Latar Belakang Fix

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Prolog dalam bentuk Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


piramida terbalik
(KEMEDIKBUDRISTEK) Republik Indonesia telah meresmikan
Kurikulum Merdeka pada tahun 2022 sebagai salah satu alternatif
kurikulum yang bisa digunakan oleh satuan pendidikan di Indonesia
selain Kurikulum 2013. Dibandingkan Kurikulum 2013, Kurikulum
Merdeka ingin mewujudkan pembelajaran yang lebih fleksibel, fokus
pada materi esensial, memanfaatkan teknologi digital, dan
memberikan keleluasaan bagi guru untuk menggunakan perangkat ajar
yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Struktur
Kurikulum Merdeka didesain dengan prinsip pendidikan yang
berpusat pada peserta didik, sehingga dalam pelaksanaannya masing-
masing satuan pendidikan dapat mengembangkan kurikulum
operasional sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan tersebut,
namun tetap berdasarkan kerangka dasar kurikulum yang telah
dikembangkan oleh pemerintah pusat (Hutabarat, 2022).
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran yang
diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, sosial serta
mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah:
(1) model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan
(Discovery/Inquiry Learning), (2) model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem-based Learning/PBL), (3) model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project-based Learning/PJBL)
Model pembelajaran penyingkapan/penemuan
(Discovery/Inquiry Learning) adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep
dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi. Proses di atas disebut
cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B.
Sund dalam Malik, 2001:219).
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa Metode Discovery
Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
Sesuai dengan pendapat Bruner yang mengatakan bahwa: “Discovery
Learning can be defined as the learning that takes place when the
student is not presented with subject matter in the final form, but
rather is required to organize it him se lf” (Lefancois dalam
Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget
yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di
kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning,
di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu
bentuk akhir (Dalyono, 1996:41).
Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti,
dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila
individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Ada pun langkah kerja model pembelajaran Discovery
Learning:
1)Pemberian rangsangan (stimulation)
2)Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement)
3)Pengumpulan data (data collection)
4)Pengolahan data (data processing)
5)Pembuktian (verification)
6)Menarik simpulan/generalisasi (generalization)
Cara memperoleh Berdasarkan wawancara salah satu guru dan siswa di SD N 1 Babakan
masalah
Losari, masih banyak pendidik yang menjelaskan materi hanya
dengan ceramah dan jarang mengajak siswa untuk aktif dan
kreatif dalam mengembangkan materi, sehingga pendidik hanya
mentransfer ilmu ke siswa namun tanpa adanya timbal balik didalam
prosesnya.
Identifikasi masalah Hal ini menjadi salah satu penyebab minat siswa kelas IV SD Negeri 1
Babakan Losari terhadap mata pelajaran PKN masih tergolong
rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan pola pembelajaran student centre, tidak lagi
menggunakan teacher centre dan menggunakan media pembelajaran
yang menarik.
Pembatasan masalah Berdasarkan hasil riset dari Nasional Training Laboratories di
Bethel, Maine Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam kelompok
pembelajaran berbasis guru (teacher-centered-learning) mulai dari
ceramah, tugas membaca, presentasi guru dengan audiovisual
bahkan demonstrasi guru, siswa hanya dapat mengingat materi
pembelajaran maksimal sebesar 30%. Dalam pembelajaran dengan
metode diskusi yang tidak didominasi guru (bukan diskusi kelas dan
guru sebagai pemimpin diskusi), siswa dapat mengingat sebanyak
50%. Jika per siswa diberi kesempatan melakukan sesuatu (doing
something) mereka dapat mengingat 75%. Praktik pembelajaran
yaitu belajar dengan mengajar (learning by teaching)
menyebabkan mereka mampu mengingat sebanyak 90% materi
(Warsono dan Hariyanto : 2012).

Selain penggunaan model pembelajaran yang tepat, pemilihan


media pembelajaran diperhatikan. juga Salah satu media pembelajaran
interaktif yaitu Media Poster. Poster adalah media pembelajaran yang
terdiri dari warna, gambar, grafis serta tulisan untuk menjelaskan dan
mengekspresikan suatu konsep, ide, maupun pesan-pesan yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Penggunaan media poster merupakan penerapan gambar visual
yang dilengkapi dengan tulisan atau grafik. Media ini membantu
menjelaskan materi, memberi gambaran tentang suatu proses atau
memberi penekanan pada nilai dan etika tertentu.

Signifikasi masalah Maka pembelajaran akan berhasil apabila siswa dilibatkan aktif dan
kreatif melibatkan semua inderanya, mereka tidak hanya sekedar
menerima materi dari guru saja. Selain itu, pada kurikulum merdeka,
siswa dituntut mampu berfikir kritis dan membuat konsep
berdasarkan pengamatan dan percobaan yang dilakukan melalui
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu,
diperlukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model, strategi, dan media pembelajaran yang
tepat, sehingga target ketuntasan belajar siswa dapat tercapai (Febriani
& Fahminingsih : 2020 )
Analisis masalah Maka pembelajaran akan berhasil apabila siswa dilibatkan aktif dan
kreatif melibatkan semua inderanya, mereka tidak hanya sekedar
menerima materi dari guru saja. Selain itu, pada kurikulum merdeka,
siswa dituntut mampu berfikir kritis dan membuat konsep
berdasarkan pengamatan dan percobaan yang dilakukan melalui
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu,
diperlukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model, strategi, dan media pembelajaran yang
tepat, sehingga target ketuntasan belajar siswa dapat tercapai (Febriani
& Fahminingsih : 2020 )
Merumuskan Judul Berdasarkan uraian diatas, peniliti ingin mengetahui sejauh
mana model pembelajaran discoverylearning dengan menggunakan
media poster terhadap minat belajar PKN siswa. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Analisis Model
Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Media Poster
Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Babakan Losari”

Daftar Pustaka

Budiningsih. 2005:43. (https://www.ekaikhsanudin.net/2014/12/pembelajaran- Model-discovery-


learning.html).

Dalyono. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.

Febriani, S., Pebrianti, L. D., & Fahminingsih, I. (2020). Pengaruh model pembelajaran
discovery learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMK
Muhammadiyah Kajen. In ProSANDIKA UNIKAL (Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika Universitas Pekalongan) (Vol. 1, pp. 227-232).

Hutabarat, H. H. (2022). Analisis penerapan kurikulum merdeka belajar di SMA Negeri.Sekota


Padangsidimpuan. JURNAL MathEdu (Mathematic Education Journal).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Revisi 2016. (2016). Kurikulum Pendidikan 2013
Revisi tahun 2016

Robert, B. Sund dalam Malik, 2001. Media Pendidikan: Pengertian Model Discovery Learning.

Warsono dan Hariyanto (2012). Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai