LP+ASKEP - Devia - RG - Cempaka New
LP+ASKEP - Devia - RG - Cempaka New
LP+ASKEP - Devia - RG - Cempaka New
Disusun Oleh :
Devia
NIM: 2022-01-14401-006
1
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ny.
D Dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesare P2 A2 Fetal Distress Di Ruang
Cempaka Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan Maternitas Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Dina Rawan G.Rana, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan serta Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
3. Ibu Vina Agustina Ners., M. Kep Selaku Koordinator PKK II dalam
Program Studi D3 Keperawatan STIKES Eka Harap Palangka Raya
4. Ibu Amiyani Kristina, Ners., M. Kep., Ners selaku dosen Pembimbing
Institusi dan Tim penilai Ujian Praktek Lapangan di Ruang Sakura, yang
telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan dalam penulisan
penyelesaian laporan ini.
5. Ibu Lidya Amiani, S. Kep., Ners Selaku Pembimbing Lahan yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 15 Juni 2024
Devia
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan........................................................................................2
1.4 Manfaat………..........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Sestio Caesare ....................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................4
2.1.3 Etiologi Klasifikasi.........................................................................7
2.1.5 Fatofisiologi (WOC)....................................................................10
2.1.6 Manifestasi Klinis........................................................................13
2.1.7 Komplikasi...................................................................................13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...............................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis................................................................14
2.2 Konsep Penyakit Fetal Distres.................................................................15
2.2.1 Definisi.........................................................................................15
2.2.2 Etiologi.........................................................................................15
2.2.3 Klasifikasi....................................................................................16
2.2.5 Patofisiologi.................................................................................17
2.2.7 Penatalaksanaan Medis ..................................................................18
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan...........................................................19
2.3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................19
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................22
2.3.3 Intervensi Keperawatan................................................................23
2.3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................32
2.3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB 1
PENDAHULUAN
4
5
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang ,
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,
bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung
badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya.
Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris
membesar.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina
dan kelenjar paravagina..
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora
6
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar
dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini
kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi
merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba,
sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan
otot.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus
terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di
bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian
utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian
sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
7
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan
cepat terhadap stimulai esterogen dan progesterone
2.1.3 Etiologi
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuranukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun
dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1). Kelainan pada letak kepala
a. Letak kepala tengadah , Bagian terbawah adalah puncak
9
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Sectio Caesarea Klasik atau Kopral
Ciri sectio cessarea klasik ini adalah dengan panjang sayatan kira-
kira 10 cm yang memanjang pada korpus uteri. Untuk mencegah masuknya
air ketuban dan darah ke rongga perut maka setelah dinding perut dan
peritoneum parietal tersayat dan terbuka pada garis tengahnya harus dibalut
beberapa kain kasa panjang yang mencakup antara dinding perut serta
dinding uterus. Pada bagian ujung bawah di atas batas plika vesiko uterina
diberikan sayatan insisi pada bagian tengah korpus uteri dengan panjang 10-
12cm. untuk mengisap air ketuban sebanyak mungkin maka dibuatlah
lubang kcil pada kantong ketuban; kemudian lubang ini dilebarkan, dan
untuk memudahkan tindakan-tindakan selanjutnya maka janin dilahirkan
dari rongga perut. Plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan secara manual
serta berikan suntikan 10 oksitosin dalam dinding uterus atau intravena.
10
selanjutnya dinding uterus tersebut ditutup dengan jahitan catgut yang kuat
dalam dua lapisan; lapisan awal atau pertama terdiri atas jahitan simpul dan
lapisan kedua atas jahitan menerus. Selanjutnya diadakan jahitan menerus
dengan catgut yang lebih tipis, yang mengikutsertakan peritoneum serta
bagian luar miomertrium dan yang menutup jahitan yang terlebih
dahuludengan rapi. Akhirnya dinding perut ditutup secara biasa.
2.1.5 Patofisiologi
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menyebabkan nyeri (nyeri akut), akibat nyeri yang dirasakan dapat
menyebabkan sering terbangun saat tidur dan terjadi masalah gangguan pola
tidur, setelah proses pembedahan daerah insisi akan menutup dan
menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan kemerahan dan menyebabkan masalah risiko infeksi.(Martina,
2021).
