinoblastoma
7. Untuk Mengetahui Manifestasi Retinoblastoma
8. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Retinoblastoma

9. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan Retinoblastoma


10. Untuk Mengetagui Komplikasi Retinoblastoma
11. Untuk Mengetahui Penceghaan Retinoblastoma

1.2.3 MANFAAT

kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan paham
akan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien retinblastoma,sehinggga didunia
rumah sakit nantidapat menerapkan asuhan keperawatan ke pasien retinoblastoma
dengan tepat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Retinoblastoma adalah tumor endo-okuler pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. rata-rata usia klien
saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus-kasus bilateral.
beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilatera, dan tumor pada bagian mata yang
lain terdeteksi pada saat pemeriksan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksaklien dengan anestesi pada anak-anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya
pada usia dibawah satu tahun. (ganong William F,2018). retinoblastoma adalah kanker yang
menyerang retina. kanker tersebut terbentuk sel-sel di saraf retina yang tumbuh secara
abnormal dan membentuk tumor. sel kanker pada retinoblastoma umumnya berada di mata,
tetapi menyebar ke organ lain. retina sendiri merupakan jaringan saraf di belakang mata yang
fungsinya menerima dan merubah cahaya menjadi sinyal. sinyal tersebut kemuadian di
terjemahkan oleh otak hingga terbentuk objek yang terlihat mata. meski di alami oleh semua
kalangan usia, retinoblastoma umumnya menyerang anak-anak berusia di bawah tiga tahun.
penyakit ini pun memiliki peluang besar untuk sembuh apabila kanker dapat dideteksi lebih
awal. (Yuliana 2020).

2.2 ANATOMI FISIOLOGI

mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambar yang kontinu yang dengan segera di hantarkan ke otak.

mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur
dar mata itu sendiri atau bisa disebut dengan anatomi mata meliputi sklera, konjungtiva,
kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor agueus, serta humor vitreus yang
masing-masing memiliki fungsi atau kerjannya sendiri. mengenai struktur dan fungsi mata
dimana masing-masing dari struktur mata mempunyai fisiologi mata itu sendiri. berikut
struktur mata dan fisiologisnya :
 sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan
relatif kuat.
 konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
 kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
 pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
 iris : jaringan berwarna yang membentuk cincin, menggantung dibelakang kornea dan
didepan lensa ; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
 lensa : lapisan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata ; berfungsi
mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
 saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
 humor aques : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea ; di hasilkan oleh prosesus siliaris.
 humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. iris mengatur jumlah cahaya
yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. jika
lingkungan disekitar gelap, cahaya yang masuk akan lebih banyak, jika lingkungan di sekitar
terang, maka cahaya yang masuk lebih sedikit. ukuran pupil di kontrol oleh otot sfingter
pupil, yang membuka dan menutup iris. lensa terdapat dibelakang iris. dengan merubah
bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. jika mata memfokuskan pada objek yang
dekat, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. sejalan
dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuan untuk menebal menjadi
berkurang sehingga kemampuan untuk memfokuskan objek yang juga berkurang. keadaan ini
sebagai presbiopia.
bola mata terbagi menjadi dua bagian, masing-masing terisi oleh cairan :
1. segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang
merupakn sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. segmen anterior
sendiri terbagi menjadi dua bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai
iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). dalam keadaan normal,
humor aqueus di hasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil bilik masuk ke
posterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung
iris.
2. segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai retina, berisi
humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

2.3 ETIOLOGI

retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. namun dapat juga diklarifikasi
menjadi dua subkelompok yang berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan di turunkan atau
tidak di turunkan. kasus yang tidak diturunkan selalu selalu unilateral, sedangkan 90% kasus
yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral 10%. gen retinoblastoma (RBI) diisolasi dari
kromosom 13, 14 yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal.
penyebab adalah tidak terdapat gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung di turunkan.
kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang
merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. kanker bisa menyebar ke
kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan/nervus optikus).

