Ebook Panel Surya

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 182

DASAR-DASAR

PEMASANGAN
PANEL SURYA

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo i


ii Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya
DASAR-DASAR
PEMASANGAN PANEL
SURYA

Penulis:
Bayu Rudiyanto
Risse Entikaria Rachmanita
Azamataufiq Budiprasojo

2023

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo iii


DASAR-DASAR PEMASANGAN PANEL SURYA

Penulis:
Bayu Rudiyanto
Risse Entikaria Rachmanita
Azamataufiq Budiprasojo

Tata Letak : Ahmad Sofi


Cover : Aliyul Murtadlo

copyright © 2023
Penerbit
Unisma Press
Gedung Umar bin Khattab Kantor Pusat LT. 3,
Universitas Islam Malang
Jl. Mayjen Haryono 193 Malang, 65144
Telp. 0341-551932 ext 232
[email protected]

Cetakan Pertama : Juni 2023


Ukuran : 15,5 cm x 23 cm
Jumlah Halaman : xiv + 166 halaman

Anggota IKAPI No.303/JTI/2021


ISBN: 978-623-5498-16-4

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang memperbanyak


sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit
KATA
PENGANTAR

Buku adalah cara kita untuk berbagi. Sebuah metode yang


bisa dilakukan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik
melalui ilmu pengetahuan, saat orang memahaminya melalui
cara membaca. Seorang praktisi bahkan seorang akademisi
pun menyadari bahwa ilmu selalu berkembang dan perlu
selalu mencari referensi baru agar lebih memahami keilmuan
secara komprehensif.

Sebuah proses yang tak akan pernah berujung bila


membahas tentang pentingnya buku pendamping sebagai
buku referensi. Buku yang diterbitkan kali ini bertujuan untuk
mengenalkan para pembaca, terkhusus para penggemar Do It
Your own (DIY), dan atau pemula yang ingin memahami cara
membuat proyek pemasangan panel surya sebagai suatu
sumber energi alternatif penghasil listrik yang murah dan
ramah lingkungan.

Tentunya buku ini telah dikaji secara mendalam,


walaupun tidak lepas dari kekurangan sehingga layak dijadikan

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo v


sebuah buku referensi. Penerbit menyampaikan terima kasih
kepada penulis yang telah mempercayakan penerbitan buku
ini kepada kami. Semoga amalnya diterima Allah sebagai
amal jariyah dan buku ini dapat bermanfaat. Mudah-
mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan
dunia Pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi
yang lebih baik.

Penerbit

vi Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


KATA
SAMBUTAN

Syukur alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT.,


bahwa pada kesempatan ini dapat disusun buku “Dasar-dasar
pemasangan panel surya” yang berisi dasar-dasar teori dan
metode-metode sederhana untuk proyek pemasangan panel
surya sebagai suatu sumber energi alternatif penghasil listrik
yang murah dan ramah lingkungan, yang dapat dilakukan
sendiri oleh pembaca.

Kami sangat mengapresiasi kepada kalangan akademisi


khususnya dosen yang mau meluangkan waktunya untuk
membuat sebuah buku yang dapat dimanfaatkan dan atau
dijadikan rujukan oleh mahasiswa ataupun khalayak umum.
Buku ini kami rasa cukup representatif untuk kemudian
digunakan sebagai suatu bahan rujukan karena isinya yang
dengan sangat lengkap memadukan antara teori dan
pengaplikasiannya.

Besar harapan kami bahwa akan banyak rekan-rekan


akademisi lainnya yang dapat turut berkontribusi dalam

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo vii


pembuatan buku lainnya. Terima kasih kami ucapkan atas
sebuah karya ini, mudah-mudahan dengan terbitnya buku ini,
dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia
Pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi
mendatang.

Ketua Jurusan Teknik


Politeknik Negeri Jember

viii Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,


sehingga penulisan Buku “Dasar-dasar pemasangan Panel
Surya” ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Buku ini bertujuan untuk mengenalkan para pembaca, cara
membuat suatu alat ukur teknik secara otodidak.

Tidak hanya panduan langkah demi langkah membuat


dan memasang suatu sistem kelistrikan memanfaatkan energi
matahari sebagai pembangkit listrik yang akan didapatkan
pembaca, namun juga beberapa landasan teori untuk
menjawab kenapa langkah itu perlu dilakukan.

Pada bab awal buku ini membahas tentang sejarah panel


surya terutama tentang ilmuwan yang berperan dan teori-
teorinya yang membuat suatu teknologi panel surya dapat
berkembang seperti saat ini. Selanjutnya akan dibahas tentang
jenis-jenis panel surya yang umum digunakan di pasaran,
beserta dengan penjelasan secara terperinci tentang apa itu,
bagaimana pemasangannya, teknologi apa yang dimilikinya.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo ix


Pada Bab berikutnya pembaca akan mulai diperkenalkan
dengan komponen-komponen yang perlu diketahui dan
spesifikasi yang diperlukan untuk membuat suatu sistem
pembangkit tenaga listrik menggunakan panel surya.
Selanjutnya pembaca yang sudah mulai paham akan diajak
untuk melanjutkan pembelajaran nya mengenai cara kerja,
manfaat, pemeliharaan dan pemasangan instalasi panel surya.

Pada bab berikutnya pembaca akan diajak untuk


mengetahui cara perawatan dan kerusakan panel surya. Akan
diberikan contoh-contoh nyata tentang tipe kerusakan apa
yang biasa terjadi dan apa penyebabnya.

Pembahasan akan diakhiri dengan suatu metode untuk


mendesain suatu sistem solar panel sederhana untuk
menghasilkan arus searah yang dapat digunakan secara
langsung pada perangkat elektronik sederhana yang disertai
dengan hitungan sederhana untuk menghitung kebutuhan
panel, daya dan baterai pada suatu proyek sederhana.

Penulis menyadari bahwa isi buku ini masih perlu


mendapat tambahan dan penyempurnaan isi lebih lanjut .
Penulis berharap agar buku ini dapat diperbaiki secara berkala
sesuai dengan kebutuhan.

Penulis

x Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


DAFTAR ISI

Kata Pengantar | v
Kata Sambutan | vii
Prakata | ix
Daftar Isi | xi

Bab 1| SEJARAH PANEL SURYA | 1


1.1. Sejarah Teknologi Panel Surya | 1
2.1. Perkembangan Panel Surya di Indonesia | 16

Bab 2| JENIS – JENIS PANEL SURYA | 23


2.1. Monokristalin | 24
2.2 Polikristalin | 35
2.3 Thin Film | 38
2.4 Panel Surya Fotovoltaik Organik (OPV) | 46

Bab 3| KOMPONEN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


SURYA | 51
3.1. Modul Surya | 51
3.2. Solar Charge Controller | 59
3.3. Inverter | 62
3.4. Baterai | 64
3.5. Combiner Box | 71

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo xi


3.6. Sistem Monitoring | 72
3.7. Penangkal Petir dan Grounding | 73

Bab 4| CARA KERJA, MANFAAT, PEMELIHARAAN DAN


PEMASANGAN INSTALASI PANEL SURYA | 75
4.1. Cara Kerja | 75
4.2. Manfaat | 79
4.3. Sistem PLTS | 82
4.3.1. Sistem PLTS Off-Grid | 82
4.3.2. Sistem PLTS On-Grid | 82
4.3.3. Sistem PLTS Hybrid | 83
4.4. Pemasangan PLTS | 84
4.4.1. Pemasangan Panel Surya di Tanah | 84
4.4.2. Pemasangan Panel Surya di Atap | 89
4.5. Pemeliharaan/Maintenance PLTS | 93
4.5.1. Jenis jenis maintenance PLTS | 94
4.5.2. Pemeliharaan Komponen PLTS | 95
4.6. Tahap Pemasangan Instalasi PLTS Secara Industri | 99
4.7. Pemasangan Mounting Sistem Sesuai Standar
Industri PLTS | 104
4.7.1 Fungsi Mounting Sistem Pada Pembangkit Listrik
Tenaga Surya | 104
4.7.2 Fungsi Penggunaan Mounting pada PLTS Atap | 105
4.8. Cara Pemasangan Mounting Sistem sebagai dudukan
Panel Surya | 106
4.8.1. Persiapkan Peralatan Safety Pekerjaan | 106
4.8.2. Persiapan Peralatan dan Material | 108
4.8.3. Lifting Mounting System | 109
4.8.4. Pengangkatan Rail | 110
4.8.5. Pemasangan Mounting Sistem | 112
2.8.6. Pemasangan Rail | 114

xii Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Bab 5| PERAWATAN DAN KERUSAKAN PANEL
SURYA | 117
5.1. Perawatan pada panel surya | 117
5.1.1. Tujuan perawatan | 117
5.1.2. Jenis-jenis perawatan | 118
5.2. Alat Ukur Perawatan Panel Surya | 128
5.3. Kerusakan pada panel surya | 132
5.2.1. Panel surya pecah atau retak | 132
5.2.2. Hot spot | 134
5.2.3. Panel Surya Terbakar | 137
5.2.4. MC4 Meleleh | 139
5.2.5. Junction box cacat | 140
5.2.6. Snail Track | 141
5.2.7. Microcrack Pada Panel Surya | 142

Bab 6| PEMASANGAN PADA SISTEM DC


SEDERHANA | 143
6.1. Direct Current (DC) | 143
6.2. Dasar Pengisian Baterai | 145
6.3. Desain Sistem | 147
6.4. Pengkabelan dengan rangkaian Seri atau Paralel | 151
6.5. Menghitung kebutuhan daya | 153
6.5. Menentukan Modul daya | 155
6.5. Memilih modul yang tepat | 157

Daftar Pustaka | 161


Biografi Penulis | 163

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo xiii


xiv Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya
BAB 1
SEJARAH
PANEL SURYA

1.1. Sejarah Teknologi Panel Surya

Matahari merupakan bintang raksasa di alam semesta


yang menyediakan energi tak terbatas di dalamnya dan
merupakan sumber energi yang paling utama bagi kehidupan
di bumi. Sumber energi yang dihasilkan matahari sangat
melimpah dan bermanfaat. Seiring berjalannya waktu
teknologi semakin berkembang, saat ini bentuk pemanfaatan
dari energi yang ada di matahari yaitu merubah energi
tersebut menjadi energi yang dapat digunakan yaitu menjadi
energi listrik.

Energi matahari bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik


yang kita butuhkan dalam kehidupan sehari seperti menonton
tv, menyetrika, menerangi jalan, menanak nasi dan masih
banyak lagi. Teknologi tersebut dinamakan dengan solar cell
(fotovoltaik) atau panel surya.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 1


Gambar 1.1 Solar Cell (Sumber: Google Images)

Istilah "fotovoltaik" berasal dari bahasa Yunani (phos)


yang berarti "cahaya", dan dari (volt) yang berarti “unit
kekuatan-motif elektro”, (volta) berasal dari nama terakhir
dari fisikawan Italia Alessandro Volta, penemu baterai (sel
elektrokimia). Istilah "foto-volta" telah digunakan dalam
bahasa Inggris sejak tahun 1849. Solar cell adalah perangkat
listrik yang mengubah energi cahaya langsung menjadi listrik
oleh efek fotovoltaik, yang merupakan bentuk sel fotolistrik
bila terkena cahaya, menghasilkan dan mendukung arus
listrik tanpa terikat pada eksternal sumber tegangan.

Fotovoltaik adalah bidang teknologi dan penelitian yang


berkaitan dengan aplikasi praktis dari sel fotovoltaik dalam
memproduksi listrik dari cahaya, meskipun sering digunakan
khusus untuk merujuk pada pembangkitan listrik dari sinar
matahari. Efek fotovoltaik merupakan proses fisik dasar di
mana sel fotovoltaik mengubah sinar matahari menjadi listrik.
Sinar matahari terdiri dari foton yang merupakan paket energi

2 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


matahari. Foton ini mengandung jumlah energi berbeda yang
sesuai dengan panjang gelombang spektrum matahari yang
berbeda. Ketika foton mengenai sel fotovoltaik, mereka dapat
dipantulkan atau diserap, atau dapat melewatinya. Foton
yang diserap menghasilkan listrik.

Berdasarkan catatan sejarah teknologi panel surya sudah


ada sejak abad ke-18, banyak peneliti-peneliti yang
melanjutkan dan menyempurnakan dari penelitian
sebelumnya. Berikut merupakan beberapa penemu sekaligus
menjadi sejarah berkembangnya solar cell :

1. Alexandre-Edmund Becquerel (Tahun 1839)

Gambar 1.2 Alexandre-Edmund Becquerel


(Sumber: Google Images)

Alexandre-Edmund Becquerel merupakan seorang ahli


fisika asal Perancis yang merupakan penemu tenaga listrik
dari cahaya matahari pertama kali. Lahir di Paris, Edmond
Becquerel (1820-1891), dikenal dengan studinya dalam
spektrum matahari, magnet, listrik dan optik. Ia terkenal
karena penemuannya dan mengungkap prinsip energi
matahari, efek fotovoltaik. Ia menerima gelar doktor dari

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 3


Universitas Paris, dan akhirnya mengambil posisi profesor di
Institut Agronomi Versailles.

Ia sangat tertarik pada phosphorescence dan luminescence,


reaksi kimia yang disebabkan oleh paparan zat tertentu ke
cahaya. Phosphorescence merupakan proses dimana energi
yang diserap oleh zat relatif lambat dalam bentuk cahaya,
digunakan untuk material “glow in the dark” yang
mendapat energi dari paparan cahaya. Luminescence merupakan
kemampuan suatu zat untuk berpendar/menyala dalam gelap.

Pada tahun 1840-an ia menemukan bahwa reaksi ini dapat


menghasilkan arus listrik baik dalam cairan maupun logam.
Hubungan antara energi cahaya dan energi kimia dimanfaat-
kan oleh banyak ilmuwan di tahun-tahun berikutnya, dan
penelitian telah mengarah pada pengembangan sel fotolistrik.

Perkembangan teknologi surya dimulai pada tahun 1839,


Becquerel menemukan "efek fotovoltaik (PV)" saat
bereksperimen dengan elektroda padat dalam larutan
elektrolit. Pada usia 19 tahun, di laboratorium ayahnya, perak
klorida ditempatkan dalam larutan asam dan disinari sambil
dihubungkan ke elektroda platina. Selama percobaan
Becquerel menyadari bahwa tegangan telah berkembang
ketika cahaya mengenai elektroda. Efek fotovoltaik kadang-
kadang disebut Efek Becquerel.

Penemuannya ini dengan melakukan percobaan


menggunakan dua elektroda yang dibalut AgCl dan AgBr
(coated) bahan sensitif terhadap cahaya kemudian disinari
berbagai macam cahaya. Percobaan tersebut dilakukan pada
kotak hitam dengan campuran asam disekelilingnya, dan

4 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


dalam percobaannya didapatkan tenaga listrik meningkat jika
intensitas cahaya juga meningkat.

2. Willoughby Smith (Tahun 1873)

Gambar 1.3 Willoughby Smith


(Sumber: Google Images)

Willoughby Smith yang merupakan seorang insinyur


listrik Inggris yang menemukan fotokonduktivitas dari
elemen selenium. Penemuan ini akhirnya mengarah pada
penemuan sel fotolistrik. Pada tahun 1848, dia mulai bekerja
untuk Perusahaan Gutta Percha di London dimana dia
mengembangkan kabel besi dan tembaga yang diisolasi untuk
digunakan sebagai kabel telegraf di bawah air. Pada tahun
1849, Smith mengawasi pembuatan dan pemasangan kabel
telegraf bawah air sepanjang 30 mil dari Dover, Inggris ke
Calais, Perancis.

Pada tahun 1873. Smith mengembangkan metode untuk


terus menguji kabel bawah air saat sedang dipasang. Untuk
rangkaian pengujiannya, ia membutuhkan bahan semi-
konduktor dengan resistansi tinggi dan batang selenium

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 5


pilihan. Selenium tampaknya berhasil di lab, tetapi dalam
praktik sebenarnya perangkat tersebut tidak konsisten. Dia
menemukan melalui percobaan laboratorium bahwa
konduktivitas batang selenium meningkat secara signifikan
saat terkena sinar matahari. Smith menggambarkan "Efek
Cahaya Pada Selenium Selama Aliran Arus Listrik" dalam
sebuah artikel yang diterbitkan dalam Nature edisi Februari
1873. Selenium menghasilkan arus listrik ketika terkena sinar
matahari.

3. William Grylls dan Richard Evans Day (Tahun 1876)

Gambar 1.4 William Grylls dan Richard Evans Day


(Sumber: Google Images)

Profesor William Grylls Adams dari King's College di


Inggris dan muridnya Richard Evans Day, membuktikan
bahwa energi matahari dapat diubah secara langsung menjadi
listrik tanpa ada bagian yang bergerak atau panas. Selama
akhir tahun 1870-an mereka melakukan beberapa percobaan
pada selenium, dan dalam salah satu percobaan ini mereka
menyalakan lilin satu inci dari batang selenium yang sama
yang digunakan Willoughby Smith.

6 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Jarum pada alat pengukur mereka langsung bereaksi.
Menyaring selenium dari cahaya menyebabkan jarum
langsung turun ke nol. Tanggapan cepat ini mengesampingkan
kemungkinan bahwa panas nyala lilin telah menghasilkan
arus (dikenal sebagai listrik termal). Ketika panas diterapkan
atau ditarik dalam eksperimen termoelektrik, jarum pemantau
selalu naik atau turun dengan sangat "perlahan". Ini jelas tidak
terjadi ketika beberapa bentuk cahaya diterapkan.

Para peneliti menyimpulkan bahwa arus dapat dimulai di


selenium hanya dengan aksi cahaya. Mereka merasa yakin
telah menemukan sesuatu yang benar-benar baru, bahwa
cahaya menyebabkan "aliran listrik" melalui bahan padat.
Adams dan Day menyebut arus yang dihasilkan oleh cahaya
sebagai "fotolistrik". Namun, ilmuwan modern menyebut
fenomena ini sebagai "efek fotovoltaik”.

4. Charles Fritts (Tahun 1883)

Gambar 1.5 Charles Fritts


(Sumber: Google Images)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 7


Panel surya pertama yang sesungguhnya dibuat pada
tahun 1883 oleh Charles Edgar Fritts, seorang penemu
Amerika, yang membuat modul dengan melapisi pelat lebar
tembaga dengan selenium dan kemudian melapisinya dengan
lapisan daun emas semi-transparan yang sangat tipis. Fritts
melaporkan bahwa modul tersebut menghasilkan arus "yang
terus menerus, konstan, dan dengan kekuatan yang besar".
Arus tidak hanya responsif terhadap sinar matahari, tetapi
juga terhadap cahaya siang yang redup dan bahkan cahaya
lilin. Fritts menyarankan bahwa "kita mungkin melihat pelat
fotolistrik bersaing dengan pembangkit bahan bakar fosil
(berbahan bakar batubara)".

Dalam bahan seperti selenium, beberapa foton membawa


energi yang cukup untuk menjatuhkan elektron yang
dipegang dengan buruk dari orbit atomnya. Ketika kabel
dipasang ke batang selenium, elektron yang dibebaskan
mengalir melaluinya dalam bentuk listrik. Modul yang
dihasilkan memiliki efisiensi konversi listrik hanya 1% karena
sifat selenium. Selain biaya selenium, harga emas yang tinggi
membuat modul surya awal ini tidak layak secara komersial.

Fritts mengirim salah satu panel suryanya ke Werner von


Siemens, yang reputasi teknisnya berperingkat sama dengan
Thomas Edison. Keluaran listrik panel ketika ditempatkan di
bawah cahaya sangat mengesankan Siemens sehingga
ilmuwan Jerman itu mempresentasikan panel Fritts ke Royal
Academy of Prussia. Siemens menyatakan kepada dunia
ilmiah bahwa modul-modul Amerika “memperlihatkan
kepada kita untuk pertama kalinya, konversi langsung energi
cahaya menjadi energi listrik.

8 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


5. Heinrich Hertz (Tahun 1887)

Gambar 1.6 Heinrich Hertz


(Sumber: Google Images)

Panel fotovoltaik bergantung pada prinsip fisika yang


disebut efek fotolistrik, yang sebenarnya pertama kali diamati
pada tahun 1887 oleh Heinrich Hertz. Ketika cahaya mengenai
logam tertentu, elektron dilepaskan dan menjadi bergerak.
Atom akan menyerap radiasi elektromagnetik, elektronnya
melompat ke keadaan energi yang lebih tinggi dalam langkah-
langkah diskrit dan terkuantisasi, yang merupakan bagian
dari pondasi mekanika kuantum.

Hertz berfokus pada konsep yang disebut efek fotolistrik,


yang terjadi ketika sebuah benda bermuatan listrik kehilangan
muatannya dengan sangat cepat saat terkena cahaya, dalam
kasusnya, radiasi ultraviolet. Dia mengamati dan
menggambarkan efeknya, tetapi tidak pernah menjelaskan
mengapa itu terjadi. Itu diserahkan kepada Albert Einstein,
yang menerbitkan karyanya sendiri tentang efek tersebut.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 9


Dia menyarankan bahwa cahaya (radiasi elektromagnetik)
terdiri dari energi yang dibawa oleh gelombang
elektromagnetik dalam paket-paket kecil yang disebut kuanta.
Studi Hertz dan karya Einstein selanjutnya akhirnya menjadi
dasar bagi cabang fisika penting yang disebut mekanika
kuantum. Hertz dan muridnya Philipp Lenard juga bekerja
dengan sinar katoda, yang diproduksi di dalam tabung vakum
oleh elektroda.

6. Albert Einstein (Tahun 1905)

Gambar 1.7 Albert Einstein


(Sumber: Google Images)

Pada tahun 1905 tulisan mengenai photoelectric effect


dipublikasikan oleh Albert Einstein. Teorinya ini sangat
sederhana tetapi revolusioner. Albert Einstein percaya bahwa
sains di akhir tahun 1800-an gagal memprediksi semua energi
yang mengalir dari matahari. Dalam makalah terkenal yang
diterbitkan pada tahun 1905, Einstein mendalilkan bahwa
cahaya memiliki atribut yang belum dikenali.

10 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Einstein mengatakan cahaya mengandung paket-paket
energi yang disebutnya kuanta cahaya (sekarang disebut
foton). Dia menyarankan bahwa jumlah daya yang dibawa
oleh kuanta cahaya bervariasi sesuai dengan panjang
gelombang cahaya - semakin pendek panjang gelombangnya,
semakin besar dayanya. Panjang gelombang terpendek,
misalnya, mengandung foton yang kira-kira empat kali lebih
kuat dari yang terpanjang.

Deskripsi novel Einstein tentang cahaya dikombinasikan


dengan penemuan elektron dan penelitian yang terburu-buru
tentang perilakunya, semuanya terjadi pada akhir abad ke-19
dan awal ke-20, memberikan fotolistrik dengan kerangka kerja
ilmiah yang sebelumnya tidak dimiliki. Teori sekarang bisa
menjelaskan fenomena dalam hal dimengerti ilmu
pengetahuan. Dalam bahan semikonduktor, foton dapat
menjatuhkan elektron dari orbital atomnya, jika dihubungkan
dengan benar oleh sirkuit, dapat menghasilkan listrik yang
cukup untuk melakukan "usaha".

7. Robert Andrew Millikan (Tahun 1916)

Gambar 1.8 Robert Andrew Millikan (Sumber: Google Images)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 11


Tahun 1916 percobaan pembuktian mengenai photoelectric
effect yang merupakan pendapat dari Albert Einstein
dilakukan oleh seorang ahli fisika yaitu Robert Andrew
Millikan berkebangsaan Amerika, ia mendapatkan Nobel
Prize untuk karya 2 photoelectric effect. Tahun 1923 Albert
Einstein juga mendapatkan Nobel Prize yang dipublikasikan
18 tahun sebelumnya untuk teorinya yang menerangkan
photoelectric effect. Hingga tahun 1980an panel surya belum
dapat digunakan sebagai sumber daya listrik karena efisiensi
dari hasil penelitian terhadap panel surya masih sangat
rendah.

8. Bell Labs (Tahun 1954)

Gambar 1.9 Bell Labs


(Sumber: Google Images)

Pada bulan April 1954 silikon yang sedikit dimodifikasi


disebut "sel surya", yang mengubah sinar matahari langsung
menjadi energi listrik diresmikan oleh Bell Labs Laboratories
di Murray Hill, NJ. Sel surya adalah hasil dari penelitian
transistor. Bekerja dengan efisiensi hanya 6%, yang sebanding

12 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


dengan kinerja mesin bensin biasa pada saat itu. Penemunya
adalah: Gerald L. Pearson, Daryl M. Chapin, dan Calvin S.
Fuller. Sel surya pada akhirnya akan menjadi sumber "energi
matahari yang tak terbatas". Sel surya beroperasi dengan
prinsip yang sama yang mendasari transistor. Persimpangan
diatur dalam kristal silikon. Persimpangan berarti bahwa
kristal dibagi menjadi dua zona, satu mengandung sedikit zat
yang menghasilkan kelebihan elektron bergerak.

