Makalah Kel 2 - STROKE Kls1c - 104755

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

STROKE

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu Dasar Keperawatan

Dosen pengampu : Sulastini, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Kelas 1C

Nurapni KHGC23104
Hanifa Diroyatul Syarifah KHGC23119
Vanisa Cantikawati KHGC23121

Riski Hermawan KHGC23127

Halin Aulia Anjani KHGC23137

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARSA HUSADA GARUT

2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT., Yang Maha Pengasih lagi


Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "Penyakit Stroke". Makalah ini merupakan
hasil jerih payah dan kerjasama tim yang kami lakukan dengan tujuan mendalami
pemahaman mengenai definisi penyakit stroke, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,
pathway, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan medis.

Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan dukungan dari


berbagai pihak serta media yang telah diulas penulis dari berbagai sumber,
sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Sulastini, M.Kep sebagai pengampu
mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan.

Terlepas dari kesempurnaan penyusunan makalah, kami menyadari


sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari segi penyusunan kalimat
atau kata yang masih belum baku hingga isi makalah yang kurang lengkap. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, kami
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat bagi siapa saja yang tertarik dalam menyelami keterkaitan mengenai
referensi.

Garut, 5 Maret 2024

Penulis

i
Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakan Masalah.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

1.4

Manfaat.........................................................................................................3

BAB II...........................................................................................................................4

PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Definisi...............................................................................................................1

2.2 Klasifikasi..........................................................................................................2

2.3 Etiologi..............................................................................................................3

2.4 Patofisiologi.....................................................................................................5

2.5 Pathway.............................................................................................................7

2.6 Manifestasi klinis.............................................................................................8

2.7 Komplikasi.......................................................................................................9

2.8 Pemeriksaan penunjang....................................................................................9

2.9 Penatalaksanaan medis...................................................................................10

2.10 Pengkajian keperawatan.................................................................................11

2.11 Diagnosa keperawatan....................................................................................12

BAB III........................................................................................................................23

ii
PENUTUP...................................................................................................................23

3.1 Simpulan...........................................................................................................23

3.2 Saran.................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat.


Hampir di seluruh dunia stroke menjadi masalah yang serius dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka
kejadian penyakit kardiovaskuler. Serangan stroke yang mendadak dapat
menyebabkan kecacatan fisik dan mental serta kematian, baik pada usia
produktif maupun lanjut usia (Dewi & Pinzon, 2016).
Stroke atau Cerebrovascular Accident (CVA) merupakan penyakit
neurologik yang sering dijumpai dan ditangani secara cepat dan tepat. Stroke
juga merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadi gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja
dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan
cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir
daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan
fungsi otak.
Stroke atau Cerebrovascular Accident dapat didahulu oleh banyak
faktor pencetus dan seringkali berhubungan dengan penyakit kronis yang
menyebabkan masalah penyakit vascular, termasuk sakit jantung, hipertensi,
diabetes mellitus, obesitas, kolesterol, merokok, stress, cara hidup.
Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke Hemoragik dan
Stroke Non Hemoragik. Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang terjadi
karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke Non Hemoragik dibedakan
menjadi tiga yaitu Stroke Trombotik adalah proses terbentuknya thrombus
hingga menjadi gumpalan. Stroke Embolik adalah pembuluh arteri yang
tertutup oleh bekuan darah. Hipoperfusion Sistemik adalah gangguan denyut
jantung yang disebabkan oleh aliran darah ke seluruh bagian tubuh berkurang
(Pudiastuti, 2011).

1
Setiap tahunnya di dunia, terdapat sekitar 795.000 kasus stroke, baik
itu. kasus baru maupun rekuren. 610.000 diantaranya adalah kasus yang baru
dan 185.000 adalah kasus rekuren. Setiap 40 detik, seseorang di Amerika
Serikat terkena serangan stroke dan setiap 4 menit seseorang di Amerika
meninggal akibat stroke.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari stroke dan bagaimana kondisi ini mempengaruhi fungsi
otak?

2. Apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan stroke?

3. Apa saja tanda dan gejala yang umumnya dialami oleh pasien dengan
stroke dan bagaimana mereka berbeda antara stroke iskemik dan
hemoragik?

4. Bagaimana proses patofisiologi stroke terjadi dalam otak manusia?

5. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk


mengidentifikasi stroke?

6. Apa saja terapi dan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan stroke?

1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan definisi stroke hingga dapat mempengaruhi fungsi kognitif
dan motorik seseorang

2. Mengidentifikasi berbagai faktor yang dapat menyebabkan stroke

3. Membedakan gejala klinis stroke antara stroke iskemik dan hemoragik

4. Menggambarkan proses patofisiologi stroke

5. Mengidentifikasi pemeriksaan diagnostik untuk stroke

6. Menjelaskan berbagai terapi dan intervensi yang dapat digunakan untuk


mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan stroke

2
1.4 MANFAAT
1. Menambah pengetahuan tentang stroke, termasuk gejala, penyebab, dan
cara penanganannya. Makalah ini sering mencakup pengetahuan medis
terkini dan penelitian terbaru, yang dapat membantu pembaca memahami
lebih baik tentang kondisi ini.

2. Memberikan informasi tentang dampak stroke terhadap individu dan


masyarakat.

3. Memberikan informasi tentang penatalaksanaan strok yang benar

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. 1 DEFINISI

Stroke merupakan kegawatdaruratan neurologi yang mendadak (akut)


karena oklusi atau hipoperfusi pada pembuluh darah otak, sehingga jika tidak
segera diatasi maka akan terjadi kematian sel dalam beberapa menit, kemudian
akan menimbulkan defisit neurologis dan menyebabkan kecacatan atau
kematian (Misbach, 2011). Sedangkan menurut Irfan (2010) stroke adalah
gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak
yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat
dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang
terganggu.

Definisi menurut WHO, Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan


tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan
global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih
dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vascular. Menurut Padila (2015) istilah stroke lebih dikenal daripada
Cerebro Vaskuler Accident (CVA), kelainan ini terjadi pada organ otak. Lebih
tepatnya adalah ganguan pembuluh darah otak. Berupa penurunan kualitas
pembuluh darah otak yang menyebabkan angka kematian yang tinggi.
Kejadian sebagian besar dialami oleh kaum laki-laki dan usianya umumnya
diatas 55 tahun.

Stroke iskemik/stroke non hemoragik biasanya juga dikenal sebagai infark


serebral karena penyumbatan arteri. Sekitar 80 persen dari stroke adalah
iskemik, karena gangguan pasokan darah. Biasanya disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah (arteri) di otak. Jika arteri tersumbat, sel-sel
otak tidak bisa mendapatkan oksigen dan nutrisi dan akhirnya akan berhenti
bekerja. Jika arteri tetap tersumbat lebih dari beberapa menit, sel-sel otak
mungkin mati (Silva, dkk. 2014).

4
Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan pola hidup masyarakat stroke
dapat menyerang di usia dibawah 55 tahun. Dapat diambil kesimpulan bahwa
stroke adalah penyakit sistem persyarafan yang mana pada pembuluh darah
otak mengalami penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani.

2.2 KLASIFIKASI

Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:


(Muttaqin, 2008)

2.2.1 Stroke Hemoragi,


Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak
dibagi dua, yaitu:

1. Perdarahan intraserebra

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena


hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan
karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan
serebelum.

2. Perdarahan subaraknoid

Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.


Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri
dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala,

5
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik,
dll)

2.2.2 Stroke Non Hemoragi


Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:

1. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi


selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan
hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana
gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap
atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali
oleh serangan TIA berulang.

2.3 ETIOLOGI

Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008) :

2.3.1 Thrombosis Cerebral


Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.

