LP & Askep Inc Lisnawatie
LP & Askep Inc Lisnawatie
LP & Askep Inc Lisnawatie
OLEH :
LISNAWATIE
NIM: 20231490104040
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Asuhan
Keperawatan Inpartu Kala II Multigravida Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis
Ketuban Pecah Dini Di Ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun dalam rangka untuk
ataupun melengkapi mata kuliah Praktik Profesi Keperawatan.
Laporan dan Asuhan Keperawatan Maternitas ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria A Adhelheid Ensia, S.Pd, M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M. Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Ayu Puspita, Ners, M. Kep selaku dosen pembimbing Akademik yang
telah banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Eka Tara, S. Tr., Keb selaku dosen pembimbing Klinik dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Kelompok II C Profesi Ners Tahun Akademik 2023/2024 STIKES Eka Harap
Palangka Raya atas segala bantuan, dukungan dan motivasi dalam penyusunan
asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan dan Asuhan Keperawatan Maternitas ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena ini, Penulis berharap tanggapan dan
kritikan serta saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis
berharap agar Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini bermanfaat bagi
kita semua.
Lisnawatie
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................
1.4.1 Bagi Pelayan Kesehatan...................................................................................
1.4.2 Bagi Institusi....................................................................................................
1.4.3 Bagi pasien dan keluarga.......................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini.......................................................................
2.1.1 Definisi...........................................................................................................
2.1.2 Etiologi...........................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi.......................................................................................................
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................
2.1.5 Komplikasi.....................................................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan Medis...................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................................................
2.2.2 Diagnosa.........................................................................................................
2.2.3 Intervensi........................................................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah prematur masih belum diketahui secara pasti.
Namun beberapa faktor predisposisi yang berhubungan dengan kejadian KPP
antara lain, yaitu :
1. Infeksi vagina atau serviks
Infeksi seperti gonorrhea, streptococcus, group B dan grandelavaginalis
bacteriolis fragilis, lactobacilli, shaphylococus. Bakteri ini melepaskan
mediator inflamasi yang menyebabkan adanya pembukaan dan perubahan
serviks dan pecahnya selaput ketuban.
2. Serviks yang inkompetensia
Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik
uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intrauterin
Tekanan intrauterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) pada usia lebih dari 37 minggu sering mengalami
KPP.
4. Keadaan fetus yang abnormal
Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya letak sungsang atau letak
lintang dapat menyebabkan KPP.
5. Trauma yang didapat
Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena
biasanya disertai infeksi.
6. Riwayat KPP
Ibu hamil yang memiliki riwayat KPP pada kehamilan sebelumnya
beresiko 2-4 kali mengalami KPP kembali akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dan membran sehingga memicu terjadinya KPP.
7. Makrosomia
Berat badan neonates >4000 gram menimbulkan overdistensi uterus yang
mengakibatkan uterus menipis/selaput merangsang dan pecah.
8. Hipermoftalitas
Kontraksi otot uterus rahim menjadi meningkat yang menekan selaput
amnion.
9. Faktor lain :
1) Faktor golongan darah yang tidak sesuai menimbulkan kelemahan
bawaan pada bayi, termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
2) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3) Faktor multi graviditas, merokok, dan perdarahan antepartum.
4) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
(Nugroho, 2012).
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi ketuban pecah dini dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Ketuban Pecah Dini Preterm / Preterm Premature Rupture of the
Membrane (PPROM)
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban pada saat umur
kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang dari 37 minggu (POGI,
2016).
2. Ketuban Pecah Dini Aterm / Premature Rupture of the Membrane (PROM)
Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm merupakan pecahnya ketuban
pada saat umur kehamilan ibu ≥37 minggu (POGI, 2016).
2.1.4 Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban dalam persalinan umumnya disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimiawi yang menyebabkan selaput ketuban
menjadi rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban sudah rapuh. Ada
keseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks ekstraseluler. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan ketuban pecah (Saifuddin, 2014).
Terjadi peningkatan pada periodonitis dan ketuban pecah dini
cenderung terjadi. Selaput ketuban sangat kuat pada awal kehamilan. Pada
trimester ketiga, selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran rahim, kontraksi rahim, dan
gerakan janin. Pada trimester akhir, terjadi perubahan biokimiawi pada
selaput ketuban (Saifuddin, 2014).