Zona lainnya juga memiliki sedikit zat yang menyerap


elektron dan menghasilkan "lubang" yang dapat dipindahkan
(ruang tempat elektron seharusnya berada). Di persimpangan
antara dua zona selalu ada tegangan kecil. Kuantum cahaya
(foton) yang jatuh di persimpangan akan menjatuhkan
elektron dari salah satu atom kristal, menciptakan pasangan
elektron dan lubang yang lepas. Karena perbedaan tegangan
yang konstan, elektron didorong ke satu arah dan lubang ke
arah lainnya.

Jika zona dihubungkan oleh sirkuit eksternal, arus listrik


akan mengalir melalui sirkuit. Ilmuwan Bell percaya bahwa
angka efisiensi dapat dinaikkan menjadi 10 persen melalui
teknik rekayasa normal. Rakitan silikon yang menutupi satu
halaman persegi bisa menghasilkan daya 50 watt. Bell Labs
mengharapkannya berguna sebagai sumber daya kecil untuk
aplikasi seperti sistem telepon pedesaan.

9. Sel Surya Silikon Diproduksi Secara Komersial (Tahun


1956)
surya pertama tersedia secara komersial. Namun,
biayanya jauh dari jangkauan orang biasa, dengan harga $300
untuk modul surya satu watt, biayanya jauh di luar

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 13


kemampuan siapa pun. Sel surya kecil mulai digunakan
dalam mainan dan radio. Hal baru ini adalah barang pertama
yang menggunakan sel surya yang tersedia untuk konsumen.

Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an satelit di program


luar angkasa AS dan Soviet ditenagai oleh panel surya dimana
biayanya tidak kritis. Pertimbangan lain seperti ukuran,
efisiensi, dan daya tahan menjadi perhatian desain utama.
Pada akhir 1960-an, tenaga surya menjadi standar untuk
menyalakan hampir semua satelit ruang angkasa dan
efisiensinya mencapai sekitar 14 persen.

Pada awal 1970-an, Dr. Elliot Berman, ketua dan pendiri


Solar Power Corporation, merancang modul surya yang jauh
lebih murah dengan menggunakan tingkat silikon yang
kurang murni (ditolak dari semikonduktor) dan teknik
pembuatan yang mirip dengan produksi film fotografi. Hal
tersebut menurunkan harga dari $100 per watt menjadi sekitar
$20 per watt. Penelitiannya didanai oleh Exxon Corporation.
Perkembangan ini menurunkan tenaga surya dari satelit luar
angkasa ke aplikasi yang terikat bumi.

Periode dari tahun 1970-an hingga 1990-an terlihat cukup


banyak perubahan dalam penggunaan sel surya. Mulai
muncul di tempat-tempat terpencil untuk menggerakkan
rumah. Australia menggunakan sel surya di menara
gelombang mikro untuk memperluas kemampuan
telekomunikasi.

10. Solar Panel untuk Mobil RV (Tahun 1995)


Penelitian panel surya terus berkembang ke industri
komersial lainnya: Thomas Faludy mengajukan paten pada
tahun 1995 untuk tenda yang dapat ditarik dengan sel surya

14 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


terintegrasi. Ini adalah salah satu pertama kalinya sel surya
digunakan dalam kendaraan rekreasi. Saat ini, fitur ini adalah
cara yang populer untuk menyalakan RV.

11. 1994–1999: Pencapaian Baru Konversi Fotovoltaik


Pada tahun 1994, Laboratorium Energi Terbarukan
Nasional mengembangkan sel surya baru dari gallium indium
phosphide dan gallium arsenide yang melebihi efisiensi
konversi 30%. Pada akhir abad itu, laboratorium menciptakan
sel surya film tipis yang mengubah 32% sinar matahari yang
dikumpulkannya menjadi energi yang dapat digunakan.

12. 2005: Solar Panel DIY Menjadi Populer


Teknologi dan efisiensi sel surya meningkat, tenaga surya
perumahan menjadi lebih populer. Panel surya DIY mulai
memasuki pasar pada tahun 2005 dan menjadi lebih umum
setiap tahun baru. Saat ini, ada banyak cara untuk membuat
panel surya sendiri, mulai dari menyusun panel surya hingga
merencanakan panel surya.

13. 2015: Panel Surya Memasuki Pasar


Sel surya setipis kertas kini dapat diproduksi menggunakan
printer industri dan dibuat menjadi produk seperti genteng
atau sirap. Mereka memiliki efisiensi konversi daya 20%, dan
satu strip dapat menghasilkan hingga 50 watt per meter
persegi, membuat biaya energi matahari perumahan lebih
rendah dari sebelumnya. Ini juga merupakan kabar baik bagi
1,3 miliar orang di negara berkembang, karena strip fleksibel
dan tidak mahal untuk diproduksi.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 15


14. 2016: Penemuan Panel Surya Tanpa Matahari
Sebuah tim peneliti dari University of California,
Berkeley, dan Australian National University menemukan
sifat baru. Salah satu sifat ini disebut dispersi hiperbolik
magnetik, yang berarti bahan bersinar saat dipanaskan. Jika
digabungkan dengan sel termo fotovoltaik, bisa mengubah
panas menjadi listrik tanpa membutuhkan sinar matahari.

Tenaga surya telah berkembang pesat dalam 200 tahun


terakhir, dari mengamati sifat-sifat cahaya hingga
menemukan cara baru untuk mengubahnya menjadi tenaga.
Teknologi ini tidak menunjukkan tanda-tanda melambat,
berkembang dengan kecepatan yang belum pernah terjadi
sebelumnya.

2.1. Perkembangan Panel Surya di Indonesia

Pembangkit Listrik Tenaga Surya diperkirakan akan terus


mengalami peningkatan dan mulai banyak digunakan oleh
berbagai kalangan di Indonesia. Masyarakat menyadari
bahwa energi yang dihasilkan dari matahari dapat digunakan
sepanjang masa secara gratis dan tidak akan pernah habis.
Sebagai negara tropis penggunaan energi terbarukan di
Indonesia jauh lebih maksimal karena berada di garis
khatulistiwa sehingga potensinya jauh lebih besar untuk
menyerap energi lebih banyak setiap harinya.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan


suatu sistem yang digunakan untuk menghasilkan energi
listrik dengan memanfaatkan energi surya atau panas dari
matahari yang diserap oleh panel surya melalui proses
fotovoltaik. Pemanfaatan penggunaan energi surya di

16 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


berbagai sektor kini terasa semakin masif. Pasar rumah tangga
dan industri juga sudah mulai melirik penghematan yang bisa
didapatkan dari instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS). Begitupun dengan sektor komersial, pasarnya sudah
mulai merambah dari perusahaan lokal sehingga perusahaan
multinasional di berbagai pelosok daerah.

Efisiensi dari pemakaian pembangkit listrik tenaga surya


menjadi salah satu perhatian konsumen rumahan atau
perusahaan yang ingin menghemat listrik dengan
menggunakan energi bersih dan juga dengan pemeliharaan
yang tidak mahal. Selain dari faktor efisiensi terhadap biaya
listrik serta semangat demokratis energi masa depan, instalasi
PLTS diyakini dapat berkontribusi nyata atas pengurangan
dampak perubahan iklim dan dukungan pemerintah dalam
mewujudkan Indonesia Nol Emisi Karbon di tahun 2060.

Pengembangan produksi dari panel surya atau yang biasa


disebut dengan photovoltaic masih sangat sedikit, bahkan
belum ada perkembangan sama sekali. Dibutuhkan dukungan
pemerintah untuk terus mendorong Research and Development
terkait dengan photovoltaic. Bagaimana agar bisa mendapatkan
panel surya dengan harga ekonomis dan dengan efisiensi
yang maksimal.

Di tengah krisis iklim yang semakin hari semakin parah,


para peneliti fokus mencari solusi untuk menghadirkan
sumber energi yang bersih dan bisa mengurangi dampak dari
krisis iklim. Tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga murah
dan bisa dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Hal
itulah yang coba dilakukan oleh Noor Titan Putri Hartono,
peneliti muda MIT asal Indonesia, yang bercita-cita membantu

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 17


pemerataan akses listrik di tanah air. Sejak tahun 2016, ia fokus
mengembangkan material panel surya yang lebih murah dan
lebih efisien.
Harga yang mahal dan sulitnya kalangan menengah ke
bawah dapat menikmati listrik yang bersumber dari energi
surya, itulah yang mendorong seorang Titan dalam menekuni
penelitiannya tersebut. Pemerataan akses listrik di Indonesia
menurutnya bisa banyak terbantu dengan teknologi panel
surya. Bukan hanya karena ramah lingkungan saja, tetapi
dengan menggunakan panel surya, tidak membutuhkan
jaringan transmisi dari pulau jawa atau pulau lainnya yang
sudah mempunyai jaringan transmisi.
Titan memulai pencarian material panel surya murah
ketika mengambil studi pascasarjana di MIT. Formula
perovskite yang stabil lantas menjadi fokus utama Titan.
Perovskite sendiri adalah material yang sudah ditemukan
sejak abad ke-19. Akan tetapi, jenis Perovskite ini
dikembangkan khusus untuk panel surya baru yang diteliti
sekitar satu dekade terakhir.
Setelah membuat sekitar 1000 sampel, akhirnya Titan
berhasil menciptakan komposisi perovskite yang delapan kali
lebih stabil dari sebelumnya. Perjalanan untuk sampai pada
tahap produksi massal sebagai bahan utama panel surya
masih amat panjang. Penelitian ini belum selesai, setelah
meraih gelar PhD dari MIT pada Juni lalu, Titan berencana
melanjutkan kiprahnya ke Jerman untuk terus mencari solusi
dari energi terbarukan yang murah dan mudah diakses oleh
masyarakat dari berbagai golongan.
Pengembangan material dari panel surya tidak lepas dari
adanya dukungan pemerintah dalam mendorong riset dan

18 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


pengembangan bahan material panel surya tersebut di
Indonesia. Jika melihat hasil analisis dari smiling curve
pengembangan industri panel surya di Indonesia dan Cina,
Indonesia masih sangat berfokus pada component integration,
selling, dan juga after service.

China menunjukkan smiling curve pada kurva hubungan


antara value adding effect dan industrial chain. China mampu
membentuk lengkungan yang apik dalam kurva
pengembangan pembangkit listrik tenaga surya karena
keunggulannya di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.

Pada diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa saat ini


China dan Taiwan menguasai pasar PV secara global. Dilihat
dari potensinya, Indonesia mempunyai potensi cahaya
matahari yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua
negara tersebut. Perencanaan energi dan peningkatan riset
harus terus diupayakan agar dapat menjamin ketersediaan
material utama energi jangka panjang dan dapat dijangkau
dari setiap kalangan.

Gambar 1.10 Kurva Pengembangan PLTS


(Sumber: Google Images)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 19


Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni
sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun
yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Saat ini
pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi
surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga
tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50
MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar
yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa
datang.

Gambar 1.11 PLTS di Indonesia (Sumber: esdm.go.id)

Komponen utama sistem pembangkit listrik tenaga surya


(PLTS) dengan menggunakan teknologi fotovoltaik adalah sel
surya. Saat ini terdapat banyak teknologi pembuatan sel surya.
Sel surya konvensional yang sudah komersil saat ini
menggunakan teknologi wafer silikon kristalin yang proses
produksinya cukup kompleks dan mahal.

Secara umum, pembuatan sel surya konvensional diawali


dengan proses pemurnian silika untuk menghasilkan silika

20 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


solar grade (ingot), dilanjutkan dengan pemotongan silika
menjadi wafer silika. Selanjutnya wafer silika diproses
menjadi sel surya, kemudian sel-sel surya disusun
membentuk modul surya. Tahap terakhir adalah
mengintegrasi modul surya dengan BOS (Balance of System)
menjadi sistem PLTS. BOS adalah komponen pendukung
yang digunakan dalam sistem PLTS seperti inverter, baterai,
sistem kontrol, dan lain-lain.

Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah


mempunyai basis yang cukup kuat dari aspek kebijakan.
Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri
photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu melakukan pada
tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan
mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya
masih impor. Padahal sel surya adalah komponen utama dan
yang paling mahal dalam sistem PLTS.

Harga yang masih tinggi menjadi isu penting dalam


perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi
pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam
rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar
mampu bersaing dengan sumber energi lain.

Mengingat rasio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai


55-60% dan hampir seluruh daerah yang belum dialiri listrik
adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit
listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua
lokasi merupakan alternatif sangat tepat untuk
dikembangkan.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 21


Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah
merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System
berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah
serta 346,5 MWp PLTS hybrid untuk daerah terpencil.

Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada


sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang. Asumsi penguasaan
pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah
cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel
surya berkapasitas hingga 25 MWp per tahun. Hal ini tentu
merupakan peluang besar bagi industri lokal untuk
mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.

22 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


BAB 2
JENIS-JENIS
PANEL SURYA

Sistem panel surya menggunakan susunan modul yang


terdiri dari sel surya untuk mengubah radiasi matahari
menjadi energi listrik. Sel surya adalah blok bangunan dari
modul surya, yang selanjutnya jika dirangkai kembali akan
menjadi susunan modul surya atau yang umumnya disebut
rangkaian. Sel fotovoltaik adalah piringan tipis atau film dari
bahan semikonduktor yang menghasilkan listrik saat terkena
sinar matahari karena efek fotolistrik.

Efek fotolistrik pertama kali diobservasi pada tahun 1839


oleh Edmund Becquerel, seorang Fisikawan Prancis, yang
menemukan bahwa bahan-bahan tertentu akan menghasilkan
sejumlah kecil listrik ketika terkena sinar matahari. Sel surya
pertama dibangun oleh Fritts pada tahun 1883, yang melapisi
selenium semikonduktor dengan lapisan emas yang sangat
tipis untuk membentuk persimpangan (1% efisien).

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 23


Era modern teknologi tenaga surya dimulai pada tahun
1954 ketika Chapin, Fuller, dan Pearson dari Bell Laboratories
menemukan bahwa silikon yang dicampur dengan pengotor
tertentu mampu menghasilkan listrik untuk satelit. Perangkat
ini awalnya dikenal sebagai baterai surya (saat ini disebut sel
surya) dan mengeksploitasi prinsip persimpangan P-N.
Awalnya, efisiensi untuk mengkonversi energi sel adalah 6%,
dan mencapai 11% pada tahun 1957 kemudian 14% pada
tahun 1960.

Sel surya adalah perangkat non-mekanis yang biasanya


terbuat dari silikon yang menciptakan ketidakseimbangan
elektron di seluruh sel dan menghasilkan arus searah sebagai
akibat dari sinar matahari yang datang. Ada juga sel surya
non-semikonduktor yang sedang dikembangkan. Berikut
dibawah ini tiga generasi pengembangan sel surya.

2.1. Monokristalin

Panel surya tipe monokristalin terbuat dari irisan tipis


batangan kristal silikon murni. Teknik pembuatannya hampir
menyerupai pengolahan keripik pisang, dimana satu pisang
akan diiris tipis menjadi kepingan keripik yang siap digoreng.
Berbeda dengan keripik pisang yang dapat diiris
menggunakan alat sederhana, pengirisan kristal silikon murni
menjadi kepingan tipis membutuhkan teknologi khusus.
Penggunaan teknologi khusus untuk pemotongan kristal
silikon murni tersebut menghasilkan irisan sel surya yang
presisi dan sama, sehingga menjadi sel surya yang memiliki
nilai efisien yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis yang
lain, yaitu sekitar 15% - 20%. Mahalnya harga bahan baku dan

24 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


proses produksi menjadi penyebab sel surya monokristalin
lebih mahal di pasaran dibandingkan jenis yang lain.

Kekurangan sel surya monokristalin adalah jika disusun


membentuk modul surya akan meninggalkan banyak ruang
kosong karena mengikuti rupa batangan kristal silikon yang
umumnya mempunyai wujud segi enam atau bulat. Dapat
dilihat pada gambar di bawah ini, berikut adalah gambar
kristal silikon murni:

Gambar 2.1 Proses dari batangan kristal silikon hingga modul surya

Keterangan gambar:
1. Batangan kristal silikon murni sebelum diiris
2. Kepingan kristal silikon yang diiris tipis
3. Sel surya monokristalin yang telah jadi, siap disusun
menjadi modul surya
4. Susunan sel surya monokristalin yang digabungkan
menjadi satu. Terlihat pada gambar, terdapat area kosong
pada modul surya tidak terisi karena bentuk dari kristal
silikon monokristalin.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 25


Sel surya monokristalin juga disebut sebagai sel kristal
tunggal. Sel surya jenis ini dapat dengan mudah dikenali dari
warnanya yang hitam pekat. Bahan baku sel monokristalin
terbuat dari silikon yang sangat murni, hal ini yang
menjadikan sel surya monokristalin paling efisien untuk
mengkonversi foton dari cahaya matahari menjadi energi
listrik.

Sel surya monokristalin merupakan generasi pertama


yang terbuat dari batangan kristal silikon yang sangat murni
(biasanya silikon kristal (c-Si)). Sel surya ini dikembangkan
pada 1950-an sebagai sel surya generasi pertama. Sel surya
monokristalin menggunakan kepingan batangan kristal
silikon, dengan ketebalan sekitar 0,3 mm yang diiris dari
batangan silikon kristal. Produksinya menggunakan proses
Czochralski yang ditemukan pada tahun 1916, yaitu metode
pertumbuhan kristal untuk mendapatkan kristal tunggal
semikonduktor, logam, dan garam dengan aplikasi paling
penting dalam pertumbuhan batangan silinder silikon kristal.

Ruang produksi dipanaskan hingga 1500℃ untuk


melelehkan silikon mentah dalam wadah. Atom pengotor
ditambahkan untuk mendoping silikon untuk membuatnya
menjadi tipe-P atau tipe-N. Ketika silikon sepenuhnya
meleleh, poros berputar yang dipasang dengan kristal benih
dicelupkan dan ditarik ke atas dengan mengontrol gradien
suhu, laju tarikan, dan kecepatan rotasi. Silikon kemudian
dipotong menjadi irisan kecil.

Dalam proses ekstraksi pertama, silikon masih mengandung


sejumlah besar pengotor yang tidak diinginkan dan biasanya
disebut sebagai silikon kelas metalurgi. Proses pemurnian

26 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


selanjutnya pertama-tama melibatkan pembuatan SiHCl3
(triklorosilan) dengannya, yang pada fase pertama masih akan
mengandung sejumlah besar elemen yang tidak diinginkan.

Hal ini dilakukan karena SiHCl3 adalah senyawa cair,


dengan cairan lebih mudah dimurnikan daripada padatan.
Setelah proses pemurnian ini, diperoleh SiHCl3 dengan
kemurnian tinggi. Maka perlu untuk memulihkan kembali
bentuk padat silikon. Mencampur SiHCl3 dengan H2 dan
memanaskannya menghasilkan polisilikon (padat) dan HCl.
Polisilikon ini, meskipun lebih murni, masih bukan
merupakan monokristal. Produksi akhir monokristal dapat
dilakukan dengan proses yang dikenal sebagai Czochralski.

Hasil akhirnya adalah sebatang silikon berbentuk


lingkaran, yang dapat diukur beberapa meter dan memiliki
diameter beberapa inci. Batangan ini selanjutnya melalui
proses pemotongan, dari mana wafer yang dengannya sel
surya silikon monokristalin diproduksi akhirnya diekstraksi.
Selama proses pemotongan silikon, sejumlah besar bahan
terbuang (40%-50%)

Sel monokristalin lebih mahal untuk diproduksi dan


biasanya memiliki efisiensi yang sedikit lebih tinggi yaitu
pada 15-22% daripada sel polikristalin konvensional. Shockley
dan Queisser, pada tahun 1961, menghitung efisiensi
termodinamika maksimum untuk konversi radiasi tak
terkonsentrasi menjadi energi bebas listrik dalam batas radiasi
menjadi 31%.

Sel surya monokristalin sangat efisien, mendekati efisiensi


teoritisnya dalam semikonduktor dengan celah pita mulai dari
sekitar 1,25 hingga 1,45 eV tetapi memiliki harga tinggi di

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 27


pasaran karena proses pembuatan yang digunakan untuk
membuatnya. Sel surya yang diproduksi secara massal kurang
efisien dan hanya mencapai efisiensi 10%.

Panel monokristalin memiliki umur yang panjang.


Sebagian besar produsen memberikan garansi 25 tahun pada
produk panel surya monokristalinnya. Karena kedua jenis
panel surya (monokristalin dan polikristalin) terbuat dari
silikon kristal, bahan yang sangat stabil, yang kemungkinan
akan bertahan lebih lama dari masa garansi 25 tahun.

Gambar 2.2 Modul surya monokristalin

Prinsip kerja panel surya monokristalin adalah ketika


sinar matahari jatuh pada panel surya monokristalin, sel-sel
menyerap energi, dan melalui proses yang rumit menciptakan
medan listrik. Medan listrik ini terdiri dari tegangan dan arus
dan menghasilkan daya yang diatur oleh persamaan P (daya)
= V (tegangan) x I (arus). Daya ini dapat digunakan langsung
ke perangkat daya yang berjalan pada arus searah (DC). Daya
ini juga dapat diubah menjadi arus bolak-balik (AC)
menggunakan inverter.

28 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Panel surya monokristalin biasanya memiliki efisiensi dan
kapasitas daya tertinggi dari semua jenis panel surya. Efisiensi
panel monokristalin dapat berkisar antara 15% hingga 20%
karena sel surya monokristalin terbuat dari kristal tunggal
silikon, elektron dapat mengalir lebih mudah melalui sel, yang
membuat efisiensi sel surya lebih tinggi daripada jenis panel
surya lainnya.

Efisiensi yang lebih tinggi dari panel surya monokristalin


berarti bahwa panel ini membutuhkan lebih sedikit ruang
untuk mencapai kapasitas daya tertentu. Jadi, panel surya
monokristalin biasanya akan memiliki peringkat output daya
yang lebih tinggi daripada modul polikristalin atau thin film,
atau dengan kata lain, hanya dibutuhkan lebih sedikit panel
surya monokristalin dalam sistem tenaga surya untuk
menghasilkan jumlah daya yang sama dibandingkan dengan
panel surya polikristalin. Hal ini membuat panel surya
monokristalin ideal untuk orang dengan ruang atap terbatas.

Panel surya monokristalin memiliki banyak aplikasi


sebagai berikut:

1. Lebih efisien, panel ini dapat menghasilkan lebih banyak


listrik untuk area sama seperti yang ditempati oleh panel
yang terbuat dari bahan lain. Panel ini cukup populer di
kalangan atap surya di daerah perkotaan dan pedesaan.
2. Panel ini sangat direkomendasikan untuk aplikasi surya
dalam skala yang lebih besar, di lahan luas.
3. Panel yang lebih kecil yang menghasilkan listrik antara 5
dan 25 Watt berguna untuk mengisi daya ponsel, kamera,
dan laptop.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 29


4. Panel yang menghasilkan antara 40 dan 130 Watt berguna
untuk memberi daya pada peralatan dengan watt lebih
tinggi seperti lemari es dan oven microwave.
5. Panel ini sangat berguna dalam menerangi taman
6. Panel ini dapat membentuk susunan dan digunakan
untuk memberi daya pada rumah pedesaan.
7. Panel ini cocok untuk penerangan jalan sebagai panel
yang berdiri sendiri (on grid).

Harga panel surya monokristalin lebih tinggi daripada


jenis panel surya lainnya karena cara panel ini diproduksi.
Efisiensi tinggi dan peringkat daya mereka juga menaikkan
harga. Menurut Lawrence Berkeley National Laboratory, panel
surya monokristalin dijual sekitar $ 0,05 (sekitar Rp 749,17) per
watt lebih tinggi daripada modul polikristalin.

Karena teknologi dan manufaktur surya telah meningkat,


perbedaan harga antara panel polikristalin dan monokristalin
telah menyusut. Meskipun panel surya monokristalin adalah
sel surya paling efisien di pasaran, panel in tetap memiliki
keuntungan dan kerugian. Berikut adalah kelebihan dan
kekurangan panel surya monokristallin:

1. Kelebihan
a. Memiliki tingkat efisiensi tertinggi pada 15 hingga 22%.
b. Membutuhkan lebih sedikit ruang dibandingkan dengan
jenis lain karena efisiensinya yang tinggi.
c. Produsen menyatakan bahwa sel surya monokristalin
bertahan paling lama, dengan sebagian besar memiliki
garansi 25 tahun.
d. Memiliki ketahanan panas yang lebih tinggi dibanding-
kan dengan panel lain.

30 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


e. Bekerja lebih baik di tingkat sinar matahari yang rendah,
menjadikan panel surya monokristalin cocok untuk
daerah berawan.

2. Kekurangan
a. Monokristalin merupakan sel surya paling mahal di
pasaran, jadi tidak masuk dalam kisaran harga semua
orang.
b. Saat sedang bekerja cenderung mengalami peningkatan
suhu, namun hal tersebut adalah kerugian kecil jika
dibandingkan dengan sel surya lainnya.
c. Ketika silikon dipotong selama pembuatan, menghasil-
kan banyak limbah.