6
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :

a. Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu


penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti
koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007).
Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut:

1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran


darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat


dapat melambatkan aliran darah serebral.

c. Arteritis( radang pada arteri )


d. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak


oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:

1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease


(RHD).
2) Myokard infark

7
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.

2.3.2 Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi
otak.

a. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:

a) Hipertensi yang parah


b) Cardiac Pulmonary Arrest
c) Cardiac output turun akibat aritmia
b. Hipoksia Setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

a) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.


b) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

8
2.4 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi stroke berbeda berdasarkan jenis stroke, iskemik dan


hemorhagik yaitu (Permana, 2018) :

2.4.1 Stroke iskemik


Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood
Flow (CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang.
Nilai kritis CBF adalah 23 ml/100 gr/mnt, dengan nilai normal 50 ml/100
gr/mnt. Penurunan CBF di bawah nilai normal dapat menyebabkan infark.
Suatu penelitian menyebutkan bahwa nilai CBF pada pasien dengan infark
adalah 4,8-8,4 ml/100 gr/mnt. Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi
dua bagian yaitu vaskular dan metabolisme. Iskemia disebabkan karena
terjadi oklusi vaskular. Oklusi vaskular yang menyebabkan iskemia ini
dapat disebabkan oleh emboli, thrombus, plak, dan penyebab lainnya.

Iskemia menyebabkan hipoksia dan akhirnya kematian jaringan otak.


Oklusi vaskular yang terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala
pada stroke iskemik yang muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia.
Sel-sel pada otak akan mati dalam hitungan menit dari awal terjadinya
oklusi. Hal ini berujung pada onset stroke yang tiba-tiba

Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa kerusakan


pompa natrium-kalium yang meningkatkan kadar natrium dalam sel. Hal
ini menyebabkan air tertarik masuk ke dalam sel dan berujung pada
kematian sel akibat edema sitotoksik. Selain pompa natrium-kalium,
pertukaran natrium dan kalsium juga terganggu. Gangguan ini
menyebabkan influks kalsium yang melepaskan berbagai neurotransmiter
dan pelepasan glutamat yang memperparah iskemia serta mengaktivasi
enzim degradatif. Kerusakan sawar darah otak (membran pemisah
sirkulasi darah dari cairan ekstraselular otak) juga terjadi, disebabkan
oleh kerusakan pembuluh darah oleh proses di atas, yang menyebabkan
masuknya air ke dalam rongga ekstraselular yang berujung pada edema.

9
Hal ini terus berlanjut hingga 3-5 hari dan sembuh beberapa minggu
kemudian. Setelah beberapa jam, sitokin terbentuk dan terjadi inflamasi.

Akumulasi asam laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan


berperan dalam perluasan kerusakan sel. Hal ini terjasi apabila kadar
glukosa darah otak tinggi seehingga terjadi peningkatan glikolisis dalam
keadaan iskemia. Stroke iskemik dapat berubah menjadi stroke
hemorhagik. Pendarahan yang terjadi tidak selalu menyebabkan defisit
neurologis.

Defisit neurologis terjadi apabila perdarahan yang terjadi luas. Hal ini
dapat disebabkan oleh rusaknya sawara darah otak, sehingga sel darah
merah terekstravasasi dari dinding kapiler yang lemah.

2.4.2 Stroke hemorhagik


Stroke hemorhagik dibagi menjadi pendarahan intraserebral dan
pendarahan subaraknoid

1. Perdarahan intraserebral

Perdarahan masuk ke parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans


yang merupakan cabang dari pembuluh darah superficial dan berjalan
tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa
anyaman kapiler. Hal ini dapat disebabkan oleh diathesis perdarahan dan
penggunaan antikoagulan seperti heparin, hipertensi kronis, serta
aneurisma.

Masuknya darah ke dalam parenkim otak menyebabkan terjadinya


penekanan pada berbagai bagian otak seperti serebelum, batang otak, dan
thalamus. Darah mendorong struktur otak dan merembes ke sekitarnya
bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke rongga subaraknoid yang
akan bercampur dengan cairan serebrospinal dan merangsang meningen.
Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang menimbulkan
tanda dan gejala seperti nyeri kepala hebat, papil edema, dan muntah
proyektil.

