242-Article Text-769-1-10-20191205

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi e-ISSN: 2460-0585

PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN ARUS KAS


TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS

Intan Saputri Ayuningtiyas


[email protected]
Bambang Suryono

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

This research aimed to find out the effect of liquidity, profitability, leverage and cash flow on the financial
distress at food and beverages companies which were listed on Indonesia Stock Exchange during 2014-2017.
Liquidity is measured using the Current ratio, profitability is measured using return on asset, leverage is
measured using debt to asset ratio, and cash flows are measured using operating activities. While, the research
was quantitative with secondary data namely company’s financial statement. Moreover, the data sampling used
purposive sampling with a determine criteria. Furthermore, there were 48 samples from twelve food and
beverages companies which were listed on Indonesia Stock Exchange during 2014-2017. While, the data analysis
method used logistic regressions analysis with SPSS program 20 version in addition, the research result
concluded the profit had negative effect on the financial distress condition. On the other hand, the leverage
liquidity and cash flow did not have any effect on the financial distress.

Keywords : liquidity, profitability, leverage, cash flow, financial distress.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh likuiditas, profitabilitas, leverage dan arus kas
terhadap kondisi financial distress pada perusahaan sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode tahun 2014-2017. Likuiditas diukur dengan menggunakan current ratio,
profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset, leverage diukur menggunakan debt to asset
ratio, dan arus kas diukur menggunakan aktivitas operasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan. Sampel dalam
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling dimana pemilihan sampel
dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan metode purposive sampling tersebut
didapatkan 48 sampel dari 12 perusahaan sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode tahun 2014-2017. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi
logistik dengan menggunakan program SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
laba berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress. Sedangkan variabel likuiditas leverage
dan arus kas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress.

Kata kunci : Likuiditas, Profitabilitas, Leverage, Arus Kas, financial distress.

PENDAHULUAN
Persaingan antar perusahaan pada saat ini semakin ketat dan menyebabkan biaya yang
dikeluarkan perusahaan akan semakin tinggi, hal ini akan mempengaruhi tingkat kinerja
perusahaan. Apabila perusahaan tidak mampu untuk bersaing, maka perusahaan akan
mengalami kerugian, ketika kondisi seperti ini berjalan terus menerus maka perusahaan
akan mengalami kondisi financial distress dan dapat mengakibatkan terjadinya
kebangkrutan. Untuk menguji kondisi financial distress maka diperlukan model yang
dikembangkan untuk mengetahui kondisi perusahaan sejak dini, sehingga dapat
mengantisipasi kondisi kebangkrutan.
Perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi yang
digunakan untuk menilai kinerja serta perubahan posisi keuangan untuk mendukung
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas... -Intan Saputri Ayuningtyas; Bambang Suryono
2

pengambilan keputusan yang tepat. Informasi dari laporan keuangan yang digunakan untuk
pengambilan keputusan supaya menjadi bermanfaat, maka data keuangan tersebut harus
dikonversi supaya menjadi informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dengan
cara melakukan analisis laporan keuangan. Model yang sering digunakan untuk melakukan
analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan (Almilia dan Kristijadi,
2003:183).
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjang maupun jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya. Terdapat dua
rasio likuiditas yaitu current ratio dan quick ratio. current ratio menggunakan total aktiva
lancar dan kewajiban lancar sebagai perbandingan (current assets/current liabilities).
Sedangkan quick ratio menggunakan aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban
lancar sebagai perbandingan (Mas’ud dan Srengga, 2012:142). Namun dalam penelitian ini
umumnya untuk mengukur likuiditas menggunakan current ratio.
Variabel kedua dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Profitabilitas atau laba adalah
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan selama periode tertentu. Apabila
perusahaan mendapatkan laba yang tinggi maka perusahaan akan menahan labanya,
sehingga manajer tidak perlu membutuhkan tambahan sumber dana eksternal. Sebaliknya
apabila perusahaan membutuhkan sumber dana eksternal yaitu utang untuk menutupi biaya
operasional perusahaan, kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan semakin
besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan menahan sebagian besar keuntungannya pada
laba ditahan sehingga mengandalkan sumber internal dan relatif mengurangi penggunaan
utang. Dalam hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyebutkan bahwa perusahaan
akan memprioritaskan penggunaan sumber dana internal dari perusahaan, sedangkan
kekurangannya akan dipenuhi menggunakan sumber dana eksternal (Putra, 2017:1129).
Apabila perusahaan mampu untuk memperoleh laba maka perusahaan bisa dikatakan
sebagai perusahaan yang berhasil. Tetapi apabila perusahaan memperoleh laba negatif
dalam waktu dua tahun berturut-turut diindikasikan bahwa perusahaan mengalami
kesulitan keuangan atau financial distress.
Variabel ketiga dalam penelitian ini adalah leverage. Leverage menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam
analisis rasio leverage ini diperlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar utang (jangka pendek dan jangka panjang) apabila pada suatu saat perusahaan
dilikuidasi atau dibubarkan (Widarjo dan Setiawan, 2009:112).
Variabel keempat dalam penelitian ini adalah arus kas. Dalam penelitian ini arus kas
operasi digunakan sebagai informasi yang relevan mengenai kesehatan perusahaan. Arus
kas digunakan sebagai indikator bagi pihak investor dan kreditor untuk mengetahui kondisi
keuangan perusahaan. Arus kas juga sangat berguna bagi investor untuk mengetahui
bagaimana perusahaan memenuhi kewajiban dalam membayar dividen. Apabila arus kas
mempunyai jumlah yang besar maka kreditor akan mempunyai rasa percaya pada
perusahaan untuk membayar liabilitasnya yang diajukan, sebaliknya jika arus kas dalam
perusahaan kecil maka kreditor cenderung kurang percaya pada perusahaan (Rizkiyah,
2018).
Untuk mengambil keputusan investasi para investor melakukan analisis laporan
keuangan yang sudah diterbitkan manajemen perusahaan, apakah perusahaan dalam kondisi
kinerja baik atau tidak. Manajemen juga membutuhkan informasi laporan keuangan sebagai
pengambilan keputusan. Adapaun cara yang digunakan oleh manajemen yaitu dengan
menganalisis rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, dan arus kas perusahaan. Dari analisis
tersebut dapat ditentukan oleh perusahaan dalam kondisi sehat atau tidak sebagai alat
pengambil keputusan investasi.
Kesulitan keuangan yang sedang dihadapi perusahaan apabila tidak segera ditangani
dengan baik akan mengakibatkan terjadinya kondisi kebangkrutan. Sebagian besar
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 1, Januari 2019