Adapun cara pembuatan panel surya monokristalin


adalah sebagai berikut

1. Bahan baku
Komponen dasar sel surya adalah silikon murni, yang tidak
murni dalam keadaan alaminya. Silikon murni berasal dari
silikon dioksida seperti kerikil kuarsit (silika paling murni)
atau kuarsa yang dihancurkan. Silikon murni yang
dihasilkan kemudian diolah dengan fosfor dan boron
untuk menghasilkan kelebihan elektron dan kekurangan
elektron masing – masing untuk membuat semikonduktor
yang mampu menghantarkan listrik. Hasil dari proses
tersebut menghasilkan disk silikon yang mengkilap dan
membutuhkan lapisan anti reflektif. Bahan yang digunakan
untuk membuat lapisan anti reflektif biasanya menggunakan
titanium dioksida.

Dalam modul surya terdapat semikonduktor silikon yang


dikelilingi oleh bahan pelindung di dalam bingkai logam.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 31


Bahan pelindung terdiri atas enkapsulan karet silikon
transparan atau plastik butiril (biasa digunakan pada kaca
depan mobil) yang diikat di sekitar sel, dan kemudian
tertanam dalam etilen vinil asetat. Film polyester (seperti
mylar atau tedlar) membentuk bagian belakangnya.
Komponen elektronik standar, dan sebagian besar terbuat
dari tembaga. Rangkanya terbuat dari baja atau aluminium
dan silikon digunakan sebagai semen untuk menyatukan
semuanya.
2. Proses manufaktur
a. Pemurnian silikon
1) Silikon dioksida dari kerikil kuarsit atau kuarsa yang
dihancurkan ditempatkan ke dalam arc furnace
(tungku busur listrik). Busur karbon kemudian
diterapkan untuk melepaskan oksigen. Produk dari
proses ini adalah karbon dioksida dan silikon cair.
Proses sederhana ini menghasilkan silikon dengan
pengotor satu persen, berguna di banyak industri
tetapi tidak di industri sel surya.

2) Silikon murni (99%) dimurnikan kembali menggunakan


teknik floating zone (zona mengambang) atau metode
pertumbuhan kristal tanpa wadah. Batang silikon
tidak murni dilewatkan melalui zona panas beberapa
kali ke arah yang sama. Prosedur ini membawa
kotoran menuju satu ujung dari setiap lintasan. Pada
titik tertentu, silikon dianggap murni, dan ujung yang
tidak murni dibuang.

3. Membuat silikon kristal tunggal


Sel surya terbuat dari boule silikon, struktur polikristalin
yang memiliki struktur atom kristal tunggal. Proses yang

32 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


paling umum digunakan untuk membuat boule disebut
metode Czochralski. Dalam proses ini, benih kristal silikon
dicelupkan ke dalam silikon polikristalin yang meleleh.
Saat kristal benih ditarik dan diputar, batangan silinder
atau boule silikon terbentuk. Hasil batangan yang ditarik
sangat murni, karena kotoran cenderung tetap berada
dalam cairan.

4. Membuat wafer silikon


a. Dari boule, wafer silikon diiris satu per satu
menggunakan gergaji bundar, adapun pemotongan
dengan skala banyak menggunakan gergaji multi wire.
Hanya sekitar setengah dari silikon yang hilang dari
boule ke wafer yang sudah jadi—lebih banyak lagi jika
wafer kemudian dipotong menjadi persegi panjang atau
heksagonal. Wafer persegi panjang atau heksagonal
kadang-kadang digunakan dalam sel surya karena
mereka dapat dipasang bersama dengan sempurna,
sehingga memanfaatkan semua ruang yang tersedia di
permukaan depan sel surya.

b. Wafer kemudian dipoles untuk menghilangkan bekas


gergaji. (Baru-baru ini ditemukan bahwa sel yang lebih
kasar menyerap cahaya lebih efektif, oleh karena itu
beberapa produsen memilih untuk tidak memoles
wafer.)

5. Doping
a. Cara tradisional doping (menambahkan kotoran ke)
wafer silikon dengan boron dan fosfor adalah
memasukkan sejumlah kecil boron selama proses. Wafer
kemudian disegel kembali dan ditempatkan dalam

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 33


tungku untuk dipanaskan sedikit di bawah titik leleh
silikon (2.570 derajat Fahrenheit atau 1.410 derajat
Celcius) dengan adanya gas fosfor. Atom fosfor
"menggali" ke dalam silikon, yang lebih berpori karena
hampir menjadi cairan. Suhu dan waktu yang diberikan
untuk proses dikontrol dengan hati-hati untuk
memastikan sambungan yang seragam dengan
kedalaman yang tepat.

b. Cara yang lebih baru untuk mendoping silikon dengan


fosfor adalah dengan menggunakan akselerator partikel
kecil untuk menembakkan ion fosfor ke dalam batangan.
Dengan mengontrol kecepatan ion, dimungkinkan
untuk mengontrol kedalaman penetrasi mereka. Proses
baru ini, umumnya belum diterima oleh produsen
komersial.

6. Lapisan anti-reflektif
Karena silikon murni mengkilap, ia dapat memantulkan
hingga 35 persen sinar matahari. Untuk mengurangi jumlah
sinar matahari yang dipantulkan, lapisan anti reflektif
diletakkan pada wafer silikon. Pelapis yang paling umum
digunakan adalah titanium dioksida dan silikon oksida.
Bahan yang digunakan untuk pelapisan dipanaskan
sampai molekulnya mendidih dan bergerak ke silikon dan
kondensor, atau bahan tersebut mengalami sputtering.

Dalam proses ini, tegangan yang tinggi akan menjatuhkan


molekul dari material dan menyimpannya ke silikon di
elektroda yang berlawanan. Metode lain yang digunakan
adalah membiarkan silikon bereaksi sendiri dengan gas
yang mengandung oksigen/nitrogen untuk membentuk

34 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


silikon dioksida atau silikon nitrida. Produsen sel surya
komersial biasanya menggunakan silikon nitrida.

7. Enkapsulasi sel
Sel surya yang sudah jadi kemudian dienkapsulasi dengan
cara disegel ke dalam karet silikon atau etilen vinil asetat.
Sel surya yang dienkapsulasi kemudian ditempatkan ke
dalam bingkai aluminium yang memiliki mylar atau tedlar
pada lembar belakangnya yang mana juga terdapat
penutup kaca atau plastik.

2.2 Polikristalin

Sel surya polikristalin termasuk dalam jenis kedua dari sel


surya generasi pertama dan dibuat dari potongan irisan dari
blok silikon. Sel surya ini mengandung banyak kristal silikon
yang membuatnya lebih mudah untuk memproduksi wafer
dalam cetakan daripada kristal tunggal (monokristalin),
sehingga lebih murah. Sel surya polikristalin sedikit kurang
efisien daripada monokristalin tetapi telah meningkatkan
efisiensi selama beberapa tahun terakhir.

Sel ini sekarang bersaing dengan monokristalin dalam hal


efisiensi tetapi lebih murah. Polikristalin dibuat dengan
menggergaji silikon berbentuk persegi yang terlebih dahulu
dibuat menjadi batangan dan kemudian menjadi wafer.
Dalam proses ini, silikon kristal polikristalin cair pertama-
tama dituangkan ke dalam wadah cetakan besar dan dengan
hati-hati, kemudian didinginkan dan dipadatkan.

Sel surya polikristalin biasanya memiliki efisiensi yang


sedikit lebih rendah yaitu 13-15% sehingga menghasilkan sel

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 35


individu yang lebih besar dan modul yang sedikit lebih besar
pula.

Secara fisik panel surya jenis ini dapat diketahui dari


warna sel yang cenderung biru dengan bentuk persegi. Untuk
menghasilkan daya listrik yang sama memerlukan luas
permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
monokristalin, akan tetapi dapat menghasilkan listrik pada
saat mendung. Berikut adalah Panel Surya tipe Polycristalline
yang terlampir pada Gambar 1.1.

Gambar 2.3 Panel Surya tipe Polycristalline


(Sumber : Satria Wibowo, 2020)

36 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Tabel 1.1 Keterangan Polycrystalline

Keterangan Panel Surya Polycrystaline


Jenis Sel Surya Campuran silikon dengan material lain
Harga Jual Mulai dari Rp. 8.848.,-
Garansi +/- 25 Tahun
Estetika Rata-rata berwarna kebiruan
Kebutuhan Area 8-9 m2 per 1 kWp
Efisiensi Panel Sekitar 13-18%
Ketahanan Suhu Kurang efisien dalam suhu yang lebih
tinggi
Lainnya Lebih sedikit menggunakan dan
menghasilkan limbah silikon

Penggunaan sel silikon polikristalin merupakan strategi


pengurangan biaya dengan mengurangi biaya wafer. Silikon
polikristalin tidak lebih dari silikon yang terdiri dari butiran
silikon kristal. Prinsip pada bahan ini sebenarnya dapat
menggunakan teknik manufaktur yang sama dengan yang
digunakan untuk pembuatan sel silikon monokristalin
meskipun perlu dilakukan pengamatan ulang. Pada tingkat
produksi industri, batas efisiensi sel jenis ini sekitar 17%.

Gambar 2.4 Polycrystalline silicon cell.


(sumber : Solar hydrogen production,2019)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 37


Kelebihan Panel Surya Polycrystalline:
a. Panel surya polycrystalline merupakan jenis panel surya
dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan
dengan jenis monocrystalline. Hal ini dikarenakan proses
pembuatan panel surya polycrystalline lebih sederhana
sehingga harga jualnya juga lebih murah.
b. Biaya investasi pembuatan pembangkit listrik tenaga
surya lebih rendah bila dibandingkan penggunaan panel
surya monocrystalline.
c. Mempunyai nilai estetika yang lebih baik dengan warna
biru cerah.

Kekurangan Panel Surya Polycrystalline


a. Panel surya polycrystalline memiliki nilai efisiensi 13%
hingga 16% dalam merubah sinar matahari menjadi
listrik. Ini lebih rendah bila dibandingkan dengan jenis
monocrystalline.
b. Panel surya polycrystalline memerlukan ruang yang lebih
besar dalam instalasi atau penempatannya bila dibanding-
kan dengan jenis monocrystalline.
c. Kinerja dapat menurun pada saat terjadi cuaca panas yang
ekstrim dengan penurunan lebih banyak bila dibanding-
kan dengan jenis monocrystalline. (Wibowo, S. 2020)

2.3 Thin Film

Thin-Film cell adalah panel surya dengan struktur lapisan


tipis mikrokristal-silicon dan amorphous dengan efisiensi
modul hingga 8.5 % sehingga untuk luas permukaan yang
diperlukan per watt daya yang dihasilkan lebih besar
daripada monokristalin dan polikristalin. Jenis sel surya ini
diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa

38 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar
mengubah energi cahaya menjadi energi listrik melalui efek
fotovoltaik. Sel surya Thin Film merupakan sel generasi kedua
yang sangat ringan dan fleksibel yang terdiri dari beberapa
lapisan tipis bahan fotovoltaik. Jenis ini dikenal juga dengan
nama TFPV (Thin Film Photovoltaic).

Gambar 2.5 Thin Film Solar Cells


(Sumber: Google Images)

Bahan silikon Thin Film biasanya disimpan dengan proses


deposisi uap kimia (CVD). Dalam deposisi uap kimia, gas
prekursor yang berbeda dibawa ke dalam ruang reaksi.
Karena reaksi kimia, lapisan terbentuk pada substrat.
Bergantung pada prekursor yang digunakan dan parameter
pengendapan lainnya seperti laju aliran gas, tekanan, dan
suhu, berbagai paduan yang berbeda dengan parameter listrik
dan optik yang berbeda dapat disimpan. Lapisan sel surya
Thin Film sekitar 300 hingga 350 kali lebih tipis dari silikon
standar, yang menjadikan teknologi ini ideal untuk perangkat
portabel. Setiap sel terbuat dari tiga bagian utama: bahan
fotovoltaik, lembaran konduktif, dan lapisan pelindung.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 39


Bentuk desain yang ramping, sel surya Thin Film juga
berbeda dari panel jenis monokristalin dan polikristalin dalam
bahan yang digunakan dalam produksi dan efisiensi. Sel surya
Thin Film lebih murah daripada panel silikon monocrystalline
dan polycrystalline. Kedua jenis tersebut kurang efisien dan
memiliki kapasitas daya yang lebih rendah. Efisiensi telah
menjadi tantangan terbesar panel ini dan bervariasi antara
jenis sel surya Thin Film, tetapi telah meningkat seiring waktu.

Pada tahun 2015, Solar Frontier, penyedia energi surya


copper indium selenium (CIS) terbesar di dunia, mencapai
efisiensi konversi sebesar 22,3%. Hal ini adalah peningkatan
0,6% dari rekor industri sebelumnya, tetapi sebagian besar
substrat surya Thin Film berkisar dari efisiensi 6% hingga 18%.
Meskipun ini tidak tersedia untuk konsumen, berita surya
terbaru menjelaskan bahwa para peneliti dari Fraunhofer
Institute for Solar Energy Systems mampu mencapai rekor
68,9% efisiensi panel gallium arsenide (GaAs) di bawah sinar
laser.

Jenis - Jenis Thin Film Solar Cells


Ada beberapa jenis sel surya Thin Film yang masing-
masing terbuat dari bahan yang berbeda dan mempengaruhi
keseluruhan biaya dan efisiensi panel. Namun, semua sel
surya Thin Film mengandung bahan fotovoltaik, lembaran
konduktif, dan lapisan pelindung. Jenis-jenis Thin Film yang
paling umum:

1. Amorphous Silicon (a-Si)


Sel surya dengan bahan amorf (a-Si) adalah teknologi Thin
Film tertua, menjadikannya jenis teknologi PV Thin Film

40 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


yang paling berkembang dengan baik. Panel tidak beracun
ini menggunakan pengendapan uap kimia untuk
menempatkan lapisan silikon tipis ke dasar kaca, plastik,
atau logam. Awalnya sel surya jenis ini banyak diterapkan
pada kalkulator dan jam tangan. Seiring dengan
perkembangan teknologi pembuatannya, penerapannya
menjadi semakin luas.

Teknik produksi disebut stacking atau susun lapis dimana


beberapa lapis Amorphous Silicon ditumpuk membentuk
sel surya, akan memberikan efisiensi yang lebih baik 6%-
8%. Panel jenis ini juga menyerap berbagai spektrum
cahaya dan bekerja dengan baik dalam cahaya redup dan
bisa ditekuk, membuatnya tidak mudah retak. Kelemahan
dari panel amorf adalah kehilangan efisiensi dengan cepat.

Gambar 2.6 Panel Surya Thin Film Amorphous


(Sumber: Google Images)

Panel amorf mempunyai tampilan yang menarik di masa


depan teknologi surya Thin Film, tetapi karena efisiensinya
yang rendah, panel tersebut tidak efektif untuk rumah pada

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 41


umumnya. Saat ini, panel ini hanya menghasilkan sepertiga
dari energi panel surya standar. Teknologi ini dapat
ditemukan digunakan dalam kalkulator, lampu luar
ruangan, dan gadget kecil.

Kelebihan panel surya Thin Film Amorphous :


a. Ringan
b. Biaya rendah
c. Tersedia panel fleksibel dan berperekat
d. Suhu tinggi hanya berdampak kecil pada produktivitas
Kelemahan panel surya Thin Film Amorphous :
a. Kehilangan efisiensi dengan cepat, menjadikannya tidak
cocok untuk rumah rata-rata
b. Suhu tinggi hanya berdampak kecil pada produktivitas

2. Panel Surya Cadmium Telluride (CdTe).


Sel surya CdTe diperkenalkan untuk pertama kalinya pada
tahun 1972, oleh Bonnet dan Rabenhorst, dengan
heterojunction CdS/CdTe mendapatkan efisiensi 6%. Sejak
saat itu, sel surya Thin Film berbasis CdTe telah difabrikasi
dengan tipe heterojunction. Struktur heterojunction p-n
yang mengandung lapisan CdTe yang didoping p, yang
cocok dengan lapisan kadmium sulfida (CdS) atau
magnesium seng oksida (MZO) yang didoping n.

Teknik deposisi Thin Film CdTe yang umum termasuk


deposisi transportasi uap dan sublimasi jarak dekat.
Lapisan penyerap CdTe umumnya ditanam di atas lapisan
oksida konduktif transparan (TCO) berkualitas tinggi
biasanya oksida timah yang didoping fluor (SnO2:F). Sel
diselesaikan menggunakan kontak listrik belakang
biasanya lapisan zinc telluride (ZnTe) diikuti oleh lapisan

42 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


logam atau pasta karbon yang juga memasukkan tembaga
(Cu) ke bagian belakang sel.

Panel surya kadmium telluride (CdTe) adalah jenis modul


Thin Film yang paling umum tersedia. Panel ini sebenarnya
adalah jenis kedua yang paling banyak digunakan di dunia,
setelah silicon crystal (c-Si ). Seperti namanya, sel-sel ini
dibuat dengan telluride kadmium, senyawa kimia yang
efektif dalam menangkap dan mengubah sinar matahari
menjadi energi. Panel CdTe lebih murah daripada sel Thin
Film silikon standar dan memiliki waktu pengembalian
tercepat dari panel Thin Film lainnya yang ada di pasaran
saat ini. Panel surya jenis ini memiliki efisiensi 9%-11%.

Gambar 2.7 Struktur Standar Thin Film CdTe


(Sumber: Google Images)

Panel telluride kadmium memiliki jejak karbon terkecil dari


semua panel Thin Film yang tersedia untuk konsumen.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 43


Sayangnya, masalah besar dengan panel surya ini adalah
mengandung kadmium dalam jumlah besar, yang
merupakan unsur beracun. Tindakan pencegahan khusus
perlu diambil untuk menangani komponen itu. Panel tidak
berbahaya bagi manusia atau lingkungan selama proses
pembuatan atau saat digunakan untuk menghasilkan listrik
di atap rumah. Namun, pada pembuangan panel lama tetap
perlu perhatian. Telluride juga sangat jarang ditemukan,
sehingga sulit untuk memproduksi teknologi ini secara
massal.

Kelebihan panel surya Thin Film CdTe:


a. Lapisan penyerap sangat bagus dalam mengubah energi
b. Lebih murah dan waktu pengembalian tercepat
dibandingkan dengan sel standar + Jejak karbon terkecil
Kelemahan panel surya Thin Film CdTe:
a. Kadmium elemen beracun dalam jumlah besar
b. Telluride adalah elemen yang sulit ditemukan, yang
merupakan komponen kunci dalam manufaktur

3. Panel Surya Copper Indium Gallium Selenide (CIGS).


Panel surya tipe Thin Film CIGS merupakan sistem Thin
Film yang paling efisien saat ini untuk aplikasi fotovoltaik.
Tantangan utama sel CIGS secara komersial terkait dengan
biayanya yang tinggi dan tingkat deposisi rendah yang
dicapai dalam teknik deposisi uap fisik yang biasanya
digunakan untuk membuatnya. Panel surya CIGS dibuat
dengan menempatkan lapisan tembaga, indium, gallium,
dan diselenide di atas satu sama lain dalam lapisan
konduktif untuk membuat semikonduktor yang kuat.

44 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Gambar 2.8 Panel Surya Thin Film CIGS
(Sumber: Google Images)

Thin Film CIGS adalah teknologi yang sangat efisien


dengan beberapa efisiensi melebihi 20% dalam pengujian
laboratorium. Sayangnya, banyak panel CIGS juga
menggunakan kadmium — bahan kimia beracun yang
ditemukan di panel kadmium telluride (CdTe). Beberapa
sel CIGS saat ini telah menukar bahan kimia tersebut
dengan oksida seng yang lebih ramah lingkungan. Secara
keseluruhan, kerugian terbesar ditemukan pada label
harga. Panel CIGS masih sangat mahal untuk diproduksi,
sehingga sulit bersaing dengan panel surya CdTe atau
silikon.

Perbedaan besar pada sel surya CIGS adalah lebih peka


cahaya dan oleh karena itu panel CIGS 100 Watt akan
menghasilkan daya sekitar 10-15% lebih banyak dalam
setahun, dibandingkan panel kristal 100 Watt tipe lain.
Panel Surya CIGS akan memproduksi lebih awal di pagi
hari dan bertahan lebih lama di malam hari.

Dengan koefisien suhu yang lebih rendah dan fitur kinerja


cahaya rendah yang lebih tinggi, sel surya CIGS
menghasilkan lebih banyak listrik selama puncak sinar
matahari tengah hari dan juga pada waktu senja dan fajar
yang rendah cahaya, peningkatan lain dibandingkan sel

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 45


surya kristal. Hal ini meningkatkan efisiensi biaya
pengoperasian dengan sel surya Sunflare CIGS,
memungkinkannya menghasilkan energi 10 persen lebih
banyak.

Kelebihan panel surya Thin Film CIGS


a. Panel tipis yang sangat efisien sekitar 10%-12%
b. Beberapa panel menggunakan seng sebagai pengganti
kadmium
Kelemahan panel surya Thin Film CIGS
a. Sangat mahal untuk diproduksi
b. Sebagian besar mengandung kadmium kimia beracun

2.4 Panel Surya Fotovoltaik Organik (OPV).

Sel Fotovoltaik Organik atau Organic Photovoltaic Cell


(OPV) adalah sel fotovoltaik yang menggunakan material
organik sebagai penyusunnya. Proses penyerapan cahaya dan
pengiriman muatan dilakukan oleh material organik. Material
polimer organik konduktif atau molekul organik kecil untuk
menghasilkan listrik. Dalam sel fotovoltaik ini, beberapa
lapisan uap atau larutan organik tipis ditempatkan di antara
dua elektroda untuk mengalirkan arus listrik.

Dengan adanya bahan organik yang digunakan


berlimpah, yang memberi teknologi label harga yang lebih
rendah dari biaya pembuatan hingga biaya pasar. Karena
variabilitas dalam penyerap, panel OPV dapat memiliki
berbagai warna - termasuk transparan - yang menjadikannya
modul surya pilihan untuk kebutuhan estetika apa pun.

Namun, kelemahan dari sel surya OPV adalah dalam sisi


efisiensi. Efisiensi yang diperoleh dari sel tunggal dye-

46 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


sensitized sebesar 11% dan sel tunggal polimer sebesar 8%.
Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi yang diperoleh dari sel
surya organik secara umum sangat rendah. Fotovoltaik
organik secara teknologi belum matang dan aplikasinya yang
cukup luas dibatasi adanya masalah ketidakstabilan yang
berkaitan dengan terjadinya penurunan kualitas pada
lingkungan yang berbeda.

Dengan demikian teknologi OPV dan dye-sensitized


belum mampu untuk menjadikan sel surya tersebut memiliki
daya saing di pasar komersial. Akibat dari masalah tersebut,
para peneliti dalam bidang fotovoltaik melahirkan sel surya
tipe baru yaitu sel surya hibrid organik-anorganik dikenal
dengan nama perovskite yang ditemukan oleh Miyasaka dan
kawan-kawan pada tahun 2006. Material baru ini dilaporkan
memiliki efisiensi tertinggi sebesar 19,3%. Teknologi sel surya
hibrida seperti sel surya perovskite disebut demikian karena
lapisan fotoaktif terbuat dari material organometalik.

Gambar 2.9 Panel Surya OPV


(Sumber: Google Images)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 47


Kelebihan panel surya Thin Film OPV
a. Bahan organik yang digunakan dalam produksi
b. Biaya pembuatan lebih murah
c. Memiliki Estetika
d. Ringan dan lentur

Kelemahan panel surya Thin Film OPV


a. Umur singkat atau lebih pendek. Umur operasional 5
tahun
b. Efisiensi rendah sekitar 8,3%

Macam-macam panel surya organik :


1. Dye-sensitized solar cell (DSSC)
Pada DSSC pewarna organik diterapkan di atas permukaan
semikonduktor anorganik dengan energi gap cukup besar
sebagai penyerap cahaya dan untuk mendorong elektron
yang tereksitasi menuju pita konduksi semikonduktor
tersebut.

Penelitian pada DSSC memperoleh kemajuan besar ketika


Grätzel dan rekan kerjanya meningkatkan daerah
persambungan antara donor organik dan akseptor
inorganik menggunakan nanoporous titanium dioxide
(TiO2). Menggunakan ruthenium dye-sensitized
nanocrystalline TiO2 (nc-TiO2) efisiensi konversi energi sel
surya mencapai 10% di bawah paparan sinar matahari.

2. Double Layer Cell


Awal usaha untuk membuat sel surya dari unsur organik
semua adalah dengan menyisipkan lapisan tunggal
material organik di antara dua elektroda berbeda. Sifat
fotovoltaik sel ini sangat tergantung pada sifat alam
elektrode. Material yang ikatannya di dope dalam jumlah

48 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


besar menghasilkan efisiensi konversi daya sampai dengan
0,3%.

Pada tahun 1986 Tang melakukan terobosan dengan


merealisasikan struktur lapisan ganda menggunakan
semikonduktor organik tipe-p dan tipe-n. Dua lapis setebal
70 nm dibuat menggunakan copper phthalocyanine sebagai
donor elektron, dan turunan perylene tetracarboxylic
sebagai akseptor elektron.

Material peka cahaya diletakkan di antara dua elektrode


berbeda, yaitu indium tin oxide (ITO) sebagai pengumpul
muatan positif dan perak (Ag) untuk mengumpulkan
muatan negatif. Efisiensi konversi power sekitar 1%. Hal
terpenting pada konsep ini adalah efisiensi pembangkitan
muatan tidak dipengaruhi besarnya tegangan bias.

3. Bulk Heterojunction Cell


Pada proses penggabungan material penyumbang elektron
(tipe-p) dan material penerima elektron (tipe-n) pada
lapisan aktif sel surya harus diperhatikan agar exciton yang
terbentuk pada salah satu material dapat menyebar menuju
persambungan memungkinkan terjadi pemisahan muatan.

Oleh karena exciton umurnya singkat dan mobilitasnya


rendah maka jangkauan sebaran exciton pada
semikonduktor organik terbatas hanya sekitar ~10 nm. Ini
akan sangat berpengaruh pada penurunan tingkat
pembangkitan muatan. Dimanapun pada lapisan aktif jarak
ke persambungan harus dapat dijangkau oleh sebaran
exciton.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 49


4. Perovskite Solar Cell (PSC)
PSC termasuk sel surya fotovoltaik generasi ketiga. Sistem
penyerapan cahaya oleh organometallic halide membuat
efisiensi konversi daya lebih tinggi ditambah dengan
material lebih murah. PSC dilaporkan memiliki efisiensi
26% dengan keunggulan biaya produksi rendah dan
karakteristiknya sangat stabil.

50 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


BAB 3
KOMPONEN
PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SURYA

3.1 Modul Surya

Modul surya adalah suatu kesatuan rangkaian yang


terdiri dari sel-sel surya yang dihubungkan secara seri,
paralel atau kombinasi dari seri dan paralel. Modul surya
merupakan komponen utama dari Pembangkit Listrik
Tenaga Surya. Komponen ini berperan menerima energi
radiasi matahari dan mengkonversinya menjadi listrik.
Sistem pembangkitan energi listrik menggunakan sel surya
menjadi sangat menarik karena tidak adanya bagian yang
bergerak.

Cahaya matahari terdiri dari partikel yang disebut foton.


Foton memiliki sejumlah energi yang besarnya bergantung
pada panjang gelombangnya. Ketika foton mengenai sel
surya, sebagian cahaya akan dipantulkan, diserap dan/atau

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 51


dipantulkan. Cahaya yang diserap dapat membangkitkan
listrik.

Suatu bahan semikonduktor n yang memiliki 1 elektron


akan bebas bergerak ketika mendapatkan energi yang cukup.
Ketika terkena cahaya, elektron mendapat energi foton dan
bebas bergerak namun gerakannya acak dan tidak
menghasilkan arus apabila dihubungkan dengan beban.
Untuk membuat aliran elektron searah, dibutuhkan junction.

Apabila suatu bahan semikonduktor p silikon murni


memiliki lubang untuk setiap atom (doping p) yang
disebabkan oleh pelepasan elektron dari ikatan normal
semikonduktor. Jika semikonduktor p dan n bergabung,
beberapa elektron dari sisi n akan bergabung dengan sisi p
dan mengisi hole. Sehingga terbentuklah daerah deplesi yang
merupakan junction seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.1.

Ketika kedua bahan semikonduktor yang mendapat


energi foton cukup dihubungkan dengan beban, maka
elektron akan terus bergabung menuju hole dan menciptakan
arus listrik yang terus menerus mengalir dalam rangkaian.

52 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Gambar 3.1 Gambar Ilustrasi Proses Terjadinya Arus Listrik
pada modul PV
(Sumber: Pemasangan dan Pemeliharaan PLTS, 2015)

Istilah sel surya, modul surya, panel surya, dan rangkaian


atau rangkaian seringkali disebutkan dalam studi mengenai
Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Perbedaan yang jelas dari
istilah-istilah tersebut dapat dilihat dari Gambar 3.2.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 53


Gambar 3.2 Gambar Ilustrasi Perbedaan Antara Sel Surya,
Modul Surya, Panel Surya, dan rangkaian.
(sumber: pasangpanelsurya.com)

Sel surya merupakan bahan semikonduktor yang


menjadi tempat terjadinya proses konversi radiasi matahari
ke listrik secara langsung tanpa ada bagian yang bergerak.
Tegangan listrik yang dihasilkan oleh satu sel surya berbasis
silikon umumnya sekitar 0,5 volt (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2015).

Modul surya adalah rangkaian sel surya yang saling


terhubung. Untuk melindungi dan menjaga keawetannya,
modul surya dilapisi dengan bahan yang tahan cuaca dan
radiasi UV (ultraviolet).

Panel surya merupakan rangkaian beberapa modul surya


yang disusun dalam satu bingkai. Sedangkan PV rangkaian
merupakan kumpulan beberapa panel surya yang terhubung
dengan kabel pada suatu jaringan listrik seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.3.

54 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Panel surya yang banyak digunakan saat ini ada berbagai
jenis berdasarkan bahan pembuatnya, seperti jenis
polikristalin, monokristalin, dan thin film.

1) Modul Surya Polikristalin

Gambar 3.4. Gambar Modul Surya Jenis Polikristalin

Modul surya jenis polikristalin terbuat dari beberapa batang


kristal silicon yang dicairkan, setelah itu dituang dalam
cetakan berbentuk persegi. Dibandingkan modul surya jenis
monokristalin, modul surya jenis polikristalin memiliki
efisiensi lebih rendah yaitu sekitar 11 – 16 % (Prasetyo, 2020).
Modul surya polikristalin disusun lebih rapat, sehingga
mengurangi luas ruang yang kosong antar sel surya. Dalam
aplikasinya, modul surya jenis ini memerlukan luas
permukaan yang lebih besar dibandingkan jenis
monokristalin untuk menghasilkan daya yang sama karena
efisiensinya yang rendah.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 55


2) Modul Surya Monokristalin

Gambar 3.5. Gambar Modul Surya Jenis Monokristalin

Modul surya monokristal dibuat dari silikon kristal tunggal


yang didapat dari peleburan silicon dalam bentuk bujur
dengan tingkat kemurnian yang tinggi yaitu mencapai
99,99%. Efisiensi sel fotovoltaik jenis silicon monokristal
cukup tinggi dibandingkan jenis lain yaitu sekitar 16 – 17%.
Namun, modul surya jenis ini umumnya memiliki harga
yang lebih tinggi daripada modul surya jenis polikristalin.

3) Modul Surya Amorfous


Modul surya amorfous merupakan teknologi fotovoltaik
lapisan tipis atau thin film. Ketebalannya sekitar 10 μm
(Prasetyo, 2020). Efisiensi sel dengan silicon amorfous
hanya berkisar 6 – 9%. Karena kerapatannya yang rendah,
modul surya jeni sini mudah dibentuk dan menyesuaikan
permukaan yang dikehendaki. Namun modul surya jenis
ini memiliki umur pakai yang pendek dibandingkan jenis

56 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


lainnya karena lebih tidak tahan terhadap berbagai kondisi
dan cuaca karena bentuknya yang tipis dan tidak memiliki
bingkai.

Gambar 3.6 Gambar Modul Surya Jenis Thin Film

Nilai efisiensi suatu panel surya dapat digunakan sebagai


salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan
panel surya yang akan digunakan. Semakin tinggi nilai
efisiensi suatu panel surya, maka semakin baik
kemampuannya untuk mengkonversi energi radiasi
matahari menjadi listrik.

Selain itu modul surya yang digunakan harus memenuhi


kualitas sesuai IEC 61215 untuk modul monokristalin dan
polikristalin; dan IEC 61646 untuk modul thin film.
Sebaiknya, modul yang digunakan memiliki efisiensi yang
lebih besar dari 15 % dan toleransi daya kurang dari 2,5 %
di bawah kondisi uji standar. Modul juga harus mampu
beroperasi pada tegangan hingga 1000 VDC (Maheswari,
2022).

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 57


Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
modul surya adalah sebagai berikut:

a) Intensitas Radiasi Matahari


Intensitas radiasi matahari merupakan intensitas dari
suatu radiasi elektromagnetik matahari yang jatuh pada
permukaan modul surya. Radiasi bisa diukur dalam
satuan W/m2 dan besar nilainya bervariasi tiap
lokasinya. Intensitas matahari terbukti berbanding lurus
dengan daya yang dihasilkan oleh modul surya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suwarti dan


Prasetiyo (2018), semakin besar intensitas radiasi
matahari maka arus yang dihasilkan akan semakin besar
dan tegangannya cenderung tetap. Hal inilah yang
akhirnya menghasilkan daya keluaran yang besar pula.

b) Sudut kemiringan modul surya


Modul surya yang terpasang dalam satu rangkaian seri
maupun parallel diposisikan pada kemiringan tertentu
untuk mendapatkan paparan terbaik dari sinar matahari
untuk memaksimalkan radiasi yang diterima. Sudut
terbaik untuk memaksimalkan radiasi yang diterima
adalah sudut yang tegak lurus dengan arah datangnya
sinar matahari. Semakin mendekati tegak lurus terhadap
datangnya cahaya matahari, maka nilai tegangan dan
arus akan meningkat pula. Sehingga, daya yang
dihasilkan juga akan semakin besar (Suwarti dan
Prasetiyo, 2018).

c) Bayangan benda
Bayangan benda atau kemungkinan terdapatnya shading
pada permukaan modul surya perlu diperhatikan.

58 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Bayangan yang mengenai permukaan modul surya akan
menghalangi cahaya matahari yang seharusnya
mengenai modul surya.

d) Temperatur
Daya yang dihasilkan oleh modul surya tidak hanya
tergantung kepada besarnya intensitas radiasi yang
diterimanya, namun kenaikan temperatur pada modul
surya itu sendiri. Kenaikan temperatur pada modul
surya tidak hanya disebabkan oleh temperatur
lingkungan sekitar, namun juga sifat bahan
semikonduktor yang digunakan mampu menyerap
energi cahaya sekaligus panas dari radiasi matahari
(Khwee, 2013). Kenaikan suhu mengakibatkan tegangan,
daya, dan efisiensi modul surya turun. Sedangkan ketika
suhu pada panel surya menurun, akan meningkatkan
nilai tegangan daya dan efisiensi listrik pada panel surya
(Tiyas dan Widyartono, 2020)

3.2. Solar Charge Controller

Solar Charge Controller (SCC) merupakan perangkat


pada sistem PLTS yang berfungsi mengatur arus searah yang
berasal dari modul surya untuk mengisi baterai, dan baterai
menuju beban. SCC berfungsi memutus arus listrik yang
masuk ke baterai ketika baterai sudah penuh untuk mencegah
overcharging. Ketika energi baterai sudah hampir habis, maka
SCC akan menghentikan penarikan arus dari baterai oleh
beban pada kondisi tertentu.

Penghentian penarikan atau pemutusan arus bertujuan


untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada sel-sel

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 59


baterai. SCC juga dapat mengontrol suhu pada baterai agar
tidak terjadi overheating. SCC sangat dibutuhkan untuk
menjaga umur baterai.

Memilih tipe dan desain dari SCC harus disesuaikan


dengan kebutuhan demi menjaga efisiensi PLTS dan umur
baterai. Spesifikasi SCC dibedakan berdasarkan konfigurasi
modul surya, sistem tegangan yang digunakan, dan
karakteristik baterai. Jenis-jenis controller yang umum
digunakan pada PLTS di Indonesia memiliki dua tipe, yaitu
PWM (Pulse Width Modulation) dan MPPT (Maximum Power
Point Tracking).

a. PWM (Pulse Width Modulation)

Gambar 3.7. Gambar Solar Charge Controller Jenis PWM


(sumber: westech-pv.com)

SCC tipe ini merupakan alat pengontrol pengecasan pada


baterai menggunakan modulasi pulsa untuk mengendalikan
ketika pengisian dan pemakaian baterai seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.7. Ketika baterai sudah penuh,
controller jenis ini menurunkan tegangan secara perlahan.
Karena biayanya yang relatif murah, controller ini banyak
ditemukan di pasaran. Namun PWM hanya mampu

60 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


menyesuaikan tegangan dari baterai, apabila tegangan dari
panel lebih rendah dari tegangan baterai maka secara
otomatis tidak terjadi proses pengecasan baterai. PWM
memiliki kapasitas yang relatif kecil, sehingga cocok untuk
sistem PLTS berkapasitas yang tidak terlalu besar seperti
SHS (Solar Home System).

b. MPPT (Maximum Power Point Tracking)

Gambar 3.8 Gambar Solar Charge Controller Jenis MPPT


(sumber: epever.com)

SCC tipe MPPT seperti pada Gambar 3.8 merupakan


controller yang lebih efisien daripada SCC PWM. Controller
jenis ini mampu memaksimalkan faktor tegangan ketika
pengecasan baterai meskipun cuaca sedang tidak
mendukung. Tegangan yang keluar dari panel surya
dimaksimalkan dan dikonversikan menjadi arus untuk
mengisi baterai. Karena pada suatu modul surya yang
berkapasitas

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 61


100Wp dapat memiliki tegangan 20 volt yang stabil, namun
nilai arusnya berubah- ubah. Controller ini berperan
memaksimalkan tegangan yang ada untuk dikonversikan.
MPPT baik digunakan dalam segala kondisi seperti ketika
tegangan drop dibawah tegangan baterai, mppt dapat
menstabilkan sistem panel surya sehingga masih dapat
digunakan. MPPT cocok digunakan untuk investasi jangka
panjang karena harganya yang mahal.

3.3. Inverter

Gambar 3.9 Gambar Inverter PLTS


(sumber: suminitrosdelsol.com)

Inverter pada PLTS merupakan komponen penting yang


digunakan untuk mengkonversikan arus dari DC menjadi AC
seperti pada Gambar 3.9. Inverter yang digunakan pada PLTS
ada dua, yaitu inverter jaringan yang biasa disebut Inverter
grid dan inverter baterai. Secara umum inverter jaringan dan

62 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


inverter baterai tidak bisa dibedakan secara fisik, namun
biasanya tertera pada jenis dan spesifikasi yang ada pada
inverter tersebut.

a. Inverter Jaringan
Inverter jaringan atau yang biasa disebut sebagai inverter
grid merupakan komponen elektronika yang
mengkonversi tegangan DC menjadi AC pada PLTS, baik
untuk digunakan langsung maupun menyimpan kelebihan
daya ke dalam baterai. Biasanya, string inverter ini
terkoneksi oleh suatu sistem pembangkit lain seperti listrik
dari genset, atau bidirectional inverter. String inverter juga
dilengkapi fitur MPPT agar daya keluaran PLTS selalu
pada kondisi maksimal mengikuti intensitas radiasi
matahari.

b. Inverter Baterai
Inverter baterai merupakan suatu komponen yang dapat
digunakan untuk mengubah tegangan input DC dari
baterai menjadi output AC ketika proses discharge, dan
untuk mengubah tegangan input AC dari grid menjadi
tegangan output DC pada saat proses charging atau
pengecasan. Inverter baterai pada sistem ini juga disebut
sebagai bidirectional inverter karena sifatnya yang dua
arah. output DC pada saat proses charging atau
pengecasan. Inverter baterai pada sistem ini juga disebut
sebagai bidirectional inverter karena sifatnya yang dua
arah.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 63


3.4. Baterai

Baterai merupakan perangkat yang digunakan untuk


menyimpan suatu energi, yang dalam sistem ini energi
berasal dari modul surya. Baterai menjadi komponen penting
PLTS dengan sistem off-grid atau kombinasi. Baterai dan
berbagai parameternya seperti perawatan, masa pakai daya,
dan efisiensi berpengaruh kepada kinerja PLTS.

Desain yang kurang baik dan spesifikasi baterai yang


tidak sesuai dapat mengganggu operasional PLTS. Baterai
memiliki keterbatasan umur pakai yang tergantung pada
perawatan dan penggunaanya. Baterai berfungsi sebagai
suplai beban dengan tegangan dan arus stabil yang
diperlukan melalui inverter. Baterai berperan sebagai
cadangan energi pada suatu kondisi yang tidak
memungkinkan untuk menggunakan energi dari grid secara
langsung.

Pada baterai dikenal istilah SOC (State of Charge) yang


merupakan kondisi pengisian pada suatu baterai atau
perbandingan antara kapasitas yang tersisa dengan kapasitas
nominal yang dinyatakan dalam bentuk persen (%). DOD
(Depth of Discharge) merupakan jumlah energi yang
digunakan pada suatu baterai. Ketika suatu spesifikasi
baterai dinyatakan bahwa siklus hidupnya lebih besar dari
1500 dengan besar DOD 80%, artinya siklus hidup akan
benar-benar lebih besar dari 1500 apabila penggunaan energi
listrik tidak melebihi 80% dari kapasitas baterai.

Kapasitas nominal menunjukkan jumlah nilai pengisian


yang dapat disimpan di dalam baterai atau yang dapat
digunakan dari sel baterai yang terisi penuh berdasarkan

64 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


tingkat pemakaian tertentu. Kapasitas nominal biasanya
dituliskan dengan satuan Ampere hour (Ah). Beberapa jenis
baterai yang dapat ditemukan pada sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Surya adalah sebagai berikut:

1. Baterai Lead Acid (asam timbal)


Baterai lead acid atau asam timbal merupakan baterai
yang menggunakan asam timbal sebagai material kimia
penyusunnya. saat ini banyak digunakan sebagai baterai
PLTS. Baterai lead acid terdiri dari dua tipe menurut
penggunaannya, yaitu starting battery atau yang lebih
dikenal sebagai aki otomotif dan tipe deep cycle battery atau
yang biasa dikenal sebagai aki industri (Kosasih, 2018).

a. Starting Battery

Gambar 3.10. Gambar Starting Battery


(sumber: everexceed.com)

Starting battery dirancang mampu menghasilkan energi


listrik yang tinggi dalam waktu yang singkat. Umumnya
baterai jenis ini digunakan untuk menghidupkan mesin
yang membutuhkan arus listrik yang tinggi (Kosasih, 2018).

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 65


Setelah mesin berhasil hidup, baterai akan beristirahat
sembari dilakukan pengisian kembali oleh alternator
(dinamo).

Sehingga, tidak pernah benar-benar habis dan selalu terisi


penuh. Konstruksi starting battery menggunakan banyak
pelat tipis yang disusun secara paralel seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.10 sehingga resistansinya
rendah dan memiliki permukaan yang lebih luas dan
mampu melepas arus listrik yang tinggi saat dibutuhkan.

b. Deep Cycle battery

Gambar 3.11. Gambar Deep Cycle Battery


(sumber: everexceed.com)

Deep cycle battery dirancang untuk menghasilkan arus listrik


yang stabil dalam waktu yang lama tidak seperti starting
battery, namun arus yang dihasilkan juga tidak sebesar
starting battery. Baterai jenis ini tahan terhadap siklus
pengisian (Charger) dan pengosongan (Discharger) yang
berulang-ulang. Deep cycle battery seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.11, banyak digunakan pada proyek energi
alternatif untuk menyimpan arus listrik seperti pada sistem

66 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


PLTS, PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu), dan PLTA
(Pembangkit Listrik Tenaga Angin).

Penggunaan ideal dari baterai jenis Deep Cycle Battery dapat


digunakan hingga 80% dari kapasitas nominalnya,
sehingga kapasitas yang dapat digunakan sangat cukup
besar tanpa merusak dan tetap menjaga dari umur pakai
dari baterai. Baterai yang tergolong sebagai jenis deep cycle
battery adalah baterai FLA dan VRLA.

1) Baterai FLA (Flooded Lead Acid)


Baterai flooded lead acid (FLA) merupakan baterai yang
sering disebut sebagai baterai atau ACCU (aki) basah.
Sel-sel yang ada dalam baterai ini harus terendam cairan
elektrolit dengan level tertentu (Gefrin, 2021). Ciri-ciri
yang dimiliki oleh baterai jenis ini adalah setiap selnya
memiliki katup untuk pengisian cairan elektrolit.

2) Baterai VRLA (Valve Regulated Lead Acid)


Baterai VRLA (valve regulated lead acid) sering disebut
sebagai baterai sealed lead acid (SLA) atau juga aki kering.
Secara fisik, baterai jenis ini tertutup rapat dan hanya
terminal positif dan negatif yang nampak dari luar
seperti pada Gambar 3.12. Baterai ini memiliki katup
ventilasi yang hanya terbuka pada tekanan ekstrim
untuk membuang gas hasil reaksi kimia di dalamnya.
Pada baterai ini tidak terdapat katup untuk mengisi
ulang cairan elektrolit. Oleh karena itu, baterai jenis ini
dikenal juga sebagai baterai bebas perawatan
(Maintenance Free Battery). Baterai jenis ini tidak
melembung ketika mengalami overcharging (Kosasih,
2018).

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 67


Gambar 3.12 Gambar Baterai Deep Cycle VRLA
(sumber: Kosasih, 2018)

Jenis baterai yang cocok dan paling banyak digunakan


untuk modul surya adalah jenis Baterai Deep Cycle jenis
VRLA AGM atau VRLA Gel. Alasan pemakaian Baterai
Deep Cycle jenis VRLA AGM atau VRLA Gel karena
memiliki ketahanan siklus pengisian, ketahanan
penggunaan, anti tumpah/bocor, dan bebas perawatan
(Maintenance Free).

a) Gel cell

Gambar 3.13 Baterai VRLA Gel sumber: kosasih (2018)

Baterai VRLA Gel seperti yang ditunjukkan pada


Gambar 3.13 memiliki cairan elektrolit kental yang

68 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


berbentuk seperti gel atau puding Baterai jenis ini
banyak digunakan untuk sistem pembangkit listrik
tenaga surya dikarenakan tipe Deep Cycle Battery
VRLA atau Gel Cell memiliki besar ketahanan
penggunaan yang lebih baik dan bebas dari suatu
perawatan.

b) AGM (Absorbent Glass Mat Battery)

Gambar 3.13 Gambar Baterai AGM (Absorbent Glass


Matt) (sumber: offgridham.com)

Baterai jenis ini memiliki separator yang terdiri dari


fiberglass yang diletakkan diantara pelat-pelat selnya
untuk menyerap cairan elektrolit agar tersimpan di
pori-pori fiberglass. Fungsi fiberglass ini mirip seperti
handuk yang menyerap air ketika salah satu
ujungnya dicelupkan ke air. baterai jenis ini dapat
disimpan untuk waktu yang lama tanpa pengisian
ulang karena memiliki nilai self- discharge yang
rendah, yaitu berkisar antara 1 – 3 % per bulan.

Baterai jenis ini juga memiliki resistansi internal yang


rendah, sehingga tidak akan kepanasan meskipun

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 69


digunakan pada beban yang membutuhkan arus
tinggi atau ketika dilakukan pengisian dengan arus
yang tinggi (Kosasih, 2018)

2. Baterai Lithium ion (Li-ion)


Baterai ini menggunakan senyawa lithium interkalasi
sebagai bahan elektrodanya. Berbeda dengan lithium metalik
yang dipakai di baterai lithium tanpa isi ulang. Dalam baterai
ini, ion lithium bergerak dari elektroda negatif ke elektroda
positif saat dilepaskan, dan kembali saat dilakukan pengisian
ulang. Baterai ini memiliki densitas energi dan daya yang
tinggi, serta pengisian ulang yang baik dan mengalami
kehilangan energi yang lambat dalam kondisi tidak
digunakan. Baterai jenis ini banyak digunakan pada
peralatan elektronik portable dan perangkat skala besar.

Gambar 3.14 Gambar Baterai Lithium-ion


(sumber: makble.com)

Menurut Buku Handbook on Battery Energy Storage System,


baterai jenis Li- Ion seperti pada Gambar 3.14 memiliki

70 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


efisiensi pengisian dan pengosongan yang tinggi, yaitu
sebesar 95 % dibandingkan baterai lead acid yang hanya
berkisar antara 60 – 70 (Asian Development Bank, 2018).
Densitas energi merupakan jumlah energi yang dapat
disimpan dalam suatu sistem per satuan volume atau berat.

Efisiensi pengisian dan pengosongan merupakan skala


kerja yang digunakan untuk menilai efisiensi baterai. Baterai
jenis ini juga memiliki masa pakai yang lama dan dapat
menyimpan energi lebih banyak di ruang yang kecil karena
densitas energinya yang tinggi dibandingkan dengan baterai
lead acid.

Baterai li-ion beresiko untuk menyebabkan kebakaran


dan ledakan apabila mengalami overcharging, kelebihan arus,
atau hubung singkat karena mengandung oksidator dan
bahan bakar yang berada di dalam ruang baterai tertutup.
Sayangnya, tidak ada parameter yang dapat menilai
keamanan suatu baterai (Akbar, 2020), sehingga rangkaian
listrik untuk perlindungan baterai perlu diperhatikan untuk
meningkatkan keselamatan dan keamanan untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan. Dibandingkan dengan
baterai lead acid, baterai li-ion memiliki harga yang cenderung
lebih mahal.

3.5. Combiner Box

Combiner box merupakan perangkat yang menggabungkan


beberapa string modul surya secara paralel seperti pada
Gambar 3.15 untuk disambung ke Solar Charge Controller
(SCC) atau inverter. Masing-masing string terhubung pada
busbar yang sama dan dilindungi secara mekanis dan elektrik.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 71


Dalam perangkat ini, umumnya terdapat perangkat proteksi
atau pengaman arus berlebih, busbar atau terminal beban,
sakelar pemutus arus, dan batang grounding. Output dari
combiner box dihubungkan langsung ke SCC pada sistem DC
coupling atau ke inverter jaringan (solar inverter) pada sistem
AC coupling. Semua sambungan harus kencang dan aman
untuk mencegah kebakaran.

