Makalah Kel 2 - STROKE Kls1c - 104755
Makalah Kel 2 - STROKE Kls1c - 104755
Makalah Kel 2 - STROKE Kls1c - 104755
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kelas 1C
Nurapni KHGC23104
Hanifa Diroyatul Syarifah KHGC23119
Vanisa Cantikawati KHGC23121
2024
KATA PENGANTAR
Penulis
i
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.4
Manfaat.........................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Definisi...............................................................................................................1
2.2 Klasifikasi..........................................................................................................2
2.3 Etiologi..............................................................................................................3
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................5
2.5 Pathway.............................................................................................................7
2.7 Komplikasi.......................................................................................................9
BAB III........................................................................................................................23
ii
PENUTUP...................................................................................................................23
3.1 Simpulan...........................................................................................................23
3.2 Saran.................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Setiap tahunnya di dunia, terdapat sekitar 795.000 kasus stroke, baik
itu. kasus baru maupun rekuren. 610.000 diantaranya adalah kasus yang baru
dan 185.000 adalah kasus rekuren. Setiap 40 detik, seseorang di Amerika
Serikat terkena serangan stroke dan setiap 4 menit seseorang di Amerika
meninggal akibat stroke.
3. Apa saja tanda dan gejala yang umumnya dialami oleh pasien dengan
stroke dan bagaimana mereka berbeda antara stroke iskemik dan
hemoragik?
6. Apa saja terapi dan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan stroke?
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan definisi stroke hingga dapat mempengaruhi fungsi kognitif
dan motorik seseorang
2
1.4 MANFAAT
1. Menambah pengetahuan tentang stroke, termasuk gejala, penyebab, dan
cara penanganannya. Makalah ini sering mencakup pengetahuan medis
terkini dan penelitian terbaru, yang dapat membantu pembaca memahami
lebih baik tentang kondisi ini.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 1 DEFINISI
4
Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan pola hidup masyarakat stroke
dapat menyerang di usia dibawah 55 tahun. Dapat diambil kesimpulan bahwa
stroke adalah penyakit sistem persyarafan yang mana pada pembuluh darah
otak mengalami penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani.
2.2 KLASIFIKASI
1. Perdarahan intraserebra
2. Perdarahan subaraknoid
5
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik,
dll)
2.3 ETIOLOGI
6
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Aterosklerosis
7
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2.3.2 Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi
otak.
a. Hipoksia Umum
8
2.4 PATOFISIOLOGI
9
Hal ini terus berlanjut hingga 3-5 hari dan sembuh beberapa minggu
kemudian. Setelah beberapa jam, sitokin terbentuk dan terjadi inflamasi.
Defisit neurologis terjadi apabila perdarahan yang terjadi luas. Hal ini
dapat disebabkan oleh rusaknya sawara darah otak, sehingga sel darah
merah terekstravasasi dari dinding kapiler yang lemah.
1. Perdarahan intraserebral
10
2. Pendarahan subaraknoid
11
2.5 PATHWAY
Peningkatan Tekanan
Trombus/ Emboli
Sistemik
di cerebal
Aneurisme
Suplai darah ke jaringan
cerebal tidak adekuat
Perdarahan
Arakhnoid/Ventrikel
Kerusakan fungsi
N.VII Deficit Resiko Hambatan
perawatan diri kerusakan mobilitas fisik
integritas kulit
Gangguan Resiko trauma
komunikasi
verbal Resiko aspirasi
Resiko jatuh
12
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologist,
secaara mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal, terjadinya pada waktu istirahat atau
bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya
terjadi pada usia > 50 tahun. Menurut WHO dalam International Statistic Dessification Of
Disease And Realeted Health Problem 10th revitoan, stroke hemoragik dibagi atas Pendarahan
Intra Serebral (PIS) dan Pendarahan Subaraknoid (PSA) (Rendi, Margareth, 2015).
Stroke akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena
hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau emosi/marah, sifat nyeri kepala
hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan, kesadaran biasanya
menurun dan cepat masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah
jam s.d dua jam, dan 12% terjadi setelah dua jam, sampai 19 hari) (Rendi, Margareth, 2015).