12
WOC
POST SC
B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breathing) (Blood) (Brain) (Bladder) (Bowel) (Bone)
Perawatan
Akumulasi Kurang Mual muntah
sekret Kontraksi Pengeluaran MK :
berlebihan MK:
mediator nyeri Gangguan
Intoleransi
Eliminasi
Aktivitas
MK : Jalan MK : Resiko Urine
Pendarahan Nyeri saat Infeksi Intake Menurun
Nafas Tidak
Efektif Meningkat beraktifitas
MK : Defisit
MK: Resiko MK : Nyeri Nutrisi
Syok Hipolemix Akut
13
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada secsio sesarea (Emma, 2019 ), yaitu :
a. Infeksi puerperal (nifas) yang terdiri dari; ringan, dengan kenaikan suhu
beberapa hari saja. Sedang, dengan kenaikan suhu lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung. Dan berat, dengan peritonitis, sepsis
dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai pada partus tak maju, dimana
sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama.
b. Perdarahan, disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka, karena atonia uteri dan perdarahan pada plasenta
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
repetonialisasi terlalu tinggi
d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemantauan janin terhadap kesehatan janin, pemantauan EKG, elektrolit,
hemoglobin / Hematokrit, golongan darah, urinalis, pemeriksaan sinar x sesuai
indikasi, ultrasound sesuai pesanan. (Esta, 2017)
15
2.2.2 Etiologi
a. Penyebab fetal distress (mamuaba, 2011) adalah:
1. Kelainan pasokan plasenta solutio plasenta, plasenta previa, postterm, prolapsus
tali pusat, lilitan tali pusat, pertumbuhan janın terhambat, insufisiensi plasenta,
kompresi tali pusat.
2. Kelainan arus darah plasenta hipotensi ibu, hipertensi, kontraksi hipertonik,
Saturası oksigen ibu berkurang: hipoventilasi, hipoksia, penyakit jantung
b. Faktor yang mempengaruhi fetal distress akut
1. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat adalah abnormal dan uterus
dalam keadaan istirahat yang lama dapat mempengaruhi surkulasi utero platenta,
ketika kontraksi sehingga mengakibatkan hipoksia uterus
16
sangat sensitive. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus
dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat i buah lubong, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus
vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah, muara kelenjar
paraurethral Kelenjar bartholint berfungsi untuk mensekresakan cairan mukoid
ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghang
menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri bakteri
pathogen
6. Himen (selaput darah).
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapsan tipis mi yang menutupi
sahagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing
wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada
yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jarı, ada yang dapat
dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,
biasanya pada bagian posterior
7. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi otot-
otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk
menjaga kerja dari sphincter ani.
b. Genitalia Interna
20
1. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahım dengan
vulva. Jarıngın muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak
antara kandung kemih dan rektum Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan
dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang menonjol ke dalam
vagina disebut portio.
2. Uterus:
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rectum. Dinding belakang dan depan dan bagan alas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih
Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang utama
dari arterı illiaka interna (arterihipogastrika interna) .Bentuk uterus seperti bola
lampu dan gepeng
a) Korpus uteri: berbentuk segitiga
b) Serviks uteri: berbentuk silinder
c) Fundus uteri: bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal
tuba
3. Tuba Fallopi
Tuba fallopii merupakan tubulo-makuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. Fungsi tubae sangat penting, yaitu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasıl konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasıl konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap melakukan implantasi
4. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenarı terletak kiri dan kanan uterus di
bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan
pada saat kim kira pertengahan (hari ke 14) siklus menstruasi Ovulasi adalah
pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum Ketika dilahirkan, wanita
memiliki cadangan ovum sebanyak 100 000 buah di dalam ovariumnya, bila
habis menopause (Manuaba, 2010)
2.2.4 Klasifikasi
21
2.2.6 Komplikasi
Hipoksi dan asidosis yang terjadi pada fetal distress dapat menyebabkan
kematian pada janin. Selain itu, keadaan mi besa menimbulkan kerusakan pada otak
janin. Berdasarkan penelitian Rochtar (2004) dalam prawiroharjo (2010) pada spesies
primata, oklusi tali pusat menunjukkan gambaran nekrosis pada otak janin yang
semakin berat sesuai dengan tingkat oklusi dan lama oklusi yang terjadi.