Gambar 3.15 Gambar Combiner Box


(sumber: energypedia.info)

3.6. Sistem Monitoring

Sistem monitoring dilakukan dengan melakukan


pemantauan data pengukuran di setiap titik komponen PLTS
(Mutaqqin 2017). Monitoring dilakukan menggunakan
rangkaian sensor yang mengambil data berupa arus,
tegangan, temperatur, dan radiasi matahari di titik yang perlu
dipantau. Data tersimpan di dalam kartu memori yang
nantinya dapat digunakan untuk menganalisa performa
sistem. Data dapat dikirimkan secara langsung dan jarak jauh
menggunakan GSM/GPRS. Salah satu perangkat yang
termasuk dalam sistem monitoring adalah pyranometer.

72 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Pyranometer merupakan sensor radiasi matahari yang
digunakan untuk mengukur intensitas radiasi matahari. Alat
ini mendekteksi radiasi matahari secara horizontal yang
diukur dengan satuan W/m2. Alat ini menjadi tolok ukur
pembanding sensor box yang melakukan pengukuran
radiasi matahari dengan elevasi tertentu yang diterapkan
pada kemiringan panel surya. Dari pyranometer dan
sensorbox, dapat diketahui radiasi matahari baik secara
horizontal maupun radiasi pada kemiringan panel surya
untuk mengetahui intensitasnya.

Peletakan pyranometer sebaiknya diperhatikan untuk


mendapatkan data yang akurat. Sebaiknya, pyranometer
langsung terkena sinar matahari dan berada di level yang
sama dengan modul surya. Hal ini bertujuan agar hasilnya
akurat dan menjauhkan pyranometer dari potensi shading
atau terkena bayangan, sehingga menghasilkan data yang
tidak valid.

3.7. Penangkal Petir dan Grounding

Penangkal petir merupakan alat yang digunakan untuk


melindungi peralatan modul surya, inverter jaringan (solar
inverter), SCC, dan inverter baterai dari sambaran petir.
Sistem pentanahan atau grounding dibuat menggunakan
batang tembaga untuk melindungi komponen Pembangkit
Listrik Tenaga Surya dari induksi petir. Grounding struktur
tiap alat harus disusun menuju bawah tanah dengan rapi
seperti pada Gambar 3.16. Kotak grounding harus tetap dalam
kondisi kering dan saling tersambung dengan baik.
Grounding yang terpisah beresiko untuk menghasilkan
perbedaan potensial antara konduktor grounding.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 73


Gambar 3.16 Gambar Sistem Grounding dan Penangkal Petir
(sumber: energypedia.info)

74 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


BAB 4
CARA KERJA, MANFAAT,
PEMELIHARAAN DAN
PEMASANGAN INSTALASI
PANEL SURYA

4.1. Cara Kerja

Menurut Muhammad Aldo Pratama (2020) Sel surya


terbuat dari bahan semikonduktor yang tersusun atas kutub
positif dan negatif. Prinsip kerja dari sel surya sendiri adalah
memanfaatkan efek Fotovoltaik, yaitu mampu mengubah
cahaya matahari ke energi listrik secara langsung. Sel surya
terbentuk dari bahan dasar silikon berkristal tunggal yang
kemudian dimurnikan hingga membentuk suatu unsur atom.

Atom merupakan partikel pembentuk suatu unsur. Atom


terdiri dari inti dengan muatan positif yang disebut proton
dan neutron yang bermuatan netral Inti atom dikelilingi
sejumlah elektron yang bermuatan negatif. Sebuah atom
silikon terdiri dari sebuah inti yang berisi 14 proton dan
dikelilingi 14 elektron yang beredar dalam lintasan tertentu.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 75


Jumlah maksimum elektron dalam masing-masing lintasan
mengikuti pola 2n², dengan n adalah nomor lintasan dari atom
(Malvino, 1986).

Apabila atom-atom silikon bergabung membentuk zat


padat, maka atom-atom itu akan membentuk suatu pola
teratur yang disebut kristal. Setiap atom silikon mempunyai 4
buah elektron valensi dan mempunyai 4 atom tetangga. Setiap
atom tetangga memberikan sebuah elektron untuk dipakai
bersama-sama dengan atom yang berada di tengah.

Atom yang ditengah mendapat tambahan 4 elektron dari


tetangga sehingga jumlah elektron valensi menjadi 14 8 buah,
karena inti atom yang berdekatan memiliki muatan positif
akan menarik elektron-elektron yang dipakai bersama dan
menciptakan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah
(Subandi dan Slamet Hani, 2015).

Dengan terbentuknya sifat atom tersebut, maka terbentuk


pula suatu elektromagnetik yang dapat menyebabkan efek
Fotovoltaik. Proses Fotovoltaik atau Photovoltaic (PV) adalah
proses konversi dari energi cahaya menjadi energi listrik pada
tingkat atom. Efek fotovoltaik pertama kali ditemukan pada
tahun 1839, oleh fisikawan asal Perancis yang bernama
Edmund Becquerel. Hingga saat ini, teknologi fotovoltaik
masih diterapkan pada sel surya.

Gambar 4.1 menunjukkan energi foton cahaya mengenai


semikonduktor tipe N, elektron-elektron pada semikonduktor
tipe N dapat terbebaskan. Selanjutnya, elektron yang sudah
terbebaskan disambungkan ke semikonduktor tipe P,
sehingga elektron dari tipe N mengalir ke tipe P dan terjadilah
arus listrik searah atau DC.

76 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Gambar 4.1 Proses terjadinya fotovoltaik pada sel surya

Seperti pada Gambar 4.2 bahwasannya arus listrik yang


dihasilkan panel surya adalah arus listrik DC sehingga energi
listrik yang dihasilkan dapat disimpan ke baterai. Namun,
peralatan elektronik yang digunakan di dalam rumah
kebanyakan adalah arus listrik AC. Untuk itu, perlu adanya
mengkonversi arus listrik DC ke AC.

Inverter adalah alat yang tepat untuk mengubah arus DC


menjadi AC. Jadi, energi listrik yang tersimpan di baterai bisa
langsung dialirkan ke inverter. Kemudian, output AC yang
dari inverter langsung bisa digunakan untuk instalasi
kelistrikan yang ada di rumah.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 77


Gambar 4.2 Pengubah listrik DC ke AC

Gambar 4.3 Inverter Panel Surya

Sistem pemasangan panel surya tidak mengharuskan


menggunakan baterai. Karena jika listrik yang dihasilkan
panel surya sudah cukup digunakan maka tidak perlu
menggunakan baterai dan langsung dari solar charge
controller ke inverter dan selanjutnya ke instalasi listrik
rumah, bahkan jika mempunyai peralatan listrik berarus DC
maka dari solar charge controller langsung bisa digunakan.

78 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


4.2. Manfaat

Menurut Setyo Yuwono (2021), Pemanfaatan penggunaan


panel surya memberikan beberapa dampak yang signifikan.
Beberapa manfaat penggunaan panel surya adalah sebagai
berikut.

1. Hemat Biaya Listrik Bulanan


Meski memerlukan biaya relatif besar ketika pemasangan,
menggunakan panel surya dalam jangka panjang akan
memberikan keuntungan secara finansial. Karena berasal
dari tenaga matahari yang tak terbatas, pengguna panel
surya dapat mengurangi atau bahkan terbebas dari
keharusan membayar tagihan listrik bulanan pada
perusahaan penyedia listrik negara atau PLN. Seperti
diketahui tarif listrik juga terus mengalami kenaikan secara
berkala.

Gambar 3.4 Panel Surya Canopy

2. Multifungsi
Selain bisa digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik,
panel surya juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 79


panas atau solar thermal. Solar thermal skala kecil untuk di
rumah, umumnya bisa digunakan sebagai penghangat
ruangan, pemanas air, hingga penghangat kolam renang.
Dalam jangka panjang, pemanfaatan dan penggunaan
panel surya juga diarahkan untuk mampu menghasilkan
dan mengolah panas atau solar thermal.

Gambar 3.5 Solar Water Heaters

3. Minim Biaya Pemeliharaan


Panel surya tidak memerlukan perawatan yang rumit dan
berlebihan. Cukup dibersihkan secara rutin secara berkala
setiap bulan, perangkat panel surya tersebut tetap akan bisa
terjaga dengan baik. Hal ini tentu menghemat anggaran
yang perlu dikeluarkan dalam melakukan pemeliharaan.
Perangkat panel surya yang ada umumnya bisa berdaya
pakai hingga puluhan hingga belasan tahun sehingga
mampu menjadi investasi jangka panjang kedepannya.

80 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Gambar 3.5 Cleaning PV

4. Kontribusi Penyelamatan Lingkungan


Tak terbantahkan lagi bahwa saat ini bumi terus mengalami
peningkatan suhu dan pemanasan global yang signifikan.
Beralih menggunakan panel surya dapat menjadi salah satu
langkah nyata untuk terlibat dalam upaya penyelamatan
bumi.

Gambar 4.6 Tenaga Surya PLN di Papua dan Papua Barat

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 81


4.3. Sistem PLTS
4.3.1. Sistem PLTS Off-Grid

Sistem off-grid merupakan sistem PLTS yang umum


digunakan untuk daerah-daerah terpencil atau pedesaan yang
benar-benar tidak terjangkau oleh jaringan listrik. Sistem off-
grid disebut juga stand-alone pv system yaitu sistem
pembangkit listrik yang hanya mengandalkan energi matahari
sebagai satu-satunya sumber energi utama dengan
menggunakan rangkaian panel surya untuk menghasilkan
energi listrik sesuai dengan kebutuhan. Berikut skema sistem
off-grid seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.7 Skema Sistem Off-Grid


(Sumber: Hexamitra.co.id)

4.3.2. Sistem PLTS On-Grid

Adapun sistem on-grid atau juga yang sering disebut grid-


tie system menggunakan panel surya untuk menghasilkan
listrik yang ramah lingkungan dan bebas emisi. Rangkaian
sistem ini akan tetap berhubungan dengan jaringan listrik

82 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


utama dan dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi dari
panel surya untuk menghasilkan energi listrik semaksimal
mungkin. Dengan adanya sistem ini akan mengurangi tagihan
listrik dan memberikan nilai tambah pada pemiliknya. Berikut
skema sistem on-grid seperti terlihat pada gambar di bawah
ini:

Gambar 4.8 Skema Sistem On-Grid


(Sumber: Hexamitra.co.id)

4.3.3. Sistem PLTS Hybrid

Sistem hybrid merupakan gabungan dari sistem off-grid


dan on-grid, sistem ini menghasilkan energi listrik dengan
cara yang sama dengan sistem on-grid tetapi tetap
menggunakan baterai untuk menyimpan energi.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 83


Gambar 4.9 Skema Sistem Hybrid
(Sumber: Hexamitra.co.id)

Kemampuan untuk menyimpan energi ini


memungkinkan sistem hybrid untuk tetap beroperasi sebagai
cadangan selama pemadaman. Secara umum istilah hybrid
mengacu pada dua sumber pembangkit seperti angin,
matahari dan genset. Berikut skema sistem hybrid seperti
terlihat pada gambar di bawah ini:

4.4. Pemasangan PLTS


4.4.1. Pemasangan Panel Surya di Tanah

A. Pemasangan Model Pondasi


Panel surya sebagai media utama dalam menyerap energi
listrik dari cahaya matahari bisa dipasang di atap rumah dan
juga diatas tanah. Memasang panel surya di atas adalah solusi
jika kita memiliki keterbatasan lahan, seperti pemukiman
yang padat. Tetapi jika kita memiliki lahan kosong seperti

84 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


pekarangan yang cukup luas dan terbuka, maka lokasi
tersebut bisa kita manfaatkan untuk memasang panel surya.

Secara teknis pemasangan panel surya di atas tanah


berbeda dengan pemasangan panel surya di atap rumah.
Sebelum memasang panel surya diatas tanah, kita harus
merencanakan dan mempersiapkan pondasi dasar yang
kokoh untuk memasang tiang dan rangka untuk
menempatkan panel surya. Untuk memasang panel surya
diatas tanah maka arah dan sudut panel surya bisa kita
tentukan sesuai keinginan dan kebutuhan kita. Dengan
Keleluasaan menentukan arah panel surya tentunya kita bisa
mendapatkan hasil energi listrik dan cahaya matahari lebih
optimal, karena kita bisa mengarahkan sesuai dengan posisi
matahari dari timur sampai barat, bahkan kita membagi panel
surya dari dua arah tersebut (timur dan barat).

Gambar 4. 10 Contoh Pemasangan Panel Surya Model


Pondasi
(Sumber: Alibaba.co.id)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 85


Pemasangan panel surya model pondasi juga lebih aman
saat pemasanganya, karena kita tidak perlu naik ke atap
rumah yang ten tentunya lebih beresiko apalagi untuk
bangunan bertingkat. Kita cukup menyiapkan pondasi dan
tiang yang semuanya dikerjakan di atas tanah.

Gambar 4.11 Pemasangan Panel Surya Model Pondasi Balok


(Sumber: Hexamitra.co.id)

Untuk memasang panel surya model pondasi memerlukan


biaya yang lebih tinggi karena harus membangun pondasi
yang kuat untuk menyangga panel surya diatas pondasi
tanah. Selain itu harus menyiapkan tiang tiang penyangga
panel surya dan menambahi pagar untuk melindungi panel
surya dari kerusakan yang memungkinkan.

B. Pemasangan Model Ballasted Footing


Pemasangan panel surya model blasted footing
menggunakan beton ballast sebagai tumpuan utamanya.
Ballast adalah alternatif umum yang digunakan pada instalasi

86 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


surya yang tidak dapat menembus atap atau tanah. Di tanah
tanah yang miring dan datar, banyak pemilik gedung tidak
mau menyodok lubang di tanah atau atap dak beton. Tanah
temperamental memiliki beberapa masalah yang sama panel
surya yang dipasang di atas tutup landfill tidak dapat
menembus beton itu.

Jika tanah yang digunakan sebagai tempat pemasangan


panel surya tidak dapat dilakukan ekskavasi. Diatas tanah
akan dipasangi beton beton sebagai dasar dari pipa milik
panel surya, sehingga panel surya model Ballasted Footing
tetap dapat berdiri diatas tanah yang menghadap ke matahari

Gambar 4.12 Pemasangan Panel Surya Model Ballasted Footing.


(Sumber: Sanspower.com)

C. Pemasangan Panel Surya Model Satu Tiang


Untuk pemasangan panel surya model satu tiang
merupakan model pemasangan yang efisien dan lebih cepat.
Pemasangan panel surya menggunakan model satu tiang
cocok digunakan di lahan yang kosong kemudian bawahnya
bisa dimanfaatkan sebagai tempat parkir dan sebagainya.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 87


Keuntungan pemasangan panel surya menggunakan model
satu tiang ini tidak perlu menggunakan pondasi yang banyak
guna meletakkan panel surya.

Untuk pemasangan model satu tiang ini biasanya


menggunakan tiang dengan ketinggian 2-3 meter diatas
permukaan tanah guna melindungi dari debu tanah dan
banjir. Contoh penggunaan panel surya satu tiang biasanya
digunakan pada instalasi PJU (Penerangan Jalan Umum).
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pemasangan
panel surya model satu tiang adalah

1. Jenis dan kekuatan tanah yang akan dipasang panel surya


model satu tiang
2. Besaran panel surya yang akan digunakan
3. Jenis material tiang pipa yang akan digunakan sebagai
penyangga model satu tiang
4. Dan pastikan semua material dan komponen dalam
kondisi baik agar terhindar dari kerusakan

Gambar 4.13 Pemasangan Panel Surya Model Satu Tiang


(Sumber: Sanspower.com)

88 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


4.4.2. Pemasangan Panel Surya di Atap

A. Pemasangan Model Rail Mounting


Rail Mounting ini merupakan jenis pemasangan yang
paling umum jika Kita hendak menggunakan pemasangan
model atap atau rooftop. Rail mounting ini terdiri dari kliplok,
l-feet, rail, mid clamp, dan end clamp, sebuah pembangkit
listrik tenaga surya pasti membutuhkan rail mounting agar
mempermudah pemasangan panel surya di atap atau rooftop
sehingga panel surya tidak langsung diletakkan di atas atap.
Bagian-bagian dari railed mounting pada pembangkit listrik
tenaga surya sebagai berikut:

1. Kliplok
Kliplok adalah bagian dari rail mounting yang berfungsi
untuk menjepit gunungan atap, kliplok ini di bantu oleh
dua baut yang berada di bagian atas sehingga tidak
melubangi atap, dan untuk meminimalisir kebocoran pada
atap.

Gambar 4. 14 Pengaplikasian kliplok pada atap


(Sumber: ATW Solar)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 89


2. L-feet
L-feet adalah penyangga rail yang terpasang di atap
kliplok, L-feet mempunyai baut yang berfungsi untuk
mengatur tinggi rendahnya rail sehingga memudahkan
proses levelling, L-feet ini juga dilengkapi nat sehingga
waktu pengencangan bisa pas dan tidak akan geser.

Gambar 4.15 Gambar L-feet


(Sumber: Solarrex.com)

3. Rail
Rail adalah bantalan panel surya yang terbuat dari
alumunium yang kuat dan berfungsi untuk melindungi
panel surya sehingga panel surya tidak langsung terkena
atap. Rail ini memiliki variasi ukuran dan ukurannya
menyesuaikan drawing yang dibuat.

Gambar 4. 16 Gambar Rail


(Sumber: Solarrex.com)

90 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


4. Joint Rail
Join Rail adalah sabungan yang terbuat dari alumunium
yang berfungsi untuk menggabungkan antara dua rail dan
diapit oleh dua baut

Gambar 4. 17 Gambar joint rail


(Sumber: Solarrex.com)

5. Mid clamp
Mid clamp berbentuk seperti huruf T, biasanya terletak di
antara panel surya yang berfungsi untuk menggabungkan
beberapa panel surya agar terlihat rapi dan ada jarak di
antara panel surya.

Gambar 4. 18 Gambar Mid Clamp


(Sumber: Solarrex.com)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 91


6. End clamp
End clamp berbentuk seperti huruf Z, biasanya terletak di
ujung panel surya yang berfungsi untuk mengunci panel
surya agar tidak terbang. End clamp ini dilengkapi dengan
satu buah baut stainless M8 dan T modul, T modul nantinya
masuk ke dalam rail untuk penguncinya yang didesain
untuk satu kali pengencangan jadi, baut end clamp ini tidak
mungkin bisa lepas tentunya aman dari terpaan angin.

Gambar 4. 19 Gambar End Clamp


(Sumber: Solarrex.com)

B. Pemasangan Model Rail Less


Pemasangan model rail less ini dimana panel surya
disambungkan menggunakan baut dan sekrup. Dalam
pemasangan model rail less ini tidak jauh beda dengan
model rail mounting, bedanya untuk model rail less ini
tidak menggunakan kliplok jadi langsung di skrup di
permukaannya.

92 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Gambar 4.20 pemasangan model rail less
(Sumber:Sanspower.co.id)

Gambar 4.21 Gambar L-feet dan sekrup


(Sumber. Solar Energy)

4.5. Pemeliharaan/Maintenance PLTS

Pemeliharaan merupakan suatu usaha yang dilakukan


terhadap peralatan agar selalu dapat beroperasi dengan aman,
handal, efisien, memiliki unjuk kerja yang baik dan bisa
mencapai umur yang telah ditentukan sehingga untuk
memperoleh atau mencapai tujuan tersebut maka dilakukan
pemeliharaan.

Standar pemeliharaan bertujuan untuk memberikan


pedoman dan petunjuk umum tentang pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan PLTS, agar memastikan tidak ada kaca modul

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 93


yang pecah, kemungkinan terjadinya shading, penumpukan
debu berlebihan dan penurunan sebesar 4-8% dari kapasitas
produksi akibat penumpukan debu pada permukaan panel
apabila tidak dibersihkan. Sehingga terjadi umur teknis yang
diharapkan dan biaya pemeliharaan yang optimum. Aktivitas
pemeliharaan pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
bertujuan untuk :
1. Mengembalikan performance panel surya.
2. Memperbaiki efisiensi.
3. Meningkatkan kesiapan operasi pembangkit (Availability
Improvement).
4. Meningkatkan keandalan (Reliability Improvement).

4.5.1. Jenis jenis maintenance PLTS

Jenis pemeliharaan itu sendiri secara umum dapat


dikategorikan menjadi 3 yaitu :

1. Condition Based Maintenance


Pemeliharaan ini dilakukan berdasarkan kondisi terakhir
suatu peralatan berdasarkan record data yang diambil.
Dalam pemeliharaan jenis ini suatu peralatan dipantau dan
diamati kondisinya secara rutin setiap hari. Data operasi
dari peralatan dicatat dan dijadikan dasar untuk
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan. Waktu pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan tidak tertentu, tergantung dari
indikasi yang ditunjukkan oleh kondisi suatu peralatan
dalam record data.

2. Time Based Maintenance


Berbeda dengan condition based maintenance, kegiatan
pemeliharaan jenis ini dilakukan berdasarkan jadwal
kegiatan yang telah ditetapkan. Kegiatan pemeliharaan

94 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu.
Kegiatan pemeliharaan tidak memperhatikan kondisi dari
suatu peralatan. Pada pemeliharaan jenis ini walaupun
kondisi peralatan masih dalam kondisi optimal, akan tetapi
bila waktu kegiatan telah jatuh tempo maka kegiatan
pemeliharaan harus dilaksanakan.

3. Breakdown Maintenance
Breakdown maintenance berbeda dengan kegiatan
pemeliharaan pertama dan yang kedua yang dilakukan
secara terencana. Terencana yang dimaksud disini adalah
terencana dalam segi persiapan waktu dan peralatan
cadangan yang akan dioperasikan bila peralatan utama
sedang dalam pemeliharaan. Breakdown maintenance
merupakan kegiatan pemeliharaan yang tidak terencana.

4.5.2. Pemeliharaan Komponen PLTS

1. Pemeliharaan Panel Surya


a. Pemeliharaan Panel Surya dalam hal ini dimaksudkan
dengan membersihkan debu kotoran atau Cleaning PV
pada panel surya dan bagian bawah rangkaian panel agar
tidak terjadi penumpukan debu kotoran yang dapat
mengganggu performa panel itu sendiri.

b. Pemeliharaan Panel Surya selanjutnya yaitu mengukur


dan mencatat arus yang dihasilkan dari setiap string
panel surya dan memastikan bahwasannya seluruh
string memiliki nilai besar variasi arus operasional yang
mirip. Besarnya variasi arus keluaran dapat mengindikasi
area dimana rangkaian panel surya terkena bayangan
(shading) atau kotor untuk di investigasi lebih lanjut.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 95


c. Pemeliharaan Panel Surya Selanjutnya yaitu mengukur
dan mencatat tegangan setiap string. Pastikan bahwa
semua string yang terhubung ke inverter yang sama
memiliki polaritas yang sama dan memiliki variasi Voc
yang tidak jauh berbeda (± 5V). Apabila variasi tegangan
string lebih besar dari 5V, maka periksa kembali
sambungan individu pada string tersebut.

d. Penggunaan kamera infrared untuk menginspeksi titik-


titik panas dan kerusakan bypass diode.

e. Pemeriksaan clamp modul, baut railing, dan kaki


mounting apabila terjadi korosi.

2. Pemeliharaan Inverter
a. Pemeriksaan alarm gangguan pada yang terjadi pada
inverter
b. Catat daya AC pada input dan output inverter dan
memastikan inverter masih dalam batas optimal.
c. Memastikan update firmware inverter dan sistem
monitoring lewat smartlogger.

3. Pemeliharaan Sistem Kelistrikan


a. Inspeksi sistem rak kabel apabila terdapat cacat seperti
karat, korosi, bergantung, dan kerusakan pada penjepit
atau baut.
b. Pemeriksaan hubungan earthing dan memastikan
kontinuitasnya masih berada dibawah hambatan yang
dibutuhkan di antara panel dan grounding rod
menggunakan metode tes megger.
c. Pemeriksaan conduit/enclosure terpasang kuat.
d. Pemeriksaan konektor listrik terhadap korosi

96 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


4. Pemeliharaan Switch Isolator/Fuse
a. Pemeriksaan junction box yang tertutup rapat dan
terhindar dari air dan hewan yang masuk.
b. Pemeriksaan junction box terhadap perubahan warna
pada terminal, board, dan fuse holder di dalamnya.
c. Pemeriksaan korosi terminal dan kerusakan karena air.
d. Pemeriksaan operasi peralatan proteksi earth fault dan
surge arrester.

5. Pemeliharaan Sistem Monitoring pada PLTS


Pemeliharaan Monitoring System merupakan suatu kegiatan
perawatan yang dilakukan pada SmartLogger Box yang
bertujuan agar tiap part nya berupa ADAM 4117 sebagai
pengubah sinyal Analog dari Sensor Pyranometer, Suhu
Ambient, Suhu Module PV, Wind Speed, dll. ke Sinyal
Digital tersebut dapat diolah dengan baik oleh SmartLogger
Huawei 3000 agar mendapat pembacaan kondisi di
lapangan secara maksimal. Nantinya dari website
monitoring dapat terlihat hasil dari sensor tersebut.
Pemeliharaan Monitoring System ini diharapkan pada tiap
part nya dapat beroperasi secara maksimal, andal, efisien,
aman dan dapat mencapai umur pakai (life time) sesuai
dengan yang direncanakan.

