Makalah Fiqih Ibadah Shalat Dan Shalat Sunnat
Makalah Fiqih Ibadah Shalat Dan Shalat Sunnat
Makalah Fiqih Ibadah Shalat Dan Shalat Sunnat
“FIQIH IBADAH” Dosen Pengampu Bapak Mabrur Syah, S.Pd.I, S.IPI, M.HI
Disusun Oleh:
KURNIAWAN SAPUTRA (23701004)
Makalah dengan judul “SHOLAT WAJIB DAN SHOLAT SUNNAT” ini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas mata kuliah FIQIH IBADAH pada semester genap Prodi Hukum
Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam di Institut Agama Islam Negeri Curup.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mabrur Syah , S.Pd.I, S.IPI, M.HI
Selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan tugas sehingga saya dapat
menambah ilmu pengetahuan tentang “SHOLAT WAJIB DAN SHOLAT SUNNAT.” Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkesempatan hadir pada hari ini.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna baik dari segi penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, saya menerima kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kurniawan Saputra
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Masalah.................................................................................................1
B. Shalat Sunah......................................................................................................5
A. Kesimpulan.....................................................................................................12
Daftar Pustaka....................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam kehidupan umat islam masyarakat meyakini dan mengetahui bahwa shalat
merupakan perintah yang harus di lakukan atau di anjurkan oleh ummat islam itu sendiri.
Didalam pelaksanaan sholat ada beberapa hal yang harus di lakukan seseorang yang hendak
melaksanakan sholat seperti harus berwudhu’, suci tempatnya karena kedua hal tersebut
merupakan salah satu dari syarat shalat sehingga ketika seseorang melakukan shalat dan
keduanya ditinggalkan maka hal tersebut dapat membatalkan shalat seseorang karena ketika
salah syarat shahnya shalat di tinggalkan maka secara langsung shalatnya itu tidak di terima oleh
Tuhan, baik itu shalat yang wajib ataupun shalat sunnah.
Shalat merupakan salah satu bentuk interaksi langsung antara manusia dengan tuhannya,
maka dari itu ketika kita melakukan atau melaksanakan shalat kita di anjurkan untuk khusyuk
dalam shalat yang dia lakukan supaya shalat tersebut bisa di terima oleh tuhan Yang Maha Esa,
selain dari itu shalat memiliki berbagai macam keistimewaan.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Shalat Fardhu adalah shalat dengan status hukum fardhu, yakni wajib dilaksanakan.
Shalat fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni :
1. Fardhu 'Ain, yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam shalat ini adalah
shalat lima waktu dan shalat Jumat untuk pria.
2. Fardhu Kifayah, yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun akan gugur dan
menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang lain. Yang termasuk
dalam kategori ini adalah shalat jenazah.1
Shalat lima waktu adalah shalat fardhu (salat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari.
Hukum salat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim atau
muslimah yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan karena sebab
tertentu.2
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, "Shalat lima
waktu dan shalat Jum'at ke shalat Jum'at berikutnya menjadi pelebur dosa di antara shalat-
shalat itu selama tidak melakukan dosa besar. Puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya
menjadi pelebur dosa antara keduanya apabila meninggalkan dosa besar." {Muslim 1/144}
Shalat lima waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah menurunkan
perintah shalat ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Kelima shalat lima waktu tersebut adalah:
Dari Jabir RA, ia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Antara
seorang {muslim} dengan syirik dan kafir adalah meninggalkan shalat.' {Muslim 1/62}
1
Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari,Penerjemah : Abdul Hayyie al-Kattani,Ahmad Ikhwani dan Budiman
Mushtofa, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), Cet. 1, h. 58
2
M. Fadli Suhendra, Fiqh Ibadah Wanita, (Jakarta: Sinar Grafika,2011), Cet. 1, h.307
2
Shalat lima waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah menurunkan
perintah shalat ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Kelima shalat lima waktu tersebut adalah:
Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
"Waktu Zhuhur adalah apabila matahari telah condong sedikit ke Barat hingga bayangan
seseorang menyamai panjangnya, selama waktu Ashar belum tiba. Waktu Ashar adalah
selama matahari belum menguning, waktu Maghrib adalah selama mega merah belum
menghilang, waktu Isya adalah hingga separuh malam yang tengah, dan waktu Shubuh
adalah sejak terbit fajar sampai sebelum matahari terbit. Maka jika matahari telah terbit,
janganlah kamu lakukan shalat, karena matahari terbit di antara dua tanduk syetan. {Muslim
2/105}
1. Subuh, terdiri dari 2 raka'at. Waktu Shubuh diawali dari terbirnya fajar, yakni cahaya putih
yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh berakhir ketika terbitnya Matahari.
