TSSAFAR

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 36

www.tedisobandi.blogspot.

com
i

‫الحمد هلل رب العالمين‬

‫والصالة والسالم على سيدنا محمد وعلى أله‬

Segala puji hakikatnya hanya bagi Dzat Allah


SWT yang dengan Taufiq dan Hidayahnya serta Qudrat
dan Iradat-Nya lah penulis bisa menyelesaikan tulisan ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Tulisan ini berasaskan keresahan penulis, suatu


hari penulis melakukan perjalanan ziarah bersama teman
majlis dengan sebuah mobil. Dalam perjalanan pulang
teman-teman meributkan permasalahan shalat safar, dari
kejadian ini penulis jadi berpikir “kalau anggota majlis
saja masih meributkan perkara shalat safar, bagaimana
masyarakat umum?”

Buku kecil ini isinya sebagian besar merupakan


terjemah dari bab shalat safar pada kitab At-Taqriratus
Sadidah, kenapa dari kitab ini? Karena menurut penulis
kitab ini secara rinci membahas masalah safar. Dan
terdapat permasalahan-permasalahan yang penting juga
diketahui. Penulis hanya menambahkan sedikit dari
referensi kitab lain, juga ada diujung buku ini memuat
tanya jawab berkenaan shalat safar.
ii

Penulis tidak bisa sendirian dalam penulisan buku


ini, dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis,
maka penulis membutuhkan peran serta dari pihak lain
untuk penyelesainnya. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Guru dan
dosen penulis K.H Ahmad Subehan Lc., S.Pd.I, kepada
penasehat LTN PWNU Kalsel guru Fathul Ilmi, kepada
Ustadz Musthafa dari ponpes Raudhatul Muhibbin,
Maringgit Barabai, ketua LDNU kab Banjar saudara
Sayyid Ali Husein Alaydrus, kepada Ustadzah Minawati
Dewi dari ponpes Al-Karamah Alabio dan kepada semua
yang mendukung penulis yang tidak bisa disebutkan satu
persatu ‫جزاكم هللا خي الجزاء‬

Akhir kata, penulis akui bahwa buku kecil ini


masih jauh dari sempurna. Segala kekeliruan dan
kekurangan yang ada penulis haturkan permohonan maaf,
dan semoga buku ini bisa bermanfaat bagi penulis pada
khususnya maupun untuk pembaca pada umumnya.
Aamiin.

Amuntai, 29 Agustus 2022

Arif Freadi

Wakil ketua

PW LTN NU Kalsel
iii

Kata Pengantar ...........................................................i


Daftar Isi ....................................................................iii
Arti Kata.....................................................................1
SHALAT SAFAR ......................................................2
Keringanan Saat Safar Thawil ...................................2
Keringanan Saat Safar Thawil Dan Qashir ................3
Hukum-Hukum Safar 4
QASHAR SHALAT ..................................................5
Syarat-Syarat Qashar .................................................6
Permasalahan Pada Qashar ........................................9
JAMA’ SHALAT.......................................................12
Permasalahan Pada Jama’ ..........................................12
Syarat Jama’ Taqdim .................................................14
Permasalahan Jama’ Taqdim .....................................15
Syarat Jama’ Takhir ...................................................16
Permasalahan Jama’ Takhir .......................................17
NIAT QASHAR DAN JAMA’ ..................................19
Niat Praktis.................................................................22
SHALAT SUNAT SAFAR DAN QUDUM ..............24
DOA SAFAR .............................................................25
Permalahan Pada Jama’ Dan Qashar .........................27
DAFTAR PUSTAKA .........................................
Daftar isi ini menggunakan hyperlink, silahkan klik
judul yang berwarna kuning! Juga terdapat
hyperlink di bagian bawah tiap halaman.
-1-

: Melakukan perjalanan.
: Menggabungkan 2 shalat pada 1 waktu.

: Mengurangi shalat yang 4 jadi 2 raka’at.

: Mengerjakan shalat dengan raka’at seperti semula (4


raka’at), pembahasan qashar dan tamam hanya pada shalat
yang 4 raka’at.
: Menetap sementara di suatu daerah.

: Ukuran jarak dalam Bahasa arab yang bermakna 41 KM.

: Perjalanan jauh minimal 82 KM.

: Perjalanan yang jaraknya kurang dari 82 KM.

: Sepatu dari kulit yang menutupi mata kaki, tidak tembus


air dan enak/cocok dipakai di mana saja.
: Halangan yang membuat seseorang diberi keringanan
dalam menunaikan kewajiban.
: Shalat secara darurat di saat peperangan.

: Menggabung 2 shalat untuk dikerjakan di waktu shalat


pertama.
: Menggabung 2 shalat untuk dikerjakan nantinya di waktu
kedua.
: Takbir pertama dalam shalat fardhu, yang di sana
sekaligus menjadi tempatnya meletakkan niat.

Muka _ Daftar Isi


-2-

َ َ‫ فَإِذَا ق‬،‫ط َعا َمه َوش ََرابَه َون َْو َمه‬


‫ضى نَ ْه َمت َه‬ ِ ‫ِطعَة مِ نَ ْال َعذَا‬
َ ‫ يَ ْمنَع أ َ َحدَك ْم‬،‫ب‬ ْ ‫سفَر ق‬ َّ ‫" ال‬
”‫فَ ْليعَ ِ ِّج ْل إِلَى أ ْه ِل ِه‬
َ

Artinya:

"Safar adalah bagian dari adzab(siksa). Ketika safar salah


seorang kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika
urusannya telah selesai, segeralah kembali kepada
keluarganya"1

Yakni safar itu tidak akan lepas dari adanya kesulitan,


baik yang dirasakan secara nyata seperti lamanya perjalanan,
atau secara maknawi seperti berpisahnya dengan kerabat-
kerabat di kampung halaman atau orang-orang yang
dicintai(anak, istri, suami dsb).

Keringanan-Keringanan Yang Didapat Saat Safar Thawil ( 2


Marhalah/Jarak 82 KM atau lebih) itu ada 4:

1. Mengqashar Shalat.

2. Menjama' 2 shalat.

1
HR Bukhari NO 1804 hlm 434 dan HR Muslim NO 1927 hlm
927

Muka _ Daftar Isi


-3-

3. Tidak berpuasa di siang Ramadhan apabila dia keluar dari


negri/kotanya sebelum terbit fajar.

4. Menyapu khuf 3 hari 3 malam.

(Permasalahan khuf tidak panjang lebar dibahas di risalah ini.