10
2. Pendarahan subaraknoid

Lokasi pendarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis,


pons, serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering
meluas hingga mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke
dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem ventrikuler ke dalam
rongga subaraknoid. Adanya perluasan inttraventrikuler sering berakibat
fatal.

11
2.5 PATHWAY

Stroke Hemoragi Stroke Non Hemoragi

Peningkatan Tekanan
Trombus/ Emboli
Sistemik
di cerebal

Aneurisme
Suplai darah ke jaringan
cerebal tidak adekuat
Perdarahan
Arakhnoid/Ventrikel

Vasospasme Perfusi jaringan


Hematoma Cerebal
arteri cerebal cerebal tidak
PTIK/ Herniasi cerebal efektif
Iskemik infark
Penurunan Penekanan
kesadaran saluran Deficit neurologi
pernafasan
Hemisfer kanan Hemisfer kiri

Pola Nafas Tidak Hemiparese/ hemiplegi Hemiparese/hemiplegi


Efektif kiri kanan
Area grocca

Kerusakan fungsi
N.VII Deficit Resiko Hambatan
perawatan diri kerusakan mobilitas fisik
integritas kulit
Gangguan Resiko trauma
komunikasi
verbal Resiko aspirasi

Resiko jatuh

12
2.6 MANIFESTASI KLINIS

Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologist,
secaara mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal, terjadinya pada waktu istirahat atau
bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya
terjadi pada usia > 50 tahun. Menurut WHO dalam International Statistic Dessification Of
Disease And Realeted Health Problem 10th revitoan, stroke hemoragik dibagi atas Pendarahan
Intra Serebral (PIS) dan Pendarahan Subaraknoid (PSA) (Rendi, Margareth, 2015).

Stroke akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena
hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau emosi/marah, sifat nyeri kepala
hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan, kesadaran biasanya
menurun dan cepat masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah
jam s.d dua jam, dan 12% terjadi setelah dua jam, sampai 19 hari) (Rendi, Margareth, 2015).

Pada pasien PSA gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat dan akut, kesadaran sering
terganggu dan sangat bervariasi, ada gejala/tanda rangsang maningeal, oedema pupul dapat
terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau
arteri karotis interna. Gejala neurologis tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh
darah dan lokasinya (Rendi, Margareth, 2015).

Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa kelumpuhan wajah atau anggota badan
(hemiparesis yang timbul mendadak), gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan
(gangguan hemiparesik), perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor,
atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan),
disartria (bicara pelo/cadel), gangguan penglihatan (hemianopia/monokuler, atau diplopia),
ataksia (trunkal/anggota badan), vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala (Rendi,
Margareth, 2015).

2.7 KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokan berdasarkan :
1. Berhubungan dengan immobilisasi  infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis  nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak  epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
13
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur
turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

2.9 PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

14
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

15
2.10 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas klien. Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
3. Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
6. Riwayat penyakit dahulu
7. Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
8. Riwayat penyakit keluarga
9. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

2.11 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak


terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan
neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik.
7. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran.
8. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran

16
2.12 RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Ketidakefektifan Perfusi Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tekanan perfusi serebral
jaringan serebral b.d aliran keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Catat respon pasien terhadap stimuli
darah ke otak terhambat. diharapkan suplai aliran darah keotak 3. Monitor tekanan intrakranial pasien
lancar dengan kriteria hasil: dan respon neurology terhadap
1. mendemonstrasikan status sirkulasi aktivitas
yang ditandai dengan 4. Monitor jumlah drainage cairan
a. Tekanan systole dandiastole dalam serebrospinal
rentang yang diharapkan 5. Monitor intake dan output cairan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi 6. Restrain pasien jika perlu
c. Tidak ada tanda tanda peningkatan 7. Monitor suhu dan angka WBC
tekanan intrakranial (tidak lebih 8. Kolaborasi pemberian antibiotik
dari 15 mmHg) 9. Posisikan pasien pada posisi
2. mendemonstrasikan kemampuan semifowler
kognitif yang ditandai dengan: 10. Minimalkan stimuli dari lingkungan
 berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
menunjukkan perhatian, konsentrasi
dan orientasi memproses informasi
membuat keputusan dengan benar
3. menunjukkan fungsi sensori motori
cranial yang utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada gerakan gerakan
involunter