2. Zuhur, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Zhuhur diawali jika Matahari telah tergelincir
(condong) ke arah barat hingga bayangan seseorang menyamai panjangnya, dan berakhir
ketika masuk waktu Ashar. 3
3. Asar, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Ashar adalah selama matahari belum menguning. Waktu
Ashar berakhir dengan terbenamnya Matahari.
4. Magrib, terdiri dari 3 raka'at. Waktu Maghrib adalah selama mega merah belum
menghilang yang diawali dengan terbenamnya Matahari, dan berakhir dengan masuknya
waktu Isya.
5. Isya, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Isya adalah hingga separuh malam yang tengah yang
diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, dan berakhir hingga
terbitnya fajar keesokan harinya.4
Khusus pada hari Jumat, Muslim laki-laki wajib melaksanakan Shalat Jumat di masjid
secara berjamaah (bersama-sama) sebagai pengganti Salat Zhuhur. Shalat Jumat tidak wajib
dilakukan oleh perempuan, atau bagi mereka yang sedang dalam perjalanan (musafir).5
3
Syekh Muhammad Arsyad Al- Banjari, Kitab Sabilal Muhtadin 1, (Surabaya: PT Bina Ilmu,2005), Cet. 4, h. 305
4
Abbas Arfan, Fiqh Ibadah Praktis, (Malang: Uin-Maliki Press,2011), Cet. 1, h.62
5
Nawawi Abd. Djalil, Kupas Tuntas Salat Tata Cara dan Himahnya, Ttp., h. 56
3
Waktu shalat
Waktu shalat sangat berkaitan dengan peristiwa peredaran semu Matahari relatif
terhadap bumi. Pada dasarnya, untuk menentukan waktu shalat, diperlukan letak geografis,
waktu (tanggal), dan ketinggian. Urutan waktu shalat (dari pagi sampai malam) yaitu, Subuh,
Zuhur, Asar, Maghrib dan Isya.6
a. Zuhur
Waktu istiwa' (zawaal) terjadi ketika Matahari berada di titik tertinggi. Istiwa' juga
dikenal dengan sebutan "tengah hari". Pada saat istiwa', mengerjakan ibadah salat (baik
wajib maupun sunah) adalah haram. Waktu Zuhur tiba sesaat setelah istiwa', yakni ketika
Matahari telah condong ke arah barat.Biasanya pada jadwal salat, waktu Zuhur adalah 5
menit setelah istiwa'. 7
b. Asar
Menurut mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hambali, waktu Asar diawali jika panjang
bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Sementara madzab Imam Hanafi
mendefinisikan waktu Asar jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang
benda itu sendiri.8
c. Magrib
Waktu Isya didefinisikan dengan ketika hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit,
hingga terbitnya fajar shaddiq. Sedangkan waktu Subuh diawali ketika terbitnya fajar
shaddiq, hingga sesaat sebelum terbitnya Matahari (syuruq). َ9
6
Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri, Sholat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, (Yogyakarta, Nuha Litera, 2011), Cet. 1,
h. 33
7
Syaifurrahman El-Fati, Panduan Shalat Praktis & Lengkap, (Jakarta: Kawah Media, 2015), h. 162
8
Ibid, h. 163
9
Ibid, h. 164
4
Dari Abu Bakar bin Abu Musa Al Asy'ari dari ayahnya, bahwasanya Rasulullah SAW
telah bersabda, "Barang siapa melakukan dua shalat ketika dingin {Isya dan Subuh} maka
akan masuk surga'' {Muslim 2/114}
B. Shalat Sunah
Shalat sunah disebut juga salat an-nawâfil atau at-tatawwu’. Yang dimaksud dengan an-
nawâfil ialah semua perbuatan yang tidak termasuk dalam fardhu. Disebut an-nawâfil karena
amalan-amalan tersebut menjadi tambahan atas amalan-amalan shalat fardhu. 10
1. Shalat masnûnah ialah shalat-shalat sunah yang selalu dikerjakan Rasulullah, jarang
ditinggalkan, sehingga disebut juga dengan shalat mu’akkad (dipentingkan) 11
2. Shalat mandûdah adalah shalat-shalat sunah yang kadang dikerjakan oleh Rasulullah,
kadang-kadang juga tidak dikerjakan, sehingga disebut dengan shalat ghairu mu’akkad
(kurang dipentingkan).12
1. Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir
mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.
2. Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti
salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan,
seperti shalat khusuf yang hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).13
5
ada yang dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) diantaranya:
a) Shalat Wudhu
c) Shalat Taubat
d) Shalat Dhuha
e) Shalat Tahajjud
f) Shalat Rawatib
g) Shalat Istikhoroh
h) Shalat Muthlaq
i) Shalat Safar
a) Salat Tarowih
c) Shalat Gerhana
d) Shalat Istisqo’
e) Shalat Witir
6
Salat sunah ada yang dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) diantaranya:
Shalat sunat wudhu’ atau yang disebut juga dengan shalat syukrul wudhu adalah shalat
yang dikerjakan setelah berwudhu’.Tata cara pelaksanaannya adalah:
3) Shalat ini dikerjakan 2 rakaat sebagaimana shalat yang lain dengan ikhlas sampai salam
Shalat Tahiyyatul Masjid adalah Shalat yang dilakukan sebagai penghormatan terhadap
masjid, dilakukan oleh orang yang masuk ke dalam mesjid sebelum ia duduk.dikerjakan dua
raka’at. Cara pengerjaannya sama dengan sholat sunat yang lainnya.
1. Shalat Taubat Shalat Taubat adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim jika
ingin bertaubat terhadap kesalahan yang pernah ia lakukan. Shalat taubat dilaksanakan dua
raka'at dengan waktu yang bebas kecuali pada waktu yang diharamkan untuk melakukan
shalat.
2. Shalat Dhuha Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika
matahari sedang naik. Kira-kira, ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak
terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah raka'at shalat dhuha bisa
dengan 2,4,8 atau 12 raka'at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka'at sekali salam
3. Shalat Tahajud Shalat Tahajud adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu malam,
dimulai selepas isya sampai menjelang subuh.14
Jumlah rakaat pada shalat ini tidak terbatas, mulai dari 2 rakaat, 4, dan seterusnya.
Pembagian Keutamaan Waktu Shalat Tahajud
14
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h.429
7
a) Sepertiga malam, kira-kira mulai dari jam 19.00 samapai jam 22.00
b) Sepertiga kedua, kira-kira mulai dari jam 22.00 sampai dengan jam 01.00
c) Sepertiga ketiga, kira-kira dari jam 01.00 sampai dengan masuknya waktu subuh
c. Sholat Rawathib
Mu’akkad
Ghairu Mu’akkad
Dari Ummu Habibah: “Nabi SAW bersabda: Barangsiapa mengerjakan empat rakaat sebelum
Zuhur dan empat rakaat sesudahnya maka Allah mengharamkan baginya dari api neraka.”
(H.R. Tirmizi).
“Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Allah memberi rahmat
kepada orang yang mengerjakan shalat empat rakaat sebelum shalat Asar” (H.R. Tarmizi).
Hadist Nabi Muhammad SAW: “Dari Abdullah bin Mughafal, Nabi SAW bersabda:
Shalatlah kamu sebelum Maghrib, shalatlah kamu sebelum Maghrib. Kemudian Nabi
mengatakan yang ketiga kalinya bagi yang menghendakinya.” (H.R. Bukhari).
8
d. Shalat Istikhoroh
Shalat istikhoroh adalah shalat sunnah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah
agar memberikan pilihan yang lebih baik dari dua perkara (pilihan) atau lebih untuk
menghapus keraguan hati dalam memilih, agar tidak menyesal dilain hari nanti.
Waktu mengerjakannya:
Ialah setiap saat ada kepentingan asalkan tidak waktu yang dilarang untuk mengerjakan
shalat sunnah, baik siang maupun malam hari.Namun utamanya jika dikerjakan dimalam hari
sebagaimana shalat tahajud, pada sepertiga malam yang terakhir.15
e. Shalat Muthlaq
Shalat Muthlak adalah shalat yang dikerjakan sewaktu-waktu, kecuali pada yang dilarang
untuk mengerjakan shalat sunnat, misalnya sesudah shalat subuh dan shalat ashar.
(a) Disaat matahari akan terbit sampai naik sepenggalah (setinggi tombak).
(b) Disaat matahari berada ditengah-tengah persis sampai tergelincir kebarat (lingsir).
(c) Disaat matahari akan terbenam sampai terbenam secara sempurna (tiba waktu maghrib).
(d) Setelah shalat ashar sampai matahari terbenam.