Intinya khuf itu adalah alat seperti kaos kaki yang dipakai
biasanya di musim dingin, terbuat dari kulit, tidak tembus air,
menutupi mata kaki, menghangatkan, dipakai terus-menerus
di mana saja bahkan saat tidur. Khuf panjang lebar dibahas
di bab wudhu, karena jadi pengganti membasuh kaki saat
berwudhu. Saat tidak safar memakainya hanya boleh 24 jam)

Keringanan-Keringanan Yang Didapat baik Ketika Safar


Thawil ataupun safar Qashir( jarak tidak mencapai 82 KM)
itu ada 7:

1. Memakan bangkai ketika darurat.

2. Shalat sunnat di atas kendaraan.

3. Gugur/terpenuhi shalatnya dengan bertayammum(tidak


mengulang lagi).

4. Boleh tidak shalat jum'at(mengerjakan shalat dzuhur).

5. Seorang yang berpoligami tidak perlu mengganti


waktunya kepada istri-istri lainnya ketika dia membawa
salah seorang istrinya yang terpilih dengan diundi selama
safar. Padahal seorang suami yang berpoligami wajib
menggilir bermalam dengan istri-istrinya secara adil, nah

Muka _ Daftar Isi


-4-

saat safar yang perjalanannya biasanya lama tidak wajib


mengganti waktunya selama safar.

6. Safar dengan membawa harta titipan orang lain karena


adanya udzur seperti tidak ada yang menjaga selama dia
pergi.

7. Safar membawa barang pinjaman(bila diizinkan oleh si


peminjam).

Hukum-Hukum Safar

Hukumnya ada 5:

1. Wajib
Seperti safar untuk menunaikan kefardhuan Haji dan Umrah,
menuntut ilmu yang wajib dll.
2. Sunat
Seperti safar untuk menziarahi makam Nabi SAW,
silaturrahim dll.
3. Mubah
Seperti safar untuk berdagang dll.
4. Makruh
Seperti safar untuk berdagang peralatan kematian(kain kafan
dsb), safar untuk sekedar hiburan yang tidak diharamkan dll.
5. Haram
Seperti safarnya seorang perempuan tanpa izin suaminya,
safar untuk membeli khamar dll.

Muka _ Daftar Isi


-5-

Firman Allah SWT:


َّ ‫ص ُرواْ ِم َْن‬
‫ٱلصلَ ٰوْة‬ ُ ‫س َعلَْي ُك ْْم ُجنَاحْ أَن تَ ْق‬ ِْ ‫ف ْٱْل َْر‬
َْ ‫ض فَلَْي‬ َ ‫َوإِ َذا‬
ْ ِ ‫ضَربْتُ ْْم‬

Artinya:

"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah


mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu)"

Permasalahan:

Apa yang lebih utama, Qashar atau Tamam?

Qashar lebih utama pada 4 keadaan:

1. Apabila perjalanannya mencapai 3 marhalah(123 KM


kurang lebih), untuk melepaskan diri dari perselisihan
pendapat para Ulama yang menyatakan wajib qashar saat itu
seperti Imam Abu Hanifah.

2. Jika dirinya tidak senang dengan qashar shalat. Qashar


adanya masyhur diketahui orang islam, orang yang tidak
senang qashar dikhawatirkan ia tidak senang dengan Sunnah
Nabi, jadi ia dianjurkan untuk mengqashar shalatnya.

2
Surah An-Nisa ayat 101

Muka _ Daftar Isi


-6-

Perbandingannya ada orang yang berkata tidak mau


membaca Al-Qur’an, padahal sudah masyhur membaca Al-
Qur’an itu disunahkan, nah orang yang demikian sangat
dianjurkan untuk membacanya karena sebagai bentuk
melawan nafsu dirinya dan agar terhindar dari “cap” orang
yang tidak senang Sunnah Nabi.

3. Jika ia ragu dengan dalil bolehnya mengqashar shalat saat


safar. Karena dia hanya mengetahui qashar itu untuk shalat
khauf saja sebagaimana di dalam Al-Qur’an.

4. Ia menjadi panutan bagi banyak orang. Maka, jika ia


shalat di tengah-tengah orang banyak, ia dianjurkan untuk
meringkas shalatnya, agar tidak menimbulkan kesulitan bagi
orang lain yang mengikutinya.

Terkadang shalat qashar jadi wajib saat safar pada


situasi waktu shalat sudah sempit, jika dia tamam malah
keluar waktu shalat.

Syarat-Syarat Qashar

Ada 11 syaratnya:

1. Shalat yang diqashar adalah shalat yang 4 raka'at yakni


Dzuhur, ashar, dan Isya.

2. Jelas tujuan perjalanannya sekalipun hanya menuju arah


tertentu saja(bukan kota,desa dsb. mau ke barat misalnya),

Muka _ Daftar Isi


-7-

orang yang bingung tidak boleh mengqashar karena dia tidak


tahu arah tujuannya.

3. Safarnya adalah safar yang mubah yakni tidak safar


karena tujuan maksiat, tidak apa-apa bila safarnya dengan
tujuan makruh karena tidak mengandung dosa.

Pembagian maksiat dari segi bolehnya mengqashar ada 3:

a. Perjalanan untuk bermaksiat

Yakni seseorang yang melakukan perjalanan dengan


tujuan bermaksiat.

Hukumnya tidak boleh mengqashar kecuali jika dia


bertaubat diperjalanannya itu serta tersisa jarak tempuh
perjalanannya masih 2 marhalah atau lebih.

b. Bermaksiat di tengah perjalanan

Yakni seseorang yang melakukan perjalanan dengan


tujuan yang dibolehkan akan tetapi di tengah perjalanan dia
melakukan maksiat.

Hukumnya boleh qashar.

c. Perjalanan Untuk bermaksiat yang dia putuskan di tengah


perjalanan

Yakni seseorang yang awalnya melakukan


perjalanan dengan tujuan yang dibolehkan, kemudian di

Muka _ Daftar Isi


-8-

tengah perjalanan niatnya berubah untuk melakukan maksiat


pada tempat tujuannya.

Hukumnya tidak boleh melakukan qashar kecuali dia


bertaubat, jika dia bertaubat maka boleh dia mengqashar,
baik sisa perjalanannya masih 2 marhalah ataupun tidak
sampai demikian.

4. Tujuan perjalanan adalah hal yang benar seperti


berdagang, berbeda jika melakukan perjalanan dengan
tujuan tidak benar seperti seseorang yang piknik untuk
melihat negri lain dan tamasya tanpa adanya niat yang baik
seperti mau melihat kemaksiatan di daerah lain. Beda halnya
dia berpiknik atau tamasya dengan tujuan baik seperti
silaturrahim, melihat keindahan ciptaan Allah SWT dsb.

5. Perjalanannya 2 Marhalah yakni safar thawil: 1 Marhalah


sama dengan 41 KM jadi 2 Marhalah adalah 82 KM.

6. Melewati batas desa.

7. Mengetahui kebolehan mengqashar secara syariat(ada


ilmunya mengqashar) jikalau seseorang melihat orang lain
mengqashar lalu dia ikut-ikutan mengqashar bersama
mereka(tanpa mengetahui kebolehan dan cara mengqashar
shalat) maka shalatnya tidak sah.