17
2 Kerusakan komunikasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Dengarkan setiap ucapan klien dengan
verbal b.d penurunan keperawatan selama 3 x 24 jam, penuh perhatian
sirkulasi ke otak diharapkan klien mampu untuk 2. Gunakan kata-kata sederhana dan
berkomunikasi lagi dengan kriteria hasil: pendek dalam komunikasi dengan
1. dapat menjawab pertanyaan yang klien
diajukan perawat 3. Dorong klien untuk mengulang kata-
2. dapat mengerti dan memahami pesan- kata
pesan melalui gambar 4. Berikan arahan / perintah yang
3. dapat mengekspresikan perasaannya sederhana setiap interaksi dengan klien
secara verbal maupun nonverbal 6

3 Defisit perawatan diri; Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemempuan klien untuk
mandi,berpakaian, makan, keperawatan selama 3x 24 jam, perawatan diri yang mandiri.
toileting b.d kerusakan diharapkan kebutuhan mandiri klien 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
neurovaskuler terpenuhi, dengan kriteria hasil: alat bantu untuk kebersihan diri,
1. Klien terbebas dari bau badan berpakaian, berhias, toileting dan
2. Menyatakan kenyamanan terhadap makan.
kemampuan untuk melakukan ADLs 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu
3. Dapat melakukan ADLS dengan secara utuh untuk melakukan self-care.
bantuan 4. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya.

18
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
4 Kerusakan mobilitas fisik Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah
b.d kerusakan neurovaskuler keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan latihan dan lihat respon pasien saat
klien dapat melakukan pergerakan fisik latihan
dengan kriteria hasil : 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik tentang rencana ambulasi sesuai
2. Mengerti tujuan dari peningkatan dengan kebutuhan
mobilitas 3. Bantu klien untuk menggunakan
3. Memverbalisasikan perasaan dalam tongkat saat berjalan dan cegah
meningkatkan kekuatan dan terhadap cedera
kemampuan berpindah 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
4. Memperagakan penggunaan alat Bantu lain tentang teknik ambulasi
untuk mobilisasi (walker) 5. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

19
5 Pola nafas tidak efektif Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan lift atau jaw thrust bila perlu
penurunan kesadaran pola nafas pasien efektif dengan kriteria 2. Posisikan pasien untuk
hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Menujukkan jalan nafas paten ( tidak 3. Identifikasi pasien perlunya
merasa tercekik, irama nafas normal, pemasangan alat jalan nafas buatan
frekuensi nafas normal,tidak ada suara 4. Pasang mayo bila perlu
nafas tambahan 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
2. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suara nafas yang bersih, tidak ada suction
sianosis dan dyspneu (mampu 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
mengeluarkan sputum, mampu suara tambahan
bernafas dengan mudah, tidak ada 8. Lakukan suction pada mayo
pursed lips). 9. Berikan bronkodilator bila perlu
3. Menunjukkan jalan nafas yang paten 10. Berikan pelembab udara
(klien tidak merasa tercekik, irama 11. Kassa basah NaCl Lembab
nafas, frekuensi pernafasan dalam 12. Atur intake untuk cairan
rentang normal, tidak ada suara nafas mengoptimalkan keseimbangan.
abnormal 13. Monitor respirasi dan status O2
4. Tanda Tanda vital dalam rentang Oxygen Therapy
normal (tekanan darah, nadi, 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret
pernafasan trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien

20
terhadap oksigenasi
6 Resiko kerusakan integritas Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
kulit b.d immobilisasi fisik perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pakaian yang longgar
pasien mampu mengetahui dan 2. Hindari kerutan padaa tempat tidur
mengontrol resiko dengan kriteria hasil : 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
1. Integritas kulit yang baik bisa dan kering
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
temperatur, hidrasi, pigmentasi) setiap dua jam sekali
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
3. Perfusi jaringan baik 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
4. Menunjukkan pemahaman dalam pada derah yang tertekan
proses perbaikan kulit dan mencegah 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
terjadinya sedera berulang 8. Monitor status nutrisi pasien
5. Mampu melindungi kulit dan 9. Memandikan pasien dengan sabun dan
mempertahankan kelembaban kulit dan air hangat
perawatan alami
7 Resiko Aspirasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Aspiration precaution
berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan 2. Monitor tingkat kesadaran, reflek
penurunan tingkat tidak terjadi aspirasi pada pasien dengan batuk dan kemampuan menelan
kesadaran kriteria hasil : 3. Monitor status paru
1. Klien dapat bernafas dengan mudah, 4. Pelihara jalan nafas
tidak irama, frekuensi pernafasan 5. Lakukan suction jika diperlukan
normal 6. Cek nasogastrik sebelum makan
2. Pasien mampu menelan, mengunyah 7. Hindari makan kalau residu masih
tanpa terjadi aspirasi, dan banyak
mampumelakukan oral hygien 8. Potong makanan kecil kecil
3. Jalan nafas paten, mudah bernafas, 9. Haluskan obat sebelumpemberian
tidak merasa tercekik dan tidak ada 10. Naikkan kepala 30-45 derajat setelah
suara nafas abnormal makan

21
8 Resiko Injury berhubungan Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk
dengan penurunan tingkat perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien
kesadaran tidak terjadi trauma pada pasien dengan 2. Identifikasi kebutuhan keamanan
kriteria hasil: pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
1. Klien terbebas dari cedera fungsi kognitif pasien dan riwayat
2. Klien mampu menjelaskan penyakit terdahulu pasien
cara/metode untukmencegah 3. Menghindarkan lingkungan yang
injury/cedera berbahaya (misalnya memindahkan
3. Klien mampu menjelaskan factor perabotan)
resiko dari lingkungan/perilaku 4. Memasang side rail tempat tidur
personal 5. Menyediakan tempat tidur yang
4. Mampumemodifikasi gaya hidup nyaman dan bersih
untukmencegah injury 6. Menempatkan saklar lampu ditempat
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang yang mudah dijangkau pasien.
ada 7. Membatasi pengunjung
6. Mampu mengenali perubahan status 8. Memberikan penerangan yang cukup
kesehatan 9. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
10. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
11. Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
12. Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

22
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Penyakit stroke merupakan penyakit neurologi yang dapat menyebabkan kematian,


serta kecacatan pada orang dewasa. Ada dua jenis stroke yaitu stroke hemoragik akibat
pecahnya pembuluh darah di dalam otak, dan stroke non hemoragik yaitu akibat terjadi
sumbatan di dalam otak.
Penyakit stroke disebabkan oleh beberapa hal yang banyak terjadi di masyarakat
seperti hepertensi, faktor usia, dan adanya penyakit jantung. atau gaya hidup. Faktor ini
memicu terjadinya trombosis, embolisme, iskemia, dan hemoragik serebral. Penyebab
tersering stroke adalah. trombosis. Perawat dapat memberikan terapi atau Asuhan
Keperawatan yang tepat untuk menunjang keberhasilan kesembuhan pasien stroke.

3.2 Saran

Perawat diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan kesehatan, edukasi, maupun


konseling kepada masyarakat tentang stroke, pencegahan dini terhadap stroke, pencegahan
untuk terjadinya stroke berulang sehingga angka kejadian stroke bisa lebih ditekan dan
dikurangi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:
EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai