Proposal Penelitian Analisis Penerapan SSOP
Proposal Penelitian Analisis Penerapan SSOP
Proposal Penelitian Analisis Penerapan SSOP
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
NIM. 2017340055
2022
ANALISIS PENERAPAN SSOP PROSES PEMBUATAN KRIPIK
SINGKONG DI HOME INDUSTRY NUSANTARA PUTRA
Oleh:
NIM. 2017340055
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian
strata satu (s-1)
2022
PAGE \* MERGEFORMAT i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Mengetahui:
Kepala Program Studi
NIDN: 0702088603
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan ramat-Nya
telah menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis
penerapan SSOP Proses Pembuatan Kripik Singkong Di Home Industry Nusantara
Putra ” suatu kebanggaan tak terhingga di sertai dengan rasa syukur atas selesainya
penulisan skripsi ini yang di angkat sebagai salah satu persyaratan ntuk menyelesaikan studi
di fakultas pertanian prongram studi peternakan Universitas Tribhawana Tunggadewi
Malang.
Penulisan menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan
dan dorongan dari banyak pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Ir.Eko Handayanto, M.Sc. Selaku Rektor, Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang.
2. Bapak Dr.Ir.Amir Hamzah,MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang.
3. Ibu Lorine Tantalu, SPi., MP., MSc. Selaku Ketua Prongram Studi Peternakan,
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
4. Dr.Ir. Sri Handayani,MP . Selaku dosen pembimbing utama yang membimbing dan
mengarahkansya selama penulisan skripsi ini.
5. Ibu Lorine Tantalu, Spi., MP., MSc. Selaku dosen pembimbing pendamping yang
membimbing dan mengarhakan saya selam penulisan skripsi ini.
6. Semua sanak saudara, kerabat, keluarga, kawan-kawan yang telah mendukung.
Penulis berharap semoga hasil dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi bayak orang dan
memberikan sumbangan pemikiran dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..............................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI...................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................5
2.1 Singkong...........................................................................................................................5
2.2 Keripik..............................................................................................................................6
2.3. Proses Pembuatan Keripik Singkong..............................................................................6
2.4 Penerapan SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures)........................................8
2.4.1 Sanitasi Bangunan....................................................................................................10
2.4.2 Sanitasi Peralatan.....................................................................................................11
2.4.3 Sanitasi Karyawan...................................................................................................11
2.4.4 Sanitasi Selama Produksi.........................................................................................12
2.4.5 Sanitasi di Lingkungan Pabrik.................................................................................12
2.4.6 Penanganan Limbah.................................................................................................12
2.4.7 CPPB-IRT (Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga)....13
BAB III. METODE PENELITIAN......................................................................................20
3.2 Jenis Dan Sumber Data..................................................................................................20
3.4 Analisis Data..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24
LAMPIRAN............................................................................................................................26
iv
BAB I. PENDAHULUAN
1
2
SSOP secara lengkap telah diberikan oleh Food and Drug Administration (FDA)
(1995) Dan National Seafood HACCP Alliance for Training and Education
(NSHATE) (1999) yang dapat digunakan oleh pelaku bisnis pangan sebagai
acuan. Penerapan cara oroduksi pangan yang baik dan higenis (SSOP) dilakukan
untuk menjamin produk pangan yang baik bagi konsumen dan untuk memenhui
persyartan tentang kebersihan dan keamanan dalam memproduksi suatu produk
pangan.
SSOP menjadi salah satu syarat dan menjabarkan prosedur perusahaan dalam
mengolah pangan dan juga sebagai penunjang kesuksesan perusahaan serta
kegiatan lain yang mendukungnya. Selain itu, SSOP juga berfungsi untuk
mengurangi produk cacat yang dihasilkan dan menjadi pedoman karyawan dalam
melakukan pekerjaannya dan merupakan suatu prosedur untuk memelihara
kondisi sanitasi yang umumnya berhubungan dengan seluruh fasilitas produksi
atau area dan tidak terbatas pada tahapan tertentu atau titik kendali kritis.
Implementasi SSOP pada UMKM Putra kripik singkong di Home Industry
Nusantara diharapkan dapat menjadikan keadaan produk menjadi lebih baik yaitu
dengan perbaikan sedikit saja di beberapa aspek sudah mempengaruhi kualitas
higiene dan sanitasi. pada UMKM Putra kripik singkong di Home Industry
Nusantara artinya SSOP dapat dikembangkan menjadi lebih baik dengan
mengacu penuh syarat CPPB (Cara Produksi Pangan yang Baik). berdasarkan
uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai Analisis Penerapan
SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure) Kripik Singkong di Home
Industry Nusantara Putra, dalam rangka penyediaan makanan tradisional yang
aman dan bergizi. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan SSOP
yang terdiri dari analisis sanitasi bangunan, peralatan, tenaga kerja, proses
pengolahan, ruang produksi, kondisi lingkungan sekitar, air bersih, dan limbah
hasil pengolahan pada pengolahan kripik sing di Home Industry Nusantara Putra
Desa Pendem Kota Batu.
2.1 Singkong
Singkong (Manihot utilissima P) merupakan tanaman yang kandungan
karbohidrat serta energi cukup tinggi (Wardani, 2012), zat gizi yang terkandung
dalam bahan makanan, khususnya kandungan kadar air dan karbohidrat pada
singkong sebesar 60,00 gram dan 37,90 gram per 100 gram bahan. Singkong (M.
utilissima P) merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal Indonesia yang
menduduki urutan ketiga terbesar setelah padi dan jagung.
Tabel 2.1 Komposisi zat gizi pada singkong (per 100 gram)
Komposis zat gizi Jumlah
Energi 154,00 kal
Protein (nabati) 1,00 g
Lemak 0,30 g
HA (Hidrat Arang) total 36,80 g
Kalsium 77,00 mg
Fosfor 24,00 mg
Fe 1,10 mg
Vitamin C 31,00 mg
Air 61,40 g
BDD (Bagian yang Dapat Dimakan) 85,00%
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) (2009)
Di Indonesia, singkong merupakan produksi hasil pertanian pangan ke dua
terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi sebagai bahan baku
yang penting bagi berbagai produk pangan dan industri. Sebagai makanan
manusia, singkong mempunyai beberapa kekurangan diantaranya kadar protein
dan vitamin yang rendah serta nilai gizi yang tidak seimbang. Disamping itu
beberapa jesnis singkong mengandung racun HCN yang terasa pahit. Dari dasar
itulah secara lokal singkong dibagi menjadi singkong pahit dan singkong
manis.Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan oleh Herbarium Medanense
(2016) dan literatur pengantar dari Rukmana (2002), taksonomi singkong
diuraikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot Utilissima Pohl.