8. Berkesinambungan dia dalam safar sampai selesai


shalatnya, jika dia sampai tujuan mukim(menetap di suatu

Muka _ Daftar Isi


-9-

daerah) atau dia berniat mukim di tengah-tengah shalatnya


maka dia wajib tamam.

9. Niat mengqashar di saat takbiratul ihram(bersama niat


shalat) jika dia lupa berniat di awal maka wajib dia tamam.

10. Menjaga niat dari niat-niat yang bisa


memutus/menghalangi niat qashar sepanjang shalatnya;
seperti niat tamam, ragu pada kebolehan niat qashar, niat
muqim di tengah-tengah shalatnya, maka jika dia melakukan
hal-hal tersebut wajib dia shalat tamam.

11. Tidak mengikut imam yang shalat tamam sekalipun


hanya pada sebagian kecil shalatnya seperti mengikut imam
yang tamam di tasyahud akhirnya atau salamnya.

Permasalahan-Permasalahan Pada Qashar

1. Apabila ragu makmum pada niat imam, apakah dia


boleh niat mengqashar atau tidak? Apakah boleh
makmum mengqashar?

Jawabnya boleh makmum menambahkan kalimat


yang digantungkan pada niatnya, hal ini jika dia yakin imam
ini sedang safar dengan tambahan niatnya: "aku mengqashar
jika imam mengqashar atau tamam jika imam tamam".

Jika dia ragu imam ini sedang safar atau tidak, maka
tidak boleh dia melakukan penambahan niat seperti di atas
dan wajib shalat tamam.

Muka _ Daftar Isi


- 10
-

2. kapan situasi-situasi yang bisa memutus kemusafiran


seseorang?

a. Bagi seseorang yang melakukan perjalanan sendiri(bukan


mengikuti orang lain) lalu di tengah perjalanan dia berniat
pulang atau kembali ke kampung halamannya dan
perjalanan pulangnya tersebut tidak mencapai 2 marhalah.

b. Bagi seseorang berniat muqim/menetap pada suatu daerah


selama 4 hari atau lebih tidak termasuk hari kedatangan dan
hari pulang/keluar dari daerah tersebut. Jadi maksimal boleh
niat mukim yang tetap bisa mengqashar shalat itu hanya
selama 3 hari.

c. Bagi seseorang yang berniat muqim tanpa meniatkan


berapa lama muqimnya3.

3. Apabila dia bermukim pada suatu daerah untuk


melakukan suatu keperluan yang niat awalnya tidak sampai
4 hari, akan tetapi urusannya tidak selesai seperti perkiraan
awalnya, maka boleh dia melakukan keringanan-
keringanan(qashar, jama' dsb) sampai 18 hari.

3
Hasyiah tarmasiy juz 4 hal 110

Muka _ Daftar Isi


- 11
-

4. Hukum qashar pada shalat qadha

Boleh mengqashar shalat yang terlewatkan dari


waktunya pada saat musafir juga ketinggalannya dan ingin
mengqadhanya saat musafir pula.
Apabila terlewatkan shalat saat muqim dan ingin
mengqadhanya saat musafir atau terlewatkan shalat saat
musafir lalu mau mengqadhanya saat muqim maka
keduanya tidak boleh qashar, wajib tamam.
5. Apabila ragu pada suatu shalat,apakah terlewatkan
shalatnya pada qashar ataukah pada saat tidak melakukan
perjalanan maka tidak boleh mengqashar.
6. Apabila tempat tujuannya itu memiliki 2 jalan: jalan yang
jauh(sampai 2 marhalah) dan jalan yang dekat(kurang dari 2
marhalah), lalu dia memilih jalan yang jauh, apakah boleh
mengqashar atau tidak?
Apabila memilih jalan yang jauh itu dengan tujuan
benar seperti jalannya nyaman atau jalannya aman maka
boleh mengqashar shalatnya, apabila tanpa ada tujuan maka
tidak boleh.
7. Apabila berniat qashar, lalu di tengah shalatnya ingin
tamam tanpa ada hajat tertentu sekalipun, boleh melakukan
tamam.
8. Apabila seorang pembantu mengikuti majikannya atau
istri mengikuti suaminya tanpa tahu kemana tujuannya maka
tidak boleh keduanya mengqashar sebelum melewati 2
marhalah kecuali akhirnya dia tahu kemana tujuannya yang
mencapai 2 marhalah.

Muka _ Daftar Isi


- 12
-

Sebab-Sebab Jama' Ada 3:

1. Safar : Jama' taqdim dan ta'khir

2. Hujan : Jama' taqdim saja

3. Sakit : Jama' taqdim dan ta'khir

Permasalahan-Permasalahan Pada Jama' Shalat:

1. Apa yang lebih utama, jama' atau tidak?

Jawabnya yang lebih utama adalah tidak melakukan


jama' untuk terlepas dari perbedaan pendapat ulama yang
tidak memperbolehkan jama' seperti Imam Abu Hanifah,
kecuali pada 4 keadaan yang pada keadaan tersebut lebih
utama melakukan jama' :

a. Pada saat berhaji di hari arafah menjama' taqdim shalat


dzuhur serta asharnya, dan saat di Muzdalifah menjama'
ta'khir shalat maghrib dan isyanya.

b. Tidak senang dengan menjama' shalat itu dikhawatirkan


termasuk orang yang tidak senang dengan Sunnah Nabi,
karena itu ia dianjurkan untuk menjama' shalatnya(sama
dengan kasus qashar).

Muka _ Daftar Isi


- 13
-

c. Ragu dengan dalil bolehnya menjama' shalat. Misalnya


menganggap hadits ahad(tentang jama' shalat) tidak bisa
dijadikan dalil, maka saat itu dia dianjurkan menjama' untuk
melawan nafsu dirinya.

d. Menjadi panutan bagi banyak orang. Maka, jika shalat di


tengah-tengah orang banyak, dianjurkan untuk menjama'
shalatnya, agar tidak menimbulkan kesulitan bagi orang lain
yang mengikutinya.

2. Apabila dia sedang safar, apa yang lebih utama, jama'


taqdim ataukah jama' ta'khir?

Jawabnya pada permasalahan ini ada perincian:

a. Apabila saat safar itu dia melakukan perjalanan di waktu


pertama dan beristirahat/singgah di waktu kedua maka jama'
ta'khir lebih utama menurut kesepakatan ulama.

b. Apabila dia beristirahat/singgah di waktu pertama dan


melakukan perjalanan di waktu kedua maka jama' taqdim
lebih utama menurut kesepakatan ulama.

c. Apabila dia istirahat/singgah atau melakukan perjalanan


di kedua waktu yakni dia singgah di waktu pertama lalu di
waktu kedua pun dia singgah lagi, atau tidak ada niatan
singgah di kedua waktu tersebut untuk terus saja melakukan
perjalanan, maka dalam hal ini ada perbedaan pendapat:

Menurut Imam Ibnu Hajar : Jama' taqdim lebih


utama karena dengan sudah melakukan shalat di waktu

Muka _ Daftar Isi


- 14
-

pertama dia sudah bebas tanggungan. Menurut Imam Ramli


jama' takhir lebih utama karena waktu shalat kedua itu
adalah waktu untuk shalat pertama juga.