perusahaan yang mengatasi kondisi kesulitan keuangan ini dengan melakukan pinjaman
atau melakukan penggabungan usaha. Tidak sedikit juga perusahaan melakukan likuidasi
perusahaan karena tidak mempu untuk membayar kewajibannya.
Analisis Z-score telah dikembangkan oleh Edward I Altman, Ph. D, beliau adalah seorang
profesor dan ekonom keuangan pada tahun 1968. Model dari Altman ini memiliki tingkat
akurasi 95% terhadap sampel perusahaan yang mengajukan kebangkrutan dalam waktu 12
bulan. Pada penelitian yang lain, tingkat keakuratan Z-score diuji menggunakan
menggunakan beberapa sampel perusahaan yang lebih luas dan dapat dianalisis dari
berbagi kondisi ekonomi dengan tingkat keakuratan tetap pada kisaran 82% sampai dengan
85%. Model Z-score sangat mudah, karena model ini menggunakan lima rasio keuangan
yang terdapat pada laporan keuangan dan untuk menghasilkan pengukuran yang obyektif
dari kesehatan keuangan perusahaan dengan menggunakan nilai ekuitas. Model Altman’s Z-
score ini sering digunakan oleh para peneliti untuk memprediksi kondisi kesehatan
perusahaan dan tetap populer setelah hampir 30 tahun, karena model ini sangat mudah
untuk dihitung. Selain Altman Z-score terdapat beberapa model yang lebih akurat untuk
memprediksi kebangkrutan terutama untuk waktu yang lebih dari dua tahun. Namun,
model tersebut lebih rumit dan lebih eksklusif (Sudiyanto dan Puspitasari, 2010:11).
Penelitian tentang financial distress perusahaan sudah banyak dilakukan tetapi penelitian
yang menggunakan analisis likuiditas, profitabilitas, leverage, dan arus kas dalam sektor food
and beverage masih jarang dilakukan. Atas dasar ini peneliti ingin membuktikan secara
empiris mengenai sejauh mana kemampuan likuiditas, profitabilitas, leverage, dan arus kas
dalam menentukan kondisi financial distress suatu perusahaan.
Perusahaan dalam sektor food and beverage yang terdaftar di BEI dipilih sebagai sampel
karena jenis perusahaan sektor food and beverage karena masih produktif dalam menjalankan
perusahaannya selain itu hasil dari produk perusahaan tersebut merupakan bahan konsumtif
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk itu perusahaan dalam sektor food and beverage perlu
memperhatikan efisiensi agar perusahaan tetap dalam kondisi baik dan tidak mengarah pada
kondisi financial distress. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah likuiditas, profitabilitas, leverage dan arus
kas berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh likuiditas, profitabilitas, leverage dan arus kas terhadap kondisi financial
distress suatu perusahaan

TINJAUAN TEORITIS
Pecking Order Theory
Brigham dan Houston, 2006 (dalam Rizkiyah, 2018) menyatakan bahwa pecking order
theory perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi justru tingkat liabilitasnya
rendah. Apabila semakin tinggi tingkat profitabilitas pada suatu perusahaan maka tingkat
liabilitas yang digunakan perusahaan akan semakin kecil. Hal tersebut dikarenakan apabila
perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas tinggi berarti memiliki sumber dana internal
tinggi pula sehingga perusahaan cenderung memilih dana internalnya agar lebih aman.
Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai profitabilitas rendah, maka liabilitas dalam
perusahaan yang lebih tinggi. Liabilitas merupakan alternatif perusahaan sebagai
pendanaan eksternal. Besarnya jumlah liabilitas merupakan salah satu penyebab terjadinya
kondisi financial distress. Apabila perusahaan mempunyai liabilitas tinggi akan memiliki
risiko yang tinggi pula yaitu tidak mampu melunasi kewajiban-kewajiban yang dimiliki
dalam waktu jatuh tempo yang telah ditentukan dengan keadaan seperti ini bisa dikatakan
perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress.

Likuiditas
Erawati (2016:3) menyatakan bahwa rasio likuiditas digunakan untuk mengukur
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas... -Intan Saputri Ayuningtyas; Bambang Suryono
4

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban dengan menggunakan aktiva yang


dimiliki perusahaan. Apabila perusahaan memiliki aktiva yang cukup untuk memenuhi
kewajiban pendeknya, maka perusahaan akan mendapatkan laba dan dapat
membagikannya kepada investor sehingga perusahaan mengalami rugi bahkan
kebangkrutan akan semakin kecil.
Current ratio merupakan indikator likuiditas yang biasa dipakai pada umumnya,
dengan alasan rasio ini mempunyai kemampuan untuk mengukur proporsi aset lancar
terhadap kewajiban lancar dan menunjukkan tingkat kepastian perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek. Semakin besar current ratio, maka semakin besar
pula tingkat jaminan atas terbayarnya kewajiban lancar perusahaan (Saleh dan Sudiyatno,
2013:84).

Profitabilitas
Harahap (2007:304) menyatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak
dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio profitabilitas, maka perusahaan
jauh dari kondisi financial distress.
Setiap perusahaan ingin mendapatkan laba yang stabil dan terus meningkat dengan
begitu menumbuhkan rasa percaya diri bagi investor untuk menanamkan modal pada
perusahaan. jika laba tinggi maka kinerja perusahaan dapat dikatakan baik yang artinya
manajer mampu untuk menjalankan usahanya. Apabila perusahaan mempunyai
profitabilitas rendah maka perusahaan dalam kondisi buruk. Dan apabila kondisi seperti
ini berjalan terus menerus maka kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financvial
distress.