Pada pasien PSA gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat dan akut, kesadaran sering
terganggu dan sangat bervariasi, ada gejala/tanda rangsang maningeal, oedema pupul dapat
terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau
arteri karotis interna. Gejala neurologis tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh
darah dan lokasinya (Rendi, Margareth, 2015).
Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa kelumpuhan wajah atau anggota badan
(hemiparesis yang timbul mendadak), gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan
(gangguan hemiparesik), perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor,
atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan),
disartria (bicara pelo/cadel), gangguan penglihatan (hemianopia/monokuler, atau diplopia),
ataksia (trunkal/anggota badan), vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala (Rendi,
Margareth, 2015).
2.7 KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokan berdasarkan :
1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
13
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur
turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
14
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
15
2.10 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien. Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
3. Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
6. Riwayat penyakit dahulu
7. Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
8. Riwayat penyakit keluarga
9. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
16
2.12 RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Ketidakefektifan Perfusi Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tekanan perfusi serebral
jaringan serebral b.d aliran keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Catat respon pasien terhadap stimuli
darah ke otak terhambat. diharapkan suplai aliran darah keotak 3. Monitor tekanan intrakranial pasien
lancar dengan kriteria hasil: dan respon neurology terhadap
1. mendemonstrasikan status sirkulasi aktivitas
yang ditandai dengan 4. Monitor jumlah drainage cairan
a. Tekanan systole dandiastole dalam serebrospinal
rentang yang diharapkan 5. Monitor intake dan output cairan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi 6. Restrain pasien jika perlu
c. Tidak ada tanda tanda peningkatan 7. Monitor suhu dan angka WBC
tekanan intrakranial (tidak lebih 8. Kolaborasi pemberian antibiotik
dari 15 mmHg) 9. Posisikan pasien pada posisi
2. mendemonstrasikan kemampuan semifowler
kognitif yang ditandai dengan: 10. Minimalkan stimuli dari lingkungan
berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
menunjukkan perhatian, konsentrasi
dan orientasi memproses informasi
membuat keputusan dengan benar
3. menunjukkan fungsi sensori motori
cranial yang utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada gerakan gerakan
involunter
17
2 Kerusakan komunikasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Dengarkan setiap ucapan klien dengan
verbal b.d penurunan keperawatan selama 3 x 24 jam, penuh perhatian
sirkulasi ke otak diharapkan klien mampu untuk 2. Gunakan kata-kata sederhana dan
berkomunikasi lagi dengan kriteria hasil: pendek dalam komunikasi dengan
1. dapat menjawab pertanyaan yang klien
diajukan perawat 3. Dorong klien untuk mengulang kata-
2. dapat mengerti dan memahami pesan- kata
pesan melalui gambar 4. Berikan arahan / perintah yang
3. dapat mengekspresikan perasaannya sederhana setiap interaksi dengan klien
secara verbal maupun nonverbal 6
3 Defisit perawatan diri; Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemempuan klien untuk
mandi,berpakaian, makan, keperawatan selama 3x 24 jam, perawatan diri yang mandiri.
toileting b.d kerusakan diharapkan kebutuhan mandiri klien 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
neurovaskuler terpenuhi, dengan kriteria hasil: alat bantu untuk kebersihan diri,
1. Klien terbebas dari bau badan berpakaian, berhias, toileting dan
2. Menyatakan kenyamanan terhadap makan.
kemampuan untuk melakukan ADLs 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu
3. Dapat melakukan ADLS dengan secara utuh untuk melakukan self-care.
bantuan 4. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya.