Syarat-Syarat Jama' Taqdim Ada 7:

1. Melakukan shalat yang waktu pertama yakni tertib


(kerjakan shalat dzuhur dan maghrib dulu).

2. Niat jama'

Yakni berniat jama' taqdim di tengah-tengah shalat


yang pertama, sekalipun serta salam. Boleh berniat kapan
saja di shalat pertama, tidak disyaratkan melakukannya saat
takbiratul ihram saja akan tetapi yang lebih utama memang
saat takbiratul ihram.

3. Masih tersisa waktu shalat pertama yakni tidak boleh


menjama' kecuali masih ada waktu di shalat pertama itu
untuk melaksanakan kedua shalat yang dijama'.

4. Berkesinambungan melakukan keduanya, yakni tidak


boleh terpisah lama di antara dua shalat, jika lama
terpisahnya menurut pandangan orang(sebagian ulama
memberikan ukuran sekitar 2 raka'at shalat sunat yang
ringan) maka tidak boleh menjama'.

5. Sangka kuat sahnya shalat pertama, tidak boleh menjama'


shalat yang shalat pertamanya batal.

Muka _ Daftar Isi


- 15
-

6. Berkesinambungan udzur sampai melaksanakan


takbiratul ihram shalat kedua.

Yakni berkesinambungan safarnya atau udzurnya


sampai dia melakukan takbiratul ihram shalat kedua, jika
terhenti safarnya sebelum hal tersebut maka tidak sah
jama'nya, jadi hendaklah shalat kedua di waktunya.

7. Punya pengetahuan tentang kebolehan jama'

Sebagai penyempurna syarat yang 6 sebelumnya, orang yang


safar juga harus mengetahui\yakin safarnya ini termasuk
safar thawil yang boleh, ia telah keluar dari batas desanya.

Permasalahan-Permasalahan Jama' Taqdim

1. Melakukan takbiratul ihram pada shalat pertama, saat


itu ia belum safar, kemudian ia safar di tengah shalatnya,
saat tersebut bolehkah ia berniat jama'?

Jawabnya boleh ia niat jama' di tengah shalatnya,


tidak disyaratkan adanya safar atau udzur di saat takbiratul
ihram, akan tetapi disyaratkan adanya safar/udzur saat ia
berniat jama'.

Gambarannya ia sedang berada di kapal atau kereta


api, saat takbiratul ihram kapal atau kereta apinya belum
berangkat, nah saat ia shalat baru berangkat kapal atau kereta
apinya.

Muka _ Daftar Isi


- 16
-

2. Seseorang berniat jama' di shalat pertama, kemudian


setelah shalat, ia tidak melakukan shalat kedua, tidak apa-
apa hal demikian, maka hendaklah ia shalat kedua pada
waktunya.

3. Seseorang shalat dzuhur dan ashar, atau maghrib dan isya


jama' taqdim, kemudian ia sampai ke tujuannya/muqim di
waktu pertama(belum masuk waktu kedua), maka tidak
wajib mengulang shalat yang kedua tersebut di waktunya.

Syarat-Syarat Jama' Ta'khir

Ada 2 syaratnya:

1. Niat melakukan jama' ta'khir di waktu pertama sampai


batasnya berniat itu hingga hanya tersisa waktu mengerjakan
satu shalat menurut Imam Ramli, atau hanya tersisa waktu
bisa mengerjakan satu rakaat shalat menurut Imam Ibnu
Hajar.

2. Berkesinambungan udzur sampai selesai mengerjakan


shalat kedua, jika telah sampai ke tujuan/ niat muqim di
pertengahan shalat kedua atau di saat belum melaksanakan
shalat kedua maka shalat pertama yang ia kerjakan dihukumi
jadi Qadha'an, tapi untungnya shalat qadhaannya tidak
menimbulkan dosa atau pun makruh karena sudah berniat
sebelumnya.

Muka _ Daftar Isi


- 17
-

Permasalahan-permasalahan Jama' Ta'khir

1. Seseorang yang melakukan safar pada saat masuk waktu


pertama tetapi ia belum melakukan shalat, maka hukumnya
boleh baginya untuk menjama' ta'khir shalatnya dengan
syarat ia berniat jama' ketika telah keluar batas desanya.

2. Seseorang yang melakukan safar pada saat masuk waktu


pertama, ia pun berniat untuk jama' ta'khir, kemudian di
pertengahan perjalanan sebelum masuk waktu kedua, ia
berniat untuk muqim, maka wajib baginya untuk
melaksanakan shalat pertama di waktunya.

3. Perbedaan jama' taqdim dengan jama' ta'khir

NO JAMA’ TAQDIM JAMA TA’KHIR

Waktu niat di Waktunya di mulai


pertengahan shalat ketika memasuki
pertama. waktu pertama dan
berakhir sampai
1
hanya tersisa waktu
untuk satu raka'at
shalat saja di waktu
pertama itu.

Muka _ Daftar Isi


- 18
-

Berkesinambungan Berkesinambungan
udzur sampai udzur sampai selesai
2 sempurna takbiratul shalat kedua.
ihram pada shalat
kedua

Wajib muwalat(tidak Tidak wajib muwalat,


lama pemisahnya) hanya sunnat.
3 antara keduanya.

Wajib tertib(shalat Tidak wajib tertib,


yang pertama dulu, hanya sunnat
4
baru shalat kedua). mendahulukan shalat
pertama.

Muka _ Daftar Isi


- 19
-

Untuk pelaksanaan jama' Taqdim maka yang utama


penempatan niatnya di saat takbiratul ihram, di bawah ini
saya akan memberikan contoh niatnya

Shalat dzuhur

ٍْْْ ِِ ‫ص ِرََْْ َعْتَ ْق‬ ِ


َْ ‫ْم ْستَ ْقبِ َلْالْقْب لَ ِة‬
ْ ‫َْم ُم ْو ًعاْ ِِبلْ َْع‬
ٍ
ُ ‫ضْالظُّ ْهرْأ َْربَ َع َْرَك َعات‬
ِ ‫أ‬
َ ‫ُصلِّ ْيْفَ ْر‬
َ
َْ ‫هللِْتَ َع‬
‫ال‬

“Sengaja aku shalat dzuhur empat rakaat menghadap kiblat,


dijamak takdim dengan ashar karena Allah Ta’ala.”