(e) Setelah shalat subuh sampai matahari naik sepenggalah (setinggi tombak).
f. Shalat Safar
15
Syaifurrahman El-Fati, Panduan Shalat Praktis & Lengkap, (Jakarta: Kawah Media, 2015), h. 162
9
Caranya sama dengan mengerjakan solat subuh, hanya niatnya berlainan, yaitu berniat
solat safar sunnat karena Allah SWT. Selesai solat berdoalah agar perjalanan diridhai,
dimudahkan dan diselamatkan Allah SWT. dalam perjalanan, baik pribadi, tugas maupun
keluarga yang ditinggalkan. 16
a. Shalat Tarowih
Shalat tarowih adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada malam bulan ramadhan.Waktu
shalat tarowih ialah sesudah shalat isya’ sampai terbit fajar (masuk waktu subuh).
Sholat hari raya adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada kedua hari raya, yaitu: hari
raya Fitri (tgl. 1 Syawal) dan hari raya Adlha (kurban tgl. 10 Dzul Hijjah).
Cara mengerjakannya :
1. Waktu shalat hari raya fitri itu, pada tanggal 1 syawal mulai terbit matahari sampai
matahari tergelincir (datang waktu dhuhur).
2. Dan shalat hari raya kurban, pada tanggal 10 djul hijjah (bulan haji) mulai terbir matahari
sampai matahari tergelincir (tiba waktu dhuhur).
Shalat dua gerhana adalah shalat yang dikerjakan karena ada gerhana bulan dan
matahari.
16
Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jakarta: Imprint Bumi Aksara,
2011), h. 226
10
Cara mengerjakannya :
Cara mengerjakan shalat dua gerhana itu boleh dikerjakan secara sendirian, tetapi
utamanya dikerjakan secara berjama’ah.
d. Shalat Istisqo’
Shalat istisqo’adalah shalat sunnat yang dikerjakan, karena ada keperluan untuk mohon
hujan. e.Shalat Witir
Shalat witir adalah shalat yang dikerjakan dengan bilangan ganjil. Misalnya : satu raka’at
tiga, lima dan seterusnya.Waktunya setelah shalat shalat isya’ sampai terbit fajar (tiba waktu
subuh).
BAB III
PENUTUP
11
A.Kesimpulan
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah dua kalimat syahadat. Shalat terbagi 2
yaitu Shalat Fardhu dan Shalat Sunnat. Shalat Fardhu hukumnya wajib dan mencegah
seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang bagaimanakah yang dapat mencegah
seseoarang dari perbuatan keji dan mungkar? Yaitu shalat yang dilakukan dengan hati yang
ikhlas serta khusyu’ dalam pelaksanaannya.
Dengan shalat dapat membentuk pribadi yang mempunyai sifat tawadhu’, pandai
bersyukur, slalu tawakal, sabar, tabah dalam mengarungi kehidupan. Membina muslim agar
senantiasa hidup bersih dan suci jiwa dan raga. Shalat merupakan sarana untuk
menyampaikan pernyataan diri manusia kepada Tuhan-Nya secara tulus ikhlas bahwa semua
yang ada pada dirinya, shalat dan ibadahnya, hidup dan matinya hanya milik Allah.
Shalat fardu hukumyan wajib artinya jika dikerjakan berpahala, jika ditinggalkan berdosa.
Shalat fardu terbagi atas 5 waktu, yaitu :
1. Subuh
2. Dzuhur
3. Ashar
4. Maghrib
5. Isya
12
Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari,Penerjemah : Abdul Hayyie al-Kattani,Ahmad Ikhwani dan
Budiman Mushtofa, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005)
Nawawi Abd. Djalil, Kupas Tuntas Salat Tata Cara dan Himahnya
Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri, Sholat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, (Yogyakarta, Nuha
Litera, 2011)
Syaifurrahman El-Fati, Panduan Shalat Praktis & Lengkap, (Jakarta: Kawah Media, 2015)
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerjemah: Abu Syauqina dan Abu Aulia Rahma, (Jakarta Timur:
PT.Tinta Abadi Gemilang, 2013)
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, Penerjemah:
Kamran As‟at Irsyady dan Ahsan Taqwim, (Jakarta: AMZAH,2013)
Abdurrahman Al-juzairi, Fikih Empat Mazhab Jilid 1, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015)
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013)
Syaifurrahman El-Fati, Panduan Shalat Praktis & Lengkap, (Jakarta: Kawah Media, 2015)
Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jakarta:
Imprint Bumi Aksara, 2011)
13