WOC
B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breathing) (Blood) (Brain) (Bladder) (Bowel) (Bone)
Perawatan
Akumulasi Kurang Mual muntah
sekret Kontraksi Pengeluaran
berlebihan mediator nyeri
2.2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Poka SDKI DPP PPNI, 2017)
1. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(ketuban pecah sebelum waktunya) (SDKI, D.0142; 304)
2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks (SDKI, D.0079; 176)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (SDKI, D.0080; 180)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (SDKI,
D.0111; 246)
2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan diberikan jika kemampuan merawat diri klien
berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah
diketahui. Berikut intervensi yang dapat dilakukan sesuai Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) :
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Risiko infeksi dibuktikan dengan Setelah dilakukan tindakan asuhan
Pencegahan Infeksi (SIKI I.14539 Hal.278)
ketidakadekuatan pertahanan tubuh keperawatan selama 3x7 jam diharapkan
Observasi :
primer (ketuban pecah sebelum Resiko infeksi menurun dengan kriteria
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
hasil sistemik
waktunya) (SDKI, D.0142; 304)
kriteria hasil : SLKI (L.14137 hal 139)
Terapeutik :
1. Kebersihan tangan meningkat (5)
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Kebersihan badan meningkat (5)
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Demam menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
4. Kemerahan menurun (5) dengan pasien dan lingkungan pasien
5. Nyeri menurun (5) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
6. Bengkak menurun (5) berisiko tinggi
7. Kultur area luka membaik (5)Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gelaja infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
2. Nyeri melahirkan berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal.201)
keperawatan selama 3x7 diharapkan Observasi :
dengan dilatasi serviks (SDKI,
nyeri akut berkurang dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
D.0079; 176) hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
SLKI (L.08066 hal 145) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
2. Meringis menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Gelisah menurun (5) memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
5. Nafsu makan membaik (5) tentang nyeri
6. Pola tidur membaik (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
9. Monitor efek samping yang sudah diberikan
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
mandiri
5. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
selama 1 x 24 jam diharapkan tingkat Observasi
ancaman terhadap kematian (SDKI,
ansietas menurun dengan 1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah
D.0080; 180) Kreteria Hasil : (mis. Kondisi, waktu, stressor)
1. Verbalisasi kebingungan menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi keputusan
yang dihadapi menurun 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non
3. Perilaku gelisah menurun verbal)
4. Perilaku tegang menurun Terapeutik
5. Konsentrasi membaik 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
6. Pola tidur membaik menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
, jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat anxietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika
perlu
5. Defisit pengetahuan berhubungan Tingkat Pengetahuan (SLKI L.12111 Edukasi Kesehatan (SIKI I.12383 Hal65)
hal 146) Observasi
dengan kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
(SDKI, D.0111; 246) selama 3x7 jam diharapkan tingkat menerima informasi
pengetahuan teratasi dengan kriteria Terapuetik
hasil: 1. Sediakan materi dan media pendidikan
Pertanyaan tentang masalah yang kesehatan
dihadapi meningkat Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dilakukan sesuai dengan
intervensi keperawatan yang sudah dibuat, setiap implementasi akan ada respon hasil
dari pasien setiap harinya. Implementasi keperawatan ini dilakukan dengan tujuan
pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit
yang dialami oleh pasien sehingga pasien mencapai derajat kesembuhan yang
optimal dan efektif (Lazuarti, 2020)
PENGKAJIAN
Riwayat Obstetri :
4. PEMERIKSAAN FISIK
Subjektif Objektif
1. Keadaan Umum Suhu : 36,30C
BB sebelum hamil 55 kg Nadi : 82x/menit
Tekanan Darah: 125/85 mmHg
BB : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Kesadaran : Composmentis
Turgor Kulit : Baik
Vulva/vagina :
- Edema/tumor/penyempitan : Tidak
14. Pem ada
eriksaan Dalam
Portio :
- Konsistensi :-
- Pendataran : -
- Pembukaan : 2
- Hodge/bagian terendah: Kepala
- Selaput Ketuban : Normal
- Presentasi : -
- Posisi : -
1. Darah
HB :- Golongan Darah/Rh B : -
Gula Darah :- Leukosit :-
VR/VDRL :-
Golongan Darah/Rh : A
2. Urine
Protein ………………………………... Sedimen
Reduksi ……………………………….