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama :
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa nyeri. Lokasi
luka biasanya terdapat pada daerah- daerah yang menonjol, misalnya pada daerah
abdomen , daerah tangan , telapak kaki,.
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,
intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan
serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang
telah dilakukan perawat disini harus menghubungkan masalah kulit dengan
gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan
neuropati
3) Riwayat Kesehatan masa lalu:
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
27
hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa
lalu yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka dapat
dipengauhi oleh penyakit-penyakit yang diturunkan seperti : DM, alergi,
Hipertensi ( CVA ). Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis yang pernah
dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi apakah perubahan pada kulit
merupakan manifestasi dari penyakit sistemik seperti : infeksi kronis, kanker, DM
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien biasanya baik atau compos
mentis (CM) dan umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau
cema s akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
2) B1 (Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.
3) B2 (Blood)
Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan atau dalam batas normal tidak ada
bunyi jantung tambahan dan tidak ada kelainan katup.
4) B3 (Brain)
Kaji adanya hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/kehilangan
fungsi. Pergerakan mata atau kejelasan penglihatan, dilatasi pupil. Agitasi
berhubungan denan nyeri atau ansietas.
5) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Perubahan pola kemih
seperti inkontinesia urin, disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihan.
6) B5 (Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya anoreksia abdomen, dan nyeri tekan abdomen.
7) B6 ( Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Kaji adannya berat tiba-tiba mungkin
teralokasi pada area jaringan dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi
28
persalinan, pada ibu yang mengalami kehamilan tanda khas pada abdomen
terdapat linia nigra, observasi juga pada blas apakah teraba penuh atau tidak.
- Punggung dan bokong, dilihat apakah ada kelainan pada tulang belakang,
apakah terdapat nyeri tekan.
- Genetalia, observasi perdarahan pervaginam, apakah terpasang dower cateter,
observasi apakah terdapat luka ruptur, episiotomi bagaimana keadaan luka,
bersih atau tidak.
- Anus, observasi apakah ada pembengkakan, terdapat lesi atau tidak, apakah
terdapat hemoroid.
- Ekstremitas Atas : pada ekstremitas atas dilihat tangan kiri dan kanan simetris
atau tidak, terdapat lesi atau tidak, edema, observasi juga apakah ada nyeri tekan
serta ROM.
- Bawah : pada ekstremitas bawah diobservasi apakah terdapat varises, edema,
pergerakan kaki serta ROM.
8.
23
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri I.08238, hal 201)
dengan diskontuinitas keperawatan selama 1x7 jam Observasi :
jaringan (D.0077.Hal diharapkan nyeri dapat terkontrol 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi frekuensi,kualitas,intensitas
172) dengan kriteria hasil : nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri pasien menurun.
