UK 1 PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - Gem Dogruyol - 20210610142
UK 1 PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - Gem Dogruyol - 20210610142
UK 1 PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - Gem Dogruyol - 20210610142
NIM: 20210610142
UK 1
1. a) Menurut Robert Cryer kejahatan Internasional adalah ‘’ Another, and more substantive,
approach to determining the scope of ‘international criminal law’ is to look at the values
which are protected by international law’s prohibitions. Under this approach international
crimes are considered to be those which are of concern to the international community as a
whole (a description which is not of great precision), or acts which violate a fundamental
interest protected by international law.” Yang jika diterjemahkan pada intinya adalah
kejahatan internasional merupakan perbuatan yang melanggar kepentingan mendasar yang
dilindungi oleh hukum internasional.
b) Menurut Cherif Bassiouni kejahatan Internasional adalah setap tindakan yang telah
ditetapkan dalam konvensi-konvensi multiateral yang telah diratifikasi oleh negara-negara
yang terlibat, sekalipun di dalamnya terdapat salah satu dari sepuluh karakteristik pidana.
2. tidak ada indikasi yang jelas mengenai pertentangan antara Piagam PBB dan hukum perang.
Namun, ada beberapa diskusi tentang peran PBB dan Dewan Keamanan dalam mengatur
konflik bersenjata dan intervensi kemanusiaan. Piagam PBB menyediakan kerangka kerja
untuk penyelesaian sengketa secara damai dan penggunaan kekuatan oleh negara-negara.
Piagam PBB mengakui hak negara untuk membela diri dan penggunaan kekuatan dalam
keadaan tertentu, seperti dalam menanggapi serangan bersenjata. Di sisi lain, hukum perang
mengatur perilaku konflik bersenjata dan berusaha meminimalkan penderitaan warga sipil dan
kombatan. Hukum ini didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan, kebutuhan, dan
proporsionalitas. Meskipun mungkin ada beberapa tumpang tindih antara kedua badan hukum
tersebut, keduanya secara umum saling melengkapi dan memiliki tujuan yang berbeda. Oleh
karena itu, tidak ada konflik yang melekat antara Piagam PBB dan hukum perang. Namun,
ada perdebatan yang sedang berlangsung tentang legalitas dan legitimasi intervensi
kemanusiaan dan peran Dewan Keamanan dalam mengesahkan penggunaan kekuatan.
Beberapa pihak berpendapat bahwa Piagam PBB melarang penggunaan kekuatan kecuali
untuk membela diri atau dengan otorisasi Dewan Keamanan, sementara yang lain
berpendapat bahwa ada hak untuk melakukan intervensi kemanusiaan dalam situasi tertentu.
Secara keseluruhan, hubungan antara Piagam PBB dan hukum perang sangat kompleks dan
tunduk pada perdebatan dan interpretasi yang sedang berlangsung.
3. Tribunal ad hoc adalah pengadilan yang dibentuk untuk menangani kasus-kasus tertentu
dalam jangka waktu tertentu. Berbeda dengan pengadilan internasional lainnya, tribunal ad
hoc memiliki beberapa perbedaan, yaitu:
1) Waktu beroperasi: Tribunal ad hoc dibentuk untuk menangani kasus-kasus
tertentu dalam jangka waktu tertentu, sedangkan pengadilan internasional lainnya
seperti Mahkamah Pidana Internasional (ICC) adalah lembaga hukum permanen
yang beroperasi secara terus-menerus.
2) Yurisdiksi: Tribunal ad hoc memiliki yurisdiksi yang terbatas pada kasus-kasus
tertentu, sedangkan pengadilan internasional lainnya memiliki yurisdiksi yang
lebih luas dan mencakup berbagai jenis kasus.
3) Status: Tribunal ad hoc memiliki status yang lebih rendah dibandingkan dengan
pengadilan internasional lainnya, karena dibentuk untuk menangani kasus-kasus
tertentu dan tidak memiliki kewenangan untuk mengadili kasus-kasus lain di
masa depan.
Tribunal ad hoc didirikan untuk menangani kasus-kasus tertentu yang dianggap penting dan
memerlukan penanganan khusus. Beberapa alasan mengapa tribunal ad hoc didirikan antara
lain untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat, kejahatan perang, dan
kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain itu, tribunal ad hoc juga didirikan untuk menegakkan
keadilan dan memastikan bahwa pelaku kejahatan internasional tidak luput dari hukuman.
Beberapa contoh tribunal ad hoc yang pernah dibuat adalah Nuremberg Tribunal, Tokyo
Tribunal, International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia (ICTY), International
Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR), dan Iraq Special Tribunal (IST).
4. A Century of Lies adalah sebuah istilah yang digunakan untuk merangkum kebohongan-
kebohongan AS dalam memicu peperangan yang terjadi di dunia dan dikatakan bahwa sudah
menjadi tradisi Gedung Putih selama satu abad terakhir yang dipaparkan oleh James F Tracy
dalam artikelnya “A Century of Lies: The Rationales for Engaging in Foreign Wars, A
Century-old White House Tradition”. Terdapat beberapa peristiwa yang dimuat didalamnya
seperti :
1) Woodrow Wilson: Tenggelamnya Kapal Lusitania - Perang Dunia I, 1917-
1918
2) Franklin D. Roosevelt: Pearl Harbor-Perang Dunia II, 1941-1945
3) Harry S. Truman: Ancaman komunisme, Pelanggaran UN Charter-Perang
Korea 1950-1953
4) Lyndon B. Johnson: Insiden Teluk Tonkin, "Domino Effect"-Perang Vietnam,
1964-1974; "Perang Melawan Kemiskinan"
5) Richard M. Nixon: "Vietnamisasi"; Pemboman Kamboja, 1969-1973,
"Perang Melawan Kejahatan"
6) Ronald Reagan: Kirim Marinir ke Beirut 1983, Invasi Grenada 1983,
Pengeboman Libya 1986, Perang Dingin 1981-1989, Iran-Contra 1985
7) George HW Bush: Invasi Panama 1989, Perang Teluk 1991
8) William J. Clinton: "Intervensi Kemanusiaan"-NATO di Bosnia dan
Herzegovina 1995, "Intervensi Kemanusiaan"-NATO di Yugoslavia 1999
9) 9. George W. Bush: Al-Qaeda- "War on Terror" 2001-sekarang, Invasi ke Irak
2003-sekarang
10) Barack H. Obama: "Intervensi Kemanusiaan"-NATO (serangan ke Libya)
2011, "Intervensi Kemanusiaan" (intervensi di Suriah) 2011-sekarang