Sejak dipanen, singkong merupakan komoditi yang mudah rusak yang praktis
tidak dapat disimpan lama sehingga pemanfaatannya harus secepat mungkin
sebelum rusak. Hal ini berarti bahwa singkong harus dipindahkan secara cepat
dari lading penanaman ke lokasi pengolahan singkong serta perlu ditangani
5
6
2.2 Keripik
Kripik singkong merupakan salah satu makanan hasil olahan dari tanaman
singkong yang dikukus menggunakan oven dengan teknis khusus tertentu.
Makanan ini sangat popular di seluruh daerah di Indonesia dengan cita rasa yang
khas dari ubi kayu pilihan, menjadi salah satu makanan yang diminati oleh
masyarakat. Singkong dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu singkong berwarna
putih dan kuning, jenis singkong yang di pilih untuk pembuatan keripik di home
industry nusantara putra yaitu singkong berwarna putih. Selain itu juga singkong
yang di pilih dalam pembuatan keripik yaitu singkong yang siap dipanen
sehingga rasa dari keripik tersebut lebih gurih dan kualitas keripik juga yang
paling terutama. Bahan baku pembuatan keripik ini yaitu singkong, untuk
pembutan keripik singkong yang pertama sediakan bahan baku seperti singkong,
tepung tapioka dan cita rasa lainnya, kemudian dilakukan pengupasan adan
pembersihan bahan baku singkong agar terhindar dari kontaminasi, dilanjutkan
dengan proses penggilingan dan pencampuran tepung lalu lanjut ke proses
pengukusan dan pemotongan adonan, pembentukan dan penjemuran keripik dan
yang terakhir dikemas atau pengemasan. Tujuan pengemasan supaya aroma dan
cita rasa dari produk tersebut tetap terjaga.
proses pembuatan keripik singkong dapat dilihat dari diagram alir sebagai
berikut:
1. Singkong
Singkong dengan nama latin monihot utilissima. Singkong merupakan
tanaman yang dapat tumbuh dimana saja bahkan ada yang menyatakan bahwa
selama batang singkong menyentuh tanah maka pasti akan tumbuh tunas.
Singkong banyak di jumpai didaerah pedesaan dan banyak ditanam ditanah kritis
yang biasanya tidak mungkin bias ditanami tanaman lain. Singkong memilki
banyak nama dibelahan dunia. Namun akan dikenal oleh siapa saja jika disebut
nama latin singkong dan nama-nama tradisional singkong diseluruh dunia.
Singkong mempunyai karbohidrat sehingga seringkali digunakan sebagai
pengganti makanan pokok.
2. Pengupasan
Pengupasan merupakan salah satu cara untuk memisahkan kulit dari isi
tujuannya agar terhindar dari kotoran saat melalukan proses penggilingan dan
pengupasan sendiri memerlukan waktu yang cukup lama dan tergantung dari
banyak singkong yang ingin di produksi
3. Perendaman
Perendaman merupakan salah satu cara untuk menghilangkan getah yang
terdapat pada singkong dan juga untuk membersihkan singkong dari kotoran yang
menempel pada singkong saat dikupas.
4. Penggilingan
Penggilingan merupakan salah cara untuk menghancurkan singkong sebelum
di kukus dn kemuadian di masukan kedalam packing/karung untuk di simpan lalu
kemudian di proses untuk di kuku
5. Mixing/Pencampuran
Mixing/pencampuran merupakan pecampuran singkong yang sudah digiling
halus dengan bahan tambahan lain seperti: tepung tapioca, natrium benzoat/garam
dan pemanis (gula halus) lalu di cetak menjadi adonan
6. Pengukusan
Pengukusan adalah salah satu proses yang bertujuan untuk mematangkan
adonan singkong, pengukusan dilakukan dalam sebuah oven dan biasa setiap
adonan memerlukan waktu kurang lebih 4 jam untuk matang dan menghabiskan 2
buah gas elpiji dalam sekalian pengukusan.
7. Pendinginan
Pendinginan dilakukan setelah adonan matang pendinginan sendiri di lakukan
dalam ruangan tempat pemasakan/pengukusan singkong, pendinginan biasa
disimpan sehari sebelum diproses tujuannya agar singkong adonan tersebut
benar-benar dingin
8. Pemotongan
Pemotongan dilakukan setelah adonan benar-benar dingin, pemotongan sendiri
bertujuan agar adonan lebih kecil dan mudah di giling oleh mesin penghalusan
8
9. Penggilingan Adonan
Penggilingan adonan bertuajuan agar adonan menjadi lebih halus dan mudah
dalam proses pencetakan untuk menjadi keripik singkong.
10.Pencetakan
Pencetakan adonan dilakukan menggunakan alat khusus yang berbentuk bulat
dan dilakukan secara manual, setelah pencetak selesai lalu simpan dalam wadah
yang telah disediakan untuk melakukan penjemuran.
11. Penjemuran
Penjemuran merupakan adonan yang sudah di cetak dijemur dalam dalam
sinar matahari menggunakan bambu yang telah di rakit khusus untuk menjemur
adonan penjemuran sendiri memerlukan waktu kurang lebih 1 ata 2 hari
tergantung dari keadaan cuaca yang mendukung
12. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan setelah keripik singkong tersebut benar-benar kering,
dan di simpan menggunakan terpal dalam tempat penyimpanan agar terhindar
dari kotoran dan debu.
13. Packing Dan Penimbangan
Packing dan penimbangan dilakukan ketika ada konsumen atau langganan
yang membeli dan packing sendiri menggunakan plastik polypropiline dengan
berat 5 kg perkemasan.