3. Identifikasi respon nyeri secara non verbal
(5)
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Meringis pasien menurun.(5). 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3. Skala nyeri berkurang 0-3 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
4. Kegelisahan pasien menurun.(5)
8. Monitor efek samping penggunaan analgesic
5. Ketegangan otot pasien.(5) Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Kesulitan tidur pasien menurun
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
7. Kemampuan menuntaskan
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
aktivitas pasien meningkat. (5)
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
8. TTV dalam batas normal meredakan nyeri
24
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic
2. defisit nutrisib.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan keperawatan 1x7 jam diharapkan Observasi
status nutris membaik , dengan
mencerna makanan 1. Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil :
(D.0019) 1. Porsi makana yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Kekuatan mengunyah meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
3. Kekuatan otot menelan membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
4. Penyiapan dari penyimpanan 6. Monitor asupan makanan
makanan yang aman 7. Monitor berat badan
5. Nyeri abdomen menurun 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
6. Indeks massa tubuh (IMT) Terapeutik
membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
7. Membran mukosa membaik 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
25
Kolaborasi :
4. Gangguan eliminasi Eliminasi urin L.04034 hal 24 Manajemen Eliminasi Urin I.04152
27
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan (Dukungan Mobilisasi I.05173, hal 30)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam
Observasi :
kelemahan otot (D.0056. diharapkan mobilisasi fisik
Hal 128 ) meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
6 Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan ( Manajemen syok hipovolemik I.02050. hal. 222)
Hipovolemik keperawatan selama 1x7 jam
Observasi :
berhubungan dengan diharapkan Tingkat syok menurun
perdarahan yang dengan kriteria hasil : 1. Monitor status kardiopulmonal
berlebihan, pindahnya
29
Kolaborasi :
7. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (I.01011) Hal. 187
tidak efektif berhubungan keperawatan 1x7 jam diharapkan Observasi
Pola napas membaik dapat membaik
dengan efek farmakologis 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil :
(D.0001) 1. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi,
2. Penggunaan otot bantu napas wheezing, ronchi kering)
menurun
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Pemanjangan fase ekspirasi
menurun Terapeutik
4. Frekuensi napas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-
5. Kedalaman napas membaik
lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
31
Atik, Syiska, Jenie Palupi, and Yunita Sari. 2019. “Gambaran Derajat Asfiksia
Neonatorum Pada Persalinan.” 01(1): 13–20.
Dina Misfonica. 2019. “Efektivitas Aromaterapi Lavender Terhadap Tingkat Nyeri
Pada Pasien Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Kusuma Ungaran.” :
1–9.
Emma AN, et al,. (2019). Analisa Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Sectio
Caesarea di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Kalimantan Selatan:
Jurnal Berkala Kesehatan. Vol. 6 no. 1, hal.31-42.
Esta AF. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Persalinan Sectio
Caesarea di RSUD Rantau Prapat : http://repo.poltekkesmedan.ac.id
Lestari AA, et al,. (2020). Hubungan Riwayat Preeklampsia dengan Kejadian
Preeklampsia pada Ibu Hamil. STIKES Widya Nusantara Palu : Mutu Pelayanan
Kebidanan. http.//www.acdemia.edu.
Kemenkes RI (2022) Profil Kesehatan Indonesia 2021, Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
Kementerian Kesehatan RI. (n.d.). Data dan Informasi Kesehatan Indonesia 2019.
Profil Kesehatan Indonesia, 8, 1–213
Mardiyaningsih, E., Purwaningsih, H., & Galih Widodo, G. (2021). Breastfeeding Self
Efficacy Ibu Post Seksio Saesarea. Journal of Holistic Nursing Science, 8(1), 54–
60. https://doi.org/10.31603/nursing.v8i1.3509
Martina, I., & Jainurakhma, J. (2021). Tingkat Breastfeeding Self Efficacy Terhadap
Motivasi Ibu Nifas Post-Op Sectio Secaria Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kepanjen Malang. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA,
11(2), 1–8
Yuli Aspiani, R. (2017). Asuhan Keperawatan Maternitas. In A. M@ftuhin (Ed.),
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia; Definisi Dan Indikator.
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
Safitri, S. (2020). Pendidikan Kesehatan tentang Anemia kepada Ibu Hamil. Jurnal
Abdimas Kesehatan (JAK), 2(2), 94. https://doi.org/10.36565/jak.v2i2.88.
50
Sari RM, at al,. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Sectio
Caesarea di Rumah Sakit DKT Bengkulu. Bengkulu: Jurnal Kebidanan dan
Kesehatan
Sulastri, M., Suryani, I. S., & Marlina, L. (2021). Efektivitas Kacang Hijau dan Buah
Naga Dalam Meningkatkan Kadar Hemoglobin dan Saturasi Oksigen Pada
Remaja. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analisis
Kesehatan Dan Farmasi, 21, 119–125
Tanziha, I., Utama, L. J., & Rosmiati, R. (2016). Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil Di
Indonesia. Jurnal Gizi Pangan, (. 11(2), 143–152
WHO. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi Diagnosis and
Management of Iron Media Informasi, Volume 19, Nomor 1,2023| 79 Deficiency
Anemia. Midwifery Journal, 1–4.