3. Pemeriksaan tambahan
TTT/NST …………………………… TTO/OCT
USG ………………………………… Amnioscopy
TORCH …………………………….. Rontgen
I. PENGOBATAN
Nama Obat Dosis Rut Indikasi
e
Inf. RL 20 Tpm IV untuk resusitasi cairan, misalnya pada
pasien syok, luka bakar, demam
berdarah dengue, dan dehidrasi.
Lisnawatie
ANALISIS DATA
Ruang Rawat : VK
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam Reduksi Ansietas (I.09314)
dengan kekhawatiran diharapkan tingkat ansietas menurun dengan Kriteria Observasi
mengalami kegagalan Hasil : 1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
(SDKI, D.0080 Hal 180) stressor)
SLKI (L.09093 Hal 132) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Verbalisasi kebingungan menurun (5) 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi Terapeutik
menurun (5) 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3. Perilaku gelisah menurun (5) 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
4. Perilaku tegang menurun (5) memungkinkan
5. Konsentrasi membaik (5) 3. Pahami situasi yang membuat anxietas
6. Pola tidur membaik (5) 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama Pencegahan Infeksi (SIKI I.14539 Hal.278)
berhubungan dengan 3x7 jam diharapkan Resiko infeksi menurun dengan Observasi :
ketidakadekuatan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
pertahanan tubuh primer SLKI (L.14137 Hal 139) Terapeutik :
(ketuban pecah sebelum 1. Kebersihan tangan meningkat (5) 1. Batasi jumlah pengunjung
waktunya) 2. Kebersihan badan meningkat (5) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Demam menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
(SDKI, D.0142 Hal 304) 4. Kemerahan menurun (5) lingkungan pasien
5. Nyeri menurun (5) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
6. Bengkak menurun (5) Edukasi :
7. Kultur area luka membaik (5) 1. Jelaskan tanda dan gelaja infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
TTV
- TD : 120/80 MmHg
- Nadi: 80 x / menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,3 ᵒC
- SPO2 : 99%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
P: Lanjutkan intervensi
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Zainal, & Yeni Agus S. (2016). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah
Dini pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Bantuan Lawang. Jurnal
Kesehatan Hesti Wirasakti. Volume 4 Nomor 1, 101–109. Diakses pada 30 Juni 2022.
Retrieved from https://jurnal.poltekkes-
soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/view/128
Andalas, Mohd dkk. (2019). Ketuban Pecah Dini dan Tata Laksananya. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala. Volume 19 Nomor 3. Diakses pada 30 Juni 2022. Retrieved from
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/18119
Asepta, Beti., Tinuk Esti Handayani., & Agung Suharto. (2013). Hubungan Antara Ketuban
Pecah Dini dengan Perpanjangan Kala 1 Persalinan. 2-TRIK: Tunas- Tunas Riset
Kesehatan. Volume 3 Nomor 4. Diakses pada 06 Juli 2022. Retrieved from
https://jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id
Astuti, P. H. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan I Kehamilan. Yogyakarta: Rohima Press.
Azisyah, Afifatul., Sri Wahyuni, & Hernandia Distinarista. (2019). Hubungan antara
Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Prosiding Seminar Nasional Konstelasi
Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) Klaster Kesehatan. Diakses pada 30 Juni 2022.
Retrieved from http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/kimukes/article/view/7941
Helmi, Nur & Zulmeliza Rasyid. (2020). Determinan Persalinan Sectio Caesarea Pada Ibu
Bersalin Suatu Rumah Sakit di Kota Pekanbaru Tahun 2019. Jurnal Kesehatan
Komunitas. Volume 6 Nomor 1, 115-120. Diakses pada 30 Juni 2022. Retrieved from
http://jurnal.htp.ac.id
Izati, Diffa Khuni’. (2020). Asuhan Keperawatan pada Ny. Y dengan Diagnosa Medis “Post
Sectio Caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini” di Ruang Nifas RSUD Bangil
Pasuruan. Karya Tulis Ilmiah. Sidoarjo: Akademi Keperawatan Kerta Cendekia.