14. Pemasaran
Pemasaran dilakukan ketika keripik yang kering sudah banyak dan biasa tidak
dipasarkan secara langsung karena keripiknya masih dalam tahap setengah jadi
dalam pemasaran itu sendiri bukan dipasarakan dalam pasar, pemasaran sendiri
dilakukan oleh konsumen atau langganan yang sudah bekerja sama dengan home
industri nusantara putra.
kembali terjadinya masalah, (4) menjamin setiap personil mengerti sanitasi, (5)
memberikan sarana pelatihan yang konsisten bagi personil, (6)
mendemonstrasikan komitmen kepada pembeli dan inspektor, dan (7)
meningkatkan praktek sanitasi di unit usaha (Winarno dan Surono, 2002).
Sanitasi yang harus diperhatikan dalam sebuah perusahaan makanan antara lain
sanitasi bangunan, peralatan, tenaga kerja, lingkungan pabrik, dan limbah.
2.4.7 CPPB-IRT (Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga)
Menurut BPOM RI (2012), Cara Produksi Pangan Yang Baik (CPPB)
merupakan salah satu faktor penting untuk memenuhi standar mutu atau
persyaratan keamanan pangan yang ditetapkan untuk pangan. CPPB sangat
14
berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kecil,
sedang, maupun yang berskala besar. Melalui CPPB ini, industri pangan dapat
menghasilkan pangan yang bermutu, layak dikonsumsi, dan aman bagi kesehatan
dan kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat, dan industri pangan yang
bersangkutan akan berkembang pesat. Dengan berkembangnya industri pangan
yang menghasilkan pangan bermutu dan aman untuk dikonsumsi, maka
masyarakat pada umumnya akan terlindung dari penyimpangan mutu pangan dan
bahaya yang mengancam kesehatan. CPPB-IRT menjelaskan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi tentang penanganan pangan di seluruh mata
rantai produksi mulai dari bahan baku sampai produk akhir yang mencakup :
1. Lokasi dan Lingkungan Produksi
Lokasi seharusnya dijaga tetap bersih, bebas dari sampah, bau, asap,
kotoran, dan debu. Lingkungan seharusnya selalu dipertahankan dalam
keadaan bersih dengan cara-cara sebagai berikut:
a. sampah dibuang dan tidak menumpuk,
b. tempat sampah selalu tertutup,
c. jalan dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan baik
2. Bangunan dan Fasilitas
a. Bangunan Ruang Produksi
1) Desain dan Tata Letak
Ruang produksi sebaiknya cukup luas dan mudah dibersihkan. Ruang
produksi sebaiknya tidak digunakan untuk memproduksi produk lain selain
pangan Konstruksi ruangan sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan lama,
seharusnya mudah dipelihara dan dibersihkan atau didesinfeksi, serta
meliputi: lantai, dinding atau pemisah ruangan, atap dan langit-langit, pintu,
jendela, lubang angin atau ventilasi dan permukaan tempat kerja serta
penggunaan bahan gelas, dengan persyaratan sebagai berikut :
2) Lantai
Lantai sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak
licin, kuat, memudahkan pembuangan atau pengaliran air, air tidak
tergenang, memudahkan pembuangan atau pengaliran air, air tidak
tergenang. Lantai seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir,
dan kotoran lainnya serta mudah dibersihkan.
3) Dinding atau Pemisah Ruangan
Dinding atau pemisah ruangan sebaiknya dibuat dari bahan kedap air,
rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, dan
kuat. Dinding atau pemisah ruangan seharusnya selalu dalam keadaan
bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya. Dinding atau pemisah ruangan
seharusnya mudah dibersihkan.
4) Langit-langit
Langit-langit sebaiknya dibuat dari bahan yang tahan lama, tahan
terhadap air, tidak mudah bocor, tidak mudah terkelupas atau terkikis.
15
6) Jendela
Jendela sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah pecah
atau rusak. Permukaan jendela sebaiknya rata, halus, berwarna terang, dan
mudah dibersihkan. Jendela seharusnya dilengkapi dengan kasa pencegah
masuknya serangga yang dapat dilepas untuk memudahkan pembersihan
dan perawatan. Konstruksi jendela seharusnya didisain dengan baik untuk
mencegah penumpukan debu.
7) Lubang Angin atau Ventilasi
Lubang angin atau ventilasi seharusnya cukup sehingga udara segar
selalu mengalir di ruang produksi dan dapat menghilagkan uap, gas, asap,
bau dan panas yang timbul selama pengolahan. Lubang angin atau ventilasi
seharusnya selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu, dan tidak dipenuhi
sarang laba-laba. Lubang angin atau ventilasi seharusnya dilengkapi dengan
kasa untuk mencegah masuknya serangga dan mengurangi masuknya
kotoran. Kasa pada lubang angin atau ventilasi seharusnya mudah dilepas
untuk memudahkan pembersihan dan perawatan
8) Permukaan tempat kerja
Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan bahan pangan
harus dalam kondisi baik, tahan lama, mudah dipelihara, dibersihkan dan
disanitasi. Permukaan tempat kerja harus dibuat dari bahan yang tidak
menyerap air, permukaannya halus dan tidak bereaksi dengan bahan
pangan, detergen dan desinfektan.
9) Penggunaan Bahan Gelas (Glass)
16
operating producedures) dari parameter yang telah diberikan skor dari observasi langsung
terhadap penerapan SSOP.
1 perhitungan metode scoring system
Scoring system disebut juga sebagai skor skala, memerlukan suatu norma pembanding
agar dapat di interpretasikan secara kualitatif. Pada dasarnya interpretasi skor skala selalu
bersifat normative, artinya makna skor diacukan pada posisi relatif skor dalam suatu
kelompok yang telah dibatasi terlebih dahulu. Untuk mengukur diri serta mengevaluasi diri
terhadap materi kajian ilmu tasawuf yang diberikan oleh guru mursyid, maka proses
selanjutnya untuk menentukan kategorisasi didalam suatu kelompok ini dengan skala
prioritas jenjang (ordinal) menggunakan metode scoring system.
