Merivieu Jurnal Biodas
Merivieu Jurnal Biodas
Merivieu Jurnal Biodas
Di Susun Oleh:
SITI RAHAYU
0BA23001
TAHUN 2023/2024
MOKSIBUSI SEBAGAI TERAPI LOWBACK PAIN MASA NIFAS
DALAM PELAYANAN NONFARMAKOLOGIS
KEBIDANAN
Ringkasan Jurnal
Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain kebutuhan sandang,
pangan, papan dan pendidikan, karena jika tubuh kita sehat, semua kegitana atau aktivitas dapat
berjalan dengan lancar. Berdasakan survei yang dilakukan oleh WHO, bahwa Indonesia
merupakan negara ke empat di dunia yang kurang memperhatikan kesehatannya (Mahmudah,
2017).
Terapi komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara banyaknya
fenomena-fenomena pengobatan nonkonvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan
atau terapi herbal. Terapi komplementer sudah mulai diaplikasikan di masyarakat sebagai
penunjang atau terapi pengganti bagi klien ynag menolak pengobatan konvensional dan saat ini
tenaga kessehatan memberikan terapi bersamaan antara terapi farmakologis dan terapi
nonfarmakologis, yaiti terapi komplementer.
Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
yang difokuskan pada pelayanan kesehatan wanita dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir, dan
balita untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga terseedia sumber daya manusia yang
berkualitas
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengaplikasikan terapi komplementer dengan
pengobatan Cina (Traditional Chinese Medicine/ TCM). Sekitar 386 juta orang di Indonesia
beralih mengunjungi praktik pengobatan tradisonal. Pengobatan tradisional Cina didasarkan pada
keseimbangan, harmoni dan energi.
Salah satu terapi dalam Traditional Chinese Medicine adalah Moksibusi. Moksibusi
digunakan dengan menggunakan bumbu kering yang dibakar dekat kulit. Terapi ini untuk
menghangatkan dan menguatkan aliran darah, menstimulasi aliran QI, memperkuat ginjal Yang,
mengusir angin dan dingin serta melarutkan stagnasi (Nezabudkin, 2007). Pemberian terapi
moksibusi dapat diaplikasikan dalam pelayanan kebidanan, yaitu pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas sebagai terapi nonfarmakologis kebidanan.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar efektivitas moksibusi sebagai terapi
lowback pain pada masa nifas dalam pelayanan kebidanan.
Manfaat penelitian ini sebagai referensi bagi pelayanan kebidanan dalam memberikan
terapi nonfarmakologis holistk komplementer, sebagai alternatif pemberian terapi
nonfarmakologis.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen one group
pre and post test.
Identifikasi keluhan Low Back Pain pada ibu nifas di BPM Diana Kota Garut. Kategori
“ringan” pada hasil pretest sebanyak 8 (53.3%) dan kategori “berat” sebanyak 2 (13.3%). Hasil
posttest didapatkan 7 (46.7%) responden berada pada kategori “sedang” dan 2 (13.3%)
responden pada kategori “berat”.
Moksibusi Pada Ibu Nifas Dengan Low Back Pain Di BPM Diana Kota Garut .Signifikansi
pada kelompok intervensi 0.002 (p < 0.05), hal ini berarti terdapat pengaruh yang bermakna
sebelum dan sesudah pemberian terapi moksibusi pada responden. Pembahasan Hasil uji
hipotesis pada table 4.2 signifikansi pada kelompok intervensi 0.002 (p < 0.05), hal ini berarti
terdapat pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah pemberian terapi moksibusi pada
responden.
Pembahasan
Masa nifas adalah masa setelah melahirkan bayi, umumnya saat masa ini ibu mengalami
beberapa keluhan yang berhubungan dengan setelah melahirkan. Salah satu keluhan pada masa
nifas yang sering muncul adalah sakit punggung. Sakit punggung setelah melahirkan dapat
disebabkan oleh meningkatnya beban tubuh pada tulang belakang dan otot punggung. Hal ini
bisa terjadi karena peregangan otot perut, penambahan berat badan, dan perubahan hormonal
selama kehamilan (Dewi, 2011).
Pada masa postpartum tidak jarang ibu yang mengalami berbagai keluhan yang membuat
ibu menjadi tidak nyaman sehingga berakibat baby blues selama masa postpartum dan menjadi
kurang menyenangkan. Jika kita kembali pada masa kehamilan, dimana selama kehamilan
Rahim mengembang dan wanita biasanya mengalami kenaikan berat badan pada trimester kedua.
Kehamilan mengganggu kurva 'S' alami dari tulang belakang dan menggeser pusat gravitasi.
Perubahan postur dan berat bayi yang sedang tumbuh menekan cakram dan saraf di tulang
belakang. Terkadang, masalah ini tidak teratasi dengan sendirinya setelah melahirkan. Penyebab
nyeri punggung postpartum bisa karena berbagai alasan. Mulai dari perubahan hormon hingga
perubahan postur, berat badan, dan posisi tidur.
Menurut Fitria (2020) moksibusi adalah cara merangsang titik akupunktur dengan
menggunakan moksa yaitu cerutu yang terbuat dari daun Ngai (Arthemisiavulgaris) dengan cara
dibakar. Daya panas dari moksa tersebut melalui titikakupunktur akan dialirkan menembus
permukaan kulit, otot dan kemudian sampai pada titik dan meridian sehingga akan meimbulkan
reaksi pengobatan, pencegahan dan perbaikan serta perawatan.
Moxabustion digunakan bagi penyakitpenyakit yang berkaitan dengan dingin dan lembab,
misalnya bentuk-bentuk tertentu arthritis dan nyeri punggung. Moxabustion tidak pernah
digunakan jika pasien menderita demam panas atau kondisi panas. Oleh sebab itu, terapi
menggunakan moksibusi dapat dilakukan pada masa postpartum sebagai terapi keluhan ini, tetapi
tetap perlu waspada tidak sembarang orang dapat melakukan hal tersebut, perlu terapis yang
terampil. Sehingga terapi ini dapat tepat diberikan sesuai denngan keluhan yang terjadi.
Kesimpulan
Responden setelah diberikan terapi sebagian besar terjadi perubahan dari kategori berat (13.3%)
menjadi kategori nyeri sedang (40 %). Terdapat pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah
pemberian terapi moksibusi pada responden 0.002 < 0.05.
Daftar Pustaka
Mardiani, N., & PO, P. O. (2021). Moksibusi sebagai Terapi Lowback Pain Masa Nifas dalam
Pelayanan Nonfarmakologis Kebidanan. Jurnal Kesehatan Pertiwi, 3(1), 185-188.