Leverage
Widhiari dan Merkusiwati (2015:458) menyatakan bahwa leverage merupakan suatu
kemampuan entitas untuk melunasi utang jangka panjang maupun utang lancarnya, atau
rasio yang digunakan untuk mengukur dan menilai sejauh mana suatu entitas dibiayai
dengan menggunakan utang.
Harahap (2007:306) menyatakan bahwa rasio ini menggambarkan hubungan antara
hutang perusahaan terhadap aset. Rasio ini bisa dilihat seberapa jauh perusahaan telah
dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan
oleh modal (equity). Semakin tinggi rasio leverage artinya perusahaan mempunyai nilai
liabilitas yang semakin tinggi. Hal ini akan berisiko terjadinya kondisi financial distress
dimasa yang akan datang, jika kondisi tersebut tidak segera diatasi dengan baik, maka
potensi terjadinya financial distress semakin besar.

Arus Kas
Hery (2016:106) menyatakan bahwa arus kas positif pada perusahaan memungkinkan
untuk mampu melunasi utang, membayar prive atau dividen tunai, serta mendanai
pertumbuhannya melalui ekspansi bisnis atau aktivitas investasi. Apabila arus kas operasi
negatif sebagai akibat dari gagalnya aktivitas operasi mengharuskan perusahaan untuk
mencari alternatif sumber kas lain.
Arus kas dari aktivitas operasi menurut (Surya, 2012:48) arus kas dari aktivitas operasi
terutama yang telah diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan, arus
kas umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan
laba atau rugi bersih.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 1, Januari 2019

Financial Distress
Pengertian Financial Distress
Financial distress adalah sebuah konsep yang luas dimana perusahaan menghadapi
masalah dalam kesulitan keuangan. Istilah yang sering digunakan dan dapat dengan jelas
menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan dalam kinerja keuangan,
ketidak mampuan dalam melunasi hutang dan defult. Defult yang dimaksud adalah sebuah
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan terhadap perjanjian dengan kreditur dan akan
mengakibatkan sebuah tindakan hukum (Atmini dan Andayani 2006:154).
Menurut Plat dan Plat (2002), informasi bahwa perusahaan sedang mendekati tekanan
keuangan dapat memicu tindakan manajerial untuk dapat mencegah masalah itu terjadi
yaitu dengan melakukan merger atau akuisisi oleh perusahaan yang dikelola dengan lebih
baik. Financial distress akan memberikan peringatan dini akan kemungkinan kebangkrutan
di masa mendatang.

Faktor Penyebab Financial Distress


Menurut Agusti (2013:24) Faktor yang mempengaruhi financial distress adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Untuk faktor internal yang menjadi penyebab financial
distress adalah meliputi : kesulitan arus kas, besarnya jumlah hutang, kerugian dari
kegiatan operasi perusahaan.

Prediksi Financial Distress


Menurut Almilia dan Kristijadi (2003:188) menyatakan bahwa kondisi financial distress ini
sangat berguna bagi beberapa pihak antara lain pemberi pinjaman, investor, pembuat
peraturan, pemerintah, auditor, manajemen.

Analisis Z-Score
Analisa kebangkrutan penting utuk diketahui oleh investor saham maupun kreditur
dalam perusahaan, mengingat mereka mempunyai risiko yang tinggi terhadap kondisi
perusahaan apabila terjadi kebangkrutan. Menurut Hanafi dan Halim (2009:270).
Analisis multivariate mempunyai teknik statistik yang sering digunakan adalah analisis
diskriminan untuk mengklarifikasikan observasi kedalam dua kelompok yaitu bangkrut
dan tidak bangkrut. Altman Z-score menggunakan model ini karena tingkat akurasinya
sudah teruji. Dalam model ini terdapat lima rasio yang digunakan dalam memprediksi
kondisi kebangkrutan yaitu modal kerja/ total aktiva, laba ditahan/ total aset, laba
sebelum bunga dan pajak/ total aset, nilai pasar saham biasa dan preferen/ nilai buku total
hutang, penjualan/ total aset.

Kriteria Altman Z-score


Menurut Hanafi dan Halim (2009:273) kriteria yang digunakan altman dalam analisis
Z-score untuk mengukur kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang go public
berdasarkan titik cut off yang dilaporkan Altman adalah Z-score < 1,81 = financial distres,
antara 1,81 – 2,99 = rawan, Z-score >2,99 = sehat.

Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Likuiditas Terhadap Kondisi Financial Distress
Rasio likuiditas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distresspada suatu
perusahaan dalam hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Atika et al. (2015:8)
menunjukkan bahwa likuiditas dengan menggunakan current ratio berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap financial distress pada perusahaan tekstil dan garmen. Artinya semakin
kecil nilai current ratio maka akan semakin besar perusahaan mengalami kondisi financial
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas... -Intan Saputri Ayuningtyas; Bambang Suryono
6

distress, karena perusahaan dianggap mengalami kesulitan dalam memenuhi liabilitas


lancarnya. Dari penelitian tersebut dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut :
H1 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress perusahaan

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kondisi Financial Distress


Penelitian yang dilakukan oleh Novianita (2017:11) menunjukkan bahwa laba
berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress. sehingga laba cukup kuat
digunakan sebagai penentu dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan.
semakin tinggi laba semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Hasil analisis data dalam penelitian menunjukkan dimana rasio laba menunjukkan
efektivitas perusahaan untuk mengelola asetnya dengan tujuan menghasilkan laba dengan
nilai yang negatif yang menunjukkan bahwa penggunaan atau pengelolaan aset yang tidak
efektif dalam menghasilkan laba bersih. Apabila perusahaan memiliki laba negatif dapat
terindikasi mengalami kondisi financial distress. Dari penelitian tersebut dapat dibentuk
hipotesis sebagai berikut :
H2: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress perusahaan

Pengaruh Leverage Terhadap Kondisi Financial Distress


Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan berakibat buruk pada perusahaan karena
semakin perusahaan tersebut memiliki banyak hutang, perusahaan tersebut bisa dikatakan
tidak dalam kondisi baik. Sehingga perusahaan akan terjebak dalam tingkat hutang yang
tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut (Rahmy, 2015:127). Beban utang
yang dimiliki perusahaan jika terus menerus meningkat dan aktivitas operasi perusahaan
tidak memberikan hasil yang membaik, maka perusahaan terancam akan masuk dalam
kondisi financial distress karena tidak dapat mencukupi kebutuhan dan menyelesaikan
kewajiban yang menjadi beban perusahaan.
Atika et al. (2013:13) menarik kesimpulan bahwa current ratio, debt ratio, dan CLTA
merupakan rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress
perusahaan. Dari penelitian tersebut dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut :
H3 : Financial leverage berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress
perusahaan.