Untuk Pemeliharaan Monitoring System secara garis besar


pemeliharaannya dibagi menjadi empat jenis, Adapun
beberapa jenis pemeliharaan monitoring system tersebut yaitu:

1. Pemeliharaan Rutin
a. Memastikan SmartLogger jauh dari sumber panas.
b. Memastikan SmartLogger bebas dari interferensi
elektromagnetik yang kuat.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 97


c. Melakukan pembersihan SmartLogger secara teratur.
d. Pemeriksaan kencang kabel secara teratur.

2. Pemecahan Masalah
a. Perbaikan SmartLogger yang tidak dapat dihidupkan
dengan melakukan pemeriksaan pada kabel daya output
DC adaptor daya ke port 12V IN pada SmartLogger
b. Perbaikan Smartlogger yang tidak dapat connect device
lain dengan melakukan pemeriksaan pada sambungan
kabel RS485 dikhawatirkan kabel longgar, terputus
ataupun terhubung terbalik.
c. Perbaikan jaringan komunikasi 4G yang tidak normal
dengan melakukan pergantian kartu SIM dan
pengencangan antena 4G.

3. Alarm Maintenance
a. Peringatan Circuit Breaker yang terputus diatasi dengan
melakukan perbaikan teknis berupa menyambungkan
kembali Circuit Breaker tersebut.
b. Peringatan Kesalahan pada SPD dapat diatasi dengan
melakukan pemeriksaan dan perbaikan pada kabel ke
SPD yang berpotensi kendur, terputus atau terhubung
terbalik.
c. Peringatan lisensi kadaluarsa dapat diatasi dengan
melakukan pergantian lisensi yang baru untuk
menggantikan lisensi yang lama.

4. Pemeliharaan Website
a. Melakukan upgrading pada versi firmware perangkat
b. Melakukan setting parameter keamanan
c. Mengirim perintah system maintenance

98 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


4.6. Tahap Pemasangan Instalasi PLTS Secara Industri

1. Instalasi Sistem Mounting


Pekerjaan instalasi sistem mounting di rooftop pabrik
biasanya menggunakan jenis KlipLok BL-600. Sistem
mounting berfungsi sebagai dudukan solar PV agar tertata
dengan rapi dan aman dari hembusan angin yang kencang.
Pemasangan sistem mounting terdiri dari beberapa komponen
seperti Kliplok BL-600, Rail, Joint Rail, L feet, T module. Gambar
sistem mounting sebagai berikut:

Gambar 4.22 Kegiatan Pekerjaan Instalasi Sistem Mounting


(Sumber: ATW Solar)

2. Instalasi Shelter PLTS


Shelter berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan
komponen Inverter, Panel DC Combiner, Panel Smart Logger,

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 99


dan Panel AC Combiner dari hujan dan panas. Komponen
rangka Shelter menggunakan besi jenis UNP dan besi CNP.

Gambar 4.23 Shelter PLTS


(Sumber: ATW Solar)

3. Pemasangan Panel DC Combiner


Pemasangan panel DC Combiner merupakan pekerjaan
merangkai rangkaian jalur kabel listrik sesuai dengan drawing
yang sudah dibuat. Terdapat 2 komponen penting didalam
panel DC Combiner yaitu SPD (Surge Protective Device) dan
Fuse yang fungsinya sebagai proteksi ganda jika terjadi
lonjakan arus listrik yang berlebih seperti sambaran petir.
Penataan jalur kabel harus sesuai dan rapi seperti pada
gambar drawing panel DC Combiner. SPD dan Fuse dirangkai
secara paralel untuk disalurkan menuju ke inverter. Pada
panel DC Combiner terdapat 4 jalur kabel yaitu (+) jalur
Incoming, (-) jalur incoming, (+) jalur Outgoing, (-) jalur

100 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Outgoing. Contoh penyusunan wiring panel DC Combiner
pada gambar berikut:

Gambar 4.24 Pemasangan Instalasi Panel DC Combiner


(Sumber: ATW Solar)

4. Pemasangan Panel AC Combiner


Fungsi dari panel AC Combiner yaitu sebagai pemutus
dan penghubung arus listrik 3 fasa RST-N antara output dari
inverter dan panel beban induk dan juga sebagai pengaman
arus AC tegangan tinggi untuk menghindari korsleting listrik.
Komponen dalam panel AC Combiner yaitu MCCB, Current
Transformer, dan KWH Meter.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 101


Gambar 4.25 Pemasangan Instalasi Panel AC Combiner
(Sumber: ATW Solar)

5. Uji Commisioning Test

Gambar 4.26 Quality Control pada Commisioning Test


(Sumber: ATW Solar)

102 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Uji Commisioning Test adalah tahap pengerjaan Quality
Control (QC) ketika semua komponen PLTS sudah dirangkai
semuanya dan terhubung saat interkoneksi dan sudah dalam
proses finishing awal. Comissioning Test berfungsi sebagai tes
uji untuk memastikan bahwa seluruh instalasi PLTS benar
dan dalam kondisi baik untuk dilakukan interkoneksi
pembebanan dan memastikan untuk tegangan dan arus pada
keadaan normal. Comissioning Test menggunakan alat
SEAWERD beserta sensor iradiasi dan avometer tes dan
dilakukan pengecekan dari setiap string Solar PV.

6. Energize
Energize adalah tahap akhir penyalaan seluruh instalasi
sistem PLTS dalam kondisi siap dilakukan pembebanan.
Contoh energize dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.27 Tahapan Energize


(Sumber: ATW Solar)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 103


4.7. Pemasangan Mounting Sistem Sesuai Standar
Industri PLTS
Mounting system merupakan rangkaian pendukung
dalam konstruksi panel surya atap, mounting system instalasi
PLTS terdiri dari kliplok BL-600, L feet, dan rail. Material
mounting system berbahan alumunium dan besi stainless.
Beberapa keuntungan penggunaan kliplok metal roof mounting
system:
1. Penjepit kliplok hanya dipasang ke atap dan memberikan
solusi pengikatan non-penetrasi yang aman.
2. Aluminium sepenuhnya anodized (kuat dan tahan korosi).
3. Dapat digunakan dengan rail pemasangan bawah.
4. Instalasi lebih mudah dan efisien.

Penjepit kliplok menyediakan cara mudah untuk


memasang panel surya di atap. Antarmuka kliplok adalah
platform kecil yang menjepit tulang rusuk kliplok tanpa
mengebor melalui atap. Penjepit pemasangan panel surya
dapat digunakan dengan rail pemasangan bawah, yang dapat
menghemat waktu pemasangan dan biaya tenaga kerja.

4.7.1 Fungsi Mounting Sistem Pada Pembangkit


Listrik Tenaga Surya
Sebuah pembangkit listrik tenaga surya rooftop pasti
memerlukan mounting system agar mempermudah penataan
panel surya di atap rooftop sehingga panel surya tidak
langsung di letakkan di atas atap. Prinsip kerja kliplok BL-600
ialah menjepit gunungan atap lalu dipasangkan pada L-feet,
selanjutnya kliplok dan l-feet tadi dipasangkan pada rail
dimana rail tersebut menjadi bantalan untuk meletakkan
panel surya. Contoh pada gambar berikut ini:

104 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Gambar 4.28 pemasangan Kliplok dan L-feet
(Sumber : Solaracks)

4.7.2 Fungsi Penggunaan Mounting pada PLTS Atap


Kliplok BL-600 yang umumnya digunakan sebagai
penjepit rangkaian mounting system pada atap pabrik terbuat
dari bahan alumunium yang kuat dan tidak mudah berkarat.
Pemasangan kliplok BL-600 agar terjepit pada atap dengan
menggunakan dua buah baut M8 menggunakan kunci L'6 dan
kunci 13 terlihat seperti gambar di bawah ini

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 105


Gambar 4.29 Pemasangan Mounting KlipLok menggunakan
Kunci L 6mm

4.8. Cara Pemasangan Mounting Sistem sebagai


dudukan Panel Surya
4.8.1. Persiapkan Peralatan Safety Pekerjaan

Langkah langkah peralatan safety persiapan pekerjaan


sebagai berikut:

a. Melakukan pengecekan tensi pada semua staff, manpower


dan operator boom lift. Pastikan semua dalam kondisi fit

b. Melakukan toolbox meeting sebelum melakukan kegiatan


guna memastikan semua staff dan manpower dalam kondisi
fit dan siap bekerja, serta untuk memastikan setiap alat dan
material sudah lengkap dan dalam kondisi layak pakai

106 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


c. Pastikan pekerja menggunakan APD yang sesuai dengan
tempat bekerja

d. Menggunakan Helm, rompi, sepatu safety wajib di seluruh


area proyek

Gambar 4.30 Urutan Memakai Body Harness


(Sumber: ATW Solar)

e. Menggunakan body harness untuk pekerjaan di ketinggian


dengan cara sebagai berikut:
f. Memastikan lanyard dan konektor tidak terbelit serta hook
dalam keadaan baik
g. Pasang lanyard pada lifeline/cross brace saat melakukan
pekerjaan di atas ketinggian 1,8 meter (Permenaker N0. 9
Tahun 2016)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 107


Tabel 1. Persiapan Peralatan Safety

No Nama Alat No Gambar No Gambar


1 Safety 6 Hand Glove 11 Kotak P3K
Helmet

2 Safety Shoes 7 Ear plug 12 Kacamata

3 Safety Vest 8 Police line 13 Masker

4 Full Body 9 Sarung


Harness Tangan
Karet

4.8.2. Persiapan Peralatan dan Material

a. Meteran 5m
b. Meteran roll
c. Kunci L
d. Kunci pas 13
e. Torsi

108 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


f. Kliplok Solarack BL-600
g. Rail Solarack
h. Spidol Marker permanen
i. L feet 80mm dan 125mm
j. Benang Kasur
k. Karung goni
l. Report inspeksi atap

4.8.3. Lifting Mounting System

Lifting mounting sistem merupakan pengangkatan semua


material ke atap dengan menggunakan katrol dan dibantu
oleh tali karmantel. Berikut langkah langkah pengangkatan
material ke atap

a. Cek kondisi katrol sebelum melakukan pengangkatan.


Lakukan uji Tarik pada tali katrol dan pastikan katrol
terikat dengan baik dan kuat serta pastikan semua
peralatan telah siap dan aman untuk digunakan

b. Bongkar material di lokasi, tempatkan di gudang/ area yang


telah ditentukan dan posisikan palet mounting di dekat titik
pengangkatan.

c. Pastikan akses pemindahan dari palet ke katrol terbebas


dari bahaya, pemindahan dilakukan oleh 2 manpower ber-
APD lengkap

d. Pastikan tidak ada orang dibawah material saat


pengangkatan berlangsung. Pasang physical barrier dan
safety sign “hati-hati ada pekerjaan lifting”

e. Lakukan proses pemindahan mounting dari tempat


penyimpanan sementara ke titik pengangkatan

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 109


f. Lakukan pengangkatan vertical menggunakan katrol
dengan dibantu 2 manpower sebagai penarik posisi di atas,
2 manpower sebagai pengikat material dengan tali
karmantel serta pengarah saat penarikan, dan 2 manpower
menerima material di atas atap. Pada Gambar berikut:

Gambar 4.31 Pengangkatan Mounting sistem ke Atap


(Sumber: ATW Solar)

g. Pastikan penempatan material mounting system di atas atap


berada di tempat yang aman

h. Pastikan jumlah material sudah sesuai, pengecekan dan


pencatatan dilakukan oleh supervisor.

4.8.4. Pengangkatan Rail

Berikut langkah langkah pengangkatan rail :


a. Cek kondisi katrol sebelum melakukan pengangkatan.
Lakukan uji Tarik pada tali katrol dan pastikan katrol

110 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


terikat dengan baik dan kuat serta pastikan semua
peralatan telah siap dan aman untuk digunakan

b. Bongkar material di lokasi, tempatkan di gudang/area yang


telah ditentukan dan posisikan palet mounting di dekat
titik pengangkatan.

c. Pastikan akses pemindahan rail dari palet ke katrol terbebas


dari bahaya, pemindahan dilakukan oleh 2 manpower ber-
APD lengkap.

d. Pastikan tidak ada orang dibawah material saat


pengangkatan berlangsung. Pasang physical barrier dan
safety sign “hati-hati ada pekerjaan lifting”

e. Lakukan proses pemindahan rail dari tempat penyimpanan


sementara ke titik pengangkatan

f. Ikat kail dengan tali karmantel dan beri selimut pada bagian
bawah rail menggunakan karung goni sebagai penahan,
pastikan ikatan sudah kuat

g. Lakukan pengangkatan vertical menggunakan katrol


dengan dibantu 2 manpower sebagai penarik posisi di atas,
2 manpower sebagai pengikat material dengan tali karmantel
serta pengarah saat penarikan, dan 2 manpower menerima
material di atas atap.

h. Pastikan penempatan material mounting system di atas atap


berada di tempat yang aman.

i. Pastikan jumlah material sudah sesuai, pengecekan dan


pencatatan dilakukan oleh supervisor.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 111


4.8.5. Pemasangan Mounting Sistem

Sebelum pemasangan mounting system tentunya ada


persiapan pemasangan agar tidak ada kendala saat
pemasangan mounting, berikut tahapan dalam persiapan
pemasangan mounting system.

a. Pastikan alat dan material yang akan dipasang sudah


tersedia dan berfungsi dengan baik
b. Pastikan panjang rail sesuai dengan gambar perancangan
c. Siapkan gambar kerja titik mounting
d. Siapkan report inspeksi atap sebagai bahan pertimbangan
saat penerapan marking mounting
e. Lakukan penandaan titik lokasi kliplock sesuai dengan
gambar perancangan
f. Gunakan alat bantu berupa tali/benang untuk meluruskan
posisi Kliplok

Rangkai kliplok dengan L feet dan packing lagi ke dalam dus


hingga rangkaian kliplok dan l-feet siap untuk di lifting

Setelah persiapan lanjut ke tahap pemasangan mounting


system, adapun tahapan dalam pemasangan mounting system
sebagai berikut

a. Pemetaan titik mounting menggunakan marker dan benang.


b. Dapatkan titik referensi untuk titik A, pastikan titik A
sudah siku (sudut 90°).
c. Ulang Langkah (b) untuk titik B.
d. Sudut siku pada titik A dan B dapat membantu kelurusan
marking mounting vertical dan horizontal.

112 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Gambar 4.32 Drawing Cara Membuat Siku Pada Mounting
(Sumber: ATW Solar)

e. Lihat gambar dan sesuaikan dengan kondisi atap dan


ditandai dengan spidol permanen (kliplok dipasang pada
titik tersebut).
f. Pastikan atap pada titik marking dapat dipasang kliplok,
atap profil tidak mengalami penyok maupun miring.
g. Buka kliplok dengan melonggarkan bolt.
h. Posisikan kliplok pada titik yang sudah ditentukan.
i. Tutup kliplok dengan mengencangkan bolt, pastikan kliplok
sudah ditutup dengan sempurna dan tidak kendur dengan
menggunakan torsi sesuai standar.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 113


Gambar 4.33 Pemasangan Mounting Sistem
(Sumber : ATW Solar)

j. Pastikan posisi kliplok yang terpasang sudah lurus dan


memiliki jarak yang sesuai dengan gambar perancangan.

2.8.6. Pemasangan Rail

a. Lihat gambar dan sebarkan rail pada titik yang akan


dipasang.
b. Gunakan Rail Splice Kit untuk penyambungan Rail, pastikan
terpasang zigzag dan torsi dengan kekuatan 14Nm.
c. Pasangkan Rail pada L feet, pastikan setiap pasang Rail
memiliki ketinggian yang sama dan paralel dengan sudut
kemiringan atap dengan cara mengatur ketinggian bolt
pada L feet.
d. Pastikan panjang overhang Rail tidak melebihi 800 mm dari
titik kliplok paling ujung.
e. Pasang Rail dari sisi atas atap ke samping, lalu dilanjutkan
baris di bawahnya sampai selesai.

114 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Gambar 4.34 Pemasangan Rail dudukan Panel Surya
(Sumber : ATW Solar)

Pasca Pemasangan
a. Ukur hasil pemasangan dan bandingkan dengan gambar
perancangan.
b. Lakukan penyesuaian posisi mounting system sesuai
dengan keadaan di lapangan.
c. Pastikan tidak ada alat dan material yang tertinggal di
lokasi instalasi.
d. Pastikan lokasi instalasi bersih.
e. Pastikan tidak ada kerusakan pada atap lokasi instalasi.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 115


116 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya
BAB 5
PERAWATAN
DAN KERUSAKAN
PANEL SURYA

5.1. Perawatan Pada Panel Surya


Perawatan atau yang biasa disebut maintenance adalah
suatu kegiatan untuk mempertahankan kondisi fasilitas
dengan cara mengagendakan, menanggulangi dan mengontrol
pekerjaan sehingga berguna untuk menjamin performa suatu
benda atau komponen selama operasi dan meminimalisir
adanya kerusakan yang mengakibatkan hilangnya performa.

5.1.1. Tujuan Perawatan


Tujuan adanya maintenance yaitu menambah usia
produk dan memperbaiki. Namun menurut Daryus A, (2008),
dalam bukunya yang berjudul “manajemen Pemeliharaan
Mesin”, beberapa tujuan maintenance adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperpanjang daya guna sebuah aset mesin,


agar kapasitas produksi dan kualitas input tetap terjaga

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 117


2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk
memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri,
dan kegiatan produksi yang tidak terganggu alias berjalan
dengan lancar
3. Membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan
yang diluar batas, dan menjaga modal uang diinvestasi-
kan tersebut
4. Mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin,
dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan yang dapat
membahayakan keselamatan para pekerja
5. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat
membahayakan keselamatan para pekerja
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-
fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka
untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat
keuntungan yang sebaik mungkin dan total biaya yang
terendah

5.1.2. Jenis-Jenis Perawatan

1. Preventive Maintenance (PM)


Preventive maintenance (PM) atau Perawatan berkala
adalah perawatan yang dilakukan guna mencegah terjadinya
kerusakan pada sistem. Preventive maintenance dilakukan
dalam periode tetap tujuannya agar produk yang dihasilkan
maksimal. Berikut contoh perawatan berkala pada panel
surya:

A. Pembersihan panel surya dari debu dan kotoran.

Pembersihan panel surya merupakan pemeliharaan rutin


yang dilakukan setiap 3-6 bulan sekali tergantung dari
tingkat kekotorannya. Pemeliharaan ini sangat berpengaruh

118 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


terhadap daya output yang dihasilkan. Semakin kotor
permukaan panel surya maka semakin kecil iradiasi yang
dapat diserap oleh sel surya sehingga daya output yang
dihasilkan akan turun. Namun dibalik itu ada hal negatif
yang dapat terjadi selama proses pembersihan dilakukan
yaitu permukaan panel surya pecah atau retak. Kerusakan
ini dapat terjadi karena 2 faktor yaitu tekanan yang berlebih
dan para pekerja yang terpaksa menginjak sisi samping
panel surya untuk menjangkau seluruh sisi panel surya.

Gambar 5.1 Cleaning Maintenance


(Sumber: Data Primer Diolah 2022)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 119


Berikut perlengkapan yang digunakan untuk cleaning
maintenance:
1) Sepatu safety
2) Helm safety
3) Body harness
4) Kacamata gelap
5) Sarung tangan
6) masker

Berikut alat dan material yang digunakan:


a. Alat pel
b. Selang air
c. Wiper
d. Majun
e. Air yang mengalir

Berikut langkah yang dilakukan:


1) Pengarahan selama kegiatan, potensi bahaya yang
dihadapi, dan pembagian pekerjaan.
2) Selang ditarik hingga dekat ke panel surya. Kemudian
nyalakan kran dan siram panel surya ke seluruh
permukaannya.
3) Gosok permukaan panel surya menggunakan alat pel
dengan memberi sedikit tekanan.
4) Bilas permukaan panel surya. Kemudian bersihkan air
menggunakan alat bantu wiper.

Berikut potensi kecelakaan kerja yang dapat terjadi:


1) Tergelincir
Kecelakaan kerja ini berpotensi tinggi dialami oleh para
pekerja karena cleaning maintenance bersentuhan
langsung dengan air yang mengalir untuk

120 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


pencegahannya pekerja diwajibkan menggunakan safety
boot shoes berbahan karet.

2) Terjatuh
Kecelakaan ini dapat terjadi terutama pada PLTS atap
dimana permukaan atap tidak rata sehingga para
pekerja harus ekstra berhati-hati.

3) Iritasi mata akibat cahaya berlebih


Pantulan cahaya matahari pada permukaan panel surya
yang terkena air mengakibatkan pantulan cahaya
berlebih. Penggunaan kacamata berwarna gelap bisa
mengurangi potensi bahaya ini

4) Dehidrasi berlebih
Pekerjaan yang dilakukan di siang hari dan dilakukan
secara manual menyebabkan dehidrasi terus menerus.
Oleh karena itu, para pekerja diharuskan minum paling
tidak setiap 15 menit sekali untuk mencegah terjadinya
dehidrasi berlebih.

Gambar 5.2 Perbedaan PV yang Sudah Dibersihkan


Dengan yang Belum Dibersihkan
(Sumber: Maintenance PT ATW Solar)

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 121


B. Pembersihan kotoran pada bagian bawah rangkaian panel.

Panel surya dipasang menggunakan rangkaian mounting


yang berfungsi sebagai penyangga akibatnya bagian bawah
panel memiliki ruang kosong yang berpotensi menjadi
sarang oleh serangga atau unggas. Oleh karena itu,
pembersihan dilakukan untuk mencegah adanya
komponen yang rusak. Pembersihan dilakukan dengan
cara mengecek satu persatu bagian bawah panel surya
dengan tetap memperhatikan K3.

C. Pemeriksaan cacat pada panel surya

Pemeriksaan cacat pada panel surya seperti timbulnya


warna kecoklatan, kerusakan fisik, dan korosi. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara mengecek satu persatu panel surya
yang terpasang. Panel yang cacat tentu sangat berpengaruh
pada hasil produksi sistem PLTS oleh karena itu
pemeriksaan ini harus dilakukan secara berkala guna
mencegah kerusakan yang lebih parah.

D. Pemeriksaan komponen pendukung pada panel surya

Komponen pendukung pada panel surya yaitu, clamp


modul, baut railing, dan kaki mounting. Pemeriksaan yang
dilakukan berupa pengecekan kekuatan pada komponen
pendukung menggunakan kunci L atau kunci ring pas
sesuai dengan ukuran baut dan mur yang digunakan.
Tujuannya untuk mencegah panel surya geser.

122 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Gambar 5.3 Pemeriksaan Baut Komponen Pendukung
Pada Panel Surya
(Sumber: Maintenance PT ATW Solar)

E. Pemeriksaan area panel surya

Kegiatan pemeriksaan area panel surya lebih terfokuskan


pada pemasangan panel surya secara ground mounting.
Karena sistem pemasangan jenis ini masih dengan cara
tradisional yaitu menggunakan jangkar tanah untuk
menahan kaki penopang panel surya. Sehingga tidak dapat
menghindari adanya tumbuhan yang dapat
mengakibatkan shading pada area panel surya. Namun
tidak menutup kemungkinan bahwa sistem pemasangan
lainnya tidak mengakibatkan shading pada area panel
surya.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 123


Gambar 5.4 Pemasangan Jenis Ground Mount
(Sumber: pasangpanelsurya.com)

2. Corrective Maintenance (CM)


Corrective Maintenance (CM) atau perawatan perbaikan
adalah kegiatan perawatan yang dilakukan ketika panel surya
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat bekerja secara
maksimal. Salah satu contohnya yaitu hot point pada panel
surya sehingga penggantian panel surya menjadi solusinya.
Seperti halnya pergantian panel surya dibawah ini :

Gambar 5.5 Pergantian Panel Surya


(Sumber: Data Primer Diolah 2022)

124 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Perlengkapan yang Digunakan:
1. Helm safety
2. Sarung Tangan
3. Sepatu safety
4. Masker

Alat dan Material yang Digunakan:


1. Kamera thermal 6. Kunci L
2. Seaward 7. Obeng Set
3. Kunci MC4 8. Panel surya polycrystalline 400Wp
4. Crimping 9. SPD 4 pcs
5. Tang potong 10. Kabel ties

Langkah Kegiatan sebelum Penggantian Panel Surya:


1. Melakukan pengecekan kembali PV manakah yang
mengalami Hot Point menggunakan kamera thermal. Jika
terjadi perbedaan 10°C dengan PV yang lain maka PV
tersebut mengalami Hot Point sehingga perlu diganti.
2. Mengisolasi panel box AC Combiner 1, inverter 1, dan
memutuskan fuse pada panel box DC Combiner agar tidak
ada tegangan yang mengalir.
3. Melakukan penggantian panel surya

Langkah Penggantian Panel Surya:


1. Melepaskan mid clamp dan end clam yang berfungsi
sebagai penahan panel surya.
2. Melepaskan kabel yang terhubung dengan panel surya.
3. Melepaskan panel surya dan mengganti dengan yang
baru.
4. Menyambungkan kembali kabel.
5. Memasang mid clamp dan end clamp seperti semula

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 125


Sewaktu-waktu panel surya dapat mengalami
troubleshooting karena berbagai penyebab, di bawah ini
terdapat cara menangani gangguan troubleshooting:

Table 5.1 Penanganan Troubleshooting


Gejala Penyebab Akibat Tindakan
Tidak ada a. Sambungan Panel surya tidak b. Periksa sambungan
energi listrik kabel (MC4) menghasilkan kabel antar panel
antar panel energi listrik surya, jika ada yang
surya tidak terlepas perbaiki
terhubung antar sambungan
panel surya. Jika
sambungan
mengalami kerusakan
maka lakukan
penggantian dengan
yang baru
c. MCB pembatas d. Periksa MCB
arus panel pembatas arus, jika
surya trip/putus trip/off maka
kembalikan pada
posisi awal (on).
Apabila MCB
mengalami
kerusakan maka
lakukan
penggantian MCB
dengan yang baru.
Arus yang e. Adanya Penurunan arus f. Menghilangkan
dihasilkan bayangan yang output panel shading (bayangan)
panel surya menutupi surya yang menutupi panel
rendah dan Sebagian dasar surya
tingkat panel surya
radiasi
g. Terdapat debu h. Membersihkan area
tinggi
yang menempel panel surya
pada panel
surya i. Mengganti panel
surya dengan yang
baru
j. Beberapa panel
surya
mengalami
kerusakan
seperti terbakar

126 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


3. Perawatan Prediktif (Predictive Maintenance)

Perawatan prediktif adalah perawatan yang dilakukan


untuk mengetahui terjadinya perubahan atau penurunan
performa maupun kerusakan fisik pada panel surya.
Perawatan ini biasanya menggunakan peralatan instrument.
Contohnya adalah pemantauan suhu panel surya menggunakan
kamera thermal.

