1611031148-Bab 1 Pendahuluan PDF
1611031148-Bab 1 Pendahuluan PDF
1611031148-Bab 1 Pendahuluan PDF
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era digital saat ini yang lebih dikenal dengan era revolusi industri 4.0,
suatu negara dapat bersaing dengan negara lain apabila memiliki kualitas sumber
daya manusia yang unggul. Sumber daya manusia (SDM) memiliki kunci utama
dapat dilakukan dengan beberapa faktor. Salah satu diantaranya yaitu pendidikan.
Pendidikan yang dimiliki manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik
suatu usaha sadar yang dilakukan manusia secara terus menerus (sepanjang hayat)
pendidikan sangatlah kekal dan mutlak harus dimiliki oleh semua manusia.
1
2
lulusan yang mandiri dan handal baik dari segi peserta didik dan pendidik itu
Sehingga perlu adanya persiapan tenaga-tenaga kerja, bukan saja tenaga yang
handal dalam akademik akan tetapi berbudi luhur dan cinta tanah air, yang
nantinya akan menjadi calon tenaga kerja yang profesional dalam mengemban
tugas negara dan bertanggung jawab serta taat dengan aturan yang berlaku. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka yang paling utama dibutuhkan untuk kemajuan
diprediksi dari tingginya kualitas sumber daya manusia. Berhasil atau tidaknya
suatu pendidikan itu dapat dilihat dari luaran (output) individu tersebut.
yang dilakukan agar dapat meningkatnya kualitas pendidikan. Pada saat ini,
pemerintah sedang berusaha keras untuk dapat meningkatkan mutu dan kualitas
sarana dan prasarana belajar yang memadai dan representatif bagi sekolah.
sumber daya unggul dan mampu bersaing dengan negara lain yang lebih maju.
3
berharap dari tenaga pendidik tersebut akan muncul inovasi-inovasi baru dalam
Belajar merupakan sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa dan dari tidak mampu menjadi mampu. Jadi dari hal tersebut,
mengacu kepada perubahan paradigma dari bagaimana proses mengajar yang guru
akan lebih bermakna, menyenangkan, dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan
berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek yang dapat berupaya
yang sedang dipelajari melalui informasi baru yang diberikan oleh guru,
sedangkan guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar
yang diharapkan adalah situasi yang dapat membuat siswa aktif, kreatif, ras ingin
maksudnya. Sehingga hal tersebut akan merangsang siswa untuk berpikir kritis,
memecahkan sendiri permasalahan yang ia temui. Maka dari itu ia akan tahu
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa di dalam
maupun di luar kelas pada saat mengikuti pembelajaran. Salah satunya pada
pembelajaran IPA. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sering disebut
sains pada hakekatnya adalah produk, proses, sikap dan teknologi yang tidak
hanya sekedar teori tapi IPA lebih menekankan proses. Dengan proses kemudian
didik itu sendiri. Di tingkat pendidikan dasar belum tertangani secara sistematis
tinggi.
pada jenjang sekolah dasar akan mempengaruhi pada jenjang berikutnya. Oleh
5
karena itu, diperlukan transformasi pendidikan IPA yaitu dari belajar dengan
menghafal menjadi belajar berpikir atau dari belajar yang dangkal menjadi
menyenangkan dan penuh makna. Peserta didik harus diperkenalkan dengan IPA
sebagai mata pelajaran yang menarik karena bisa membantu untuk memahami
tentang dunia, alam sekitar dan diri sendiri peserta didik. Pembelajaran IPA harus
bisa meningkatkan daya imaginasi, kreatifitas, daya ingat dan yang terpenting
siswa. Salah satunya adalah kurangnya inovasi dan kreatifitas dari guru dalam
atau pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki konteks
siswa akan diuji dan rasa ingin tahu siswa akan semakin besar. Dengan pemberian
6
masalah di awal pembelajaran, siswa akan semakin aktif dan mencari sendiri jalan
dibantu dengan menggunakan sebuah media visual berupa gambar dan foto yang
menarik akan memudahkan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Siswa akan
semakin penasaran sehingga kemampuan berpikir kritis dan prilaku aktif siswa
guru wali kelas V sekolah dasar di Gugus VIII Kecamatan Sukasada yang sudah
dilakukan pada hari Sabtu dan Senin, 19 dan 21 Oktober 2019 didapatkan hasil
yaitu pertama, siswa cenderung pendiam dan tidak mau aktif pada saat
lain-lain pada saat guru menyampaikan materi ajar. Ketiga, banyak siswa yang
keluar masuk ruang kelas. Keemapat, banyak siswa yang merusak fasilitas
siswa merasa jenuh dan bosan dengan cara belajar yang diberikan guru yang
bersifat monoton.
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan bersama guru wali
teori-teori secara langsung yang membuat pserta didik cenderung pasif dan cepat
terdapat pada buku siswa. Sementara siswa hanya duduk mendengarkan apa yang
disampaikan guru. Ada beberapa yang mencatat, ada yang keluar masuk kelas
merangsang daya pikir siswa. Guru hanya menyampaikan materi ajar dan
langsung memberikan penjelasan yang bisa disimak dan dicatat oleh siswa. 3)
Guru jarang mengajak siswa belajar di luar kelas dan praktikum tentang IPA.