Shalat ashar

ٍْْْ ِِ ‫َْم ُم ْو ًعاْ ِِبلْظُّ ْه ِرََْْ َعْتَ ْق‬ ِ


َْ ‫ْم ْستَ ْقبِ َلْالْقْب لَ ِة‬ ٍ
ُ ‫ص ِرْأ َْربَ َع َْرَك َعات‬
ْ ‫ْالع‬
َ ‫ض‬
ِ ‫أ‬
َ ‫ُصلِّ ْيْفَ ْر‬
َ
َْ ‫هللِْتَ َع‬
‫ال‬

“Sengaja aku shalat ashar empat rakaat menghadap kiblat,


dijamak takdim dengan dzuhur karena Allah Ta’ala”.

Untuk shalat maghrib dan isya tinggal diganti rakaat


serta nama shalatnya. Sedangkan untuk pelaksanaan jama'

Muka _ Daftar Isi


- 20
-

ta'khir sebagaimana syarat yang telah disebutkan


sebelumnya itu niatnya tidak cukup hanya di saat shalatnya,
akan tetapi harus sudah berniat melakukan shalatnya di
waktu pertama. Misalnya saat mau takhir dzuhur dia berniat
waktu dzuhur

"Shalat dzuhur ini aku ta'khirkan di waktu ashar", atau

"shalat maghrib ini aku ta'khirkan di waktu isya".

Dan inilah niat pada takbiratul ihramnya

Niat shalat dzuhur

ْ‫َْتْ ِخ ٍْْي‬ ِ ٍ ِ ‫أ‬


َ ‫ص ِرََْْ َع‬ َْ ‫ْم ْستَ ْقبِ َلْالْقْب لَ ِة‬
ْ ‫َْم ُم ْو ًعاْ ِِبلْ َع‬ ُ ‫ضْالظُّ ْه ِرْأ َْربَ َع َْرَك َعات‬
َ ‫ُصلِّ ْيْفَ ْر‬
َ
َْ ‫هللِْتَ َع‬
‫ال‬

“Sengaja aku shalat dzuhur empat rakaat menghadap kiblat,


dijamak takhir dengan ashar karena Allah Ta’ala.”

Niat shalat ashar

ْ‫َْتْ ِخ ٍْْي‬ ِ ٍ ِ ‫أ‬


َْ ‫ْم ْستَ ْقبِ َلْالْقْب لَ ِة‬
َ ‫َْم ُم ْو ًعاْ ِِبلظُّ ْه ِرََْْ َع‬ ُ ‫صرْأ َْربَ َع َْرَك َعات‬
ْ ‫ضْالْ َع‬
َ ‫ُصلِّ ْيْفَ ْر‬
َ
َْ ‫هللِْتَ َع‬
‫ال‬

“Sengaja aku shalat ashar empat rakaat menghadap kiblat,


dijamak takhir dengan dzuhur karena Allah Ta’ala”.

Muka _ Daftar Isi


- 21
-

Untuk shalat maghrib dan isya bisa diganti nama


shalatnya dan rakaatnya.

Sedangkan niat Qashar peletakkan niatnya wajib saat


takbiratul ihram contohnya seperti dibawah ini jika shalat
qashar dilakukan bersamaan dengan jama'

ِ ِ ِ ‫أ‬
ْ ٍَْْْ ِ‫ص ِرََْْ َعْتَ ْق‬
ْ‫صَرا‬ َْ ‫ْم ْستَ ْقبِ َلْالْقْب لَ ِة‬
ْْ ‫َْم ُم ْو ًعاْ ِِبلْ َع‬ ِ ْ َ‫ضْالظُّ ْه ِرْرَك َعت‬
ُ ‫ْي‬ َ َ ‫ُصلِّ ْيْفَ ْر‬
َ
َْ ‫هللِْتَ َع‬
‫ال‬

“Sengaja aku shalat dzuhur qashar 2 raka'at menghadap


kiblat, dijamak takdim dengan ashar karena Allah Ta’ala.”

Untuk shalat ashar dan isyanya dengan jama' dan


qashar bisa mencontoh niat-niat sebelumnya.

Perhatian!!!

Qashar dan jama’ itu dua paket bahasan yang


berbeda pada syariat, sekalipun memang kebanyakan titik
temu bahasannya pada safar. Tidak mesti orang yang jama’
itu qashar. Boleh saja dia hanya melakukan jama’ tanpa
qashar, atau sebaliknya dia melakukan qashar tanpa jama’.

Muka _ Daftar Isi


- 22
-

Niat Praktis

Di sini saya akan memberitahukan niat praktis saat


melaksanakan shalat jama' dan qashar. Jika diteliti dari
pembahasan syarat-syarat jama' taqdim ataupun ta'khir
sebelumnya kita akan menemukan cara praktis dalam
melakukan niatnya. Untuk jama' taqdim letak niat
sebenarnya adalah di saat shalat pertama, yakni dia
berniat(tidak wajib saat takbiratul ihram) di pertengahan
shalat pertama tersebut dengan niat:

"Shalat ashar aku gabungkan di waktu dzuhur" atau

"Shalat isya aku gabungkan di waktu maghrib".

Sedangkan untuk jama' takhir peletakkan niatnya


yang wajib itu bukan saat pelaksanaan shalat, melainkan di
waktu pertama misalnya kita melakukan perjalanan, di
tengah perjalanan tiba waktu dzuhur, karena mau lanjut saja
perjalanan atau memang tidak punya kesempatan shalat
lantaran mobil yang kita tumpangi tidak berhenti nah di
waktu dzuhur itulah kita meletakkan niatnya contohnya:

"Aku Takhirkan shalat dzuhur di waktu ashar nanti"

Atau shalat maghrib

"Aku Takhirkan shalat maghrib di waktu isya nanti"

Muka _ Daftar Isi


- 23
-

Tidak perlu lagi menambahkan jama' taqdim, jama'


takhir, shalat yang mau digabungkan di saat niat takbiratul
ihram. Biasa saja lagi berniat seperti shalat tidak jama'.
Kalau pelaksanaannya dengan qashar juga maka tinggal
berniat seperti ini :

ِْ ‫صًْر‬ ِ ِ ِ ‫أ‬
ْ‫اْهللْتَ َع َال‬ ْ َ ْ‫ْيْ ُم ْستَ ْقبِ َلْالْقْب لَة‬
ِْ ْ َ‫ضْالظُّ ْه ِر َْرَك َعت‬
َ ‫ُصلِّ ْيْفَ ْر‬
َ
"Aku berniat shalat dzuhur mengqashar 2 rakaat
menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"