Pengaruh Arus Kas Terhadap Kondisi Financial Distress


Rasio arus kas ini pada umumnya diperlukan bagi investor dan kreditor untuk
mengetahui nilai perusahaan. apabila arus kas tinggi, maka kegiatan operasionalnya
semakin baik dan nilai perusahaan semakin tinggi, dengan demikian investor dan kreditor
mampunyai rasa percaya kepada perusahaan untuk menanamkan modal pada
perusahaan
Hasil penelitian Julius (2017:1176) menunjukkan bahwa arus kas berpengaruh signifikan
terhadap financial distress perusahaan manufaktur yang listing di BEI dalam periode 2010-
2014, artinya nilai arus kas yang dihitung menggunakan arus kas operasi ternyata dapat
menentukan perusahaan dalam mengalami kondisi financial distress atau tidak. Hal ini
dikarenakan arus kas dari aktivitas operasi dapat menentukan apakah dari operasi
perusahaan dapat menghasilkan kas yang dapat digunakan untuk melunasi pinjaman dan
menjaga kemampuan operasi perusahaan, sehingga nilai perusahaan akan naik dan semakin
kecil kemampuan perusahaan mendekati kondisi financial distress. Dari penelitian tersebut
dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut :
H4 : Arus Kas berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress perusahaan.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 1, Januari 2019

METODE PENELITIAN
Jenis, Populasi dan sampel Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang
berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu (Sugiyono 2009:13). Kausal komparatif merupakan tipe penelitian yang mempunyai
karakteristik sebab-akibat antara 2 variabel atau lebih. Penelitian ini digunakan untuk
memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan sektor food and beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dinyatakan dalam bentuk variabel dummy yaitu 1
untuk perusahaan dengan kondisi financial distress dan 0 untuk perusahaan non financial
distress.

Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif sehingga jenis data yang digunakan
adalah data kuantitatif berupa data dokumenter yang dikumpulkan dengan mempelajari
dokumen dan laporan keuangan tahunan yang telah ada. Data dokumenter dalam
penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis data yang kompleks yang
dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen. Dalam penelitian ini
menggunakan laporan keuangan laba rugi periode 2014-2017. Laporan posisi keuangan
periode 2014-2017. Dan laporan arus kas periode 2014-2017.
Data yang digunakan merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui perantara. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan yakni
laporan keuangan, laporan tahunan sektor Foods and Beverage yang terdaftar di BEI selama
tahun 2014-2017 secara berturut turut. Data diperoleh dari sumber pasar modal Bursa Efek
Indonesia dan www.idx.com.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi
laporan keuangan masing-masing perusahaan yang berasal dari sektor Food and Beverage
selama periode pengamatan dari tahun 2014-2017 yang memanfaatkan laporan keuangan
Perusahaan Sektor food and beverage di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Variabel Penelitian
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial distress.
Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas,
profitabilitas, leverage, dan arus kas.

Definisi Operasional Variabel


Definisi Operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Likuiditas
Menurut (Harahap, 2007:301) untuk menghitung current ratio dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Current Assets
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Current Liabilities
Profitabilitas
Menurut (Harahap, 2007:305) rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Laba Bersih
ROA =
Total Asset
Leverage
Menurut Kasmir (2008:156), debt to asset ratio dapat dihitung dengan rumus :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas... -Intan Saputri Ayuningtyas; Bambang Suryono
8

Arus Kas
Menurut Kasmir (2008:156), debt to asset ratio dapat dihitung dengan rumus :
Arus Kas Operasi
Rasio Arus Kas =
Total Asset

Financial Distress
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial distress, variabel ini merupakan
variabel binary yang memiliki arti variabel disajikan dalam bentuk dummy. Dengan ukuran
binominal yaitu perusahaan yang dikategorikan dengan 0 untuk perusahaan non financial
distress dan 1 untuk perusahaan yang mengalami financial distress. Perusahaan yang
mengalami financial distress bisa diprediksi dengan menggunakan metode Altman Z-Score.
Dari nilai hitung Altman Z-Score tersebut dapat diambil dari titik terendah yaitu 1,81.
Perusahaan yang memiliki nilai Z-score kurang dari 1,81 dikategorikan dalam perusahaan
tersebut mengalami kondisi financial distress dan apabila perusahaan memiliki nilai Z-score
lebih dari 2,99, artinya perusahaan diprediksi tidak akan bangkrut. Menurut Hanafi dan
Halim (2009) Persamaan yang digunakan dalam mencari nilai altman Z-score adalah sebagai
berikut :
Z-score = 0,717X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998X5
Keterangan :
X1 : (Aset lancar –Liabilitas lancar ) / total aset
X2 : laba ditahan / total aset
X3 : Laba sebelum bunga dan pajak / total aset
X4 : nilai pasar ekuitas / nilai buku total liabilitas
X5 : penjualan / total aset

Teknik Analisis Data


Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif disajikan menggunakan tabel statistik deskriptif dengan
memaparkan nilai minimum, nilai maksimun, nilai rata–rata (mean), dan standar deviasi
(standard deviation) (Putra, 2017:1136).