Guru kurang mengetahui model, metode dan strategi inovatif yang digunakan
langsung (direct instruction) dalam penyampaian materi ajar. Karena guru tidak
perlu menghabiskan waktu yang cukup lama, dan siswa bisa mendengarkan serta
mencatat penjelasan dari guru. Sehingga guru lebih berpatokan pada buku ajar
baik buku guru maupun buku siswa. Sehingga hal yang terjadi guru lebih dominan
Namun jika dipelajari lebih lanjut, masih banyak sekali model pembelajaran
yang lebih inovatif yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran
khususnya pada mata pelajaran IPA. Kemampuan guru dalam mengajar dan
mengelola kelas menjadi hal yang paling penting dalam belajar. Proses yang
dilakukan siswa akan mendukung hasil belajar siswa. Jika selama proses
pembelajaran siswa merasa senang, aktif dan seru dalam pembelajaran, maka
secara otomatis minat belajar siswa akan meningkat. Setelah siswa bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran, siswa akan tertarik untuk mempelajari materi ajar
8
dengan cara mencari suatu permasalahan atau informasi baik dari buku,
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tingkat berpikir siswa juga akan meningkat.
Kemampuan berpikir kritis siswa akan meningkat yang akan mempengaruhi hasil
belajar siswa.
Maka dari itu, untuk menciptakan situasi belajar seperti di atas, penggunaan
model pada saat belajar berpengaruh besar terhadap hasil belajar anak.
studi dokumen terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa
yang dilakukan, diperoleh Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) yang masih
dibawah rata-rata. UTS siswa yang belum memenuhi KKM dapat dilihat pada
Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Rata-rata Nilai UTS IPA Kelas V dan Pencapaian KKM
T % BT %
(Sumber: Daftar Nilai UTS IPA kelas V di Gugus VIII Kecamatan Sukasada)
9
T = Jumlah siswa yang nilai UTS sudah tuntas (di atas KKM)
BT = Jumlah siswa yang nilai UTS belum tuntas (di bawah KKM)
*) Angka-angka dalam kurung merupakan jumlah total siswa yang sudah tuntas
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata UTS IPA
rata-rata. Hal ini ditunjukan dari banyak sekolah yang nilai UTS nya di bawah
SD yang terdapat di gugus VIII Kecamatan Sukasada, hanya satu sekolah yang
nilai UTS siswanya di atas rata-rata. Permasalahan ini diakibatkan karena masih
rendahnya rasa ingin tahu siswa, kemampuan guru dalam menginovasi model
rendah.
mengenai model pembelajaran lain yang bisa digunakan pada saat mengajar. Hal
ini didapatkan dari hasil observasi ketika guru mengajar di kelas yang lebih
inovatif, karena akan menghabiskan banyak waktu. Maka dari itu guru lebih
siswa kurang memahami materi yang diberikan oleh guru. Siswa belum bisa
oleh guru. Siswa belum dapat memberikan suatu kesimpulan melalui suatu
yang tepat untuk memperoleh informasi, siswa juga belum dapat menggabungkan
Hal tersebut berkaitan dengan berpikir kritis siswa yang masih rendah sehingga
berpikir kritis siswa. Dalam hal ini model pembelajaran Problem Based Learning
menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran
di sekolah.
memberikan kondisi dan situasi belajar terasa berbeda. Salah satunya yaitu situsi
masalah nyata yang ada dilingkungan sekitar siswa atau siswa sendiri yang pernah
berpikir kritis adalah aktivitas terampil dalam mencari masalah atau memecahkan
masalah yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya dan pemikiran
kritis yang baik dapat memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan,
Siswa yang sudah terbiasa berpikir kritis, dampak yang sangat dirasakan
meningkat. Kedua hal tersebut yaitu Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
mengevaluasi (C5) dan mencipta suatu hal (C6) akan lebih baik sehingga akan
12
mempengaruhi output yang berdampak positif terhadap hasil belajar peserta didik
itu sendiri.
mengomunikasikan ide yang dimiliki. Melalui diskusi juga dapat melatih siswa
dalam critical thinking atau berpikir kritis karena dalam PBL siswa dapat
mengemukakan pendapat dan gagasan yang dimiliki. Dampak dari siswa mampu
berpikir kritis adalah hasil belajar yang meningkat khususnya pada pembelajaran
IPA SD.
terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa SD kelas V di
lain.
5. Siswa cenderung diam dan hanya mendengarkan serta mencatat apa yang
oleh guru.
siswa.
11. Belum diketahui model pembelajaran PBL berbantuan media visual dapat
terhadap masalah yang akan diteliti. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan
peneliti supaya penelitian yang dilakukan tetap terarah sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Pada penelitian ini dibatasi hanya pada rendahnya kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar IPA siswa SD. Sehingga dapat diberikan solusi
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah yang telah
IPA siswa SD ?.
Learning berbantuan media visual terhadap hasil belajar IPA siswa SD.
dipelajari.
1. Kepala Sekolah
2. Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan atau
4. Peserta Didik