Kategori jenjang (ordinal) menurut Saifuddin Azwar (2003:107) kategori ini memiliki
tujuan menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang
menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya
adalah dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling baik, dari sangat tidak puas ke sangat
puas, dan semacamnya. Banyaknya jenjang kategori diagnosis yang akan dibuat biasanya
tidak lebih dari lima jenjang tetapi juga tidak kurang dari tiga jenjang. Misalnya
mengelompokkan individu-individu kedalam hanya dua jenjang diagnosis saja, yaitu
“semangat kerja rendah” dan “semangat kerja tinggi” akan mengakibatkan resiko kesalahan
yang cukup besar bagi skor-skor yang terletak disekitar mean kelompok.
Langkah– langkah penentuan kategorisasi berdasarkan jejang (ordinal) adalah sebagai
berikut dan
menggunakan persamaan 1 sampai 6.
1. Menentukan data statistik secara deskriptif berupa rentang minimum (X min), rentang
maksimum(X max), luas jarak sebaran, mean teoritis (μ), dan deviasi standard (σ).
2. Menghitung data statistic secara deskriptif sebagai berikut:
Xmin = n * nilai minimum
Xmax = n * nilai maksimum
Luas jarak sebaran=Xmax–Xmin.
σ = luas jarak sebaran / 6
μ = n * banyak kategori.
keterangan :
n = banyak pertanyaan
3. Menghitung p dengan menggunakan table distribusi normal, terlebih dahulu menentukan
Zmin& Zmax.
Zmin= (Xmin - μ ) / σ.
Zmax = (Xmax - μ ) / σ.
Untuk nilai p setelah ditemukan Zmax kemudian dicari dengan menggunakan Tabel
Distribusi nominal dengan tingkat kepercayaan 95%. Karena telah ditemukan Zmax–nya 3
(kategori yang digunakan)4. Memilih p dengan nilai maksimal antara pmin dan pmax
sehingga dapat ditemukan rentang skala prioritas dengan 3 kategori:
X<(μ-(p*σ)) kategori kinerja rendah
22
Penerapan SS0P
23
Lingkungan Michane
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Good Agricultural Practice for Cassava. National Bureau of Agricultural
Commodity and Food Standards Ministry of Agriculture and Cooperatives ICS 65.020.20
ISBN 978-974-403-715-29
Balitkabi. 2016. Panduan Budidaya Ubi Kayu di Indonesia (Monograf). Balai Penelitian
Tanaman Kacang dan Umbi, Malang.
24
Badan POM RI. 2012. Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga
(CPPB IRT). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK. 03.1.23.04.12.2206.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Inovasi Pengolahan Singkong Menghasilkan Pendapatan dan
Diversivikasi Pangan. Jakarta: Agro Inovasi.
Badan POM. 2003. Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga
(CPPB IRT). Keputusan Kepala Badan POM Republik Indonesia Nomor:
HK.00.05.5.1639.
Fathonah, S. 2005. Higiene dan Sanitasi Makanan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Food and Drug Administration (FDA). 2001. Guidance for Industry Bioanalytical Method
Validation. Center for Drug Evaluation and Research, Rockville, MD, USA. Pp 16.
Irwan J, Virginia A, Gerti D, Fidelia J, Reynaldo K, and Nugroho YWA. 2019. Penerapan
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Produksi Brownies UMKM 3
Sekawan Cake and Bakery. Jurnal Bakti Saintek 3(1):23-30
Irwan J, Virginia A, Gerti D, Fidelia J, Reynaldo K, and Nugroho YWA. 2019. Penerapan
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Produksi Brownies UMKM 3
Sekawan Cake and Bakery. Jurnal Bakti Saintek 3(1):23-30
Janie, B. S., Laksami, dan W. P. Rahayu. 1993. Penanganan Limbah Cair Industri Pangan.
Yogyakarta: Kanisius.
Keener, K. 2015. SSOP and GMP Practices and Programs. Unite States: Purdue University.
Widaningrum dan Winarti C. 2007. Studi Penerapan HACCP pada Proses Produksi Sari Buah
Apel. Jurnal Standarisasi Vol. 9 No. 3: 94-105
Winarno, F. G., Surono. 2002. GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik. Bogor: M-Brio
Press.
Winarno, F. G. 1986. Air Untuk Industri Pangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
25
Rimbawan, Hardiansyah, M. S,. 2001. Analisis Bahaya dan Pencegahan Keracunan Pangan.
Jakarta: Pergizi Pangan.
Sundari T. 2010. Petunjuk Teknis Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi
kayu (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH) Titik Sundari Balai Penelitian Kacang
Kacangan dan Umbi Umbian, Malang.