Analisis Regresi Logistik


Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis
multivariate, yaitu dengan menggunakan analisis regresi logistik. Analisis regresi logistik
digunakan untuk menguji apakah variabel likuiditas, profitabilitas, leverage, dan arus kas
berpengaruh dalam kondisi financial distres. Menurut Ghozali (2016:324) dimana model
regresi dinyatakan sebagai berikut :
FDI = β0 + β1 LIK + β2 PROFIT + β3 LEV + β4 ARS_KAS

Keterangan :
FDI : Probabilitas perusahaan yang mengalami financial distress.
Β0 ` : Konstanta
LIK : Likuiditas
PROFIT : Profitabilitas
LEV : Leverage
ARS_KAS : Arus Kas

Pengujian Regresi Logistik


Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji probabilitas terjadinya
variabel independen dengan variabel dependen. Metode ini digunakan untuk penelitian
yang variabel dependennya bersifat kategorikal dan variabel independennya bersifat
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 1, Januari 2019

campuran antara metrik dan non metrik. Dalam regresi logistik tidak diperlukan uji
normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel dependennya (Ghozali, 2016:326).

Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)


Uji ini dilakukan untuk menguji model dari regresi secara keseluruhan. Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sudah
sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit).
Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test statistics sama dengan atau kurang
dari 0.05, artinya ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga
goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.
Tetapi jika nilai Statistic Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0.05, maka
tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2016:329).

Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)


Pengujian ini digunakan untuk menilai model keseluruhan yang sudah dihipotesiskan
apakah fit atau tidak dengan data yang sudah ada. Untuk menilai keseluruhan model
ditunjukkan dengan -2Log Likelihood value yaitu dengan cara membandingkan nilai antara -
2Log Likelihood pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2Log Likelihood pada akhir (Block
Number = 1). Apabila nilai 2Log Likelihood pada awal (Block Number = 0) lebih besar dari pada
nilai -2Log Likelihood pada akhir (Block Number = 1). Maka keseluruhan model menunjukkan
model regresi yang baik. Penurunan Log Likelihood menunjukkan model semakin baik
(Ghozali, 2016:328).

Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)


Nagelkerke’s R Square merupakan suatu pengujian untuk menguji seberapa besar
pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Nilai Nagelkerke’s R Square
bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Apabila nilai Nagelkerke’s R Square semakin mendekati
satu 1 maka model dianggap semakin goodness of fit. Sebaliknya apabila nilai Nagelkerke’s R
Square mendekati nol (0) maka model dianggap tidak goodness of fit. (Ghozali, 2016:330).

Tabel Klasifikasi
Tabel kalsifikasi ini digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan
salah (incorrect) (Ghozali, 2016:329). Pada kolom terdapat nilai prediksi dari variabel
dependen dalam penelitian ini adalah financial distress (1) dan tidak financial distress (0).
Sedangkan pada baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari variabel dependen.

Pengujian Hipotesis
Uji Model
Pengujian ini untuk menguji apakah variabel independen yaitu likuiditas, profitabilitas,
leverage dan arus kas berpengaruh secara keseluruhan terhadap variabel bebas yaitu financial
distress. pengujian ini dapat dilihat pada tabel Omnibus Test of Model Coefficient. Maka
pengujian hipotesisnya adalah : H0 = Likuiditas, profitabilitas, leverage dan arus kas secara
keseluruhan tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. H1 = Likuiditas,
profitabilitas, leverage dan arus kas secara keseluruhan berpengaruh terhadap kondisi
financial distress. Dengan tingkat signifikan α = 5% maka kriteria pengujian adalah : H0
diterima dan H₁ ditolak jika signifikansi > 0.05. H0 ditolak dan H₁ diterima jika signifikansi <
0.05.
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas... -Intan Saputri Ayuningtyas; Bambang Suryono
10

Uji Wald
Uji wald dilakukan sebagai pengukur seberapa jauh variabel bebas yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat signifikansi setiap variabel independen terhadap variabel dependen
dengan cara melihat kolom sig atau significance yaitu dengan level of significance α = 5 %.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017. Jenis sektor ini dipilih sebagai sampel
karena produk yang dihasilkan merupakan barang yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat. Oleh karena itu, persaingan antar perusahaan food and beverage ini semakin ketat
karena setiap perusahaan ingin memberikan produk yang baik dan berkualitas bagi para
konsumennya, sehingga perusahaan perlu melakukan efisiensi agar tetap dapat bersaing.
Dengan demikian perusahaan kondisi perusahaan akan tetap membaik dan tidak mendekati
kondisi financial distress.
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan dan
factbook pada tahun 2014-2017 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Sampel yang
digunakan adalah perusahaan yang memenuhi kriteria purposive sampling, yaitu terdiri dari
12 perusahaan. Dalam penelitian ini periode yang ditetapkan adalah 4 tahun yaitu 2014-
2017, sehingga diperoleh data pengamatan sebanyak 48 perusahaan.

Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi dan menyajikan data
dari suatu variabel yang diteliti pada penelitian kuantitatif untuk menggambarkan data
dalam penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standart deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, dan kurtosis. Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah program SPSS versi 20 untuk menjelaskan variabel yang diteliti. Analisis deskriptif
yang dilakukan terdiri dari variabel independen yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage dan
arus kas, dan variabel dependen adalah financial distress. Statistik deskriptif disajikan Dari
tabel tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
LKD 48 0,51 8,64 2,2957 1,68893
PFT 48 -0,07 0,53 0,1045 0,11715
LEV 48 0,15 1,09 0,4761 0,17666
ARS_KAS 48 -0,12 0,55 0,1205 0,1428
Valid N
48
(listwise)
Sumber : Data sekunder diolah (2018)

Variabel likuiditas memiliki nilai minimum sebesar 0,51 dan nilai maksimum sebesar
8,64 dengan nilai rata-rata 2,2957 dan standart deviasi 1,68893. Nilai minimum 0,51 dimiliki
oleh Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2014 dan nilai maksimum 8,64 dimiliki oleh
Delta Djakarta Tbk. pada tahun 2018.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 1, Januari 2019