Pemantauan panel surya menggunakan kamera thermal


biasanya karena terjadi perbedaan performa dari panel surya
yang lain maka perlu ditindak lanjuti dengan cara melakukan
monitoring secara langsung menggunakan kamera thermal,
seperti halnya dibawah ini :

Gambar 5.6 Pengecekan Suhu Panel Surya Menggunakan


Kamera Thermal
(Sumber: data primer diolah 2022)

Alat yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi


perbedaan suhu komponen yaitu kamera thermal. Berikut
cara memakai kamera thermal:

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 127


1. Menyalakan kamera thermal terlebih dahulu
2. Memastikan objek yang akan dicek menggunakan kamera
thermal
3. Mengarahkan dan mengatur titik mana yang akan
dilakukan pengecekan sehingga lebih fokus pada objek
yang perlu diukur suhunya menggunakan kamera
thermal
4. Setelah posisi sesuai seperti halnya penggunaan kamera
pada umumnya dengan cara membidik objek menggunakan
kamera thermal karena
5. Maka hasil suhu akan langsung tertera pada layar cara
kerja kamera thermal yaitu mengubah cahaya inframerah
menjadi sinyal listrik. Benda apa pun dapat memancarkan
radiasi infra merah, lebih banyak radiasi inframerah
dihasilkan maka objek tersebut menandakan lebih panas.

5.2. Alat Ukur Perawatan Panel Surya

Alat ukur merupakan alat yang digunakan untuk


mengukur besaran suatu benda. Tujuan dilakukannya
pengukuran untuk mengetahui bentuk atau kondisi fisik
suatu benda. Beberapa alat ukur yang digunakan untuk
perawatan panel surya, antara lain:

1. AVO Meter
AVOmeter/multimeter merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur hambatan, tegangan dan arus listrik
berupa AC (Alternating Current) dan DC (Direct Current).
Terdapat 2 jenis AVO meter yaitu analog dan digital.
AVOmeter analog ialah AVOmeter yang tampilan hasil
pengukurannya menggunakan skala dan jarum berputar
sedangkan AVOmeter digital adalah AVOmeter yang

128 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


tampilan hasil pengukurannya menggunakan penunjuk
angka digital yang tampil pada layar display. Namun
AVOmeter yang banyak digunakan dalam AVOmeter
digital karena penggunaannya lebih mudah dari pada
AVOmeter analog.

Gambar 5.7 AVOmeter Digital


(Sumber: Alatproyek.com)

Penggunaan AVOmeter/multitester ini pada perawatan


panel surya untuk memeriksa keluaran tegangan maupun
arus berupa DC (Direct Current) dengan selektor mengarah
pada pengukuran VDC. Tidak hanya itu AVO meter dapat
mengukur continuity atau koneksi antar panel surya.

2. Clamp-On Ammeter
Clamp-On Ammeter digunakan untuk mengukur arus
langsung (DC) yang dihasilkan panel surya. Alat ini juga
bisa digunakan untuk mengukur tegangan dan sirkuit
amperage layaknya multitester. Cara penggunaan alat ini
cukup mudah hanya menggunakan kabel disela-sela
pengait.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 129


Gambar 5.8 Clamp-On Ammeter
(Sumber: Alibaba.com)
3. Angle Finder
Pemasangan panel surya dengan sudut kemiringan yang
optimal meningkatkan daya keluaran yang bergantung
pada tingkat vear matahari. Penyesuaian sudut kemiringan
panel surya bergantung pada lokasi pemasangan panel
surya. Besaran sudut kemiringan maksimal sebesar 15°
(garis lintang). Apabila panel surya diletakkan dengan
kemiringan 0 (horizontal) mengakibatkan penumpukan
debu yang berubah menjadi lumpur jika terkena air dan
berpotensi terjadi shading sehingga mengurangi daya yang
dihasilkan.

Gambar 5.9 Angle Finder


(Sumber: sunspower.com)

130 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Untuk memeriksa efek sudut kemiringan panel surya pada
keluaran daya, atur panel surya pada tiga sudut sudut
kemiringan dan ambil pembacaan tegangan. Atur panel
surya pada 0 vertikal (horizontal datar) 45 cm (sudut ke
tanah), dan 90 akhiran (vertikal, akhir panel surya
menyentuh tanah).

4. Kamera Thermal
Kamera thermal berfungsi sebagai mendeteksi adanya
tingkatan suhu berlebih pada panel surya yang dapat
mengakibatkan kebakaran sehingga merusak panel surya.
Cara penggunaan dari alat ini yaitu cukup arahkan kamera
pada panel surya yang ingin diketahui seberapa besar
suhunya.

Gambar 5.10 Kamera Thermal


5. Tools set
Tools set merupakan set perkakas yang dikemas dalam
boks. 1 set perkakas dapat terdiri dari obeng plus (+), obeng
minus (+), tang potong, tang kupas, tang cucut, tang
crimping, kunci L, kunci ring pas, dan lain sebagainya.
Penggunaan tools set pada perawatan panel surya untuk
mengecek kondisi kekencangan baut dan berjaga jaga jika
terjadi permasalahan yang serius.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 131


Gambar 4.11 Tools Set
(Sumber: Amazon UK)

5.3. Kerusakan Pada Panel Surya

Panel surya terbuat dari bahan semi konduktor dengan


lapisan luar berupa kaca sehingga rawan adanya kerusakan
jika tidak diperlakukan dengan baik. Berikut kerusakan pada
panel surya, yaitu:

5.2.1. Panel Surya Pecah Atau Retak

Panel surya menggunakan kaca sebagai lapisan atas yang


berfungsi untuk melindungi sel-sel fotovoltaik yang ada
dibawahnya. Kaca juga memiliki sifat kuat, tidak menyerap
air, isolator serta tembus pandang sehingga tidak
mengganggu sistem kerja panel surya. permukaan panel
surya harus dipastikan tidak ada keretakan agar panel surya
dapat bekerja secara optimal untuk menghasilkan energi
listrik. Besarnya output panel surya tergantung pada
banyaknya iradiasi yang dapat diserap oleh sel surya. Jika

132 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


permukaan panel surya pecah maka daya serapnya akan
berkurang sehingga daya yang dihasilkan tidak maksimal.
Adapun penyebab panel surya pecah, yaitu:

a. Terkena goresan benda tajam


b. Tertimpa pohon tumbang
c. Naiknya suhu sehingga terjadi hotspot
d. Terbentur dengan benda lainnya
e. Struktur penopang yang buruk
f. Keretakan akibat kesalahan pengemasan, pengiriman dan
penyimpanan

Gambar 5.12 Panel Surya Pecah


(Sumber: Maintenance PT ATW Solar)

Panel surya dalam kondisi pecah tidak disarankan


terhubung dengan panel surya yang lainnya. Karena oksigen
dan air dapat masuk kedalam hingga terjadi kelembapan
akibatnya menimbulkan korosi pada kabel dan arus pendek.
Terdapat beberapa solusi agar panel surya terhindar dari
keretakan, yaitu:
1) Pada saat cleaning maintenance pastikan tidak memberi
tekanan terlalu besar

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 133


2) Tidak menginjak sisi-sisi panel surya
3) Hindari pemasangan panel surya di dekat pohon
4) Memastikan keamanan selama pengemasan dan
peletakan panel surya selama proses pengiriman
5) Menyimpan panel surya dengan kemasan yang baik
6) Pemeriksaan rutin pada semua panel surya yang sudah
terpasang untuk melihat adanya kemungkinan kerusakan
7) Segera mengganti panel surya dengan jenis yang sama
jika keretakan sebagian besar dari permukaan panel surya

5.2.2. Hot spot

Hot spot adalah titik panas yang terjadi akibat sebagian


area dari panel surya mengalami bayangan dan menjadi beban
karena menghasilkan energi yang rendah dibanding dengan
bagian yang lain. Berikut gambaran kerusakan akibat adanya
hotspot pada panel surya.

Gambar 5.13 Panel Surya Hotspot


(Sumber: USAID)

Efek bayangan merupakan kemungkinan terhalangnya


panel surya akibat dari bayangan suatu benda sehingga

134 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


mengakibatkan berkurangnya iradiasi sinar matahari yang
dapat diterima oleh sel-sel pada panel surya.

Bayangan yang terjadi sering disebabkan oleh:


1) Awan yang lewat
2) Bangunan tinggi
3) Menara-menara tinggi
4) Pohon
5) Kotoran burung
6) Debu
7) Bayangan dari satu panel di sisi yang lain.

Gambar 5.14 Panel Surya Terkena Bayangan


(Sumber: pasangpanelsurya.com)

Panel surya mempunyai bypass diode tertanam di


dalamnya untuk mengurangi efek merugikan dari shading.
Pada kenyataannya, shading tidak dapat dicegah seluruhnya,
khususnya selama proses matahari terbit atau terbenam
dimana bayangan menjadi panjang. Karena produksi energi
sistem lebih sedikit ketika pagi dan sore, sedikit shading
secara umum dapat diterima. Maka dari itu pemasangan panel
surya harus terhindar dari efek bayangan di sekitar. Seperti
memperhatikan tempat pemasangan panel surya yang paling
efisien sehingga dapat terhindar dari efek bayangan.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 135


Efek negatif yang ditimbulkan, yaitu:
1) Berpengaruh pada sistem seri PV. Karena keluaran sel
sebanding dengan jumlah radiasi, sel-sel dapat
berperilaku berbeda dan dapat menciptakan masalah
ketika di seri.

2) Mengganggu kemampuan produksi, sel-sel dengan arus


keluaran lebih rendah akan mengurangi operasional arus
seluruh rangkaian sel PV (string). Hal ini bisa lebih parah
jika sel-sel benar tertutup maka dapat menghilangkan
daya total sel-sel yg terpapar sinar.

3) Tercipta hotspot di beberapa titik. Rendahnya sel-sel


mengantisipasi disipasi daya, sel-sel tersebut tersebut
menghasilkan hotspot penyebab lainnya karena kenaikan
suhu karena rendahnya kualitas sel-sel, penyolderan yg
buruk antar sel-sel juga bisa menyebabkan itu.

4) Kehilangan daya. sel-sel yg memiliki nilai hambatan


paralel (shunt resistance) yg terlalu rendah, hal inilah yg
menyebabkan PV kehilangan daya listrik di sel

Hal-hal yang dilakukan untuk menghindari hotspot:


1) Identifikasi lokasi pemasangan PV yg benar pastikan
tidak akan terkena shading effect. Desain yg benar jarak
yg cukup aman dari efek shading.

2) Cek berkala keadaan PV atau deteksi dini dengan alat


termografi untuk menghindarkan efek hotspot berpengaruh
pada seluruh rangkaian PV.

3) Pasang dioda bypass. Kabar baiknya. Dioda ini


kebanyakan sudah terpasang pada kotak hitam di
belakang PV. Jika memang tidak ada maka bisa pasang

136 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


sendiri sesuaikan kondisi kemampuan PV tersebut.
Pengaruh dari dioda bypass dipasang untuk menghindari
adanya hot spot akibat dari kondisi dimana salah satu sel
dalam satu panel surya ditutupi oleh bayangan dari benda
sehingga tidak mendapatkan radiasi sinar matahari.

4) Dari hasil pengukuran, satu sel saja dari satu panel surya
ditutup oleh bayangan akan berpengaruh terhadap
penurunan daya keluaran sebesar 38,01 %. Ketika 12 sel
dari satu panel surya ditutup oleh bayangan secara baris
akan berpengaruh terhadap penurunan daya sebesar
37,6%. Sedangkan penutupan 6 sel secara kolom dari satu
panel surya oleh bayangan akan mengurangi daya
keluaran sebesar 99,6 %. Begitu juga dengan penutupan 36
sel secara kolom dari satu panel surya oleh bayangan juga
akan mengurangi daya keluaran sebesar 99,89%.

5.2.3. Panel Surya Terbakar

Panel surya dirancang untuk menghasilkan arus listrik


saat cahaya matahari menyinari panel surya. Ketika arus
mengalir melalui string sel surya di dalam panel surya,
resistansi dalam sel mengubah arus menjadi panas.

Penyebab terjadinya panel surya terbakar yaitu:


1) Karena salah produksi seperti halnya kecacatan pada
desain ataupun retakan
2) Sambungan solder yang buruk, dan ketidaksesuaian,
3) Kesalahan desain dan pemasangan
4) Umur komponen sudah tua dan konektor sudah usang
5) Faktor alam

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 137


Beberapa hal tersebut menyebabkan resistensi yang lebih
tinggi dan potensial menjadi titik panas dalam jangka panjang.

Gambar 5.15 Panel Surya Terbakar


(Sumber: ica solar)

Pada dasarnya panel surya memang dibuat untuk


menyerap energi cahaya matahari, sehingga panel surya tidak
akan mudah terbakar meski menghadapi suhu panas matahari
yang tinggi. Efek jangka panjang dari titik panas dapat
menyebabkan kebakaran jika dibiarkan.

Gambar 5.16 Perbedaan Suhu Antar Panel Surya


(Sumber: data primer diolah 2022)

138 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


5.2.4. MC4 Meleleh

MC4 adalah singkatan dari Multi-Contact dan 4 artinya pin


kontak berdiameter 4 mm. Konektor MC4 memiliki interlock
berlekuk, dapat saling terhubung dan untuk menghindari
konektor lepas secara tidak sengaja. Konektor MC4 dibalut
rumah bundar berbasis plastik dengan konduktor tunggal
dalam konfigurasi pasangan pria/wanita (male/female).
Komponen tersebut memiliki fungsi sebagai penghantar arus
listrik dari panel ke dalam kabel. Dengan begitu, daya yang
berhasil diubah oleh komponen konversi cahaya matahari ke
energi listrik dapat dialirkan langsung ke kabel yang
digunakan. Maka dari itu MC4 merupakan komponen penting
dalam panel surya, sehingga jika MC4 pada panel surya leleh
maka akan menghambat daya yang dihasilkan oleh panel
surya.

Gambar 5.17 MC4 meleleh pada panel surya


(Sumber: Data Primer diolah 2022)

Berikut beberapa penyebab MC4 leleh


1) Kualitas crimping MC4 yang kurang baik sehingga kabel
kendor

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 139


2) Faktor produksi dari MC4 itu sendiri
3) Kesalahan dalam Pemasangan Kabel

Untuk menghindari MC4 meleleh dengan cara


memperhatikan kualitas dari MC4 itu sendiri dan pastikan
MC4 sudah terpasang dengan baik dan benar.

5.2.5. Junction Box Cacat

Junction box merupakan kotak kecil yang berada di


punggung panel surya, berfungsi sebagai pelindung
sambungan kabel output panel surya untuk mengalirkan
listrik ke luar. Jika air atau debu merembes ke dalam penutup
kotak sambungan, dioda pemintas di dalamnya dapat
korsleting dan terbakar. Dioda atau konektor yang dibakar
dapat menyebabkan panel surya dalam kondisi sirkuit
terbuka dan berhenti mentransfer energi ke luar sama sekali.
Panel surya kondisi seperti ini harus diganti dengan jenis
panel surya yang sama.

Gambar 5.18 Sirkuit Junction Box Terbuka


(Sumber: ica solar)

140 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


5.2.6. Snail Track

Snail track adalah tanda yang mirip dengan jalur siput di


permukaan sel surya pada panel surya. Dalam jangka panjang,
jejak siput menyebabkan microcrack (keretakan mikro) pada sel
surya dan membentuk hotspot di beberapa tempat.

Gambar 4.19 Snail Track


(Sumber: ica solar)

Snail Track dapat terjadi ketika kita memasang panel


surya terlalu dekat dengan atap, terutama pada atap yang
menggunakan spandek baja ringan, yang dapat menyebabkan
panas di atap menyebar ke panel surya yang mengalir, panel
yang dipanaskan juga menjadi panas karena pantulan cahaya
lalu panel akan overheat dan lama-lama munculah snail track.
Oleh karena itu, sebaiknya panel surya tidak dipasang terlalu
dekat dengan atap atau menyisakan jarak sekitar 30-50cm dari
atap, bertujuan untuk sirkulasi udara agar PV tidak kepanasan
dan memicu munculnya snail track.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 141


5.2.7. Microcrack Pada Panel Surya

Kemajuan dalam pemrosesan semikonduktor telah


menghasilkan sel surya ultra-tipis, artinya sangat rapuh dan
mudah pecah saat terkena guncangan kuat. Microcracks pada
modul surya adalah retakan mikroskopis yang hampir tidak
terlihat pada sel surya.

Gambar 5.20 Sirkuit Junction Box Terbuka


(Sumber: ica solar)

Ketika microcracks terbentuk di panel surya, sel surya yang


rusak mengalami kesulitan menghantarkan listrik, meng-
akibatkan keluaran daya rendah dan terjadi titik panas. Untuk
menghindari microcracks harus dilakukan pengecekan secara
terhadap panel dan memastikan apakah terjadi kesalahan saat
produksi selain itu saat mengangkut panel surya diharuskan
berhati-hati dengan menghindari benturan terhadap panel
surya.

142 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


BAB 6
PEMASANGAN
PADA SISTEM DC
SEDERHANA

6.1. Direct Current (DC)

Gagasan menggunakan panel surya di rumah dengan


meletakkannya di atap mungkin semakin banyak mendapat
perhatian akhir-akhir ini, tetapi sebenarnya jika kita mau
melihat lebih luas sebenarnya ada banyak aplikasi lain dari
listrik panel surya yang sama bergunanya dan lebih mudah
untuk dipraktekkan bagi pemula karena sederhananya proses
yang perlu dilakukan terutama untuk kita yang akan
bereksperimen. Sebagai contohnya adalah aplikasi pada panel
surya untuk mengakomodir tegangan rendah dengan sistem
DC (Direct Current / arus searah) yang relatif lebih sederhana
dan serbaguna, sehingga membuatnya ideal untuk dipelajari
bagi pemula yang akan memulai belajar dengan instalasi panel
surya.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 143


Sistem DC banyak digunakan pada komponen listrik yang
lebih sederhana, seperti digunakan untuk menyalakan pompa
kolam, mengisi daya baterai, dan sama praktisnya untuk
sistem yang lebih besar yang dapat memberikan daya ke
gudang, taman atau bengkel, atau bahkan rumah kaca
bertenaga surya.

Sistem pemasangan pada sistem DC secara dasar harus


terdiri dari modul surya, pengontrol muatan, baterai, dan
kabel koneksi. Demi menaikkan kapasitas listrik, suatu sistem
panel surya yang akan kita pasang mungkin menyertakan
beberapa baterai, modul Photovoltaic (PV) tambahan yang
lebih besar, dan komponen seperti saklar pemutus arus DC
atau pemutus beban listrik.Tambahan-tambahan ini tentu saja
tergantung pada ukuran dan fungsi sistem panel surya yang
akan kita pasang.

Sistem DC dikatakan sistem sederhana dan aplikatif


karena kemampuannya untuk dapat memasok daya secara
langsung ke perangkat elektronik. Jika Kita perlu
mencolokkan alat atau perangkat yang membutuhkan arus
AC, maka untuk mengubah ke arus AC dari DC Kita hanya
cukup menambahkan inverter AC yang sesuai dengan
kebutuhan daya dari peralatan AC. Contoh sederhana adalah
pada inverter pada mobil yang portabel atau unit inverter
yang lebih besar yang dapat menangani beberapa ribu watt
daya secara terus menerus.

Sebagian besar sistem DC adalah 12 volt, voltase yang


sama digunakan oleh baterai mobil standar. Namun demikian
pada aplikasinya ada sistem DC yang harus beroperasi pada
tegangan 24 volt dan lebih tinggi. Tetapi untuk keperluan

144 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


pembelajaran awal maka sistem 12 volt menawarkan beberapa
keuntungan terutama untuk proyek yang dapat kita buat
secara otodidak. Keuntungan itu semisal, sistem 12 volt tidak
memerlukan ground yang tentunya hal ini menyederhanakan
instalasi. Berbeda dengan sistem yang berjalan pada voltase 24
volt dan atau yang lebih tinggi yang pada pengaplikasiaanya
harus di-ground dan biasanya memerlukan izin khusus
kepada pihak yang berwenang karena potensi bahayanya.
Alasan lainnya adalah bahwa tegangan 12 volt adalah tipe
standar pada sistem DC, produk yang kompatibel dengan
sistem 12 volt lebih umum digunakan daripada komponen
yang dibuat untuk voltase lebih tinggi.

6.2. Dasar Pengisian Baterai

Selain modul surya yang menghasilkan listrik, inti dari


sistem DC adalah baterai. Dari sinilah semua daya diambil.
Kita tidak pernah bisa menggunakan listrik langsung dari
modul panel surya. Daya listrik akan selalu berasal dari
baterai, dan menjadi tugas modul panel surya adalah hanya
mengisi ulang baterai. Kapasitas dari baterai menentukan
berapa banyak listrik yang dapat kita gunakan sebelum
baterai perlu diisi ulang. Untuk menambah kapasitas baterai,
kita dapat menambahkan lebih banyak baterai ke dalam
sistem atau menggunakan baterai dengan peringkat ampere-
jam (Amp-jam) atau ampere hours (Ah) yang lebih tinggi.

Amp-jam adalah satuan ukuran standar untuk kapasitas


baterai, dihitung dengan mengalikan arus discharge (dalam
satuan amp atau ampere) dengan waktu pengosongan (dalam
jam). Misalnya, baterai yang dicharge habis pada 5 amps

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 145


selama 20 jam adalah dikatakan memiliki kapasitas baterai 100
amp-jam (Ah) yang didapat dari perkalian antara 5 amps x 20 h.

Perlu diingat bahwa saat ini teknologi baterai kebanyakan


mensyaratkan pengosongan (discharge) baterai yang Kita
gunakan tidak boleh hingga baterai habis 0 %. Semisal baterai
dengan tipe lead-acid (Asam timbal), dimana baterai ini
merupakan jenis baterai yang paling umum digunakan pada
sistem panel surya, tidak boleh digunakan hingga tersisa
kurang dari 20 % kapasitas baterainya. Bila kita terlalu sering
menguras baterai hingga dibawah 20% maka akan
mengakibatkan turunnya lifecycle dari baterai itu.

Oleh karena alasan itu, baterai tipe lead-acid dengan


kapasitas 100 Ah idealnya hanya boleh digunakan paling
banyak dengan kapasitas daya sebesar 80 Ah yang dapat
digunakan. Bahkan ada beberapa produsen baterai yang
mematok nilai masa pakai baterai maksimum yang
disarankan, habis tidak lebih dari 50 persen.

Konsekuensi dari syarat ini adalah bila kita membuat


suatu sistem panel surya maka kita akan membutuhkan sistem
dengan kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan
kebutuhan nyata Kita. Pengosongan hingga 80 persen
dimungkinkan untuk sistem yang lebih kecil, tetapi baterainya
tidak akan bertahan lama selama pemakaian dan hanya
mampu bertahan sekitar 50 persen dari siklus hidup yang
dituliskan dalam spesifikasi.