Soekarto, S.T. 1990. Dasar-Dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor,
Bogor
LAMPIRAN
KUISIONER
PENERAPAN SSOP KERIPIK SINGKONG DI HOME INDUSTRI NUSANTARA
PUTRA
Penilaian
No Parameter
0 1 2 3 4
1. Keamanan Air
1. Penggunaan air dibedakan antara air yang kontak langsung dengan
bahan bahan dan air untuk pencucian alat
2. Kualitas air untuk pengolahan pangan sama dengan kualitas air minum
3. Pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 terhadap kualitas air
yang digunakan telah dilakukan minimal dua kali dalam setahun yaitu
pada musim kemarau dan musim hujan, pengambilan sampel air bersih
dilakukan pada sumber mata air, bak penampungan dan pada air kran
terjauh
4. Bagian QC (pengendalian kualitas) di UMKM mengambil sampel air
pada output air didalam ruang produksi dan memeriksa kualitasnya
(bau, rasa, warna, kekeruhan dan pH) setiap hari. Analisis kualitas
mikrobiologi dilakukan setiap 1 bulan sekali
5. Disediakan pencatatan hasil pemeriksaan
2. Kebersihan Permukaan yang Kontak langsung dengan (Peralatan
yang Digunakan) Dalam proses pembuatan keripik singkong
1. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan bersih, bebas karat,
jamur, minyak/oli, cat yang terkelupas, dan kotoran-kotoran lainnya
sisa proses sebelumnya
2. Frekuensi pelaksanaan tindakan sanitasi adalah setiap selesai
melaksanakan kegiatan proses produksi dan sebelum melaksanakan
kegiatan proses produksi
3. Bagian QC (pengendalian kualitas) di UMKM melakukan pengujian
mikrobiologis terhadap peralatan yang ada di area produksi setiap
bulan
4. Disediakan lembar observasi hasil pengecekan peralatan yang
digunakan
3. Pencegahan Kontaminasi Silang
1. Pakaian khusus produksi (seragam, masker, hair net, sepatu) harus
digunakan hanya pada saat melakukan produksi
2. Melaksanakan higien personal (tidak merokok, mengobrol,
menggunakan perhiasan, selalu mencuci tangan setelah dari toilet,
selalu mencuci tangan setiap bersentuhan dengan benda yang tidak
terjaga sanitasinya) setiap melakukan proses produksi
3. Pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan
4. Pemisahan yang cukup antara aktivitas penanganan dan pengolahan
bahan baku dengan produk jadi
5. Disiplin arus pergerakan pekerja, tidak ada pekerja yang menangani
proses diarea lain setelah menangani proses di area yang telah
27
ditentukan
4. Fasilitas Sanitasi
1. Sarana pencuci tangan diletakkan di tempat-tempat yang diperlukan,
dilengkapi dengan air mengalir, alat pengering tangan, dan tempat
pembuangan berpenutup
2. Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan disimpan terpisah dari
bahan-bahan sanitasi dan produk akhir
5. Perlindungan produk keripik singkong Dari Bahan Cemaran
(Adulteran)
1. Selama proses produksi karyawan menjaga dan mengontrol bahan-
bahan non pangan yang dapat berpotensi menjadi adulteran (dapat
mencemari bahan pangan) tidak diperbolehkan berada didalam ruang
produksi maupun gudang seperti bahan-bahan sanitasi
2. Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan disimpan terpisah dari
bahan-bahan sanitasi dan produk akhir
3. Tempat sampah bebas tumpukan sampah berlebihan, dapat tertutup
rapat dan diletakkan tidak berdekatan dengan area aktivitas proses
serta penyimpanan bahan
6. Pelabelan, Penggunaan Bahan Toksin dan Penyimpanan yang Tepat
1. Bahan toksin dikelompokkan dan disimpan didalam boks tertutup dan
boks diberi label identitas yang jelas
2. Bahan toksin memiliki label dan keterangan yang jelas mengenai
keamanan bahan serta anjuran pemakaian yang aman
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produk saat proses penyimpanan
seperti waktu, suhu, tekanan dan sebagainya harus tercatat dan
memiliki pedoman
4. Bahan yang digunakan memenuhi standar mutu yang digunakan
7. Kontrol Kesehatan Pegawai
1. Kesehatan karyawan dicek secara rutin, untuk mengetahui kondisi
karyawan
2. Terdapat catatan riwayat kesehatan karyawan
8. Pencegahan Hama
1. Menutup lubang angin yang ada dengan kawat kasa
2. Menggunakan filter udara
3. Menyediakan fasilitas pest control
4. Dilakukan pembersihan ruang produksi secara berkala
Skor 1 = (enam) parameter yang memenuhi, seperti indikator parameter ke-1 berupa air
yang dipergunakan belum berasal dari air ledeng yang sumbernya cukup aman;
indikator parameter ke-2 berupa karyawan tidak memakai sarung tangan dan
pakaian luar yang bersih; indikator parameter ke-3 berupa karyawan tidak
menggunakan tutup kepala, sarung tangan (ganti sesuai kebutuhan), tidak
diperbolehkan memakai perhiasan dan; indikator parameter ke-4 berupa idak
tersedia bak cuci tangan dan fasilitasnya air mengalir, sabun pembersih berbentuk
cair dan penyediaan handuk/lap; indikator parameter ke-5 berupa belum dilakukan
perlindungan produk dan; indikator parameter ke-6 berupa Tidak ada proses
pelabelan.
Skor 2 = bila 4 (empat) parameter yang memenuhi, seperti indikator parameter ke-1 berupa
air yang dipergunakan belum berasal dari air ledeng yang sumbernya cukup aman;
indikator parameter ke-2 berupa karyawan tidak memakai sarung tangan dan
pakaian luar yang bersih; indikator parameter ke-3 berupa karyawan tidak
menggunakan tutup kepala, sarung tangan (ganti sesuai kebutuhan), tidak
diperbolehkan memakai perhiasan dan; indikator parameter ke-4 berupa tidak
tersedia bak cuci tangan dan fasilitasnya air mengalir, sabun pembersih berbentuk
cair dan penyediaan handuk/lap.
Skor 3 = bila 2 (dua) parameter yang memenuhi, seperti indikator parameter ke-1 berupa air
yang dipergunakan belum berasal dari air ledeng yang sumbernya cukup aman dan;
indikator parameter ke-2 berupa karyawan tidak memakai sarung tangan dan
pakaian luar yang bersih.
Skor 4 = bila semua parameter memenuhi.
1. Keamanan Air
a. Indikator pemenuhan untuk penggunaan air meliputi:
- Penggunaan air dengan baik sekali apabila penggunaan air dibedakan antara air yang
kontak langsung dengan bahan baku dan untuk pencucian alat
- Penggunaan air dengan baik apabila penggunaan air tidak dibedakan antara air yang
kontak langsung dengan bahan baku dan pencucian alat
- Penggunaan air dengan cukup apabila semua penggunaan air sumur yang terkontrol
antara air kontak langsung dengan bahan bahan dan air untuk pencucian alat
29
- Penggunaan air dengan buruk apabila penggunakan air sumur dan tidak terkontrol
atau diperlakukan antara air yang kontak langsung dengan bahan bahan dan air untuk
pencucian alat.