2.4 JENIS/DERAJAT

a) menurut Reese-Ellsworth, retinoblastoma di golongkan menjadi :


1. golongan I
a. tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. tumor multiple tidak lebih 4dd, dan terdapat pada atau di belakang
ekuator.
2. golongan II
a. tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
b. tumor multiple dengan diameter 4-10 dd atau belakang ekuator.
3. golongan III
a. beberapa lesi di depan ekuator
b. tumor ada di depan ekuator dan tumor soliter berukuran 10 diameter
pupil.
4. golongan VI
a. tumor multiple sebagian besar 10 dd.
b. beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata.
5. golongan V
a. tumor masih mengenai lebih dari setengah retina.
b. penyebaran ke vitreous.

tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan


eksoftalmus kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita di sertai
nekrose di atasnya. menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan
berdasarkan tempat utama dimana retinoblatoma menyebar sebagai berikut :

1. derajat I intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. derajat II orbita
a. tumor orbita : sel-sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan
biopsi.
b. nervons optikus.

2.5 PATOFISIOLOGI

jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus
yang menyerupai endoftalmitis. jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui : nervus
optikus ke otak, sclera kejaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum
tulang melalui pembuluk darah. pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol kebadan kaca. di permukaan terdpat neovaskularisasi dan perdarahan. warna iris
tidak normal. penyebaran secara limfogen, ke kalenjer limfe preaurikuler dan submandibula
serta secara hematogen ke susmsum tulang dan visera, terutati.
2.6 WOC

Retinoblastoma

Bilateral 90% unilateral 10%

Tumor tidak terdapat gen


Penekan tumor
Derajat 1 Derajat II
intraokuler orbita glukoma
mata merah bola mata menjadi besar

mata juling benjolan berwarna kuning tajam penglihatan

Nyeri kebutaan menurun

nyeri kronis gangguan presepsi sensori

Resiko cederah
2.7 TANDA DAN GEJALA
a. tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling, atau terdapat warna iris
yang tidak normal.
b. bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
c. bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
d. tajam penglihatan sangat menurun.
e. nyeri.
f. pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan
kaca terlihat benjolan berwarna putih berkuning-kuningan drngan pembuluh darah
diatasnya.
g. bisa terjadi kebutaan.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan


metastase keluar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
 elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.
 elekro-okulogram (EOG), berguna mencatat atau mengukur berbagai potensial pada
kornea-retina.
 visual evoked respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perbedaan
rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat di ketahui adanya gangguan
rangsangan/penglihatan pada seseorang.

2.9 PENATALAKSANAAN

a. Pembedahan
enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
pemasangan bola mata paslsu dilakukan beberapa minggu setelah prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. bagaimanapun apabila edukleasi dilakukan pada kedua
tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan
orbita. bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlihat cukup parah, pendekatan
konservatif mungkin bisa diambil.
eduklasia dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga anterior, atau terjadi
rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat di evaluasi karena katarak atau
gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. enuklasi dapat di tunda atau
ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokuler. massa
orbita harus di hindari. pembedahan intraocular seperti virektomi, adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps oerbita.
b. eksternal beam radiotherapy (EBRT)
retinoblastoma merupaka tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi
efektif lokal untuk kasus ini. EBRT menggunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45
Gy dengan pemecahan konvesional yang meliputi seluruh retina. pada bayi mudah di
bawa ke anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang
erat antara dokter ahli mata dan radioterapi untuk membuat perencanaan.
c. radioterapi plaque
radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 sekarang makin sering
digunakan untuk mengobati retinoblastoma. cara itu biasanya digunakan untuk tumor
yang ukuran kecil sampai sedang.
d. Kryo atau fotokoagulasi
cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat
diambil. cara sudah secara luas digunakan dan dapat di ulang beberapa kali sampai
kontrol lokal terapi.

2.10 KOMPLIKASI
 Ablasi Retina
 Perdarahan Dalam Bola Mata
 Glaukoma
 Peradangan Jaringan Bola Mata Dan Sekitarnya (Selulitas Orbita)
 Bola Mata Berkerut Dan Tidak Berfungsi Normal (Phthisis Bulbi)