Contoh:
Sebagai contoh, katakanlah Kita membutuhkan daya 200 amp-
jam per hari. Jika Kita berencana untuk melepaskan hingga 80
persen, tingkatkan total kapasitas baterai Kita dengan faktor

146 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


koreksi sebesar minimal 120% atau 1,2, namun alangkah lebih
baik jika Kita menggunakan faktor koreksi sebesar 125% atau
1,25. Sehingga kapasitas yang Kita butuhkan adalah 200 Ah ×
1,25 = 250 Ah (kapasitas total diperlukan). Namun jika Kita
berencana untuk melepaskan daya baterai tidak lebih dari 50
persen dari kapasitas, maka tingkatkan kapasitas dengan
mengalikan menggunakan faktor koreksi menjadi 200% atau
2, sehingga menjadi 200 Ah × 2 = 400 Ah

6.3. Desain Sistem

Dalam merancang sistem panel surya yang akan


digunakan pada tegangan daya 12 volt, dimulai dengan
menentukan kapasitas baterai yang Kita butuhkan dan
kemudian membangun sistem yang dapat mengisi baterai
dalam jumlah yang dapat ditampung. Jika Kita menggunakan
daya setiap hari, maka susunan modul surya atau solar panel
rangkaian harus mampu mengisi penuh baterai dalam satu
hari, yang tentu saja lama jam untuk 1 hari dibuat berdasarkan
lama jam matahari bersinar tersedia di lokasi Kita.

Namun jika panel surya hanya Kita manfaatkan untuk


hanya sesekali mengisi daya baterai, maka Kita dapat memilih
menggunakan modul yang lebih kecil. Konsekuensinya
adalah waktu pengisian baterai yang lama dan tentunya hal
ini bukan masalah karena Kita tidak membutuhkan baterai
yang selalu terisi penuh setiap harinya. Kesimpulannya
adalah dengan modul yang kecil, maka dibutuhkan waktu
yang lebih banyak untuk mengisi ulang baterai di antara
setiap interval penggunaannya. Berikut adalah elemen utama
yang perlu Kita dipertimbangkan dalam desain sistem panel

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 147


surya, elemen itu adalah modul surya (atau panel surya),
pengontrol pengisian, dan baterai.

1. Modul:
Hal pertama yang perlu Kita pertimbangkan saat membuat
suatu sistem panel surya adalah Kita harus terlebih dahulu
menentukan output modul berdasarkan kapasitas baterai
dan waktu yang diperlukan untuk mengisi ulang baterai.
Sederhananya, output yang lebih besar, itu berarti Kita
akan dapat mengisi ulang dengan waktu lebih cepat. Pada
desain sistem panel surya Kita dapat menggunakan satu
atau lebih modul panel surya. Jika memang kebutuhan Kita
banyak, maka modul panel surya dapat disambungkan
secara seri atau paralel tergantung pada konfigurasi.

2. Pengontrol arus pengecasan:


Pengontrol arus pengecasan dapat dibuat dengan
sederhana dengan memanfaatkan suatu perangkat pulsa
teknologi modulasi lebar atau Pulsed Width Modulator
(PWM) yang terbukti dapat bekerja dengan baik untuk
sebagian besar sistem panel surya. Dengan PWM, kinerja
pengisian daya pada baterai akan dibatasi oleh
kemampuan tegangan charge dari baterai yang Kita
gunakan. Hal ini perlu menjadi perhatian karena dengan
tidak seragamnya intensitas cahaya ataupun panas
matahari yang menyinari panel surya maka akan terjadi
fluktuasi tegangan charge yang dihasilkan modul
sepanjang siklus pengisian.

Semisal saat tegangan charge baterai yang diperbolehkan


oleh spesifikasi pabrik pembuat baterai adalah tergolong
rendah katakanlah 11V, maka PWM atau pengontrol hanya

148 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


akan memperbolehkan sistem panel surya untuk mengecas
11V dari modul surya, meskipun bisa saja pada saat itu
modul nyatanya menghasilkan lebih banyak energi karena
melimpahnya cahaya atau panas yang menerpa modul.
Idealnya karena Kita menggunakan baterai dengan
tegangan 12V maka modul output yang dikontrol oleh
PWM harus dibatasi paling besar sebesar 12V, jadi jika Kita
akan membuat untuk tegangan lebih besar maka Kita
membutuhkan banyak modul yang harus dirangkai secara
paralel.

3. Pengontrol pengecasan.
Teknologi pelacakan titik daya maksimum atau yang dalam
bahasa inggris dikenal sebagai Maximum Power Point
Tracking (MPPT) adalah perangkat elektronik pada sistem
panel surya untuk meregulasi arus searah DC yang akan
diisikan ke baterai, sekaligus juga meregulasi arus yang
diambil dari baterai oleh suatu beban. Solar charge
controller mengatur overcharging (kelebihan pengisian -
karena baterai sudah 'penuh') dan kelebihan voltase dari
panel surya / solar cell. MPPT mampu menangani tegangan
yang tinggi mencapai 150V sampai dengan 600V. Dengan
pemasangan MPPT dimungkinkan untuk menggunakan
tenaga surya yang tersedia secara maksimal dan aman.
Pada pemasangan MPPT, beberapa modul bisa disusun
secara seri untuk meningkatkan tegangan output. Tiga
aturan untuk memilih pengontrol muatan MPPT adalah
sebagai berikut:
a. Sesuaikan voltase pengontrol muatan dengan tegangan
baterai; semua sistem 12V menggunakan pengontrol
12V.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 149


b. Sesuaikan tegangan pada pengontrol input pengecasan
agar sama dengan tegangan dari susunan modul panel
surya yang digunakan.
c. Pilih pengontrol berbasis dua tahap atau tiga tahap
bergantung pada penggunaannya.

Tiga tahap pengisian memiliki keuntungan dari segi


menjaga keawetan baterai karena pengisian 3 tahap
meliputi:
1. Bulk (pengisian mengisi baterai dari 0 hingga 90 persen
menggunakan arus yang besar);
2. Absorption (pengisian mengisi baterai dari 90 sampai
100 persen) menggunakan arus yang relatif sudah
rendah; dan
3. Float (menjaga baterai tetap 100 persen dan menghentikan
proses pengecasan bila perlu).

Berbeda dengan pengontrol dua tahap yang hanya


memiliki 2 tahapan pengisian yaitu:
1. Bulk (pengisian mengisi baterai dari 0 hingga 90 persen
menggunakan arus yang besar);
2. Absorption (pengisian mengisi baterai dari 90 sampai
100 persen) menggunakan arus yang relatif sudah
rendah.

4. Baterai:
Berbagai jenis baterai dapat digunakan untuk sistem 12
volt, termasuk baterai 2V, 6V, dan 12V. Seperti modul panel
surya, baterai dapat dihubungkan secara seri atau paralel
menyesuaikan apaka Kita menginginkan menaikkan
voltase atau arus listriknya.

150 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


6.4. Pengkabelan dengan Rangkaian Seri atau Paralel

Rangkaian Seri dan paralel adalah dua konfigurasi kabel


dasar yang digunakan dalam banyak aplikasi kelistrikan.
Masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian
tergantung pada aplikasi. Dalam sistem panel surya 12 volt,
modul panel surya dapat dihubungkan seri atau paralel,
bahkan demikian pula dengan baterai yang dapat juga
dihubungkan secara seri, paralel, atau kombinasi keduanya.
Hal yang penting yang perlu diingat adalah bahwa dengan
pengkabelan seri, tegangan meningkat namun arus tetap
sama. Dengan pengkabelan paralel, ampere meningkat
namun tegangan tetap sama.

1. Pengkabelan baterai rangkaian seri:


Positif baterai pertama terhubung ke pengontrol muatan,
dan negatif terhubung ke positif baterai berikutnya. Pola
negatif ke positif ini berulang hingga baterai terakhir di seri;
negatifnya terhubung ke pengontrol muatan. Itu tegangan
meningkat dengan masing-masing baterai dalam
rangkaian, sedangkan total amp-jam (atau keluaran arus
listrik) tetap sama.

2. Pengkabelan baterai rangkaian paralel:


Positif digabungkan ke positif dan negatif ke negatif. Positif
dan negatif terakhir dalam grup terhubung ke pengontrol
muatan yang berfungsi sebagai pengendali pengisian. Pada
rangkaian ini tegangan tetap konstan, sementara amp-jam
(atau output amp) akan bernilai sama dengan jumlah dari
masing-masing unit.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 151


CATATAN: Tidak disarankan untuk menghubungkan lebih
dari tiga baterai secara paralel, karena
memungkinkan salah satu baterai menerima
pengecasan secara berlebihan atau bahkan
kurang selama pengisiannya, yang akhirnya
dapat memperpendek daya tahan baterai.

3. Pengkabelan baterai Kombinasi:


Metode ini digunakan untuk meningkatkan tegangan
sekaligus juga amp-jam dari beberapa baterai yang berada
di bawah 12 volt.

Selanjutnya kita akan membahas mengenai sebuah


rangkaian yang dapat menaikkan tegangan dari modul panel
surya. Secara umum rangkaian ini menggunakan pengkabelan
dengan rangkaian seri. Dengan rangkaian seri dimungkinkan
bahwa Kita dapat meningkatkan tegangan output dari

152 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


rangkaian modul surya. Dengan menghasilkan tegangan
pengecasan yang lebih tinggi, maka akan mengurangi efek
penurunan tegangan yang berimbas pada kehilangan daya
listrik yang dapat membahayakan perangkat elektronik.

Sebuah modul rangkaian panel surya yang menghasilkan


12 volt membutuhkan kabel dengan diameter relatif besar dan
harus dipasang sedekat mungkin dengan baterai. Hal ini perlu
dilakukan untuk meminimalkan efek drop tegangan.
Rangkaian pada tegangan yang lebih tinggi dapat
menggunakan kabel yang lebih kecil dan dapat dipasang lebih
jauh dari baterai karena kecilnya potensi kehilangan daya
cukup besar. Jadi penggunaan rangkaian seri, penggunaan
ukuran kabel yang tepat, serta penentuan lokasi baterai dapat
meningkatkan tegangan yang dihasilkan dari rangkaian
modul panel surya Kita.

6.5. Menghitung Kebutuhan Daya

Daya baterai biasanya dinilai dalam amp-jam, namun


seringkali beberapa orang akan lebih mudah menghitung
daya dalam satuan menggunakan watt-jam atau watt-hours
(Wh), terutama saat menggunakan rangkaian dalam tegangan
12 volt. Untuk mengonversi amp-jam menjadi watt-jam,
sebenarnya sangat mudah, Kita cukup mengalikan nilai amp-
jam dengan 12 (untuk 12 volt). Contohnya adalah Baterai 100
Ah dengan kapasitas maksimum 80 Ah (faktor keamanan
hanya menyarankan kapasitas pengisian sebesar 80 persen
dari kapasitas maksimal) dapat menghasilkan 960 watt jam
pada setiap siklus discharging:

80 Ah × 12 volt = 960 Wh atau 0,96 kWh

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 153


Untuk memperkirakan kebutuhan kapasitas baterai,
jumlahkan dulu kebutuhan daya berdasarkan penggunaan
yang direncanakan dalam watt-jam (Wh). Misalnya, jika Kita
menginginkan sistem DC Kita menyalakan empat lampu
dengan daya 15 watt selama 4 jam serta dua kipas dengan
daya masing-masing 60 watt, maka kebutuhan daya Kita
adalah didapat dengan menjumlahkan total watt dan waktu
penggunaan per hari:

Lampu: 60 watt x 4 jam per hari = 240 Wh


Kipas: 120 watt x 8 jam per hari = 960 Wh
Total Kebutuhan Kita adalah : 240 Wh + 960 Wh = 1200 Wh

Langkah selanjutnya adalah kita membagi watt-jam


dengan voltase baterai untuk menemukan kebutuhan nyata
dari kapasitas arus maksimum dalam amp-jam:

1.200 Wh ÷ 12 volt = 100 Ah

Kemudian, perhitungkan tingkat pelepasan yang


diijinkan maksimal hanya sebesar 80 persen sampai dengan 50
persen untuk menemukan nilai terkoreksi dari kapasitas arus
maksimum dalam Ah yang diperlukan untuk menghasilkan
100 Ah dari energi yang dapat digunakan:

100 Ah × 1,20 = 120 Ah (kapasitas discharge 80 persen)

atau

100 Ahh × 2 = 200 Ah (kapasitas discharge 50 persen)

154 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Perhitungan diatas adalah dengan asumsi Kita
menggunakan perangkat yang dapat beroperasi
menggunakan arus searah DC. Jika Kita ingin menyalakan
perangkat yang bekerja pada arus bolak-balik AC, maka
dalam perhitungan kebutuhan dayanya Kita perlu
menambahkan sekitar 15 persen untuk mengkompensasi
dampak kerugian akibat efisiensi dari inverter. Hal ini karena
jika anda menggunakan inverter untuk mengkonversi arus
DC menjadi arus AC pada sistem kelistrikan, adalah mustahil
untuk mendapatkan efisiensi 100%.

Untuk menghitung kehilangan yang terjadi akibat


konversi dimaksud maka kita perlu membagi Watt hours
dengan nilai efisiensi yang kita perhitungkan. Misal kita
memiliki perangkat dengan spesifikasi daya 60-watt pada arus
AC yang menyala 8 jam per hari dan kita menyalakannya
selama 2 hari maka konsumsi daya nya adalah 960 Wh.

60-Watt x 8 Jam x 2 = 960 Wh

Energi total yang harus kita sediakan adalah 9

60 / 85% = 1.116 Wh

Nilai diatas adalah konsumsi daya minimal yang harus kita


antisipasi pada perangkat kelistrikan kita.

6.5. Menentukan Modul Daya

Saat kita selesai menentukan berapa besar konsumsi


energi listrik yang kita butuhkan, dalam watt hours atau amp
hours pada kapasitas baterai, maka kita selanjutnya dapat
dengan mudah menentukan daya modul yang tepat untuk

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 155


digunakan mengisi atau men-charge baterai. Namun ada 3
faktor yang perlu anda pertimbangkan sebelum melakukannya,
yaitu:

1. Type Charge controller: MMPPT controller adalah


perangkat pengontrol pengecasan yang kinerjanya lebih
baik dibandingkan dengan PWM controllers.

2. Lama penyinaran sinar matahari: Pemasangan panel surya


perlu memperhitungkan berapa lama biasanya matahari
bersinar pada daerah yang akan dipasang panel surya.

3. Faktor penurunan daya: Daya yang dihasilkan oleh modul


yang kita gunakan biasanya akan berkurang sebesar 10%
karena luaran yang lebih rendah pada suhu tinggi.

4. Efisiensi baterai: Baterai timbal-asam memerlukan


tambahan 25 persen energi input untuk mengisi ulang
sepenuhnya. Misalnya, jika Anda menggunakan energi
listrik hingga 100 watt-jam dari sebuah baterai, maka Anda
perlu mengisi ulang energi dengan nilai setara 125 watt-jam
pada pengisian berikutnya untuk mendapatkannya
kembali ke kapasitas semula.

Berikut adalah contoh perhitungan dengan asumsi kita


menggunakan 1.200 Wh dari daya baterai per hari;
menggunakan standar modul panel surya dengan daya
masing-masing 140 W; dan lingkungan pemasangan tersinari
sinar matahari tanpa terinterupsi selama 5 jam per hari. Maka
jumlah modul yang anda butuhkan dihitung sebagai berikut:

1.200 Wh x 1.25 (Efisiensi baterai) = 1.500 Wh


1.500 Wh / 5 jam (lama penyinaran matahari) = 300 W

156 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Dengan menggunakan controller daya tipe PWM yang
mengatur daya pengecasan maksimal 100 W dari 140 W
spesifikasi, maka jumlah modul yang anda butuhkan adalah

300 W / 100 W = 3 modul panel surya

Namun bila menggunakan controller daya tipe MPPT


yang secara khusus dibuat agar mampu mengatur daya
pengecasan mendekati maksimal 140 W spesifikasi, maka
jumlah modul yang anda butuhkan adalah hanya

300 W / 140 W = 2 modul

6.5. Memilih Modul yang Tepat

Kita dapat menggunakan berbagai konfigurasi dan watt


modul yang beragam untuk sistem 12 volt yang akan
dipasang, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah. Perlu
diingat bahwa tidak ada satupun desain terbaik yang mampu
memenuhi semua keinginan untuk setiap situasi. Namun
demikian untuk memilih modul yang tepat ada salah satu
metode yang mudah dan umum untuk digunakan, yaitu
dengan terlebih dahulu memilih modul sesuai dengan jumlah
selnya. Untuk mempermudah pemilihan jenis modul, Anda
disarankan untuk memilih modul dengan 36 cell dibanding
dengan cell modul jumlah lain. Hal ini berdasarkan fakta
bahwa modul 36 cell adalah modul dengan jumlah yang
optimal untuk mengisi baterai 12 volt; Alasannya adalah
modul dengan 36 sel menghasilkan bisa menghasilkan output
18 volt seperti perhitungan berikut:

36 sel × 0,5 volt per cell = 18 volt (Vmp).

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 157


Ingat bahwa Vmp adalah tegangan maksimum secara
teoritis, dan kenyataannya output tegangan aktual lebih
rendah. Bahkan nilai tegangan ini akan menjadi lebih turun
menjadi berkisar 15 Volt terutama jika pada kondisi terlalu
panas.

Kita mengetahui bahwa baterai dengan tegangan 12 Volt


memerlukan tegangan charge yang lebih besar. Disyaratkan
tegangan pengisiannya adalah 14.7 Volt. Sehingga dengan
hanya menggunakan tegangan charge 15 Volt yang mampu
disuplai oleh modul 36 cell, kita masih mendapatkan tegangan
charge yang dibutuhkan untuk melakukan pengecasan baterai
12 Volt. Metode ini adalah metode yang disederhanakan
untuk memilih tipe modul yang akan kita gunakan.

Perlu diingat bahwa penggunaan modul ini hanya untuk


satu baterai. Misalnya, jika Anda menggunakan baterai 50 Ah,
maka dibutuhkan satu modul 36 cell. Bila digunakan pada dua
baterai 50 Ah (disambungkan secara paralel dengan total 100
Ah) maka dibutuhkan dua modul 36-sel (secara paralel). Bila
tiga baterai 50 Ah (paralel 150 Ah) maka dibutuhkan tiga
baterai 36-sel modul (secara paralel).

Konfigurasi sederhana ini telah dibuktikan mampu


bekerja dengan baik pada system dengan satu sampai dengan
tiga baterai. Dikarenakan baterai disusun secara paralel adalah
tidak disarankan untuk menggunakan lebih dari tiga baterai
dikarenakan potensinya untuk terjadi kegagalan
charge/discharge.

158 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


12 Volt system
Berikut adalah beberapa contoh spesifikasi desain untuk kebutuhan
energi harian yang berbeda. Nilai yang tercantum pada tabel ini
adalah nilai maksimal yang bisa didapatkan dengan kondisi
matahari bersinar tanpa awan dan paparan selama 1 hari penuh.
Energi yang Kapasitas Solar Jumlah dari panel
digunakan baterai 12 V array surya yang harus
per hari (Amp-hours) (Watts) disusun secara
(Watt-hours) paralel (12 V – 18
VMP)
200 Wh 21 Ah 55 Satu modul 60 W
400 Wh 42 Ah 110 Satu modul 120 W
atau 2 Modul 60 W
600 Wh 63 Ah 165 Dua modul 90 W
1200 Wh 125 Ah 330 Tiga modul 120 W
1500 Wh 156 Ah 413 Empat modul 100 W
2000 Wh 208 Ah 550 Empat modul 140 W
2500 Wh 260 Ah 688 Lima modul 140 W
3000 Wh 313 Ah 825 Enam modul 140 W

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 159


160 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya
DAFTAR
PUSTAKA

Agung Supriyadi, M. K. K. K. (n.d.). Body Harness: Jenis,


Fungsi, Cara Memakai dan Inspeksi. In https://
katigaku.top/2020/09/08/body-harness/. 2020.
Daryus, A. (n.d.). Teknik Mesin-Fakultas Teknik Universitas
Darma Persada Jakarta 2019 Manajemen Perawatan
Mesin.
Ju Su Xin material co., ltd. (n.d.). MC4 connector protection,
MC4 connector protection sleeve, MC4 heat shrinkable
sleeve. In https://en.dwh.com.tw/article_detail/136/.htm.
2020.
Panduan Perencanaan dan Pemanfaatan PLTS ATAP DI
INDONESIA final. (n.d.).
Pasangpanelsurya.com. (n.d.-a). Jarak Terbaik Antar Panel
Surya dan Cara Menghindari Bayangan. In https://
pasangpanelsurya.com/jarak-terbaik-panel-surya-meng
hindari-bayangan/. 2022.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 161


Pasangpanelsurya.com. (n.d.-b). PLTS Grounding: Pasang
Panel Surya di Atas Tanah. In https://pasangpanelsurya.
com/pasang-panel-surya-di-atas-tanah/. 2022.
Tecs Indonesia. (n.d.). Fungsi Helm Safety sebagai Alat
Keselamatan Kerja. In http://tecsindonesia.co.id/in/
index.php/article/85-fungsi-helm-safety-sebagai-alat-
keselamatan-kerja.
Temonsoejadi. (n.d.). Apa itu hotspot PV, Hotspot pada panel
surya dan pengaruh buruknya seberapa mengerikan? In
https://temonsoejadi.id/2020/05/15/hotspot-pada-panel-
surya-dan-pengaruhnya/. 2020.

162 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


BIOGRAFI
PENULIS

Dr. Bayu Rudiyanto ST, M.Si.


Menyelesaikan pendidikan Sarjana di
Jurusan Teknik Mesin Universitas
Brawijaya dan pascasarjana S2 dan S3
diselesaikan di Institut Pertanian
Bogor pada jurusan Ilmu Keteknikan
Pertanian. Tahun 2014-2018 diberikan
kepercayaan mengemban tugas
sebagai Ketua jurusan Teknik,
Politeknik Negeri Jember. Saat ini tercatat sebagai staf
pengajar di program studi Teknik Energi Terbarukan. Selain
mengajar, aktif dalam menulis artikel ilmiah, sekaligus
menjadi pengelola jurnal Nasional dan Internasional. Saat ini
tercatat sebagai Reviewer Editor di Frontier in Thermal
Engineering. Beberapa tulisan yang berkaitan dengan Surya
diantara adalah The effect of variations in reflector material on the
performance of a solar-powered parabolic trough collector, Analisis
Efisiensi Trickle Solar Water Heater Tipe Profil Datar Dan
Segitiga, Analisis Perbandingan Efisiensi Energi Pada Solar

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 163


Water Heater Tipe Trickle dan Tipe Spiral. Diluar aktivitas
menulis, penulis tercatat sebagai Reviewer Nasional DRPM di
bidang penelitian. Selain itu penulis juga tercatat sebagai
asesor kompetensi BNSP untuk skema Supervisor
Pembangunan dan Pemasangan PLTS dan asesor kompetensi
ESDM skema Pembangkitan.

Risse Entikaria Rachmanita, S.Pd.,


M.Si. Sarjana Pendidikan Fisika telah
ditempuh di Universitas Negeri
Malang dan Magister Fisika di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Sejak
2018 menjadi di Program Studi Teknik
Energi Terbarukan, Jurusan Teknik,
Politeknik Negeri Jember. Saat ini
menjabat sebagai Kepala Laboratorium Workshop Energi dan
Mekanik sejak 2020. Pada tahun 2019 mengikuti kegiatan
Retooling Dosen Vokasi bidang Solar Cell Engineering di
Koreatech. Selain menjalankan tridharma pendidikan tinggi,
terlibat aktif dalam menulis artikel ilmiah dan pengelola jurnal
ilmiah. Selanjutnya, menjalankan amanah sebagai reviewer
nasional vokasi kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) sejak tahun 2021. Selain itu, aktif dalam membimbing
kegiatan PKM sejak tahun 2020 dan berhasil mengantarkan
tim PKM hingga ke PIMNAS sejak 2020. Pada tahun 2021 tim
PKM PM berhasil meraih Medali Emas kategori Poster dengan
tema Bank Energi Surya. Pada tahun 2021, berhasil
membimbing tim dalam PWMV dengan tema Smart Machine

164 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya


Grass berbasis solar cell. Pada tahun 2022 berhasil
mengantarkan 2 tim dalam PIMNAS yaitu bidang PKM PM
dan PKM PI dengan tema Ventury Fine Bubble Portable Buoy
berbasis Solar Cell dan Solar Power Plant.

Azamataufiq Budiprasojo, S.T., M.T.,


Penulis buku ini lahir di Jember, 11
Agustus 1984. Setelah menamatkan
pendidikan menengah atas di SMU
Negeri 1 Yogyakarta, penulis
melanjutkan menempuh program
sarjana dan magister di Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya Program studi Teknik Mesin
dengan konsentrasi bidang rekayasa konversi energi. Sebelum
menjadi tenaga pengajar di jurusan teknik penulis merupakan
praktisi bidang desain khususnya konstruksi yang telah
terlibat dalam beberapa proyek rekayasa bidang teknik baik
sektor swasta maupun nasional. Saat ini penulis mengabdikan
dirinya sebagai tenaga pengajar di Jurusan Teknik Politeknik
Negeri Jember. Beberapa buku yang telah dihasilkan
diantaranya adalah Buku Buat Sendiri Biosolar, Buku
Ultraviolet Prinsip Dan Penerapan, Buku Pengukuran Teknik
Menggunakan Arduino, Buku Menguasai Dasar Dasar CAD
CAM.

Bayu Rudiyanto | Risse Entikaria Rachmanita | Azamataufiq Budiprasojo 165


166 Dasar-Dasar Pemasangan Panel Surya

Anda mungkin juga menyukai