ِ ْ‫ْيْمست ْقبِلْالْ ِقب لَ ِةَْصْرا‬


ْ‫هللْتَ َع َال‬ ِ ِ ‫أ‬
ً ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ‫رْرَك َعت‬ َ ‫ص‬
ْ ‫ضْالْ َع‬
َ ‫ُصلِّ ْيْفَ ْر‬
َ
"Aku berniat shalat ashar mengqashar 2 rakaat menghadap
kiblat karena Allah Ta'ala"

ِ ْ‫ْيْمست ْقبِلْالْ ِقب لَ ِةَْصْرا‬


ْ‫هللْتَ َع َال‬ ِ ِ ِ ‫أُصلِِّيْفَر‬
ً ْ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ َ‫ضْالع َشاء َْرَك َعت‬
َ ْ ْ َ
"Aku berniat shalat isya mengqashar 2 rakaat menghadap
kiblat karena Allah Ta'ala"

Muka _ Daftar Isi


- 24
-

Shalat sunat safar sunnat dikerjakan sebanyak 2


rakaat di rumahnya juga saat dia meninggalkan rumah
singgahnya selama perjalanan. Ayat yang dibaca surah Al-
ikhas di dua rakaatnya atau surah Al-Quraisy dan Al Ikhlas
atau surah Al Nas dan Al falaq. Setelah salam membaca ayat
kursi dan Al-Quraisy.
Fadhilatnya InsyaAllah aman dari segala
kejahatan/keburukan di perjalanannya.
Apabila telah selesai hajatnya disunatkan kembali
segera ke kampung halamannya, saat tiba di kampung
halamannya disunatkan shalat sunat qudum di mesjid.
Disunatkan bawa oleh-oleh untuk keluarga juga.4
Niat shalat safarnya
‫سف َِر َر ْكعَتَي ِْن ِ هّلِلِ تَعَ ٰلى‬
َّ ‫ص ِلِّي سنَّةَ ال‬
َ ‫أ‬

“Aku shalat sunnat safar 2 raka'at karena Allah ta'ala”

Niat shalat qudumnya

‫ص ِِّلي سنَّةَ القد ْو ِم َر ْك َعتَي ِْن ِ هّلِلِ ت َ َع ٰلى‬


َ ‫أ‬

“Aku shalat sunnat kedatangan/qudum 2 raka'at karena


Allah ta'ala”

4
Uddatul Musafir wa umdatul hajji waz za'ir hlm 35 dan 47

Muka _ Daftar Isi


- 25
-

Doa ketika keluar rumah untuk safar5

ْ‫ُض َّْل أ َْْو أَ ِزَّْل أ َْْو أ َُزَّْل أ َْْو أَظْلِ َْم أ َْْو أُظْلَ َْم أ َْو‬ ِ
َ ‫ك أَ ْن أَض َّْل أ َْْو أ‬ َْ ِ‫ن أَعُ ْوذُب‬
ِِِّْ‫اللَ ُه َّْم إ‬
ِ‫لل‬
ِّْٰ ‫للاِ َْل َح ْو َْل َوَْل َُ َّوَْة إَِّْل ِِب‬ ْ ‫ت َع ٰلي‬ ُْ ‫للاِ تَ َوَّك ْل‬
ْ ‫َج َه َْل أ َْْو ُُْي َه َْل َعلَ َّْي بِ ْس ِْم‬ ْ‫أ‬
.‫ك ْأَ ِْسْيْ ُْر‬َْ ِ‫ َْوْب‬،‫ك ْأَ ُْج ْْو ُْل‬
َْ ِ‫ َْوْب‬،‫ول‬
ُْ ‫ص‬ َْ ِ‫اللهم ْب‬
ُْ َ‫ك ْأ‬

“Ya Allah sesungguhnya hanya kepadamu aku


berlindung dari menyesatkan orang lain atau disesatkan
orang, dari menggelincirkan(kepada kesalahan) atau
digelincirkan, dari berbuat dzalim atau didzalimi orang,
membodohi orang atau dibodohi orang. Aku bertawakkal
kepada Allah SWT, tiada daya upayaku kecuali semuanya
hanya milik-Mu. Ya Allah, Kerana-Mu aku akan sampai,
kerana-Mu aku mengembara dan kerana-Mu aku berjalan.”

Orang yang berdoa seperti ini akan diberi petunjuk,


dicukupi dan dijagakan selama perjalanannya.

5
Al wasail syafi'iyyah hal. 125 cet Darul Hawi

Muka _ Daftar Isi


- 26
-

Ketika sudah mengendarai kendaraan di sunnatkan


membaca6

ْ‫ ُسْب َٰح َن‬،‫س لَْهُ َِْس ِّي‬


َْ ‫إْس ِْه َش ْيءْ ُسْب َحانَْهُ لَْي‬ ِْ ‫اللِ الَ ِذي َْل يضُّْر م ْع‬ ِّْٰ ‫بِ ْس ِْم‬
ََ ُ َ
ْ ،‫ل َربِِّنَا لَ ُمن َقلِبُو َن‬
ُِْ ‫ٱْلَ ْم‬ َْٰ ِ‫ َوإِ َّّْنا إ‬،‫ْي‬ِ
َ ‫ٱلَّذى َس َّخَْر لَنَا َٰه َذا َوَما ُكنَّا لَهُۥ ُم ْق ِرن‬
ِ

.‫حممِ وعليه السالم‬ ٍْ ‫للاُ على سيِِّ ِِّن‬ ْ ‫ وص ٰلِّى‬،‫ْي‬ ِ ِْ ‫للِ ر‬


َ ‫ب ٱلْ َٰعلَم‬ ِّ َ َّْ
ِ

Artinya

“Dengan menyebut nama Allah SWT tidak ada


sesuatupun yang bisa memudharatkan bila bersama
Namanya, maha suci Namanya yang tidak memiliki samaan.
Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi
kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya .
dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami".
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta
salam tercurah kepada Junjangan Nabi SAW.”

Doa ketika beristirahat di suatu tempat7

ِْ ‫َّام‬
ْ‫ات ِم ْْن َشِِّْر َما َخلَ َق‬ َّ ‫الل الت‬ ِْ ‫أَعُ ْوْذُ بِ َكلِ َم‬
ِِّْٰ ‫ات‬

6
Hayatul hayawan kubra juz 2 hlm 304-305
7
'Uddatul Musafir hal 41

Muka _ Daftar Isi


- 27
-

Setelah membaca ini buatlah garis di sekeliling


tempat kita beristirahat(mengelilingi tempat kita istirahat).
Bila telah selesai membuatnya dilanjutkan bacaan

َْ ْ‫ب َْل َش ِري‬


ُ‫ك لَْه‬ ِّْٰ
ِِّْ‫اللُ َر‬

Doa ketika pulang dari safarnya lalu memasuki sebuah kota


membaca8

َْ َ‫اللَّ ُه َّْم إِ َّّْن نَ ْسأَل‬


َِ‫ك َخْي َْر َه َذا البَ ل‬

“Ya Allah, kami meminta sebaik-baik sesuatu yang ada di


negri/kota ini.”