Variabel profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar -0,07 dan nilai maksimum sebesar
0,53 dengan nilai rata-rata 1,045 dan standart deviasi 0,11715. Nilai minimum -0,07dimiliki
oleh Prashida Aneka Niaga Tbk. pada tahun 2015 dan nilai maksimum 0,53 dimiliki oleh
Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2017.
Variabel leverage memiliki nilai minimum sebesar 0,15 dan nilai maksimum sebesar 1,09
dengan nilai rata-rata 4,761 dan standart deviasi ,17666. Nilai minimum 0,15 dimiliki oleh
Delta Djakarta Tbk pada tahun 2017 dan nilai maksimum 1,09 dimiliki oleh Indofood Sukses
Makmur Tbk pada tahun 2014.
Variabel arus kas memiliki nilai minimum sebesar -0,12 dan nilai maksimum sebesar
0,55 dengan nilai rata-rata 0,1205 dan standart deviasi 0,14280. Nilai minimum -0,12 dimiliki
oleh Wilmar Cahaya Indonesia Tbk pada tahun 2014 dan nilai maksimum 0,55 dimiliki oleh
Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2014.

Analisis Regresi Logistik


Berikut ini merupakan hasil dari SPSS pada analisis regresi logistik. Hasil pengolahan
data disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Logistik
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 1,297
1a PFT -27,773 13,820 4,038 1 ,044 ,000
LEV 7,021 3,997 3,086 1 ,079 1120,181
ARS_KAS -7,542 7,421 1,033 1 ,309 ,001
Constant -3,605 3,221 1,252 1 ,263 ,027
a. Variable(s) entered on step 1: LKD, PFT, LEV, KAS.
Sumber : Data sekunder diolah (2018)

Berdasarkan tabel 2 maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :


FDI = -3,605 + 0,260 LKD - 27,773 PFT + 7,021 LEV - 7,542 ARS_KAS

Pengujian Regresi Logistik


Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah probabilitas variabel terikat dapat
diprediksi dengan variabel bebasnya. Pengujian likuiditas, profitabilitas, leverage, dan arus
kas terhadap kondisi financial distress yaitu dengan menggunakan analisis regresi logistik,
analisis ini sebagai pengujian yang meliputi kelayakan model regresi, menilai keseluruhan
model, dan menguji koefisien determinasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah model
regresi logistik layak digunakan untuk analisis selanjutnya.

Menilai Kelayakan Model Regresi


Model regresi ini digunakan untuk menilai apakah model regresi tersebut telah
dihipotesiskan Fit atau tidak dengan data. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
Hosmer and Lemeshow’s Goodnes of Fit Test untuk menguji hipotesis nol apakah data cocok
atau sesuai dengan model. Pengujian kelayakan model regresi ditunjukkan pada tabel 6.
Tabel 3
Hasil Pengujian Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


1 9.308 8 .317
Sumber : Data sekunder diolah (2018)
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas... -Intan Saputri Ayuningtyas; Bambang Suryono
12

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodnes of Fit Test adalah 9,308 dengan nilai probabilitas signifikan sebesar 0,317 yang
artinya nilainya diatas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima. Sehingga
model dikatakan Fit dan mampu memperbaiki nilai observasinya.

Menilai Keseluruhan Model


Pengujian ini bertujuan untuk menguji kesesuaian antara model dengan data. Untuk
menilai keseluruhan model dengan cara membandingkan antara -2Log Likelihood pada awal
(block number = 0) dengan nilai -2Log Likelihood pada akhir (block number = 1), dengan
menunjukkan adanya pengurangan nilai antara -2Log Likelihood awal (initial -2Log Likelihood
function) dengan nilai -2Log Likelihood, kemudian untuk selanjutnya -2Log Likelihood akhir
menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan Fit dengan data.
Tabel 4
Hasil Pengujian Overall Model Fit
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood
Constant
Step 0 1 51,820 -1,083
2 51,674 -1,209
3 51,674 -1,213
4 51,674 -1,213
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 51,674
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less
than ,001.
Sumber : Data sekunder diolah (2018)

Tabel 5
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 26.164a .412 .625
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates
changed by less than ,001.
Sumber : Data sekunder diolah (2018)

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai -2Log Likelihood awal adalah 51,674,
kemudian setelah dimasukkan 4 variabel independen nilai -2Log Likelihood akhir mengalami
penurunan sebesar 26.164. Penurunan nilai -2Log Likelihood menunjukkan model regresi yang
baik atau bisa juga dikatakan model yang dihipotesiskan Fit dengan data.

Menilai koefisien determinasi (𝑹𝟐 )


Pengujian koefisien determinasi ini dilakukan dengan cara menggunakan nilai Cox and
snell square dan Nagelkerke R Square untuk mengukur sejauh mana kemampuan model dalam
menerangkan variabel dependennya.
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui hasil output dari SPSS pada Cox and snell square
adalah sebesar 0, ,412 dan Nagelkerke R Square sebesar 0, 625. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel dependen yaitu financial distress yang dapat dijelaskan oleh variabel
independennya yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage dan arus kas sebesar 62,5%.
Sedangkan sisanya 37,5% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 1, Januari 2019

Tabel 6
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 26.164a .412 .625
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed
by less than ,001.
Sumber : Data sekunder diolah (2018)

Tabel Klasifikasi
Dalam tabel klasifikasi ini dapat digunakan untuk menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi yang digunakan untuk memprediksi probabilitas perusahaan yang mengalami
kondisi financial distress. Kekuatan prediksi dari model regresi digunakan untuk
memprediksi probabilitas terjadinya variabel terikat yang dinyatakan dalam persentase.
Hasil tabel klasifikasi ditunjukkan pada tabel 9 sebagai berikut :
Tabel 7
Hasil Uji Klasifikasi
Classification Tablea
Predicted
Observed FD Percentage
TIDAK YA Correct
TIDAK 34 3 91,9
FD
Step 1 YA 4 7 63,6
Overall Percentage 85,4
a. The cut value is ,500
Sumber : Data sekunder diolah (2018)

Berdasarkan tabel hasil uji klasifikasi dapat disimpulkan bahwa menurut prediksi
perusahaan yang sedang mengalami kondisi financial distress adalah 11 perusahaan,
sedangkan pada observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa perusahaan yang mengalami
kondisi financial distress sebanyak 7 perusahaan. sehingga ketepatan model ini, perusahaan
yang sedang mengalami kondisi financial distress selama periode 2014-2017 adalah 63,6%.
Perusahaan non financial distress menurut prediksi sebanyak 37 perusahaan, sedangkan
menurut observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa perusahaan non financial distress
sebanyak 34 perusahaan. sehingga ketepatan model ini adalah 91,9%. Dengan demikian
kekuatan prediksi dari model regresi untuk mengetahui perusahaan yang mengalami
kondisi financial distress sebesar 85,4%.