18
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
4 Kerusakan mobilitas fisik Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah
b.d kerusakan neurovaskuler keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan latihan dan lihat respon pasien saat
klien dapat melakukan pergerakan fisik latihan
dengan kriteria hasil : 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik tentang rencana ambulasi sesuai
2. Mengerti tujuan dari peningkatan dengan kebutuhan
mobilitas 3. Bantu klien untuk menggunakan
3. Memverbalisasikan perasaan dalam tongkat saat berjalan dan cegah
meningkatkan kekuatan dan terhadap cedera
kemampuan berpindah 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
4. Memperagakan penggunaan alat Bantu lain tentang teknik ambulasi
untuk mobilisasi (walker) 5. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
19
5 Pola nafas tidak efektif Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan lift atau jaw thrust bila perlu
penurunan kesadaran pola nafas pasien efektif dengan kriteria 2. Posisikan pasien untuk
hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Menujukkan jalan nafas paten ( tidak 3. Identifikasi pasien perlunya
merasa tercekik, irama nafas normal, pemasangan alat jalan nafas buatan
frekuensi nafas normal,tidak ada suara 4. Pasang mayo bila perlu
nafas tambahan 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
2. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suara nafas yang bersih, tidak ada suction
sianosis dan dyspneu (mampu 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
mengeluarkan sputum, mampu suara tambahan
bernafas dengan mudah, tidak ada 8. Lakukan suction pada mayo
pursed lips). 9. Berikan bronkodilator bila perlu
3. Menunjukkan jalan nafas yang paten 10. Berikan pelembab udara
(klien tidak merasa tercekik, irama 11. Kassa basah NaCl Lembab
nafas, frekuensi pernafasan dalam 12. Atur intake untuk cairan
rentang normal, tidak ada suara nafas mengoptimalkan keseimbangan.
abnormal 13. Monitor respirasi dan status O2
4. Tanda Tanda vital dalam rentang Oxygen Therapy
normal (tekanan darah, nadi, 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret
pernafasan trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien
20
terhadap oksigenasi
6 Resiko kerusakan integritas Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
kulit b.d immobilisasi fisik perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pakaian yang longgar
pasien mampu mengetahui dan 2. Hindari kerutan padaa tempat tidur
mengontrol resiko dengan kriteria hasil : 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
1. Integritas kulit yang baik bisa dan kering
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
temperatur, hidrasi, pigmentasi) setiap dua jam sekali
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
3. Perfusi jaringan baik 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
4. Menunjukkan pemahaman dalam pada derah yang tertekan
proses perbaikan kulit dan mencegah 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
terjadinya sedera berulang 8. Monitor status nutrisi pasien
5. Mampu melindungi kulit dan 9. Memandikan pasien dengan sabun dan
mempertahankan kelembaban kulit dan air hangat
perawatan alami
7 Resiko Aspirasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Aspiration precaution
berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan 2. Monitor tingkat kesadaran, reflek
penurunan tingkat tidak terjadi aspirasi pada pasien dengan batuk dan kemampuan menelan
kesadaran kriteria hasil : 3. Monitor status paru
1. Klien dapat bernafas dengan mudah, 4. Pelihara jalan nafas
tidak irama, frekuensi pernafasan 5. Lakukan suction jika diperlukan
normal 6. Cek nasogastrik sebelum makan
2. Pasien mampu menelan, mengunyah 7. Hindari makan kalau residu masih
tanpa terjadi aspirasi, dan banyak
mampumelakukan oral hygien 8. Potong makanan kecil kecil
3. Jalan nafas paten, mudah bernafas, 9. Haluskan obat sebelumpemberian
tidak merasa tercekik dan tidak ada 10. Naikkan kepala 30-45 derajat setelah
suara nafas abnormal makan
21
8 Resiko Injury berhubungan Tupen : Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk
dengan penurunan tingkat perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien
kesadaran tidak terjadi trauma pada pasien dengan 2. Identifikasi kebutuhan keamanan
kriteria hasil: pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
1. Klien terbebas dari cedera fungsi kognitif pasien dan riwayat
2. Klien mampu menjelaskan penyakit terdahulu pasien
cara/metode untukmencegah 3. Menghindarkan lingkungan yang
injury/cedera berbahaya (misalnya memindahkan
3. Klien mampu menjelaskan factor perabotan)
resiko dari lingkungan/perilaku 4. Memasang side rail tempat tidur
personal 5. Menyediakan tempat tidur yang
4. Mampumemodifikasi gaya hidup nyaman dan bersih
untukmencegah injury 6. Menempatkan saklar lampu ditempat
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang yang mudah dijangkau pasien.
ada 7. Membatasi pengunjung
6. Mampu mengenali perubahan status 8. Memberikan penerangan yang cukup
kesehatan 9. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
10. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
11. Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
12. Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
22
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:
EGC.
24