Dibaca doa ini tiap kali memasuki kota baru.

Permasalahan-Permasalahan Pada Jama’ Dan Qashar

1. Adakah perbedaan berangkat safar dengan pulang dari


safar berkenaan dengan jama' dan qashar?

Jawabnya :

Ada, jika ia berangkat safar maka ia jama' dan qashar


sekalipun ia sampai tujuan, bahkan saat sudah mukim di
tempat tujuan dengan syarat ia berangkat safar tersebut
dengan niat 3 hari(tidak dihitung hari kedatangan dan hari

8
Ibid hal 46

Muka _ Daftar Isi


- 28
-

pulang) di tempat tujuan atau kurang. Bila niat awal ke


tempat tujuannya 4 hari atau lebih(ataupun juga tidak ada
sama sekali menetapkan niat berapa hari di tempat tujuan)
maka tidak boleh lagi di tempat muqimnya jama' atau qashar.
Berbeda jika niat awalnya kurang dari 4 hari, lalu saat berada
di tempat muqim selama 3 hari dan ia masih memerlukan
waktu, tetapi niatnya apabila urusannya selesai ia akan
segera pulang ke kampung halamannya maka ia dibenarkan
untuk terus jama' qashar selama 18 hari(tidak dihitung hari
kedatangan dan hari kepulangan).

Sedangkan jika ia safar pulang maka batas ia boleh jama'


dan qashar itu pada kampung halamanjya, bila ia sudah
memasuki kampungnya maka tidak boleh lagi melakukan
jama' qashar.

2. Pada penjelasan qashar dan jama' sebelumnya ada


disebutkan kalau selain 4 hal yang telah disebutkan
tersebut maka lebih utama untuk melakukan shalat
tamam dan melakukan shalat di waktunya, apakah berarti
selain 4 hal tersebut shalat qashar dan jama' yang kita
lakukan tidak bagus?

Jawabnya :

Di dalam bahasa arab kata lebih utama itu disebut


afdhal, disebutkan pada ushul fiqih bila ada disebut kata
afdhal maka muqabilnya(lawannya) adalah fadhal yang
bermakna "utama". Jadi, kalau kita melakukan jama qashar

Muka _ Daftar Isi


- 29
-

bukan di saat 4 hal tersebut bukanlah hal yang tidak bagus,


fadhal bermakna bagus juga sekalipun ya memang yang
lebih utamanya ditinggalkan.

3. Apakah boleh menjama' atau qashar seseorang


yang pekerjaannya sehari-hari menyebabkan dia
selalu safar?

Jawabnya:

Seorang yang sehari-hari safar maka yang lebih


utama untuknya untuk tamam dan tidak jama'(balik lagi ke
pembahasan sebelumnya tentang afdhal).

ْ‫ْكمالحْيسافرْيفْالبحر‬،‫ْمنْاختلفْيفْجوازَْصره‬:‫وخرجْبقولناْوملْخيتلفْيفْجوازَْصره‬
ْ‫ْخروجاْمنْخالف‬،‫ْومنْيِْْالسفرْمطلقاْكالساعيْفإنْاإلمتامْأفضلْله‬،‫ومعهْعيالهْيفْسفينة‬
9.‫ْكاإلمامْأمحِْرضيْللاْعنه‬،‫منْأوجبه‬
ْ

4. Kalau kita dalam perjalanan yang tidak memungkinkan


singgah untuk shalat dan kendaraannya pun tidak
memungkinkan kita menyempurnakan gerakan shalat
fardhu, karena misalnya naik bus yang berhentinya tidak
tepat di waktu shalat. Apa yang harus kita lakukan?

Jawabnya:

9
I’anatu Thalbin juz 2 hlm 113

Muka _ Daftar Isi


- 30
-

Kalau memang tidak bisa singgah, dan shalat di


kendaraan yang kita tumpangi itu pun tidak bisa
menyempurnakan gerakan shalat. Maka opsi yang bisa kita
pilih menurut madzhab syaf'i adalah melakukan shalat lil
hurmatil waqti(shalat menghormati waktu). Shalatnya
dengan duduk saja seperti biasa, menghadap ke arah mana
kendaraan, rukuk dan sujudnya dengan menundukkan
kepala.

Namun, saat nanti kondisi normal shalat iniwajib


diulang kembali. Untungnya shalat pengulanan ini tidak
dihukumi qadha'an, tidak berdosa(kalau shalat biasa
dikerjakan di luar waktu hukumnya berdosa), dan andai kita
mati diperjalanan itu shalat kita tidak dituntut lagi.

ْ‫ض‬ ِ ‫ىْاْل َْر‬


ْ َ‫اْعل‬ ِ ‫افْلَوْنََْزَلْلِي‬ ِ ‫ْالص َالةُْالْمكْتوبةُْوهم‬
َ ‫صلِّيَ َه‬ َ ُ َ ْ َ ‫ْْو َْخ‬ َ ‫ْسائُرو َن‬َ ْ ُ َ َ ُ َ َّ ‫ت‬ ْ ‫ضَر‬
َ ‫ْح‬ َ ‫اْولَ ْو‬
َ َ‫َص َحابُن‬
ْ ‫الْأ‬ ََ
ْ‫اْع ْن َْوَْتِ َها‬ ِ ِ َّ ‫ُْيَُْزْتَرُك‬ ِِ ‫افْعلَىْنَ ْف ِس ِهْأَو‬ ِِ ِ ِ ِ
َ ‫اج َه‬
ُ ‫ْالص َالة َْوإ ْخَْر‬ ْ َ ْ‫ْمالهْ َمل‬
َ ْ َ َ ‫ْخ‬َ ‫اْع ْن ُْرفْ َقتهْأ َْو‬َ ‫اع‬ ً َ‫َإلْالْقْب لَةْانْقط‬
ِ ‫بلْيصلِِّيهاْعلَىْالَِّابَِّة‬
ِْ َْ‫ْْلُْرَم ِةْالْ َو‬
10‫ت‬
َ َ َ ُ َْ

5. Apa hukum berbicara di antara dua jama' shalat taqdim?

Jawabnya tidak apa-apa, di ibarat kitab yang aku


akan tulis di bawah ini dijelaskan sekalipun orang tersebut
gila atau murtad akan tetapi gila dan murtadnya hanya
sebentar(kalau lama maka muwalatnya terputus). Yang perlu
diperhatikan di saat jama' taqdim itu adalah muwalatnya