Pengujian Hipotesis
Uji Model
Pengujian ini bertujuan untuk menguji tingkat signifikansi variabel bebas secara
keseluruhan terhadap variabel terikat. Pengujian ini dapat diketahui pada tabel Omnibus Test
Of Model Coefficient dengan melihat nilai chi-square pada hasil output SPSS sebagai berikut :

Tabel 8
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 25.510 4 .000
Block 25.510 4 .000
Model 25.510 4 .000
Sumber : Data sekunder diolah (2018)
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas... -Intan Saputri Ayuningtyas; Bambang Suryono
14

Berdasarkan tabel 8 diketahui nilai Omnibus Test Of Model Coefficient adalah sebesar
25.510 dengan tingkat signifikansi 0,000. Tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari pada 0,05
yang menunjukkan bahwa variabel likuiditas, profitabilitas, leverage, dan arus kas
berpengaruh secara keseluruhan terhadap kondisi financial distres.

Uji Wald
Uji wald bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi pada setiap variabel
independen terhadap variabel dependen dengan melihat kolom sig atau significance yaitu
dengan level of significance α= 5%. Hasil uji wald dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 9
Hasil Uji Wald
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a 1,297
PFT -27,773 13,820 4,038 1 ,044 ,000
LEV 7,021 3,997 3,086 1 ,079 1120,181
ARS_KAS -7,542 7,421 1,033 1 ,309 ,001
Constant -3,605 3,221 1,252 1 ,263 ,027
a. Variable(s) entered on step 1: LKD, PFT, LEV, KAS.
Sumber : Data sekunder diolah (2018)

Hasil tabel 9 menunjukkan nilai signifikansi (sig) pada masing-masing variabel,


berdasarkan prosedur penelitian yang sudah dilakukan maka : (a) likuiditas diperoleh nilai
wald 0,050 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,824. Dengan demikian nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas tidak
berpengaruh terhadap kondisi financial distress. (b) Profitabilitas diperoleh nilai wald 4,038
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,044. Dengan demikian nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap kondisi financial distress. (c) Leverage diperoleh nilai wald 3,086 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,079. Dengan demikian nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap kondisi financial
distress. (d) Arus Kas diperoleh nilai wald 1,033 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,309.
Dengan demikian nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel arus kas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress.

Pembahasan
Pengaruh Likuiditas Terhadap Kondisi Financial Distress
Variabel likuiditas dalam penelitian ini menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari
α = 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H1 ditolak dengan demikian likuiditas
tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Kusanti (2015) dan dalam penelitiannya menunjukkan rasio likuiditas tidak
berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa
tingginya rasio likuiditas menunjukkan perusahaan mampu melunasi kewajibannya dan
terhindar dari financial distress, dikarenakan aktiva lancarnya lebih besar dari pada hutang
lancarnya sehingga aktiva lancarnya dapat menutupi hutang lancarnya.
Dengan demikian, likuiditas yang sebelumnya digunakan sebagai parameter untuk
meneliti pengaruhnya terhadap kondisi financial distress, ternyata dalam penelitian ini
kurang tepat digunakan sebagai prediktor untuk menentukan perusahaan yang mengalami
kondisi financial distress.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 1, Januari 2019

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kondisi Financial Distress


Hasil dari penelitian ini variabel laba menghasilkan nilai signifikan lebih kecil dari α =
5% sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H2 diterima dengan demikian profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Rizkiyah (2018:15) yang menyatakan bahwa laba berpengaruh negatif terhadap kondisi
financial distress.
Perusahaan dengan laba negatif selama dua tahun berturut-turut dapat diindikasikan
bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami kondisi financial distress. Dapat disimpulkan
bahwa perusahaan dalam kondisi keuangan rendah berarti perusahaan dalam kondisi
buruk. Rasio laba pada perusahaan menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola
aset yang dimiliki untuk memperoleh laba. Apabila nilai laba negatif berarti menunjukkan
pengelolaan aset yang tidak efektif untuk menghasilkan laba bersih.
Tanda negatif dalam penelitian ini menunjukkan apabila perusahaan memiliki laba
tinggi, maka akan semakin kecil kemungkinan financial distress. Sebaliknya apabila
perusahaan memiliki laba rendah menunjukkan perusahaan aset yang tidak efektif dalam
menghasilkan laba.

Pengaruh Leverage Terhadap Kondisi Financial Distress


Variabel leverage dalam penelitian ini menghasilkan nilai signifikan lebih besar dari α =
5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H3 yaitu leverage ditolak dengan demikian
leverage tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmy (2015) dengan hasil penelitian leverage tidak
berpengaruh terhadap kondisi financial distress.
Leverage yang tinggi belum dapat menentukan bahwa sebuah perusahaan mengalami
financial distress. sebuah perusahaan besar umumnya untuk menjalankan kegiatannya
ditopang oleh modal pinjaman dari pihak ketiga sebagai pemberi modal untuk perusahaan.
perusahaan besar umumnya memiliki nilai leverage yang tinggi, namun jika dibandingkan
dengan ukuran perusahaan besar dapat memenuhi nilai leverage yang tinggi melalui cara
diversifikasi pada usahanya. Apabila nilai leverage yang tinggi namun tidak disertai dengan
peningkatan beban perusahaan, laba yang dihasilkan masih dapat digunakan untuk
memenuhi kewajiban.