b. Indikator pemenuhan untuk kualitas air meliputi:
- Kualitas air dengan baik sekali untuk pengolahan pangan sama dengan kualitas air
minum yaitu menggunakan air PDAM
- Kualitas air dengan baik untuk pengolahan pangan sama dengan kualitas air bersih
- Kualitas air dengan cukup untuk pengolahan pangan sama dengan kualitas air sumur
- Kualitas air dengan buruk untuk pengolahan pangan sama dengan kualitas air sungai
c. Indikator pemenuhan untuk pemeriksaan laboratorium meliputi:
- Pemeriksaan laboratorium baik sekali apabila sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 terhadap kualitas air yang digunakan
dan melalukan pemeriksaan minimal 2 kali setahun
- Pemeriksaan laboratorium baik apabila sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 terhadap kualitas air yang digunakan tetapi idak
melakukan pemeriksaan atau uji kualitas
- Pemeriksaan laboratorium cukup apabila sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 terhadap kualitas air yang digunakan tetapi
menggunakan air sumur
- Pemeriksaan laboratorium buruk tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 terhadap kualitas air yang digunakan.
d. Indikator pemenuhan untuk bagian QC (pengendalian kualitas) di UMKM
- pemenuhan QC (pengendalian kualitas) di UMKM baik sekali apabila selalu
mengambil sampel air pada output air dan memeriksa kualitasnya serta analisis
kualitas mikrobiologi setiap 1 bulan sekali
- pemenuhan QC (pengendalian kualitas) di UMKM baik apabila selalu melakukan
pergantian air pada ruangan produksi dan memeriksa secara manual
- pemenuhan QC (pengendalian kualitas) di UMKM cukup apabila melakukan
pergantian air saat mengalami kekeruhan, bau dan warna
- Bagian QC (pengendalian kualitas) di UMKM dengan buruk apabila tidak
melakukan pengambil sampel air dan tidak melakukan pergantian air saat mengalami
kekeruhan dan bau.
e. Indikator pemenuhan untuk pencatatan hasil pemeriksaan meliputi:
- Pencatatan hasil pemeriksaan baik sekali apabila dilakukan pemeriksaan secara
berkala
- Pencatatan hasil pemeriksaan baik ;apabila melakukan pemeriksaan tapi tidak
didokumentasi dengan baik,
- Pencatatan hasil pemeriksaan cukup; apabila lakukan dokumentasin tapi tidak di
simpan,
- Pencatatan hasil pemeriksaan buruk apabila tidak melakukan pemeriksaan sama
sekali
30
2. Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan (Peralatan yang Digunakan) untuk proses
pembuatan kerpik singkong
a. Indikator pemenuhan untuk peralatan yang digunakan meliputi:
- Peralatan yang digunakan baik sekali jika peralatan dalam keadaan bersih, tidak
berkarat dan tidak terdapat sisa kotoran dari hasil produksi
- Peralatan yang digunakan baik jika peralatan yang di gunakan di bersihkan setelah
proses produksi, tidak ada pengecekan lagi
- Peralatan yang digunakan cukup; selalu di bersihkan tetapi masih memiliki sedikit
karat atau terkelupas
- Peralatan yang digunakan buruk. Jika peralatan memiliki karat, dan tidak di
bersihkan baik sebelum dan sesudah proses produksi
b. Indikator pemenuhan untuk frekuensi pelaksanaan tindakan sanitasi meliputi:
- Frekuensi pelaksanaan tindakan sanitasi baik sekali jika setiap sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan produksi dilakukan sanitasi dengan benar sehingga tidak ada
kotoran yang tersisa
- Frekuensi pelaksanaan tindakan sanitasi dengan baik dilakukan setiap selesai proses
produksi
- Frekuensi pelaksanaan tindakan sanitasi cukup setiap selesai produksi tetapi masih
terdapat kotoran pada alat maupun ruangan
- Frekuensi pelaksanaan tindakan sanitasi dengan buruk jika jarang melakukan sanitasi
sehingga peralatan dan ruangan produksi sangat kotor
c. Indikator pemenuhan untuk bagian QC (pengendalian kualitas) di UMKM
- Bagian QC (pengendalian kualitas) di UMKM baik sekali melakukan pengujian
mikrobiologis terhadap peralatan yang ada diarea produksi 6 bulan sekali agar
kualitas produksi selalu baik.
- Bagian QC (pengendalian kualitas) di UMKM dengan baik melakukan pengujian
mikrobiologis 12 bulan sekali tetapi masih belum terlalu memenuhi kriteria seperti
pada bagian pertama
- Bagian QC (pengendalian kualitas) di UMKM dengan cukup melakukan pengujian
mikrobiologis setiap bulan tetapi kualitas belum memenuhi
- Bagian QC (pengendalian kualitas) di UMKM dengan buruk tidak melakukan
pengujian mikrobiologis sehingga kualitas produk tidak memenuhi standar
d. Indikator pemenuhan untuk pencatatan hasil pemeriksaan meliputi:
- Penyediaan hasil pengecekan perelatan baik sekali jika selalu mencatat atau merekap
kualitas dari peralatan produksi dan menyediakan lembar observasi
- Pencatatan hasil pengecekan baik jika melekukan pemeriksaan tetapi tidak
menyaediakan lembar observasi terhadap hasil pemeriksaan alat produksi
- Pencatatan hasil pengecekan cukup jika jika peralatan produksi selalu di cuci setealah
proses produksi
- Pencatatan hasil pengecekan peralatan buruk Jika tidak di lakukan sama sekali
3. Pencegahan Kontaminasi Silang
31
a. Indikator pemenuhan untuk pakaian khusus produksi (seragam, masker, hair net,
sepatu) meliputi:
- Pakaian khusus (seragam, masker, hair net, sepatu) baik sekali jika hanya digunakan
saat produksi agar terhindar dari kontaminasi pada saat proses produksi
- Pakaian khusus (seragam, masker, hair net, sepatu) baik jika digunakan saat produksi
seperti seragam tapi tidak memakai masker, sama hair net
- Pakaian khusus (seragam, masker, hair net, sepatu) cukup jika hanya menggunakan
seragam saja saat produksi
- Pakaian khusus (seragam, masker, hair net, sepatu) buruk jika tidak menggunakan
seragam dan acd yang lain saat produksi.