2.11 PENCEGAHAN
Dilakukan skrining genetik kemudian jika di dalam keluarga terdapat riwayat
retinoblastoma, sebaiknya mengikuti konsultasi genetik untuk membantuk meramalkan
resiko terjadinya retinoblastoma pada keturunan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1) Identitas diri
 identitas klien meliputi nama, umur, agam, jenis kelamin, pendidikan, alamat
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no register, dan diagnosa
medis
 identitas orang tua yang terdiri dari : nama ayah dan ibu, usia,pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama dan alamat.
 identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan
dengan klien, dan status kesehatan.
2) keluahan utama
keluahan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, mata kemerahan, radang
pada mata, adanya leucocoria (bintik putih), demam, kurang nafsu makan, gelisah,
cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi pada luka post operasi, serta
perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan operasi.
3) riwayat kesehatan
 riwayat kesehatan sekarang
gejala awal yang muncul pada anak, bisa berupa bintik putih pada mata
tempatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
 riwayat kesehatan masa lalu
berkaitan dengan kemungkinan memakan makanan/minuman yang
terkontaminasi, infeksi di tempat lain misalnya : pernapasan
 riwayat kesehatan keluarga
berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada
anggota keluarga yang pernah menderita.
4) riwayat kehamilan dan kelahiran
 prenatal : ibu klien tidak ada gangguan pada masa kehamilan. nutrisi yang di
dapatkan cukup seperti susu dan gizi seimbang.
 intranatal : waktu lahir klien tidak mengalami gangguan. bayi lahir cukup 9
bulan dengan proses normal.
 postnatal : nafas normal, menangis (+), sianosis (-).

5) riwayat tumbuh kembang


 kemandirian dan bergaul : klien masih belum mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia. seperti makan, minum, mandi. klien dibantu ibu
dalam pemenuhan KDMnya klien.
 motorik kasar : klien sudah bisa melangkah dan berjalan tegak ± 4 langkah
 motorik halus : klien mampu membuka dan menutup buku, memainkan
sendok.
 kognitif dan bahasa : klien sudah pandai meniru kata-kata, sudah mulai bisa
mengucapkan papa dan maama.
 psikososial : klien terlihat rama dan mudah dekat dengan perawat. klien suka
terseyum dan tertawa.
6) riwayat sosial
 yang mengasuh klien : ibu dan nenek klien
 hubungan dengan anggota keluarga : baik, terlihat dari kedekatan keluarga
terhadap klien apa lagi klien anak pertama.
 hubungan dengan teman sebaya : klien dapat bergaul dengan baik berhungan
dengan di lingkungan rumah klien banyak anak-anak dan ada juga yang
sesuai dengan klien.
7) pemeriksaan fisik
 keadaan umum
 tb/bb
 kepala
- lingkaran kepala
- rambut
 mata
- sclera
- konjungtiva
- palpebra
 telinga
 hidung
 mulut
- lidah
- gigi
 leher
- kalenjer getah bening
- kalenjer tiroid
- JVP
 dada
jantung
- inpeksi
- palpasi
- auskultasi

paru-paru

- inspeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
 perut
- inpeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
 punggung
 ekstermitas
 genetalia
 kulit
 pemeriksaan neurologis
8) pemeriksaan tumbuh kembang
 DDST
 STATUS NUTRISI
BB/U
TB/U
BB/TB

9) pemeriksaan psikososial
10) pemeriksaan spiritual

3.2 DIAGNOSA

 Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan Penglihatan (D.0085)


 Risiko Cedera b.d Gangguan Penglihatan (D.0136)
 nyeri kronis b.d kerusakan sistem saraf (D.0078)