Pengaruh Arus Kas Terhadap Kondisi Financial Distress


Hasil penelitian ini menunjukkan variabel arus kas memiliki nilai signifikansi lebih besar
dari α = 5%, sehingga dapat disimpulkan hipotesis H4 ditolak dengan demikian arus kas
tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress.
Sehingga penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novianita (2017)
yaitu arus kas tidak berpengaruh signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi
probabilitas perusahaan dalam kondisi financial distress.
Arus kas pada perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress sebenarnya
memiliki nilai arus kas operasional positif. Akan tetapi dalam penelitian ini penyebab arus
kas tidak berpengaruh dalam kondisi financial distress adalah arus kas memiliki informasi
yang cukup kompleks karena pada laporan arus kas terdiri dari arus kas yang berasal dari
kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Laporan arus kas dari kegiatan operasi hanya
memberikan rincian tentang kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. Nilai arus kas
operasi yang tinggi dapat dikatakan bahwa penerimaan dari hasil penjualan lebih besar dari
beban yang operasi yang dikeluarkan. Hal tersebut mengindikasikan perusahaan memiliki
arus kas yang tinggi, padahal kondisi tersebut belum memberi gambaran yang pasti
mengenai kemampuan perusahaan dalam membayar hutang pada kreditor.
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas... -Intan Saputri Ayuningtyas; Bambang Suryono
16

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan food and beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017 tentang pengaruh likuiditas,
profitabilitas, leverage dan arus kas terhadap kondisi financial distress memiliki hasil yang
berbeda-beda setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 48 perusahaan. berdasarkan analisis regresi
logistik yang telah dilakukan, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah : (1)
Variabel likuiditas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Hal ini
menunjukkan bahwa besar kecilnya likuiditas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial
distress suatu perusahaan; (2) Variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi
financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah laba yang diperoleh
perusahaan, maka akan semakin mendekati kemungkinan perusahaan mengalami kondisi
financial distress; (3) Variabel leverage tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress.
Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya rasio leverage perusahaan, tidak berpengaruh
terhadap kondisi financial distress. Hal ini dapat terjadi apabila laba yang diperoleh
perusahaan mampu menutup kewajiban yang dimiliki; (4) Variabel arus kas tidak
berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya
rasio arus kas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan. Hal ini
terjadi karena arus kas memiliki fluktuasi kenaikan secara ekstern sehingga sulit untuk
digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka
saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah (1) Penelitian ini hanya
menggunakan empat variabel independen yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage dan arus
kas untuk memprediksi kondisi financial distress. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
dapat mengidentifikasi variabel lain yang mampu menjelaskan kondisi financial distress.
Seperti menggunakan dividen atau dengan menggunakan metode yang lain; (2) Penelitian
selanjutnya diharapkan memperluas objek penelitian seperti peerusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia ataupun perusahaan Badan Usaha Milik Negara; (3)
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi kondisi financial distress.

DAFTAR PUSTAKA
Agusti, C. P. 2013. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Terjadinya Financial
Distress. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang
Almilia, L. S. dan Kristijadi. 2003. Analiss Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI) 7(2): 183.
Atmini, S. dan W. Andayani. 2006. Manfaat Laba dan Arus Kas Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Pada Perusahaan Textile Mill Products san Apparel and Other
Textile Products yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. TEMA 7(2): 154.
Atika, Darminto, dan R. Handayani. 2015. Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Terhadap
Prediksi Kondisi Financial Distress. Jurnal Ilmu Administrasi.
Atika, Darminto, R. Handayani dan S. Ragil. 2013. Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan
Terhadap Prediksi Kondisi Financial Distress. Jurnal Mahasiswa Fakultas Ilmu
Administrasi.
Erawati, R. 2016. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas, dan Sales Growth
terhadap Financial Distress. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI).
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 1, Januari 2019

Ghozali, I. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program SPSS. Badan penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Hanafi, M. M. dan A. Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. UPP STIM YKPN.
Yogyakarta.
Harahap, S. S. 2007. Analisis Kritis Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Grasindo. Jakarta.
Julius, P. S. F. 2017. Pengaruh Financial Leverage, Firm Growth, Laba, dan Arus Kas
terhadap Financial Distress. JOM Fekon 4(1): 1164-1178.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Rajawali Pers. Jakarta.
Kusanti, O. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance dan Rasio Keuangan Terhadap
Financial Distress. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 4(10): 19.
Mas’ud, I. dan R. M. Srengga. 2012. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi Universitas Jember: 142-152.
Novianita, S. 2017. Pengaruh Laba, Arus Kas, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Financial
Distress. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI): 11.
Platt, H. D. dan M. B. Platt. 2002. Predicting Corporate Financial Distress: Reflections On
Choise Based Sample Bias. Journal Of Economics and Finance 26(2).
Putra, Z. Y. 2017. Pengaruh Arus Kas Bebas, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Utang. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 6(3): 1129.
Rahmy. 2015. Pengaruh Profitabilitas,Financial Leverage Sales Growth dan Aktivitas
Terhadap Financial Distress. Skripsi. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri.
Padang.
Rizkiyah, S. D. 2018. Pengaruh Laba, Arus Kas Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kondisi
Financial Distress. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 7(1): 2.
Saleh, A. dan B. Sudiyatno. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan Untuk Memprediksi
Probabilitas Kebangkrutan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan 2(1): 82.
Sudiyatno, B. dan E. Puspitasari. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score Sebagai Indikator
Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal Kajian Akuntansi 2(1): 11.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Alfabeta. Bandung.
Surya. 2012. Akuntansi Keuangan Versi IFRS. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Widarjo, W. dan D. Setiawan. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial
Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 11(2): 109-112.
Widhiari, N. L. M. A. dan N. L. A. Merkusiwati. 2015. Pengaruh Rasio Likuiditas. Leverage,
Operating Capacity, dan Sales Growth Terhadap Financial Distress. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 11(2): 458.

Anda mungkin juga menyukai