10
Al-Majmu’ syarah Muhadzab juz 3 hlm 222

Muka _ Daftar Isi


‫‪- 31‬‬
‫‪-‬‬

‫‪yakni harus bersambung dan tidak terpisah lama. Ukuran‬‬


‫‪lamanya pemisah tersebut para ulama memberi batasan 2‬‬
‫‪raka'at, ya sekitar 3 menitan. Jadi kita harus melaksanakan‬‬
‫‪shalat kedua sebelum 3 menit pemisah, kalau sudah 3 menit‬‬
‫‪maka shalat jama' dianggap terputus, jadilah shalat kedua‬‬
‫‪wajib dikerjakan pada waktunya nanti.‬‬

‫ْعلَْي ِه َْو َسْلَّ َمْ‪ْ-‬لَ َّم َ‬


‫اََْ َعْ‬ ‫صلَّىْ َّ‬ ‫يح ْ ِ‬ ‫)ِْل َِب َّ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫اللُ َ‬ ‫ُس َامةَْ«أَنَّهُْ‪َ ْ-‬‬ ‫ْع ْنْأ َ‬ ‫ْي َ‬ ‫ْالصح َ‬ ‫صلْيَسْي ََ‬ ‫ضُّرْفَ ْ‬‫(وَلْيَ ُ‬ ‫َْ‬
‫ونْأ َْوْ ِرََّّةٍ َْو َع َاَّْ‬ ‫ص ُلْالْيَ ِسْيُْبِنَ ْح ِو ُْ‬
‫ْجنُ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫بِنَ ِمرةَْأََامْلِ َّ ِ‬
‫ص َلْالْ َف ْ‬ ‫ْح َ‬ ‫ْماْلَ ْو َ‬ ‫كَ‬ ‫لص َالةْبَْي نَ ُه َما»ْ َو ََشَ َلْذَل َ‬ ‫َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الْ‪ْ،-‬‬ ‫تْْبِهْالْ َوال ُِْ‪َ ْ-‬رمحَهُ َّ‬
‫ْاللُْتَ َع َ‬ ‫ُول َْوََتَُّرمهْ ِِبلثَّانيَةْ َك َماْأَفْ َْ‬
‫ْاْل َ‬‫ْس َالمهْم ْن ْ‬ ‫ْي َ‬‫ْع ْنَُْ ْر ٍبْبَ ْ َ‬
‫ل ِْْل ْس َالِم َ‬
‫ص ِلْ َك َماَْالَهُْ‬ ‫ُْثَّْتَ َذ َّكرْأَنَّهْنَواهََْبلْ ْطُ ِ‬ ‫ىْاْلَ ْم َع ِْيف ْ‬
‫ْي ِْيفْأَنَّهُْنَ َو ْ‬‫ْالص َالتَ ْ ِ‬
‫ولْالْ َف ْ‬ ‫ُول ُ َ ُ َ ُ ْ َ‬ ‫ْاْل َ‬ ‫ْي َّ‬ ‫أ َْوْتَ َرََّّ ََّْبَ ْ َ‬
‫ْالَزرَك ِشي‪ْ:‬وهوْاْلْوجه ِ ِ‬ ‫ك ْْلَِوالِ ِِهِ‪َ َْ،‬‬ ‫ُْمَالًِف ِ ِ‬ ‫ْعْن ِِْنَ ْف ِس ِه ُ‬
‫الروَيِنُّ ِْمن ِ‬
‫ِْبلْ َقْيِْالْ َما ِِّرْفَ َالْيَ ُ‬
‫ضُّر ِْيفْ‬ ‫ال َّ ْ ُّ َ ُ َ َ ْ ُ‬ ‫اْيفْ َذل َ‬ ‫ُّ َ ْ‬
‫طْلَهُ ِْيفْالش َّْرِع َْوَل ِْيفْاللُّ ْغَ ِةْفَ َر َج َعْإلَيْ ِهْ‬‫ْضابِ َ‬ ‫ِ‬ ‫فْطُولُه ِ‬ ‫ُّ ِ ِ‬
‫صُرهُْ( ِِبلْ ُع ْرف)ْإ ْذ َْل َ‬ ‫)ْوَ َ‬‫اْ(ويُ ْعَر ُ ُ َ‬ ‫الص َورْ ُكلِّ َه َ‬
‫ْيْولَوْ ِِبَخ ِ ِ‬ ‫ضْوِمنْالطَّ ِو ِيلْ َ ِْر ِ‬ ‫فِ ِيهْ َك ِْ‬
‫فُْمُْك ٍ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ُ ْ‬ ‫ْص َالة َْرْك َعتَ ْ ِ َ ْ َ ِّ‬ ‫اْل ْرِز َْوالْ َقْب ِْ َ ْ‬
‫نْْكماْاَ تضاهْإطالَ ه ْم‪11‬‬
‫ُ َ‬

‫الحمد هلل رب العالمين‬

‫‪11‬‬
‫‪Nihayatul Muhtaj juz 2 hlm 277‬‬

‫‪Muka _ Daftar Isi‬‬


DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur'an

2. Al-Bukhari Al-Ju’fi, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin


Ibrahim bin Mughirah bin Bardzizbah 2002, Shohih Bukhori,
beirut: dar Ibnu katsir.

3. Al-Muslim, Imam Al hafidz abi husain Muslim bin Hijaj al


Qusyairi An Naysaburi 2006, Shahih Muslim, Riyadh, Dar ath-
thaybah.

4. Al Kaff, Habib Hasan bin Ahmad 2006, At-Taqriiratu As-


Sadiidah, Surabaya : Dar Al-uluum al-islamiyah.

5. At-tarmasi, Syaikh Muhammad Mahfudz bin Abdullah 2011,


Hasyiah At-Tarmasiy, Jeddah : Dar Al-Minhaj.

6. Basaudan, Syaikh Abdullah bin Ahmad bin Abdullah Asy-


syafi'i 1973, 'Uddatu Al-Musafir Wa Umdatu Al-Hajj Wa Az-
Zaair, Cairo: Al-madani.

7. Al-alawy, As-sayyid Syarif Muhammaf bin Ali Khirid Al-


husaini 2011, Al-Wasail Asy-Syafi'iyyah, bairut : Dar Al-Hawy.

8. Ad-Damiriy, Syaikh Kamaludin Muhammad bin Musa 2005,


Hayatu Al-Hayawan Al-Kubra, Damaskus: Dar Al-Basyair.

9. Ad-Dimyathi, Syaikh Abi Bakar Sayyid Al-Bakri bin Sayyid


Muhammad Syatha 2009, I'anatu At-Thalibin, Jakarta: Dar al-
Kutub Al-islamiyah.

10. An-Nawawi, Imam Abi Zakaria Yahya bin Syaraf Asy-Syafi'i


2008, Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, Jeddah: Maktabah Al-
Irsyad.

11. Ar-Ramli, Imam abi Abbas Ahmad bij Hamzah asy-Syafi'i


2003, Nihayah Al- Muhtaj, Beirut : Dar al-Kutub Al-ilmiyyah.

Muka _ Daftar Isi

Anda mungkin juga menyukai