3.3 INTERVENSI

SDKI SLKI SIKI


Gangguan Persepsi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Sensori b.d Gangguan keperawatan selama 1x24 jam - pemeriksan status mental,status sensori,dan
Penglihatan (D.0085). diharapkan membaik: tingkat kenyamanan (mis,nyeri,kelelahan)
1. respon sesuai jTerapeutik:
stimulasi(5) - - mendiskusikan tingkat toleransi terhadap
2. konsentrasi (5) beban sensori(mis,bising,terlalu terang)
3. orientasi(5) --membatasi stimulus linkungan
(mis,cahaya,suara,aktivitas)
-- menjadwalkan aktifitas haria dan waktu
istirahat
- mengkombinasikan prosedur / tindakan dalam
satu waktu,sesuai kebutuhan.
Edukasi :
- mengajarkan cara meminimalisasi stimulus
(mis,mengatur pencahayaan ruangan
mengurangi kebsingan ,membatasi
kunjungan)
Kolaborasi:
- mengkolaborasi dalam meminimalkan
prodsedur/tindakan
- mengkolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi presepsi stimulus.
Risiko Cedera b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Gangguan Penglihatan keperawatan selama 1x24 jam - mengidentifikasi kebutuan keselamatan
(D.0136) diharpkan kriteria hasil ( mis,kondisi fisik,fungsi kognitif dan riwayat
menurun: perilaku
1. kejadian cedera (5) - meminitor perubahan status keselamatan
2. luka/lecet (5) lingkungan
3. ketegangan otot (5) Terapeutik :
4. fraktur (5) - menghilangkan bahaya keselamatan
5. perdarahaan (5) (mis,fisik,biologi,dan kimia ),jika
6. ekspresi wajah memungkingkan.
kesakitan (5) - memodifikasi lingkungan untuk meminmalkan
7. agitasi (5) bahaya dan resiko
8. iritabilitas (5) Mensediakan alat bantu keamanan
9. gangguan moblitas (5) lingkungan(mis,commode chair dan pegangan
10. gangguan kognitif (5) tangan .)
- menghubungi pihak berwenang sesuai
masalah komunitas
(mis,puskesmas,polisi,damkar)
- melakukan program skrining bahaya
lingkungan
Edukasi:
- mengajarkan individu, keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya lingkungn.
nyeri kronis b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
kerusakan sistem saraf keperawatan selama 1x24 jam -mengidentifikasi lokasi,
(D.0078) diharpkan kriteria hasil karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
menurun: nyeri
1. keluhan nyeri (5) - mengidntifikasi skala nyeri
2. meringis (5) - mengidentifiksi respons nyeri non verbal
3. sikap protektif (5) - mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
4. gelisah (5) memperingan nyeri
5. kesulitan tidur(5) - mengidentifikasi pengtahuan dan keyakinan
6. perasaan depresi (5) tentang nyeri
7. perasaan takut - memonitor keberhasilan terapi komplementer
mengalami cedera yang sudah diberikan
berulang (5) - memonitor efek samping pngunaan analgetik
Terapeutik:
- memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri(mis,TENS,hypnosis,akupresur,terapi
music,biofeedback,terapi
pijat,arometarapi,teknik imajinasi
terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi
bermain.
- mengkontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri(mis,suhu ruang,pencaahayaan
kebisingan)
-memprtimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemelihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
- menjelaskan penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
- menjelaskan strategi meredakan nyeri
- menganjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- mengkolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

3.5 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujud dan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (setiadi:2019). Implementasi merupakan proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak
langsung terhadap klien(Potter dan Perry 2018).

Implementasi mrupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,


mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga
kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang disarankan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

3.6 EVALUASI

Evaluasi merupakan proses yang berkesenambungan. Evaluasi didasarkan pada tujuan


yang berpusat pada pasien, yang diindenfikasi saat merencanakan tahapan asuhan
keperawatan. Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tengtang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesenabungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu atau
kedua mata.(yuliani, 2010) Retinoblastoma adalah tumor endookuler pada anak
yang mengenai saraf embrionik retina.(Apriany, 2016)
a. Secara pasti belum diketahui
b. Faktor herediter, dihubungkan dengan penyimpangan kromosom(yuliani,
2010) Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik.
Namun dapat juga diklasifikasikan diklasifikasikan menjadi menjadi dua
subkelompok subkelompok yang berbeda, berbeda, yaitu bilateral bilateral atau
unilateral unilateral dan diturunkan diturunkan atau tidak diturunkan. diturunkan.
Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90% kasus yang
diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10% kasus yang diturunkan
adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%.

4.2 SARAN
Semoga makalah yang kami susun ang kami susun ini dengan ini dengan
judul Asuhan Keperawatan judul Asuhan Keperawatan Retinoblastoma dapat
Retinoblastoma dapat di men gerti oleh pembaca dan pembaca dan kami butuh
kami butuh ktitikan ktitikan mengenai makalah kami atau materi yang akan kami
bahas di presentas has di presentase.

DAFTAR PUSTAKA
Apriany, D. (2016). Asuhan keperawatan ana Asuhan keperawatan anak
dengan keganasan. k dengan keganasan. Bandung: PT
Refika Aditama.
Bulechek, J. D. (2008). Nursing Intervention Clasification (NIC). Jakarta:
ECG.
INTERNATIONAL, N. (2015). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi Klasifikasi
2015-2016. Jakarta: EGC.
Jhonson, S. M. (20018). Nursing Outcomes Clasification (NIC). Jakarta: ECG.
Rares, L. (2016). Retinablastoma. Jurnal e-Clinic, 1-8.
yuliani, s. &. (2010). Asuhan keperawatan pad Asuhan keperawatan pada
anak. a anak. jakarta: Perpustakaan
Nasional RI

Anda mungkin juga menyukai