b. Indikator pemenuhan untuk melaksanakan higyne personal (tidak merokok, mengobrol,
menggunakan perhiasan, selalu mencuci tangan setelah dari toilet, selalu mencuci
tangan setiap bersentuhan dengan benda yang tidak terjaga sanitasinya) meliputi:
- Melaksanakan higyne personal baik sekali jika (tidak merokok, mengobrol,
menggunakan perhiasan, selalu mencuci tangan setelah dari toilet, selalu mencuci
tangan setiap bersentuhan dengan benda yang tidak terjaga sanitasinya) setiap proses
produksi;
- Melaksanakan higyne personal baik (mengobrol, tetapi selalu mencuci tangan setelah
dari toilet, selalu mencuci tangan setiap bersentuhan dengan benda yang tidak terjaga
sanitasinya) setiap proses produksi;
- Melaksanakan higyne personal cukup (mengobrol, menggunakan perhiasan, dan
selalu mencuci tangan setelah dari toilet, selalu mencuci tangan setiap bersentuhan
dengan benda yang tidak terjaga sanitasinya) setiap proses produksi;
- Melaksanakan higyne personal buruk jika (merokok, mengobrol, menggunakan
perhiasan, dan tidak mencuci tangan setelah dari toilet, selalu mencuci tangan setiap
bersentuhan dengan benda yang tidak terjaga sanitasinya) setiap proses produksi.
c. Indikator pemenuhan untuk pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan meliputi:
- Pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan baik sekali jika produk dan bahan
dalam penyimpanan harus dipisah dalam ruangan berbeda agar tidak terjadi
kontaminasi
- Pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan baik jika produk dipisahkan tetapi
masih dalam ruangan yang sama
- Pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan cukup jika di simpan dalam
ruangan yang sama tetapi selalu di jaga kebersihannya
- Pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan buruk. Jika tidak melakukan
pemisahan produk dan dalam penyimpanan yang sama karena mengakibatkan
kontaminasi
d. Indikator pemenuhan untuk pemisahan yang cukup antara aktivitas penanganan dan
pengolahan meliputi:
- baik sekali jika pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan antara aktivitas
penanganan bahan baku dengan produk jadi dan harus mempunyai alur yang jelas
agar tidak menghambat proses lain
32
- baik jika melakukan pemisahan dalam ruang berbeda tetapi alur prosesnya tidak
beraturan sehingga mengganggu proses lain
- cukup jika melakukan pemisahan tetapi masih dalam ruang yang sama
- buruk. Jika tidak melakukan pemisahan apalagi dalam ruang yang sama
e. Indikator pemenuhan untuk disiplin arus pergerakan pekerja
- Disiplin arus pergerakan pekerja baik sekali jika emenangani proses di area yang
telah ditentukan dan tidak mengambil proses area lain
- Pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan baik jika menangani proses di area
lain tetap dalam keadaan yang di siplin setiap habis menangani proses lain
- Pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan cukup jika menangani proses di
area kareana meliki skil yang multi fungsi
- Pemisahan produk dan bahan dalam penyimpanan buruk jika menangani proses di
area lain yang dapat mengakibatkan kontaminasi apalagi tidak disiplin
4. Fasilitas Sanitasi
a. Indikator pemenuhan untuk sarana pencuci tangan meliputi:
- Sarana pencuci tangan yang baik sekali apabila tersedia tempat-tempat yang
diperlukan yang dilengkapi air mengalir, pengering dan tempat pembuangan penutup
- Sarana pencuci tangan yang baik apabila tersedia air mengalir dan pengering
- Sarana pencuci tangan yang cukup apabila tersedia air mengalir
- Sarana pencuci tangan yang buruk apabila tidak tersedia air mengalir, pengering, dan
tempat pembuatan penutup
b. Indikator pemenuhan untuk kemasan dan bahan lainnya yang digunakan meliputi:
- Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan baik sekali apabila disimpan terpisah
dari bahan-bahan sanitasi dan produk akhir
- Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan baik apabila disimpan dan di kontrol
antara bahan-bahan sanitasi dan produk akhir
- Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan cukup apabila disimpan dalanm ruangan
bahan-bahan sanitasi dan produk akhir;
- Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan buruk apabila tidak disimpan terpisah
dari bahan-bahan sanitiasi dan produk akhir yang dapat mengakibatkan kontaminasi
5. Perlindungan Produk keripik singkong dari Bahan Cemaran (Adulteran)
a. Indikator pemenuhan untuk sarana pencuci tangan meliputi:
- Karyawan menjaga dan mengontrol bahan-bahan non pangan yang dapat berpotensi
menjadi adulteran (dapat mencemari bahan pangan) selama proses produksi baik
sekali dengan tidak meletakkan didalam ruang produksi diletakkan pada ruangan
khusus
- Karyawan menjaga dan mengontrol bahan-bahan non pangan yang dapat berpotensi
menjadi adulteran (dapat mencemari bahan pangan) selama proses produksi yang
baik dengan tidak diletakkan diruangan produksi
- Karyawan menjaga dan mengontrol bahan-bahan non pangan yang dapat berpotensi
menjadi adulteran (dapat mencemari bahan pangan) selama proses produksi yang
cukup dengan tidak diletakkan pada ruang produksi
33
- Karyawan menjaga dan mengontrol bahan-bahan non pangan yang dapat berpotensi
menjadi adulteran (dapat mencemari bahan pangan) selama proses produksi yang
buruk, apabila diletakkan berada ruang produksi maupun gudang
b. Indikator pemenuhan untuk kemasan dan bahan lainnya yang digunakan meliputi:
- Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan sudah baik sekali jika menggunakan
kemasan berkulitas sehingga meminimalkan kerusakan produk
- Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan sudah baik jika menggunakan kemsan
berkulitas tapi tidak diperhatikan dengan baik
- Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan sudah cukup jika menggunakan
kemasan yang baik
- Kemasan dan bahan lainnya yang digunakan buruk jika tidak menggunakan kemasan
dengan kualitas baik sehimgga merusak kualitas produk
C. Indikator pemenuhan untuk tempat sampah bebas tumpukan sampah berlebihan
meliputi:
- Tempat sampah bebas tumpukan, sampah berlebihan yang baik sekali apabila dapat
tertutup rapat dan diletakkan tempat pembuangan samapah yang jauh dari area
aktivitas proses serta penyimpanan bahan
- Tempat sampah bebas tumpukan sampah berlebihan yang baik apabila dapat tertutup
rapat dan diletakkan tidak berdekatan area aktivitas proses serta penyimpanan baha
- Tempat sampah bebas tumpukan sampah berlebihan yang cukup apabila dapat
tertutup rapat dan berdekatan area aktivitas proses serta penyimpanan bahan;
- Tempat sampah bebas tumpukan sampah berlebihan yang buruk, meskipun dapat
tertutup rapat dan diletakkan berdekatan area aktivitas proses serta penyimpanan
bahan yang mengakibatkan kontaminasi
- Cukup jika bahan toksin dengan berikan ajuran pemain kepada suluruh karayawan
tentang keamanan bahan serta anjuran pemakaian yang aman
- Buruk jika bahan toksin tidak diberikan label, keterangan yang jelas dan keamanan
bahan serta anjuran pemakaian yang aman.
c. Indikator pemenuhan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi produk saat proses
penyimpanan meliputi:
- Faktor-faktor yang mempengaruhi produk saat proses penyimpanan yang baik sekali
apabila disimpan di ruangan khusus dengan suhu yang di atur dan dalam waktu
penyimpanan yang baik
- Faktor-faktor yang mempengaruhi produk saat proses penyimpanan yang baik apabila
disimpan pada ruangan sendiri
- Faktor-faktor yang mempengaruhi produk saat proses penyimpanan yang cukup
apabila disimpan dengan pengaturan suhu, dan waktu penyimpanan
- Faktor-faktor yang mempengaruhi produk saat proses penyimpanan yang buruk
apabila tidak disimpan dalam ruangan khusus dengan suhu yang tidak teratur dan
tidak memperhatikan waktu penyimpanannya
d. Indikator pemenuhan untuk bahan yang digunakan meliputi
- Bahan yang digunakan baik sekali apabila memenuhi standar mutu yang yang
digunakan karena membantu dalam memenuhi kebutuhan akan mutu diperlukan
masayarakat
- Bahan yang digunakan baik apabila memenuhi standar mutu yang digunakan dengan
menjaga kuliatas dari bahan baku diproses pada tepat waktu
- Bahan yang digunakan cukup apabila memenuhi standar mutu yang digunakan tetapi
prosesnya agak lambat sehingga mengakibatkan mutu menurun
- Bahan yang digunakan buruk apabila tidak memenuhi standar mutu yang digunakan
dan proses pengolahan bahan lambat yang mengakibatakan kualitasnya menerun.
7. Kontrol Kesehatan Pegawai
a. Indikator pemenuhan untuk kesehatan karyawan meliputi:
- Kesehatan karyawan baik sekali apabila dilakukan pemeriksaan secara rutin, untuk
mengetahui kondisi karyawan
- Kesehatan karyawan baik apabila dilakukan periksaan tapi tidak secara rutin
- Kesehatan karyawan cukup apabila dalam keadaan sehat.
- Kesehatan karyawan buruk apabila tidak dilakukan pemeriksaan secara rutin dan
kondisi karyawan tidak sehat
b. Indikator pemenuhan untuk riwayat kesehatan karyawan meliputi:
- Catatan riwayat kesehatan karyawan baik sekali apabila karyawan sehat dan dicatatan
riwayat tidak memiliki penyakit
- Catatan riwayat kesehatan karyawan baik apabila karyawan sehat tetapi di riwayat
kesehatannya kurang sehat
- Catatan riwayat kesehatan karyawan cukup apabila karyawan dalam keadaan sehat
tidak memiliki riwayat kesehatan
35
- Catatan riwayat kesehatan karyawan buruk apabila karyawan tidak sehat dan
memiliki catatan penyakit pada riwayat kesehatan
8. Pencegahan Hama
a. Indikator pemenuhan untuk lubang angin meliputi:
- Pemenuhan lubang angin baik sekali apabila memiliki ventilasi menggunakan kawat
kasar agar terhindar dari serangga yang mengakibatkan kontaminasi
- Pemenuhan lubang angin baik apabila memiliki ventilasi tetapi tidak menggunakan
kawat sehingga serangga dapat masuk dan mengakibatkan kontaminasi
- Pemenuhan Lubang angin cukup apabila ventilasi dibuat tidak sesuai dengan baik
- Lubang angin buruk apabila tidak mempunyai ventilasi sehingga udara tidak dapat
masuk sehingga mengakibatkan pengap atau panas
b. Indikator pemenuhan untuk filter udara meliputi:
- pemenuhan filter udara baik sekali; apabila mempunyai penyaringan kotoran agar
terhindar dari debu
- pemenuhan filter udara baik; apabila mempunyai filter udara tidak dirawat dengan
baik sehingga cepat rusak
- pemenuhan filter udara cukup baik apabila mempunyai filter udara tidak tahan lama
- pemenuhan filter udara buruk. Apabila Tidak memiliki filter udara dan penyaring
karena bisa terkontaminasi dari debu
c. Indikator pemenuhan untuk fasilitas pest control meliputi:
- Pemenuhan untuk fasilitas pest control Baik sekali apabila terdapat penyediaan
fasilitas pest control lengkap dan dapat berfungsi dengan baik
- Pemenuhan fasilitas pest control Baik apabila penyediaan fasilitas pest control kurang
lengkap dan masih bisa digunakan
- Pemenuhan fasilitas pest control Cukup apabila penyediaan fasilitas pest control
yang kurang lengkap dan berfungsi dengan baik
- Pemenuhan fasilitas pest control Buruk apabila tidak memiliki penyediaan fasilitas
pest control
d. Indikator pemenuhan untuk ruang produksi meliputi:
- Pemenuhan ruang produksi baik sekali apabila memiliki ruangan produksi yang
lengkap, terawat dan bersih
- Pemenuhan ruang produksi baik apabila memiliki ruangan produksi yang lengkap
tetapi kurang terawat dan karung bersih
- Pemenuhan ruang produksi sudah cukup apabila memiliki ruangan produksi tetapi
tidak lengkap dan tidak bersih
- Pemenuhan ruang produksi masih buruk apabila tidak memiliki ruangan produksi
dan hanya menggunakan ruangan seadanya dan tidak terawat
36